[Re-Make] A Romantic Story About Serena by Shanty Agtaha

.

Cast : Wu Yifan , Huang Zitao , and others.

.

Rated : M

.

Disclaimer : alur cerita ini akan sama persis dengan aslinya yaitu A Romantic Story About Serena by Shanty Agatha.

.

GS. Typo(s).

.

.

.

.

Zitao menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Zitao tersenyum kecut,

Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Zitao menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, ups!,.. salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia,

Lalu tatapannya itu, tatapannya itu! Sangat mengerikan. Mata biru itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Zitao membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Zitao mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan "well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Si mata coklat mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Zitao, mulutnya menipis,

"Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini",

Akhirnya! Zitao menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan", sebenarnya Zitao tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" , Lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Zitao,"Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan ?"

Zitao membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang, "Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya ?!"

Tatapan mata meremehkan dari mata coklat itu benar benar membuat Zitao sebal,

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya", jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun", si mata coklat mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Zitao menarik napas dalam-dalam,

"Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya !",

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun si mata coklat itu kaget dengan keputusan impulsif Zitao, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Zitao dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa makin hening, dan Zitao menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu kejam.

"Tidak semudah itu nona Huang, mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai di sini",

Lelaki itu menatap dengan tajam sebelum menjatuhkan bom-nya,

"Kau memiliki pinjaman yang belum selesai pada perusahaan ini senilai 40 juta, katakan sekarang nona Zitao, apakah kau bisa melunasi pinjaman itu dengan tunai sekarang juga? Kalau ya, saya akan dengan senang hati meluluskan permohonan pengunduran dirimu".

Wajah Zitao benar-benar pucat pasi, dalam kemarahannya tadi, sama sekali tidak terpikirkan mengenai pinjaman itu. Dan si mata coklat tadi menanyai apakah dia bisa membayar pinjamannya secara tunai? Tanpa sadar Zitao mengernyit seolah kesakitan, Ya Tuhan , itu tidak mungkin, bahkan sekarang dia sedang dalam kekalutan besar dan membutikan lebih banyak uang untuk..., cepat-cepat dihapusnya pikiran itu sebelum melayang lebih jauh,

Si mata coklat mendengus menghina melihat kebekuan Zitao,

"Oke saya asumsikan kau tidak dapat membayar tunai pinjaman itu, meskipun saya sedikit bertanya-tanya kenapa wanita lajang seperti anda bisa menghabiskan uang sebanyak itu, tapi toh itu bukan urusan saya",

Senyum di sudut bibir lelaki itu langsung menghilang dan tatapannya berubah menjadi dingin,

"Jadi, selama kau masih berhutang pada perusahaan ini dan belum bisa menyelesaikan kewajibanmu, jangan seenaknya mengira kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini. Hanya sayalah, yang bisa memutuskan apakah kau layak dipertahankan atau disingkirkan, jadi kembalilah bekerja dan singkirkan moralitasmu yang munafik itu !"

Zitao menatap lelaki itu dengan kebencian yang meluap-luap,

"Hanya pinjaman itu yang menahan saya disini, dan jika saya berhasil melunasi pinjaman itu, saya akan langsung angkat kaki dari perusahaan ini!, sekarang mohon ijin permisi, saya akan kembali bekerja!"

.

.

.

Yifan menatap pintu yang tertutup dengan agak keras di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mendesah sambil melonggarkan ikatan dasinya yang terasa mencekik, dengan letih dia bersandar di kursi sambil memejamkan mata,

Bukan salah gadis itu jika sekarang tubuhnya terasa begitu panas, tidak!, bukan cuma panas, kau sekarang benar-benar terbakar man!,

"Huang Zitao",

Yifan menggumamkan nama itu bagaikan mantra, lalu matanya membuka penuh perhitungan,

Well, jangan harap kau bisa semudah itu pergi dari sini, karena aku tak akan membiarkanmu pergi, Zitao, gumamnya dalam hati.

Zitao mengingat saat dia pertama kali melihat Zitao, biasanya dia tak pernah memperhatikan wanita, para wanitalah yang biasanya mengejar-ngejar dirinya, Meski suka berganti ganti wanita, Yifan dikenal sebagai kekasih yang sangat dingin. Dia selalu menjaga jarak dan tak pernah mengijinkan siapapun terlalu dekat, baginya wanita hanyalah tempat penyaluran gairahnya dan dia akan membayar itu dengan perhiasan mahal, pakaian mewah dan hadiah-hadiah lainnya, dan itu sudah cukup memuaskan bagi dirinya dan wanita-wanita itu.

Tapi Zitao..., gadis itu sudah 2 tahun bekerja sebagai supervisor lapangan disini, dan Yifan bahkan tak pernah bertemu langsung dengannya,

Yah tentu saja! Yifan mendengus,

Seorang CEO tidak ada urusannya dengan supervisor lapangan.

Dan entah nasib sial apa yang menghinggapinya ketika pertama kali dia bertemu dengan Zitao, ketika itu dia sedang menjamu tamu penting dilokasi yang berdekatan dengan proyek pameran pemasaran yang sedang berlangsung, maka secara impulsif diputuskannya untuk pameran langsung tergopoh-gopoh menyambutnya.

Lalu gadis itu muncul.

Dengan tubuh mungil, pakaian kerja yang efisien dan make up sederhana, Zitao jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan pacar-pacarnya yang selalu seksi dan spektakuler serta berasal dari kelas atas. Tapi tubuh Yifan bagaikan disadarkan ketika melihat Zitao, dan ketika mereka bersalaman, tangannya bagaikan disengat listrik,gairah langsung meletup dari ujung kepala sampai ke kakinya begitu menggebu-gebu sampai membuat kepalanya pening.

Kenyataan bahwa Zitao sama sekali tidak memperhatikannya kecuali sebagai bos sama sekali tidak membantu,

Yifan menyadari ia mulai terobsesi pada Zitao, dimanapun ia berada, kapanpun ia ada, ia selalu mencari gadis mau seharipun dilewatinya tanpa menyempatkan diri melihat Zitao, hingga seolah-olah gadis itu merupakan eksistensi demi hal itu, sekarang ia mendapati dirinya mulai memanipulasi beberapa proyek yang sedapat mungkin melibatkan divisi Zitao semata-mata agar dia bisa sering melihat Zitao.

Mungkin ini kegilaan sesaat, atau mungkin alamiah. Yifan pernah membaca bahwa ada orang-orang tertentu yang memang dapat membuatmu sangat bergairah, entah karena hormon, aroma atau yang lainnya, mungkin Zitao salah satu diantaranya.

Ini hanyalah masalah nafsu, dan akan segera hilang begitu nafsu ini dipuaskan, gumam Yifan dalam hati, berusaha menenangkan dirinya.

Dengan dahi berkerut dipandanginya laporan pinjaman karyawan dimejanya.

Yah sepertinya ini akan sangat mudah, melihat besarnya pinjaman Zitao , kelihatannya gadis ini sangat konsumtif dan menyukai uang, dengan sedikit pengeluaran ekstra pasti akan sangat mudah menarik gadis itu ke ranjangnya, dan setelah dia terpuaskan, pasti akan lega sekali bisa terlepas dari obsesi yang menyiksa ini.

.

.

.

"Bagaimana kondisinya suster?",

Zitao baru saja sampai, di luar hujan deras sekali, dan air menetes-netes dari rambutnya.

Perawat itu memandangnya dengan penuh kasih, sudah 2 tahun dia mengenal Zitao. Dari Zitao masih gadis polos yang kebingungan, sampai akhirnya dia berubah menjadi gadis tegar yang penuh semangat dan mengambil alih semua tanggung jawab yang mungkin terlalu berat untuknya,

Kasihan sekali kau nak, gumamnya dalam hati,

"Kondisinya baik Zitao, tekanan darahnya normal dan detak jantungnya stabil, itu bagus, dia begitu tenang seharian ini, dia tidak mengalami serangan, jadi tidak perlu merasakan kesakitan"

"Dia tidak mengalami serangan?", mata Zitao melebar bahagia, "terimakasih suster Ana ,kalau begitu aku akan melihatnya dulu",

Zitao memasuki ruangan putih sederhana itu, dipandangnya ranjang yang menjadi pusat ruangan itu. Di atas ranjang, terbaring sosok yang lemah, tubuhnya terhubung dengan selang yang terjalin ke mesin-mesin,

Zitao duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan yang terhubung dengan jarum infus, sebuah cincin emas melingkar di jari lelaki itu, ya, cincin yang sama yang melingkar di jarinya, lelaki ini adalah Sehun, tunangannya yang terbaring koma sejak lebih dua tahun yang lalu,

"Apa kabarmu sayang?", gumamnya penuh perasaan.

Sosok itu tetap diam dan ruangan terasa hening, hanya suara mesin mesin pemonitor detak jantung dan desisan alat pengatur oksigen yang terdengar,

Zitao mengecup cincin di jari lelaki itu, ingatannya menerawang kembali ke masa dua tahun lalu dimana hidupnya yang indah dan bahagia berubah menjadi tragedi,

Saat itu persiapan pernikahan mereka, Sehun sudah cukup mapan dan sangat mencintai Zitao, dan Sehun tidak mempunyai keluarga, lelaki itu dibesarkan di panti asuhan lalu berjuang mandiri sehingga bisa menjadi pengacara handal yang cukup sukses,

"Aku sebatang kara di dunia ini sebelum bertemu denganmu", begitu ucapan syukur Sehun dulu ketika Zitao menerima lamarannya. Zitao begitu bahagia waktu itu, dia begitu dicintai dan kedua orang tuanya begitu mendukungnya, sebagai anak tunggal orang tuanya memang sedikit lebih protektif padanya dibandingkan orang tua lainnya, tapi mereka bisa melihat ketulusan hati Sehun dan menerima Sehun dengan tangan terbuka,

Lalu pagi yang penuh tragedi itu terjadilah, Zitao sedang melakukan pengepasan gaun pengantin, pernikahan mereka tinggal sebulan lagi. Ketika itu Sehun menelpon, karena Zitao meminta tolong padanya untuk menjemput orangtua Zitao di bandara, orang tua Zitao baru pulang dari tugas dinas ayah Zitao di HaiDian .

Sebenarnya merupakan tugas Zitao menjemput mereka, tetapi karena supir keluarga sedang cuti dan waktunya bersamaan dengan jadwal fitting baju pengantin, Zitao meminta bantuan Sehun . Sehun tidak pernah merasakan punya orang tua, jadi dia sangat menyayangi kedua orang tua Zitao, begitu pula sebaliknya, jadi, tugas sepele seperti menjemput orangtua di bandara terasa sangat menyenangkan baginya,

"Kami akan menuju ke tempat fitting baju segera setelah sampai,lalu kita bisa makan siang bersama-sama, tapi ups! Kamu kan tidak boleh makan banyak-banyak, nanti baju pengantin itu tak akan cukup sebulan lagi"' candanya dengan riang

Zitao sempat merajuk tapi kemudian Sehun bisa membuatnya tertawa lagi,

"Kau tahu,aku tidak sabar bertemu dengan orangtuamu,...aku merindukan mereka"

Lelaki itu tertawa lalu menutup telepon setelah mengucapkan satu-satunya janji yang tidak bisa ditepatinya,

"Aku janji,segera setelah kami dekat tempatmu, aku akan menelponmu, jadi kau bisa siap-siap di depan, Bye, i love u",

Itulah saat terakhir Sehun menelponnya.

Sama sekali tidak ada firasat hari itu, sama sekali tidak ada pertanda bahwa pagi itu akan menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya, Dan telepon itulah awal dari rentetan bencana.

Yang menelponnya kemudian bukanlah Sehun yang dicintainya, melainkan petugas rumah sakit. Mobil yang dikendarai Sehun menjadi salah satu korban tabrakan beruntun di jalan tol, Ayahnya meninggal di tempat, Ibunya dalam kondisi kritis dan Sehun sudah tak sadarkan diri karena benturan keras di kepalanya.

Zitao menjalani semuanya seorang diri, hari itu dia bergerak bagai robot mengurusi pemakaman ayahnya sekaligus mengkhawatirkan kondisi ibu dan tunangannya, tak ada waktu untuk menangis, dan kemudian keesokan harinya ibunya meninggal menyusul ayahnya, Zitao harus menanggung kepedihan memakamkan kedua orang tuanya dalam dua hari berturut-turut seorang diri, lalu malam itu, ketika dokter memutuskan bahwa Sehun mengalami koma serta tidak diketahui kapan akan sadar, ketegaran Zitao runtuhlah sudah, semua kepedihan bertubi-tubi yang menerjangnya sudah tidak dapat ditanggungnya lagi, dia pingsan dan ketika sadar dia hanya bisa menangis,

Lalu Suster Ana datang, seorang perawat setengah baya yang sangat keibuan. Suster itulah yang membantu Zitao agar tidak terpuruk, yang membuat Zitao sadar bahwa dialah satu-satunya yang dimiliki Sehun untuk membantunya bertahan hidup.

Dengan cepat Zitao bangkit, menyadari bahawa dia sendiri yang harus berjuang demi Sehun, lelaki yang sangat dia cintai. Dan mengetahui bahwa biaya perawatan Sehun tidak murah, Zitao segera bergerak cepat, dijualnya rumah keluarganya, dan dikumpulkannya semua aset yang dimilikinya lalu pindah ke tempat kost yang mungil memahami bahwa efisiensi sangatlah penting, lalu dia pindah pekerjaan dengan gaji lebih bagus,

"Berjuanglah untuk bertahan Sehun, karena aku akan berjuang untukmu", tekad Zitao dalam hati waktu itu.

Namun sekarang hampir dua tahun lebih berlalu, seluruh aset yang dimiliki Zitao sudah habis, bahkan dia harus menanggung hutang ke perusahaan untuk menutup biaya perawatan Sehun, dan tunangannya tercinta itu masih belum sadar juga,

"Kau tahu tadi pagi aku bertengkar dengan bosku", Zitao memulai kebiasaannya, mengobrol satu arah dengan Sehun, menceritakan kisah kehidupannya sehari-hari pada Sehun, "Matanya coklat dan dia sangat menyebalkan, dan kau tahu? Dia sama sekali tak menghargai moralitas, kau pasti akan bertengkar hebat dengannya karena sebagai pengacara kau sangat menjunjung tinggi moralitas",

Zitao terkekeh membayangkan hal itu, lalu direbahkannya kepalanya di ranjang sambil mengamati wajah Sehun," aku merindukanmu tahu, sudah lama aku tidak mendengar suaramu, sampai kapan kau mau tidur terus? Awas ya, jangan salahkan aku kalau suatu saat kau memanggilku ditempat ramai dan aku tidak mengenali suaramu",

Diluar pintu, suster Ana yang mendengar percakapan itu menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca. Betapa tegarnya gadis itu, betapa hebatnya dia, selama dua tahun dia berjuang dan belum mendapat jawaban, tapi semangatnya sama sekali tidak pernah surut.

Selama hampir dua jam Zitao bercakap-cakap searah dengan Sehun, lalu ketika Suster Ana mengingatkan bahwa waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, Zitao bangkit dari duduknya, dikecupnya dahi Sehun penuh kasih sayang,

"Sudah dulu ya, aku akan pulang dan tidur, besok aku akan kesini dan menengokmu lagi, aku mencintaimu Sehun",

Zitao lalu menemui suster Ana yang masih menunggu di luar, suster itu menyerahkan kantong plastik pada Zitao,

"Ini mie goreng kesukaanmu, kau tadi buru-buru kesini karena hujan, pasti kau tak sempat makan malam"

"Terimakasih suster", Zitao memeluk wanita gemuk setengah baya yang selama dua tahun ini telah menjadi sandaran hatinya.

"Wajahmu terlihat pucat nak, kau pasti kecapekan, jangan terlalu memaksakan diri",

Zitao menarik napas letih tapi tetap mencoba tersenyum riang,

"Aku harus terus bekerja suster, apalagi sudah hampir tanggal lima",

Tanggal lima adalah tanggal rutin Zitao harus melunasi biaya perawatan Sehun yang makin membengkak setiap bulannya,

Suster Ana memandang Zitao dengan hati-hati,

"Kau tahu nak, ada beberapa cara yang lebih ringan, dokter memperbolehkan Sehun dirawat dirumah...",

"Tidak!", Zitao memandang suster Ana dengan ngeri, "Sehun kan sering mengalami serangan, aku tidak mau Sehun kenapa-kenapa, disini adalah tempat Sehun akan mengalami penanganan yang paling tepat, dan aku akan berjuang berapapun biayanya"

Suster Ana memandang Zitao dengan penuh kasih sayang, menyadari betapa bisa keras kepalanya gadis itu jika dia sudah punya kemauan,

"Ya sudah, pulang dan istirahatlah, jangan lupa dimakan mienya, dan ingat Zitao kalau kau kekurangan uang, aku punya simpanan uang yang...",

Zitao memeluk suster Ana sekali lagi dengan penuh rasa sayang,

"Anda tahu suster, Bantuan suster sudah lebih dari cukup selama ini, saya tidak tahu bagaimana lagi saya harus berterimakasih"

.

.

.

Pagi itu hujan deras sekali, Zitao menunggu di halte bus dengan panik, hujan deras akan menyebabkan macet parah, dan sampai sekarang bis yang dia tunggu tak kunjung kelihatan. Sementara itu hujan turun makin deras hingga pemandangan di depannya makin kabur ,orang orang mulai menyingkir karena halte itu tak dapat lagi melindungi mereka dari terpaan hujan, dan Zitao masih berdiri sambil mencengkeram payungnya erat-erat, menahan tiupan angin yang makin kencang. Matanya bergantian melirik jam tangannya dan ujung jalan dengan harap-harap cemas, dia pasti akan terlambat hari ini, pak Yichen, manajer lapangannya yang galak itu pasti akan marah besar karena pagi ini dia dijadwalkan meeting pagi dengannya, lelaki itu sangat tepat waktu dan dia tidak suka menunggu.

Tiba-tiba sebuah mercedes hitam legam yang sangat mewah meluncur mulus dan berhenti tepat didepan Zitao. Mulanya Zitao tidak menyadari kalau mobil itu berhenti untuknya karena perhatiannya terlalu terfokus pada ujung jalan, tetapi ketika pintu mobil itu mendadak terbuka, Zitao hampir terlonjak karena kaget,

"Masuklah",

Mulanya Zitao ingin mendamprat siapapun pengemudi mobil itu yang dengan seenaknya mengira Zitao adalah wanita gampangan yang mudah dibawa, tetapi ketika Zitao merasa mengenali suara lelaki itu, dengan ragu ditundukkannya kepalanya untuk memastikan bahwa pegemudi itu sesuai dengan dugaannya,

Mata coklat yang tajam itu membalas tatapannya, yah kalo tidak bisa dibilang sedang sial, setidaknya dugaannya tidak salah,

"Ayo masuk, kau akan basah kuyup jika berdiri terus disitu, kita kan searah", Yifan agak berteriak mengalahkan derasnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan.

Zitak masih berdiri ragu-ragu, perjalanan ke kantor kan jauh dan lama, Zitao merasa enggan dan tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan lelaki itu sepanjang jalan, lagipula... Zitao melirik dengan cemas ke arah payungnya, payungnya basah kuyup dan menetes-netes dan interior mobil itu sepertinya sangat bagus, jika kena air...

"Masuk Zitao! Aku tak peduli dengan payung basah itu! Kau akan membuat kita berdua terlambat!, masuk, atau aku sendiri yang akan menyeretmu...",

Suara geram Yifanlah yang menyadarkan Zitao dari keraguannya, dengan cepat dia memasuki pintu yang terbuka dan duduk di sebelah Yifan.

Satu detik setelah pintu tertutup, Yifan langsung menginjak gas menjalankan mobilnya, seolah takut Zitao berubah pikiran.

Yifan melirik sedikit pada Zitao yang memandang cemas pada payung yang meneteskan air di tangannya,

"Taruh saja di tempat dibelakang, pengurus mobilku akan membersihkannya, dan pasang sabuk pengamanmu",

Secara otomatis Zitao menoleh kebelakang dan menemukan wadah plastik silinder ditengah jok belakang, mungkin tempat koran atau semacamnya, tapi wadah itu kosong dan Zitao meletakkan payung itu disana, lebih baik daripada payungnya meneteskan air membasahi kursi kulit yang mewah atau karpet tebal mobil ini,

Setelah memasang sabuk pengamannya, Zitao menyadari bahwa sudut mata Yifan melirik ke arahnya,

"Terimakasih", gumamnya demi menjaga kesopanan.

Yifan tersenyum miring,

"Pasti kau bingung apakah ini kesialan atau keberuntungan karena akulah yang memberimu tumpangan", gumamnya tenang.

Zitao membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulutnya menutup lagi. Tidak disadarinya Napas Yifan yang mendadak lebih cepat ketika memperhatikan gerakan mulutnya,

"Rumahmu di daerah sini ya?"

Suaran Yifan entah kenapa berubah jadi serak hingga Zitao otomatis menoleh ke arahnya, tetapi lelaki itu tidak sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan,

"Iya saya kost di daerah sini", jawabnya setengah melamun dan tersentak ketika Yifan mendadak menoleh ke arahnya.

"Kost?", kenapa informasi itu sampai terlewatkan olehnya?, "kalau begitu di mana orangtuamu?"

"Orangtua saya sudah meninggal, saya hidup sendirian",jawab Zitao otomatis, "Mr. YIfan, mungkin sebaiknya saya diturunkan agak jauh dari kantor, nanti saya berjalan kaki saja",

Yifan mengerutkan dahinya, tak suka dengan ide itu,

"Kenapa harus begitu?"

"Tempat parkir khusus direksi kan sangat mencolok, saya tidak mau orang yang melihat saya turun dari mobil anda akan berpikiran yang tidak-tidak",

"Seperti kita melakukan seks yang hebat semalam, dan pagi ini berangkat kerja bersama-sama?",

Wajah Zitao memucat mendengar ucapan Yifan yang sangat vulgar itu.

"Dengar Miss. Zitao, kau dikenal sangat menjunjung moralitas dikantor, adil orang tidak mungkin berpikir yang tidak-tidak tentangmu", Suara Yifan terdengar sinis dan mengejek, "lagipula...", kali ini Yifan sengaja membiarkan tatapan matanya menelusuri Zitao dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Semua orang tahu siapa aku, dan seperti apa pacar-pacarku, mereka tahu persis bahwa kau bahkan tak masuk ke dalam kategori tipe wanita kesukaanku, lagipula aku kan tidak mungkin tertarik padamu,jadi gosip apa yang akan timbul?",

Detik itu juga Zitao menyadari bahwa dia tak akan pernah menyukai bosnya yang satu ini. Dengan geram Zitao menggertakkan giginya lalu mengalihkan pandangan ke jendela luar.

Setelah itu tak ada percakapan lagi di antara mereka. Ketika YIfan memarkir mobilnya di parkir direksi, Zitao segera turun dan mengucapkan terimakasih dengan kaku, lalu berlari kecil menembus hujan, meninggalkan Yifan yang masih di mobil.

Untunglah lobby sudah sepi, hanya petugas keamanan dan resepsionis saja yang ada di sana, jadi tak perlu kuatir akan terjadi gosip. Tapi ketika Zitao melihat jam besar yang terpasang di lobby dia langsung mempercepat langkahnya, dia terlambat, Pak Yichen pasti akan marah besar.

Ketika sampai di ruangannya rekannya menatapnya sambil mengangkat alis melihat penampilan Zitao yang acak-acakan dengan rambut dan baju setengah basah,

"Pak Yichen menunggumu, dia bilang kalau kau datang langsung saja ke ruangannya",

Zitao mengangguk, hanya mampir sebentar ke mejanya untuk meletakkan tas dan langsung mengetuk pintu ruangan Pak Yichen,

"Masuk" gumam suara dari dalam,

Zitao melangkah masuk sambil mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan ocehan panjang lebar tentang kedisiplinan yang menjadi ciri khas bosnya itu.

Tapi di luar dugaan, wajah Pak Yichen bukannya masam melainkan sangat ramah, dia bahkan mempersilahkan Zitao duduk dengan bersemangat.

"Saya mengerti mengapa kau terlambat Zitao, tadi CEO kita, Mr. Yifan menelpon dan menjelaskan bahwa kau ikut mobilnya, yah saya tidak menyalahkanmu, cuaca sangat buruk pagi ini bukan?",

Zitao hanya tertegun menatap senyum bosnya yang begitu lebar. Ternyata cuma sampai disitu arti kedisiplinan yang digembar-gemborkan Pak Yichen, begitu kekuasaan berbicara, maka semua tak ada artinya lagi.

"Eh iya, tadi saya tak sengaja berpapasan dengan Mr. Wu ketika sedang menunggu bus dan Mr. Wu menawari saya tumpangan",

"Hebat Zitao, hebat, ternyata insiden kecil kemarin yang menyebabkan sendiri sampai turun tangan memanggilmu itu malah menguntungkan bagi divisi kita. Pimpinan tertinggi perusahaan kita, bayangkan!, dia mengenalimu dan bahkan mau menawarimu tumpangan!"

Zitao merasa muak melihat kegirangan bosnya yang tak wajar itu, memangnya Yifan itu siapa? Memang dia CEO perusahaan ini dan merupakan pimpinan tertinggi perusahaan ini di Beijing . Perusahaan mereka merupakan cabang dari perusahaan terkenal dengan nama sama di Jerman. Dan Yifan sebagai salah satu pemegang saham terbesar sekaligus CEO yang handal di salah satu perusahaan mereka di Jerman, menawarkan diri untuk mengisi jabatan di Beijing. Gosipnya Lelaki itu menganggap bahwa memimpin cabang mereka di Beijing dengan perbedaan budaya dan segala keeksotisannya merupakan tantangan tersendiri baginya. Tetapi lelaki itu kan manusia juga sama seperti mereka? Seharusnya Pak Yichen tak perlu segirang ini dong.

"Eh kalau begitu pak, saya ijin kembali sebentar ke meja saya untuk mengambil bahan meeting kita pagi ini", gumam Zitao memotong kalimat Pak Yichen yang masih berceloteh tidak jelas tentang kelebihan-kelebihan Wu Yifan dan betapa beruntungnya Zitao.

Ketika Zitao hendak melangkah pergi, Pak Yichen sepertinya baru teringat sesuatu,

"Oh ya Zitao tadi Mr. Wu berpesan kalau ada barang milikmu yang ketinggalan di mobilnya, dia ingin kau mengambilnya nanti jam 3 sore di ruangannya"

TBC