Disclaimer :

-Masashi kishimoto (Om Maskish, wonder gak akan pernah bosen minjem chara naruto nya, terutama Hinata dan Sasuke, wkwkwkwkwk)

Genre : hurt/comfort, Drama/romance

Pairing : SasuHina | slight Itahina | slight SasuIno | slight ItaIno

Rated : M min 17+ lahhh….. buat para reader jangan berharap Anu-anuan dulu ya, wonder belum siap. Hehehe…

Warning : AU, OOC, gaje, typo, dll

Wondergrave Proudly Present :

#Hola! Apa kabar? Melihat respon untuk chapter dua, wonder juga setuju, kalau chapter kemarin ga banyak moment sasuhina, juga kurang greget seperti chapter satu. Mungkin karena flashback nya banyak ya? Iya emang… di chapter ini juga moment sasuhina nya dikit, lebih banyak membahas mengenai Pernikahan Itachi sama Hinata di masa lalu. Untuk SPOILER, chapter depan lumayan banyak moment nya, wonder dah buat kok…. Wkwkwkwkw…. Btw semoga ga membingungkan ya, WONDER INGETIN lagi kalau FLASHBACK nya ada dua periode, 5 tahun yang lalu dan 3 tahun yang lalu. #Ngehe

Berharap banget kalau SOMETHING tetap lancar, dan juga dapat dukungan dari kalian semua reader ku yang manis dan baik hati

Wonder seneng bener dapet respon dari kalian, malahan membuat wonder ingin merombak chapter depan …

Wonder ga bisa lama-lama nulis pesan dan kesan sekarang ini, karena wonder masih UTS dan di kejer deadline tugas, mungkin minggu depan udah mulai renggang dan akan wonder update faster lagi muehehehehehehe…..

Mohon pengertian nya para reader tercinta!

Happy reading, hope you like it ^^

SOMETHING

FLASHBACK ON (3 tahun lalu)

Hinata begitu frustasi melihat medali perak ditangannya. Ia menatap gadis berambut pirang yang begitu gembira memeluk ibunya. Ia tidak bisa percaya, gadis itu bebal dan memiliki hati yang begitu keras.

Hinata merasakan tepukan dibahunya. Ia mendapatkan ayahnya yang tersenyum kearahnya. "Ayah rasa, ini saatnya Dojo ditutup." Senyum lembut itu membuat hati Hinata terenyuh. Ia tau ayahnya kecewa, tapi ayahnya menutupinya, karena orang tua selalu berusaha kuat didepan anaknya. Hinata merasa bahwa dia tidak berguna, padahal dengan jerih payah ayahnya berusaha tetap membuka dojo kuno milik Hyuuga.

Saham dojo kuno milik Hyuuga sudah lama turun, sehingga utang yang segunung itu satu persatu jatuh tempo, dan sialnya jatuh saat kewajiban menjaga dojo tersebut berada ditangan ayahnya Hinata, Hiashi Hyuuga.

Kali ini adalah kesempatan terakhir Hinata untuk menjaga reputasi Dojo Hyuuga. Jika ia bisa memenangkan juara pertama, ada kemungkinan orang akan melirik dojo reyotnya dan mulai membantu pendanaan.

Dihari sebelumnya, Hinata sudah meminta bantuan terhadap satu-satunya saingan bebuyutan yang lebih muda darinya. Wanita itu merupakan saingan terbesar dalam hidupnya. Ia telah merebut julukan Ratu Panahan dari Hinata. Sekali saja, wanita itu tak pernah mengalah terhadapnya. Pernah sekali Hinata mengalahkan wanita pirang itu. Sejak saat itu, wanita itu selalu pantang menyerah terhadap Hinata.

Hinata bergidik membayangkan terakhir kali dia diseret oleh salah satu rentenir menuju Bar asing. Mereka akan menjual dirinya disana, namun Hinata berhasil bebas saat itu, karena seorang lelaki asing membantunya. Lelaki itu juga telah membeli bar jelek itu, 2 tahun lalu. Hinata tidak sempat melihat wajah lelaki itu, karena saat itu Hinata terlalu shock dan pingsan. Tapi Hinata ingat, lelaki itu memiliki mata onyx yang indah. Sampai sekarang, Hinata belum pernah menemukan orang itu lagi.

"Selamat ya…." Ujar Hinata tak ikhlas ketika dirinya berada didepan wanita pirang itu. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan. "Maafkan aku Hinata, aku memiliki sesuatu yang harus dipertaruhkan juga untuk pertandingan ini." lurusnya, namun Hinata menatap nyalang terhadapnya.

"Kau memakai bahasa informal terhadapku, Ino?" Ino menyuruh ibunya untuk meninggalkan mereka berdua, dan ibunya menurut, ibu Ino melihat Hinata sejenak dan memberi senyuman begitu lembut, namun Hinata hanya melengos dan pura-pura tidak tau. Ino menatap Hinata tak kalah nyalang, sehingga membuat rahang Hinata semakin mengeras juga.

"Kenapa? Bukankah kita sudah cukup akrab untuk memakai bahasa informal, h.i.n.a.t.a-chan?" Hinata berdecih.

"Kau benar-benar jahat Ino. Aku sudah memintamu untuk mengalah, kau tau, hidupku kedepan bergantung pada ini. kau tidak pernah berterima kasih kepada ayahku. Kau tidak ingat, karena dia kau bisa berada sampai sejauh ini." Ino terkekeh.

"Apa yang membuatmu begitu sayang kepadanya? Dia itu pengkhianat Hinata Onee-chan." Mata Hinata memerah, sekarang jalang didepannya memanggilnya one-chan, membuatnya merinding. "Kau marah? Ahh… kau terkejut? Bukankah kau sudah tau? Ini hanya diantara kita bukan? Aku ingin dia yang berlutut kepadaku dan ibu. Dan bukan kau yang berlutut."

"Jaga mulutmu Ino."

"Dia mencampakkan kami dan lebih memilih kalian, rasakan utang melilitmu."

"Ibumu yang pertama kali menggoda ayahku, wajar jika ayahku membelaku. Ibumu hanya selingkuhannya."

PLAKK….

Ino menampar Hinata. "Ibuku bukan selingkuhan, ayahmu yang menggoda ibuku. Kalau kau mati muda mungkin dia akan berpaling terhadap kami. Karena Hikari(nama ibu Hinata) adalah wanita yang lemah, sama seperti dirimu." Tepat setelah mengatakannya, Ino meninggalkan Hinata sendiri dengan matanya yang memerah menahan air mata yang terbendung.

.

.

.

.

Hinata menatap bintang-bintang yang ada dilangit malam ini. ia berusaha menghibur dirinya sendiri. Berusaha melupakan semua perkataan Ino.

HINATA POV

Ketika aku kecil, aku sudah belajar panahan bersama Ino. Saat itu, umurku 10 tahun, dan Ino berumur 5 tahun. Kami memiliki jarak 5 tahun. Kedatangan Ino merubah hidupku. Setiap malam, aku sering mendengar jeritan dan juga barang yang dibanting oleh ibu. Aku tidak tau apa salah ayah, tapi ibu tampak tertekan. Ibu memiliki tumor di otak, dan dia tidak boleh banyak pikiran. Ibu tak bisa bertahan lama, sehingga ia meninggal beberapa bulan kemudian, meninggalkanku bersama ayahku. Sejak saat itu, Ino dan ibunya datang dan tinggal didojo kami. Aku yang masih kecil melihat keakraban ayah dan juga wanita asing itu, membuatku tidak nyaman. Hubunganku dengan Ino memang tak baik sejak awal. Aku tidak menyukainya. Dia adalah anak anti social, dia selalu menyendiri, seperti psikopat, ia sering menjahili teman nya yang lain. Ketika disalahkan dia tak ingin mengaku. Pernah ketika aku dengan sukarela membantunya dan melimpahkan semua kesalahannya kepada diriku sendiri, kupikir ia masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Namun kelakukannya setelah itu selalu menuduhku melakukan semua hal yang tidak kulakukan.

Bukannya tidak berani melawan, tapi semua orang lebih percaya kepada anak kecil 'kan? Tapi semuanya terbalaskan saat ia menginjak kelas 3 SMA dan ada kejadian memalukan yang mengakibatkan ia harus pindah dari konoha menuju Tokyo bersama ibunya yang tercinta. Kelakuan buruknya kepergok oleh guru dan dia diusir secara tidak terhormat. Merupakan berita baik bagiku, namun saat itu berhasil mendengar kabar buruk juga. Ternyata Ino adalah anak ayahku. Yang artinya, ia saudara tiriku. Pantas saja ibu Ino dan ayahku sangat akrab. Ohh… sekarang aku tau apa dasar pertengkaran ayah dan ibu. Ternyata ibu Ino membunuh ibuku. Aku membenci wanita itu dan ibunya…..

Dan sekarang tanpa belas kasihan, dia sengaja mengalahkanku dan pura-pura bekerja sama. dia benar-benar jalang.

Ya aku akui, perbuatanku juga salah. Tepat sebelum pertandingan itu, aku mengadakan kesepakatan mengenai nilai yang akan aku raih, aku menyuruhnya untuk memanipulasi skor. Bagaimanapun juga aku harus menyelamatkan ayah.

"Hinata-chan…." Sepertinya ayah memanggilku, benar saja dia sudah ada dibelakangku, ia tersenyum namun aku memalingkan mukaku. "Maafkan ayah… sepertinya kita takkan pulang ke konoha lagi. Ayah harus menetap disini."

"Tak apa, lagian dojo itu sudah seharusnya dijual dari 2 tahun yang lalu." Aku menerawang, saat Ino kelas 3 SMA, kabar buruk yang lain, kami tidak diterima lagi di konoha, sehingga kami harus pindah ke Tokyo juga. Namun aku berontak saat itu, aku tak ingin serumah dengan mereka, dan akhirnya ayah menurutiku.

"Tou-san….." aku memanggil ayahku. Ayahku menanggapi. "Mulai sekarang, ikhlaskanlah dojo itu. Jangan berutang lagi. Sudah syukur kita bebas dari rentenir itu dua tahun lalu." Ayah tersenyum, matanya lirih, dan ia mengangguk. "Maafkan aku, Hinata…."

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya. Aku membuatmu dan hikari menderita." Aku menghembuskan nafasku panjang, lalu mengangguk-angguk tak masalah.

"Tidak apa-apa. Lagian sudah wajar bagi lelaki."

"Ayah tidak—"

"Sudahlah tou-san, aku bosan membicarakan tentang Ino dan ibunya. Aku lelah." aku pun beranjak meninggalkan ayah yang masih duduk di teras. Aku tatap ia dari belakang. Ia tak setegap dahulu, ia sudah menua dengan beberapa uban menghiasi rambut coklatnya. Rasanya aku ingin menangis jika melihatnya. Dia pasti juga sangat tertekan akan semua ini. tapi aku bersyukur, karena dojo kuno yang menyusahkan itu sudah lenyap. Aku dan ayahku bisa bernafas tenang sekarang, walau mungkin masih ada beberapa utang yang harus kubayar.

HINATA POV END

.

.

.

.

"Apa kata ayah? Tunangan?" Fugaku mengelap mulutnya dengan serbet, lalu ia menatap Itachi tegas. "Ya, ini wasiat lama. Kau harus menghargai tetuamu." Itachi menghentikan kegiatan makannya. Ia lalu melirik ayahnya.

"Aku ingin jujur yah…. Aku sudah memiliki wanita lain untuk dinikahi."

"Lupakan dia." Fugaku menghiraukan kekesalan Itachi, Mikoto yang melihat hawa dingin keduanya langsung menggenggam tangan Fugaku. Ia tatap suaminya dengan tatapan lirih, namun suaminya hanya mengangguk mantap.

"Aku sudah" Itachi beranjak dari duduknya, meninggalkan kedua orang tuanya yang ada dimeja makan.

"Fugaku-san, aku tidak ingin dia pergi juga….." rengek Mikoto kepada Fugaku. "Sudah cukup Sasuke yang pergi 2 tahun lalu."

Fugaku menghembuskan nafas panjang, ia balas menatap Mikoto dan menggenggam tangan istri tercintanya. "Aku tau ini sulit. Tapi aku kepala keluarga, sesakit apapun keputusan dari para tetua aku tidak bisa melawan. Kau masih ingat rekan kerjaku, yang menyuplai semua peralatan panahan di mansion kita?" Mikoto tampak berpikir

"Hiashi-sama?" Mikoto girang mendengar nama lelaki itu. Hiashi adalah teman lama mereka, sudah lama Mikoto tidak bertemu dengannya.

"Aku tau dia orang baik. Ia tidak pernah menerima bantuan dariku. Dua tahun lalu, tepat ketika sebelum Sasuke pergi, Sasuke menelfonku. Dia meminta sesuatu untuk yang pertama kalinya kepadaku. Dia ingin membeli Bar yang ada diperbatasan." Mikoto tampak kaget mendengar Fugaku, ia belum pernah mendengar cerita ini.

"Entah apa alasannya saat itu, Sasuke bersikeras dan bahkan mengancamku. Akhirnya aku menurutinya, dan aku meminta Itachi untuk melakukan proses transaksinya. aku menemukan sebuah kejutan." Mikoto melihat Fugaku antusias.

"Karena ulah Sasuke, akhirnya aku mengetahui kabar kawan lamaku, Hiashi. Aku tak tau apa yang terjadi, tapi ia memiliki pinjaman yang jumlahnya tidak sedikit kepada pemilik bar itu. Andai saat itu aku tidak menolong mereka, mungkin aku tidak akan bertemu lagi dengannya." Mikoto tersenyum, "Lalu?" Mikoto menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Aku berhubungan dengannya sejak dua tahun lalu, maaf aku tidak menceritakanmu ini semua." Mikoto menggelengkan kepalanya pelan.

"Ie' …. Tidak masalah bagiku."

"Hiashi memiliki seorang putri."

"Benarkah? Ohh.. aku ingat, terakhir kali aku bertemu dengannya, kehamilannya masih berumur 7 bulan." Fugaku mengangguk.

"Hiashi mengetahui kalau aku yang menyelamatkan mereka. Kau tau kan Hiashi orangnya seperti apa?" Mikoto mengangguk pelan "Ia merasa tidak enak, dan dia bersikeras memberiku wasiat. Dia menyerahkan putri nya kepadaku. Terdengar seperti menjual putrinya sendiri. Tapi, ia berkata bahwa dia tidak memiliki pilihan lain. Ia tidak ingin terus menyusahkan putrinya apalagi umurnya tinggal beberapa bulan lagi." Mata Mikoto membulat.

"Hiashi mengidap kanker juga. Ia menitipkan putrinya kepada kita, aku tidak bisa berkata apa-apa, selain mengatakan iya." Mikoto menatap Fugaku. Ia mengerti akan perasaan suaminya. Tapi ia juga tak ingin mengecewakan perasaan Itachi.

Sangat jarang Itachi jatuh cinta. Terakhir kali Sasuke minggat dari rumah juga karena patah hati oleh seorang wanita. Mikoto tak ingin Itachi minggat karena wanita juga.

Karena itu, ketika malam tiba, Mikoto mengetuk pintu kamar Itachi. Tak ada jawaban, Mikoto keras kepala dan membuka pintu tersebut, ia menemukan Itachi yang sedang membaca buku.

"Boleh okaa-san minta waktunya?" Itachi hanya mengangguk.

"Aku mendengar percakapan kalian tadi siang." Seakan tau apa yang ingin ibunya nyatakan, Mikoto hanya menghembuskan nafas yang berat.

"Ibu mengerti perasaanmu, Itachi….. tak bisakah kau kali ini mengalah?"

"Tidak bisa….. aku mencintai gadis itu, dan aku sudah berjanji akan menikahinya."

Mikoto menggelengkan kepalanya, lalu kemudian smartphone dari Itachi berdering, mengundang Mikoto untuk menatap layar smartphone tersebut, terpampang jelas nama 'Ino Yamanaka' disana. Dengan muka sumringah, Itachi menyambut smartphone nya dan menekan dial.

Mikoto tak menghiraukan percakapan mereka yang begitu romantis. Hati Mikoto serasa mencelos, ia tidak percaya, wanita itu kembali mengusik anaknya. Apakah ia tidak tau kalau dirinya sangat membencinya. Ia sudah mengecewakan Sasuke dan sekarang…..

"Itachi….." Itachi menoleh dan mendapati ibunya yang sudah menatap nya dengan penuh kemarahan. Mikoto merebut smartphone milik Itachi dan kemudian membanting smartphone itu hingga terbagi tiga, hancur lebur. Itachi tak percaya dengan apa yang ibunya lakukan.

"Ini pertama kalinya ibu meminta kepadamu." Itachi menatap ibunya yang begitu serius saat ini. baru pertama kali Itachi melihat tatapan ibunya yang benar-benar berbeda. Semua kelembutan dan kasih sayangnya serasa hilang.

"Aku ingin kau melanjutkan pertunangan ini. suka atau tidak suka. Setuju atau tidak setuju. Ibu mohon dengan sangat lupakan wanita yang kau cintai itu." Dan setelahnya, Mikoto meninggalkan Itachi yang mematung menatap kepergian ibunya.

Itachi menghembuskan nafas panjang. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Mengapa harus aku…bukankah Sasuke yang harus tanggung jawab?" gumam Itachi, yang kemudian ia memijit pelipisnya.

.

.

.

Hinata tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan ayahnya. Ia menyimpan rahasia mengenai kanker yang ia idap, persis sama seperti ibunya dahulu. Dan kini ia meninggalkan Hinata sendiri. Hinata menangis tertahan melihat makam ayahnya. Tepat dimakamkan disamping makam ibunya.

"Baka…." Gumam Hinata melihat makam ayahnya. Satu persatu orang sudah berlalu setelah mengatakan belasungkawa kepadanya, tinggal ia sendiri menatap kosong makam ayahnya. Tiba-tiba pundaknya disentuh oleh seseorang. Hinata menoleh, mendapati orang asing tersenyum hangat kepadanya. "Menangislah, kau tak harus menahannya." Hinata menatap mata onyx wanita itu lama, dan kemudian isakan mulai terdengar darinya, dan Hinata pun menangis sangat keras. Wanita tersebut memeluk hangat Hinata, dielusnya punggung Hinata.

Setelah Hinata benar-benar tenang, wanita itu mengajak Hinata untuk berbicara dengannya.

"Apa yang ingin tante bicarakan? Apa ayah berutang dengan tante? Aku belum punya uang untuk membayarnya." Hinata tak bisa tergagap sekarang. Tenaganya habis untuk gagap. Ketika ia sedang merasa melawan musuh, ia akan berani untuk tak tergagap. Kebiasaan baginya. Wanita itu terkekeh.

"Panggil aku Mikoto-san…. Namaku Uchiha Mikoto." Ujarnya dengan senyum lembut. Ia tatap Hinata, benar-benar mirip seperti hikari.

"Mikoto-san, kumohon…. Aku baru berbelasungkawa …. Nanti saja kalau masalah utang." Mikoto tak ingin memaksa Hinata. Ia kemudian mengangguk dan menyodorkan Hinata sebuah alamat.

"Aku tak butuh uangmu, Hinata-san. Hadirlah disana kapanpun kau siap. Karena kau memiliki utang yang sangat besar, utang yang bisa merubah kehidupanmu menjadi bahagia." Dan Mikoto pun benar-benar berlalu meninggalkan Hinata yang mematung.

Hinata menghela nafas panjang, ia tatap alamat tersebut. Tampaknya bukan Bar ataupun tempat lain. Utang apa yang ia punya saat ini?

"Aku turut berduka cita." Hinata memijit pelipisnya begitu mendengar suara yang ia benci. Ia menoleh, mendapati Ino yang menyilangkan tangannya didepan dadanya.

"Pergi… aku sedang tak ingin berdebat."

"Menyeramkan. Dia juga ayahku." Ejek Ino, Hinata menatapnya benci, kemudian ia beranjak, ingin meninggalkan Ino sebelum ia benar-benar akan membunuh gadis jalang itu.

"Kau harus datang ke acara pernikahanku." Hinata menghentikan langkahnya, ia menoleh kearah Ino.

"Apa? Nikah?" Hinata benar-benar tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Ino.

"Yap…."

"Kau bilang dia ayahmu? Kau ingin bersuka cita diatas duka citanya?" Ino mengedikkan bahunya. "Apa aku mengatakan dia ayahku barusan?" tanya Ino, Hinata menahan emosinya.

"Dengar! Berhentilah bersikap kekanak-kanakan Ino. Kau sudah dewasa, kau bisa berpikir mana yang baik dan benar! Kau tidak pernah memaafkan ayah hanya karena satu kesalahannya karena membelaku saat itu."

"Aku membencinya saat membelamu. Aku bahkan sampai diusir dari sekolahku. Kau tak tau betapa besarnya reputasiku saat itu."

"Baguslah kalau begitu, kau diajarkan untuk tidak serakah. Kau memang benar-benar sesuatu….." Hinata tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia pun segera meninggalkan Ino yang terdiam.

Ino menggigit bibir bawahnya, ia melihat kearah foto ayahnya yang dihiasi bunga. Air mata menetes dari pelupuknya.

Ino bertemu dengan Mikoto didepan rumah Hinata tadi. Tentu Ia kenal dengan Mikoto, ia tidak menyangka ia akan bertemu dengan Mikoto disaat seperti ini. ia sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Mikoto.

"Sudah lama tidak bertemu, Ino-chan."

"Mi-Mikoto-san…. Apa yang anda lakukan disini?"

"Aku menemui calon menantuku….." Ino menganga tak percaya mendengar tuturan dari Mikoto, apa ia pikir Ino masih mencintai Sasuke? Dia salah besar. Terserah jika Hinata akan menikah dengan Sasuke.

"Bukan dengan Sasuke….." merasa bisa membaca pikiran Ino, Mikoto melanjutkan pembicaraannya. "Tapi… dengan Itachi….."

DEG

Mata biru Ino membulat, ia menatap Mikoto nanar. "A…apa? Itachi? Darimana anda kenal Itachi?"

"Kau tidak tau apa-apa tentang keluarga Itachi ya? Ino-chan? Itachi anak pertamaku. Kakak kandung Sasuke." Mendengar pernyataan dari Mikoto sontak seluruh tubuh Ino mengejang.

"Tidak mungkin Itachi mau, dia mencintaiku." Mikoto mendecih

"Aku membujuknya, dan sepertinya dia akan setuju. Kau tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari Uchiha, Ino Yamanaka-san….. jangan pernah bermimpi."

Ia menjerit lalu kemudian melempar foto ayahnya dengan sepatu miliknya sehingga foto itu pun hancur. Hinata yang belum jauh dari tempatnya berada langsung berlari kembali dan menemukan ruangannya yang sudah berantakan dan muka Ino yang menyeramkan.

"APA YANG KAU LAKUKAN!" Hinata menjerit, Ino mendekatinya dan mendorong Hinata hingga dia tersungkur.

"AKU MEMBENCIMU HINATA! AKU TIDAK AKAN MATI SEBELUM AKU MEMBALAS DENDAMKU" dan setelahnya Ino berlalu pergi meninggalkan Hinata.

Hinata memandang foto ayahnya yang pecah, tangannya bergetar, ia mendekati bingkai yang sudah pecah itu, diapun memeluknya erat, tak peduli tangannya sudah berdarah akibat terkena pecahan beling. Hinata menangis sekeras-kerasnya. Kini ia tidak memiliki siapa-siapa… ia butuh seseorang… ia lelah hidup seperti ini. ia kemudian teringat akan wanita yang memeluknya begitu tulus di pemakaman. Ia lirik alamat yang ada dimejanya, dengan segera ia sambar alamat tersebut dan ia pun berlari keluar rumah.

Cuaca hari ini sungguh tak bagus, hujan mengguyur kota Tokyo. Hinata tak memedulikan hujan yang membasahi dirinya. Dia naik taksi dan menanyakan alamatnya kepada supir. Sudah lebih dari satu jam dia terdiam didepan rumah yang begitu besar. Ia tidak berani untuk masuk. Apa yang harus ia katakan? Ia ingin merasakan kebahagiaan.

Pintu terbuka, menampakkan seorang lelaki dengan mata onyxnya. Hinata tambah mematung melihat lelaki itu. Mata itu terlihat familiar baginya. Dua tahun lalu….. apakah dia yang menyelamatkannya? Lelaki yang menunggunya hingga ia tersadar.

"Apa yang kau lakukan disini?" lelaki itu bertanya, suara baritone nya terdengar sama. spontan Hinata mendekati lelaki itu dan kemudian tangannya yang sudah dingin menyentuh pipi laki-laki itu, "Aku menemukanmu…" lirih Hinata, yang kemudian Hinata pun pingsan. Itachi—nama lelaki itu, langsung merangkul Hinata agar ia tak terjatuh. Dengan segera, Itachi menggendongnya dan masuk ke dalam mansion. Semua maid tampak khawatir melihat tuannya yang membawa orang asing dalam keadaan pingsan.

"Tolong gantikan dia baju, fuma. Sepertinya dia hujan-hujanan." Pembantu bernama fuma itu menurut dan segera mengambil baju miliknya dan menggantikan pakaian Hinata.

Keesokan harinya, Hinata tampak belum bangun. Itachi menatap gadis yang masih tertidur itu. Ia tidak tau siapa gadis ini, dan darimana asalnya, tapi dia tampak begitu familiar.

Sebuah gerakan lolos Hinata lakukan, sehingga membuat Itachi terkesiap dan langsung duduk di bibir kasur.

"Kau sudah sadar? Kau tidak apa-apa?" Itachi tampak khawatir, ia membantu Hinata bangkit. Mata bulan Hinata sedikit demi sedikit terbuka.

HINATA POV

Aku membuka mataku perlahan, cahaya matahari begitu mengusikku. Ketika aku membuka mataku, aku melihat mata onyx itu, dan sekarang bisa kulihat dengan jelas lelaki didepanku, dia tampak sama seperti dua tahun yang lalu, aku tersenyum. Aku benar-benar merindukannya, dan aku ingin berterima kasih kepadanya.

HINATA POV END

"Kau bisa mendengarku? Apa ada yang sakit?"

Hinata menggelengkan kepalanya lemah, "Aku akan memanggil dokter." Hinata menahan tangan Itachi.

"Aku baik-baik saja…." Lirihnya kemudian, membuat Itachi menghela nafas.

Pintu terbuka menampakkan wanita familiar yang sedang tersenyum kepada Itachi dan Hinata.

"Dia tidak akan mati, Itachi-kun….."

"Okaa-san….."

"Mikoto-san….." panggil Hinata pelan, Itachi menatap Hinata dan kemudian menatap ibunya. "Kau mengenal ibuku?" tanya Itachi kepada Hinata.

Hinata mengangguk pelan, "Dia mengatakan akan memberiku kebahagiaan jika aku datang kesini." Mata Itachi membelalak, ia langsung bangkit. Ia mendapati ibunya yang tersenyum lembut, Itachi hanya terdiam dan berlalu tanpa kata-kata meninggalkan ibunya dan Hinata.

Itachi mengemudikan mobilnya cepat, hanya satu tempat tujuannya saat ini.

"Inooo! Buka pintumu! Inooo!" Itachi menggedor-gedor pagar rumah Ino, berkali-kali memencet bel. Tak lama kemudian Ino keluar dan membukakan pintu nya, Ino kaget melihat kedatangan Itachi, apalagi kini Itachi bercucuran air mata.

Itachi merengkuh tubuh mungil Ino. Ia menangis.

"Aku mencintaimu Ino…. Aku mencintaimu… aku tidak bisa mencintai orang lain." Ino sebenarnya mengerti apa maksud Itachi. Tapi…. Berhubung Itachi belum tau kalau dirinya dan ibunya saling kenal, Ino memilih bungkam dan pura-pura tidak paham.

"I-Itachi-kun, a-aku sesak….." Itachi mengendurkan pelukannya, ia merangkum wajah Ino.

"Ada apa? Ceritalah kepadaku…." Ujar Ino menawarkan diri, namun Itachi menggeleng lemah. "Aku ingin melamarmu…. Aku ingin berada di Altar bersamamu….. dan aku ingin memiliki anak yang mirip sepertimu…. Namun, aku tidak bisa melakukannya sekarang."

Ino memiringkan kepalanya, pura-pura tidak mengerti. "Situasinya benar-benar rumit, tapi….. ayah dan ibuku memiliki mitra kesayangan. Ia memintaku untuk menikahi putrinya."

"Dan kau mau?"

Itachi menggeleng pelan, ia menunduk, ia merasa malu dengan dirinya saat ini. Ino menghembuskan nafas panjang. Ia merangkum wajah Itachi sekarang. "Tatap aku….." Itachi memberanikan diri menatap mata biru Ino. "Kau sudah mengenalku berapa lama?"

Itachi tampak berpikir, "Dua tahun….." gumam Itachi.

"Apa aku terlihat tidak bisa dipercaya? Apa kau mempercayaiku?" Itachi mengangguk "Umurku masih 20 tahun…. Aku masih kuliah Itachi-kun. Aku bersyukur telah mendapatkan beasiswa dari Panahan Nasional di Universitas konoha. Aku ingin diriku sukses, aku ingin diriku diakui, bukannya aku tidak ingin menikahimu sekarang. Maksudku….. jika aku berada di depan orang tuamu saat ini, dengan orangtua yang sangat lemah, dan aku tidak punya apa-apa, mungkin aku akan tetap ditolak. Aku akan datang kesana, ketika aku sudah memiliki pekerjaan tetap. Pada saat itu …"

"Aku akan menceraikan nya… aku akan menceraikan dia ketika kau siap bertemu dengan orang tuaku….."

"Jangan….. biarkan dia yang menceraikanmu." Itachi memiringkan kepalanya "Aku tidak mau menjadi alasan perceraian kalian. Biarkan dia yang menceraikanmu." Itachi mengangguk mantap dan kemudian memeluk Ino hangat, "Aku akan rajin datang ke konoha. Aku tak ingin jauh darimu."

Itachi tak bisa melihatnya, ia tak bisa melihat Ino yang menyeringai penuh kemenangan di pelukan nya.

FLASHBACK OFF

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

Sasuke merasakan lapar melandanya. Dia merutuki dirinya sendiri karena menolak makan malam, dan sekarang ia terkena imbasnya. Ia berjalan mengendap-endap ke dapur. Dan ia begitu terkejut dan hampir menjerit ketika melihat makluk berambut indigo panjang dengan kulitnya yang sangat pucat dan mukanya yang kusut.

"Apa yang kau kau lakukan disini?" tanya Sasuke kepada kakak iparnya itu, Hinata melirik Sasuke sejenak sebelum kemudian mengangkat gelasnya untuk meminum air kembali, namun sayangnya tidak ada lagi air yang bersisa di gelas tersebut. Hinata terlihat linglung. Ia kemudian menaruh asal gelas tersebut, ia berniat untuk meninggalkan Sasuke.

Sasuke melihat kakak iparnya sedikit iba. Apa ia sudah tau kalau suaminya punya simpanan? Sasuke tebak pasti dia belum tau, mengingat betapa bebal otaknya. Sasuke meraih lengan Hinata ketika ia melewati Sasuke.

"Temani aku makan….." ajak Sasuke, Hinata menepis tangan Sasuke, namun Sasuke semakin mengeratkan pegangannya.

"Aku tidak lapar…." Tepat ketika Hinata mengatakannya, perut Hinata berbunyi. Hinata menunduk malu, sedang Sasuke terkekeh geli.

"Mau ramen?" tanya Sasuke, dengan malasnya Hinata pun berjalan sempoyongan menuju kursi. Sasuke tersenyum melihatnya.

Hinata melahap ramen sampai tak bersisa, Sasuke sedari tadi menatap Hinata dengan geli. Melihat Hinata makan sudah membuatnya kenyang.

"Kau tidak memakannya?" Hinata menunjuk ramen milik Sasuke, Sasuke tersenyum dan menggeleng. "Aku kenyang, kau makan seperti sapi." Sasuke menyodorkan ramennya, Hinata tak menghiraukan ejekan Sasuke dan melanjutkan makannya dengan kyusu'.

Disela-sela makannya, Hinata melirik Sasuke. "K-kau be-berrsungguh-sungguhkan, ten-tentang yang ta-tadi si-siang?"

Sasuke mencoba berpikir, apa yang ia katakan kepada Hinata tadi siang. Sasuke kemudian mengangguk pelan. Sepertinya bukan ide bagus untuk terus mengganggu kakak iparnya ini. ia sedikit kasihan karena pesonanya bisa kalah dari Ino. Tapi Sasuke mewajarinya. Mungkin alasan 5 tahun lalu Ino mengusirnya secara paksa karena ia mengejar Itachi. Atau dugaannya salah? Bagaimana bisa Ino berubah total saat itu. Ia seperti memiliki dua topeng.

"Mau main ToD?" Sasuke menawarkannya kepada Hinata.

"K-kau ti-tidak bermaksud menjebakku lagikan?"

Sasuke menggeleng pelan, "Kau bisa memulainya. Aku memilih Truth" Hinata mengangguk dan mencoba berpikir.

"A-a-apa k-kau me-memiliki pe-perasaan terhadapku?" Hinata menatap Sasuke dengan tatapan selidik. Sasuke terkekeh pelan lalu dengan santainya menggelengkan kepalanya. Hinata meletakkan sumpitnya kasar lalu menatap Sasuke tidak percaya.

"La-lalu a-apa maksudmu me-menciumku di ru-ruang panahan!" muka Hinata memerah antara marah dan malu.

Sasuke menyeringai, "Aku hanya ingin mencari hiburan, lagian kau menikmatinya."

"A-apa-apaan! Kau memaksaku! D-dan a-aku tidak menikmatinya." Sasuke mengedikkan bahunya. "Sekarang giliranmu…."

"Karena kau truth, aku akan memilih truth juga."

Sasuke mengangguk mengerti, lalu kemudian menatap Hinata serius. "Jika suatu saat, Itachi melakukan hal yang tak terduga, apa yang akan kau lakukan?"

Hinata memiringkan kepalanya, ia tampak berpikir, lalu kemudian tersenyum kearah Sasuke, senyuman yang benar-benar tulus, sehingga membuat Sasuke tersentak.

"Itachi memang selalu melakukan hal yang tak terduga Sasuke-kun….. aku rasa aku sudah terbiasa dengan sikapnya."

"Sekalipun dia menjahatimu?"

"Jika dia melakukannya, aku yakin dia memiliki alasan. Dan aku tak akan memaksanya atau mengekangnya…. Itulah Nyonya Uchiha."

Hinata melanjutkan acara makannya, sedang Sasuke masih mematung. "Giliranmu, Sasuke…"

Sasuke beranjak dan kemudian menjitak kepala Hinata sehingga membuat Hinata kaget, ia menatap Sasuke garang. "Makanlah yang banyak…." dan ia berlalu sebelum Hinata benar-benar membalas pukulannya.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE©TBC

#NB : REVIEW PLEASE ! 30++ REVIEW WILL BE UPDATE WEDNESDAY! XD

Thanks!

-preview-

"Hanya ada satu cara mengetahuinya…" Sasuke mendekati telinga Hinata, lalu ia berbisik seduktif sehingga membuat Hinata bergidik "Ayo kita lakukan lagi…."

"Kyaaa!"


"Te-terserahku, a-apa pedulimu! K-kau tidak perlu tau dan paham mengenai diriku."


"Diamlah, sejenak saja." Mendengar penuturan Sasuke, membuatnya tetap risih, apalagi sekarang mereka ditempat umum. "Aku hanya ingin mengatakan….. jangan pernah menyerah terhadap Itachi."


"Apa maksudmu Itachi? Tidak ada Uchiha muda….. "

.

.

.

.

.

.