Disclaimer :

-Masashi kishimoto (Om Maskish, wonder gak akan pernah bosen minjem chara naruto nya, terutama Hinata dan Sasuke, wkwkwkwkwk)

Genre : hurt/comfort, Drama/romance

Pairing : SasuHina | slight Itahina | slight SasuIno | slight ItaIno

Rated : T POSSIBLE M min 17+ lahhh….. buat para reader jangan berharap Anu-anuan dulu ya, wonder belum siap. Hehehe…

Warning : AU, OOC, gaje, typo, dll

#NB

Mau curhat sedikit. Minta maaf sebelumnya, karena author mengecewakan kalian. Author tak tau kalau beberapa dari kalian begitu menyukai MY CEO. Author sudah berusaha menimbang-nimbang, author juga kecewa sama diri author sendiri. Mengapa author gak bisa melanjutkan fanfic itu. Sedih rasanya.

Sudah mencoba mengetik beberapa kalimat untuk melanjutkan. Namun feel nya hilang. Serasa tak ada jiwa untuk melanjutkannya. Menyesal untuk mengatakan, sekaligus takut jika para reader akan marah jika wonder benar-benar men-DISCONTINUED MY CEO.

Author hanya coba jujur. Daripada pembaca semakin banyak #Elleh lebih baik suthor delete tuh cerita segera. Sekarang memang belum wonder delete, karena wonder ingin tau reaksi kalian dahulu. Apakah tidak apa jika wonder mendelete nya? Kalau wonder di posisi reader, sudah pasti kesal,malahan rasanya ingin banget langsung datangin author dan mengatakan, 'Kenapa gak dilanjutin? Ah aku kecewa!'

Wonder takut kalau kalian bakal kecewa dan tak mau melihat perkembangan wonder di cerita lainnya, alias ga mau baca ff yang udah wonder buat.

Kini wonder mempublish sebuah ff baru lagi, temanya perselingkuhan. Wonder terinspirasi dari lagunya Girls Day.

Wonder sekarang mau buat banyak chapter dahulu sebelum membuat cerita. Agar ketika wonder terkena block, maka tulisan wonder akan tetap ter update. Lumayan banyak stock untuk something saat ini.

Wonder akan mendelete cerita lainnya yang belum complete, namun berada di dalam perkembangan. Namun akan wonder publish kembali ketika wonder benar-benar siap.

Terima kasih para reader yang masih stay tune untuk semua FF wonder selama ini.

Wondergrave Proudly Present :

SOMETHING

"Untuk wanita seumuran kita, One Night Stand adalah pilihan terbijaksana."

"Maksudmu hanya untuk bersenang-senang?"

"Kau bercanda? Tentu saja tidak bodoh. Memang kau ingin melajang seumur hidup?"

"Hey—jangan asal bicara. Kau tau umur pernikahanku masih seumur jagung? Dan dia sudah selingkuh didepan mataku?"

"Hahahaha…. Karena itu, lakukanlah hal yang sama. Sewa saja gigolo untuk curhatanmu."

Hinata menatap sebal kearah wanita-wanita murahan yang sedari tadi bergosip didepannya. Layaknya mendapatkan jawaban, Hinata menelusuri setiap sudut bar dimana ia berada.

"Gigolo…..?" nafas Hinata sudah berat. Mukanya pucat, terdapat bekas air mata disudut matanya. Pakaiannya sudah agak berantakan. Hinata beranjak dari tempat duduknya, dan memanggil bartender.

"Berapa yang kubutuhkan kalau harus memanggil gigolo?"

Sang bartender itu kaget, "Eh? Nona, kau sudah terlalu mabuk."

"Tidak, aku tidak apa-apa. Bisa kau carikan aku lelaki? Oh iya…. Jangan panggil aku nona. Aku sudah menikah." Mendengar penuturan Hinata, lagi-lagi sang bartender kaget.

"Baiklah nyonya, bisakah saya pinjam smartphone anda?" pandangan Hinata sudah mengabur, ia merasakan betapa pusingnya kepalanya saat ini. Ia tidak bisa berpikir jernih sehingga dengan begitu saja memberikan smartphone nya kepada sang bartender. "Telepon gigolo terseksi yang kau punya." Racau Hinata, sedang bartender itu hanya pura-pura mengangguk.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

Hinata kini berada sudah berada diatas springbed berukuran kingsized. Ia menggeliat sambil sedikit berguling-guling.

"Sudah berapa lama ia disini?" tanya seseorang kepada bartender.

"Sekitar 1 jam. Ia mengatakan kepadaku kalau dia ingin dibawakan gigolo." Bartender itu mendengar tuan nya mendecak sebal. "Dia tak tau apa-apa tentang bar ku."

"Begitulah tuan, sepertinya dia pendatang baru."

"Lalu mengapa kau menelfonku dengan smartphone nya? Apakah aku gigolonya?" bartender itu meganga lalu langsung meminta ampun kepada tuannya. "Maafkan saya tuan Uchiha. Saya tidak bermaksud begitu."

"Kau tau aku belum seminggu di Tokyo. Aku masih banyak urusan dan sibuk, keluargaku pun belum ku kunjungi. Inikah masalah genting yang ingin kau laporkan? Hahh… dasar. Aku mohon kepadamu agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Okey?" bartender itu menunduk patuh lalu kemudian berlalu meninggalkan tuannya sendiri bersama pelanggan aneh nya.

Lelaki itu menatap Hinata sedikit nanar. Ia menjambak rambut raven nya. Seketika ia tatap gadis didepannya, ia merasa familiar. Lama lelaki itu menatap Hinata. Tiba-tiba Hinata meracau tak jelas. "Kumohon… bantu aku…. Kumohon….. jangan pergi….." dahinya tampak bercucuran keringat. Lelaki itu hanya menggeleng yang kemudian memutuskan untuk melenggang pergi namun, tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik. "Apa kau sang gigolo…. Oh kau datang tepat waktu." Lelaki itu menatap Hinata ngeri, kemudian ia mencoba melepaskan pergelangan tangannya pelan.

"Maaf nona, aku bukan gigolo. Dan aku tidak ingin ikut campur dalam duniamu." Hinata tak mau melepaskan lelaki itu begitu saja. Bukan karena ia murahan. Hinata sudah merasa terlalu frustasi untuk menunggu ketidakpastian dalam hidupnya. Ia lelah dipermainkan namun tak berani melawan. Jadi orang baik itu sangat sulit. Boleh kah ia melakukan dosa nista itu sekali saja? Umurnya sudah 28 tahun, dan keperawanannya belum dilirik sekalipun, bahkan oleh suaminya sendiri. Ya…. Suami.

"Hei…. Asal kau tau anak muda, mungkin aku lebih tua darimu. Kau tau aku 28 tahun? Jangan panggil aku nona… panggil saja aku Onee-chan, atau Senpai saja okey…. Karena kita akan bersenang-senang malam ini … sayang….."

Bulu kuduk lelaki itu meremang ketika merasakan Hinata berani memeluk pinggangnya. Bau alcohol memenuhi indera penciuman lelaki itu ketika Hinata mendekat. Ia masih berusaha untuk melepaskan tubuh mungil Hinata. Ia laki-laki normal, jujur…. Lelaki mana yang tak tergoda jika dipeluk dan diajak seperti ini, apalagi gadis yang didepannya ini sekarang memiliki body yang cukup semampai dan dada diatas rata-rata. Lelaki itu menelan saliva di tenggorokannya, sembari menjernihkan pikirannya.

"Kau akan kubayar. Kumohon, lakukan sekali saja kepadaku, oke? Apa kau tidak tertarik kepadaku? Apa aku kurang sexy dimatamu? Hmm?"

"Bu-bukan seperti itu….. ak-aku….hmmmp" Mata onyx lelaki itu membulat ketika dengan cepatnya Hinata memberikan ciuman di bibir ranumnya. Hanya ciuman singkat. Keduanya terdiam, Hinata tersenyum dengan matanya yang sayu. Uchiha muda itu masih terdiam, otaknya masih meloading. Gadis bernama Hinata mengulangi aksinya, ia cium Uchiha singkat lalu setelahnya badannya tampak melemah, sehingga membuat sang Uchiha merangkul badannya. "Hei…. Sa-sadarlah bodoh." Uchiha itu menggendong Hinata ala bridal style ke ranjang kingsize. Seketika Uchiha mencoba meletakkan Hinata, Hinata kembali meracau, dan dia menarik tengkuk Uchiha sehingga mau tak mau kini Uchiha muda menghimpit Hinata diantara ranjang kingsize. "Siapa namamu?" tanya Hinata. Merasa tak ada respon, Hinata terkekeh geli. "Beri tau aku, agar aku bisa mendesahkan namamu." Hinata merenggangkan pelukannya, dan kini menyentuh pipi Uchiha, pelan-pelan menolehkan wajah rupawan itu kearahnya. Tampak wajah rupawan itu menatap Hinata datar dan tajam. "Sasuke…. Namaku Uchiha Sasuke." Hinata tersenyum mendengarnya. "Kau menyerah sekarang? Hahaha…" Hinata tertawa jahat, ia kemudian mencoba beranjak namun Sasuke kini menahannya, sehingga mereka masih diposisi yang sama. mata bulan Hinata kaget.

"Kau bilang kau ingin merasakan 'itu'?" suara baritone Sasuke membuat Hinata mengejang. Apakah lelaki ini marah? Pikir Hinata.

"Ka-kau ingin melakukannya denganku?"

Sasuke tak menjawab dan malah menangkup tubuh mungil Hinata dan kini memangkunya. "Kau akan membayarku 'kan?"

Hinata tak merespon dan hanya melongo melihat Sasuke. "Jangan menyesal…."

"A-aku—hmphh…." Belum sempat Hinata membalas perkataan Sasuke, Sasuke sudah menyambarnya dengan ciuman panas, dimana Hinata benar-benar tidak bisa menandinginya. Merasa bahwa Hinata kehabisan nafas, Sasuke melepaskannya namun tak membiarkannya bernafas dengan tenang, karena kini ia mulai menelusuri leher jenjang Hinata. Ia tarik tengkuk Hinata.

"Tu-tung—ahh… berhen-tiii…." Hinata benar-benar takut saat ini, ia tak pernah merasakan sensasi seperti ini. nafas Sasuke terdengar begitu memburu, dikarenakan posisi Hinata saat ini, Hinata bisa merasakan 'senjata' Sasuke yang sepertinya sudah menegang. Sasuke menghentikan kegiatannya, kemudian menatap Hinata datar, sampai-sampai Hinata tidak bisa menebak apa yang ada dipikirannya. "Kenapa?" tanya Sasuke datar.

"A-apa kau benar-benar akan melakukannya? Kau mau mendengar rahasiaku?"

"Hah—?"

Suara Hinata mengecil, "Aku sudah menikah….." ujarnya. Mendengar perkataan Hinata, Sasuke tertawa kecil. "Baguslah, kalau begitu kau tidak akan ketahuan kan?"

"Eh?" Hinata meloading otaknya lama, sehingga membuat Sasuke sedikit kesal.

"Hei… sudah selesai berpikirnya? Hahh…" Sasuke menghembuskan nafas panjang. "Kau ingin aku melakukannya atau tidak? Kalau tidak ya tidak, kalau ya juga tidak masalah bagiku." Hinata masih membisu, ia lirik mata onyx Sasuke. Lelaki itu tampak menunggu. Dengan polosnya Hinata kembali bertanya kepada Sasuke. "Apakah rasanya sakit?" kini Sasuke kembali terkekeh. "Kau mempermainkanku? Kau bilang kau sudah nikah, pasti kau sudah tau rasanya kan?"

"Ah… benar juga ya?" muka bingung Hinata membuat Sasuke geli. "Berapa umur pernikahanmu?" tanya Sasuke. Hinata tampak berpikir, "3 tahun" jawabnya singkat.

"Berarti kau sudah melakukannya sesering mungkin. Apa alcohol membuatmu lupa?" Hinata menggelengkan kepalanya polos. "Aku belum pernah melakukannya….." cicit Hinata, dan masih terdengar ditelinga Sasuke. Sasuke memandang Hinata tidak percaya, lalu kemudian menyingkirkan Hinata dari pangkuannya. Sasuke pun beranjak, ia membenarkan jas nya.

"EHH? Kau mau kemana?" Hinata menarik pergelangan tangan Sasuke kembali. Sasuke menoleh kearah Hinata sebentar, lalu kemudian menggelengkan kepalanya. "Pulanglah, suamimu menunggu." Hinata tampak kesal mendengar kata 'pulang'. Hinata menggenggam telapak tangan Sasuke, lalu menempelkannya kepipi tembam nya.

"Hei….. jadilah pemilikku."

"HAAA?" Sasuke kaget, 'PEMILIK'?

"Lakukan sekarang. Jadilah selingkuhanku."

"Kau gila ya?" Sasuke berusaha menarik tangannya yang masih digenggam Hinata.

"Kau menyukaiku kan?" dengan PD nya Hinata berkata, membuat Sasuke tertawa mengejek. "Kau benar-benar kurang kasih sayang ya?" Hinata mengangguk mantap. Sasuke menjambak rambut ravennya, ia benar-benar tak tau harus berkata apa lagi kepada wanita perawan yang ada didepannya ini. hanya satu kesimpulan yang bisa ia ambil. Pasti ada masalah diantara dirinya, dan suaminya.

Sasuke dengan kuat kini menghentakkan tangannya, lalu kemudian menatap Hinata serius. "Pulang dan selesaikan masalahmu, aku tidak berselera untuk melakukannya kepadamu." Hinata terdiam, ia tertegun melihat Sasuke lama. Tampak tak ada reaksi lagi dari Hinata, Sasuke mulai melangkahkan kakinya keluar, tepat setelahnya Sasuke mendengar bunyi 'BRUK' yang ternyata Hinata ambruk di ranjang kingsize tersebut. Sasuke sedikit terkekeh.

"Dia mabuk. Dasar wanita aneh."

Sasuke merasakan smartphonenya bergetar, ia meraihnya dan melihat nama dilayar smartphone nya, membuat muka rupawannya tersenyum. Ia langsung menekan tombol dial. "Okaa-san, apa kabar?"

"Kau apa-apaan Sasuke! Cepatlah pulang, okaa-san tau kau sudah ada di Tokyo."

"Okaa-san, aku berjanji akan kerumah minggu ini. aku akan mengambil cuti. Okaa-san puas?" Sasuke bisa menebak pasti muka ibunya sekarang sangat gembira.

"Awas ya! Jika kau tidak kembali minggu ini, okaa-san tak akan segan-segan menyeretmu." Sasuke terkekeh pelan, lalu kemudian melirik Hinata yang tertidur dengan tenang di ranjang.

"Okaa-san, apa okaa-san tau, hari ini aku bertemu seseorang yang sangat aneh."

"Benarkah? Siapa?" Mikoto Uchiha—tampak sangat antusias.

"Aku tidak tahu benar siapa dia okaa-san. Tapi, mempermainkannya sangat mengasyikkan."

"Sasuke-kun….."

"Hn?"

"Apa kau masih belum bisa melupakan Ino-chan?" pertanyaan ibunya membuat Sasuke terdiam. "Okaa-san benar kan? Lupakanlah dia Nak, Okaa-san tau dia adalah wanita yang sangat kau cintai, tapi dia tak baik untukmu. Dia telah menyakitimu. Lupakan dia dan bukalah hatimu." Tak ada respon dari Sasuke.

Sasuke tak tau harus menjawab apa. Disisi lain ia ingin melupakan Ino, tapi disisi lain, hatinya memberontak. Entah mengapa, jika soal Ino, ia hanya bisa bungkam.

"Jika kau sudah menemukan wanita lain selain Ino yang membuatmu tertarik, ibu harap kau akan mengejarnya, ibu tidak peduli apa profesinya, atau wajahnya, ahh atau keluarganya, pokoknya kau harus mendapatkannya. Kau mengerti?"

Sasuke tersenyum, "Wakarimashita, okaa-san. Kalau begitu, matta ne. Oyasumi okaa-san."

"Hn, Oyasumi Sasuke-kun"

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

"Itachi-kun, kapan kau kesini lagi?" seorang wanita bersurai pirang merengek manja kepada lelaki stoic yang sedang memasang jasnya. Lelaki itu tersenyum, sangat jarang sekali orang melihat senyuman indah dari lelaki ini. sehingga menandakan bahwa wanita berambut pirang ini begitu beruntung.

"Kau sudah tau jadwalku Ino. Aku tidak akan tahan di Tokyo."

"Kapan istrimu akan meminta cerai?" pertanyaan Ino membuat senyuman Itachi pudar, ia melepaskan tangan Ino yang melingkar di pinggangnya. Ia kemudian berbalik menatap gadis yang sangat ia cintai. "Kau tau reputasi di perusahaan sangat berperan penting." Ino sedikit kesal, kini ia berubah menjadi lebih serius yang menurut Itachi itulah daya tariknya. Ya… Ino Yamanaka sudah menarik minatnya sejak 5 tahun lalu. Walau umur mereka memiliki banding yang sangat jauh, ahh…. Itachi merasa bahwa dirinya dimabuk cinta, sehingga ia tidak bisa tahan jika mendiamkan Ino.

"Kau bisa menceraikan istrimu duluan kalau dia tidak mau, lalu menunggu tenggang waktu 1 tahun kemudian menikahiku bukan? Menyebalkan. Kau selalu memberi alasan reputasi. Sesuatu yang mudah selalu kau buat rumit." Itachi terkekeh, lalu kemudian menarik tangan Ino, dan mencium bibir mungilnya. Ino kemudian melingkarkan tangannya dileher Itachi, ia menikmati ciumannya.

"Bersabarlah, jika kau ingin menjadi istriku." Bujuk Itachi, sehingga membuat Ino memberikan senyuman dan ia kembali mencium Itachi.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

"AAAAAARRRGGGHHHH!" Hinata menjerit keras dari posisi berbaringnya. Lebih tepatnya, ia bangun dengan tidak elitnya. Hinata mengerjapkan matanya, lalu kemudian ia memandangi sekelilingnya ngeri, karena ia merasa berada di tempat yang asing. Sungguh kamar ini sangat tidak sesuai bagi dirinya. Kamar ini bernuansa merah, seperti kamar…..

DEG…

Mata Hinata membelalak kaget, lalu kemudian ia melihat keadaanya yang begitu berantakan. Kemejanya sudah terbuka sehingga menampakkan sebagian belahan dadanya, roknya juga sudah terbalik. Hinata beranjak cepat dari tempat tidur dan kemudian menampilkan dirinya di kaca. Matanya semakin membelalak. "Astaga!" ia melihat bercak-bercak yang berupa kissmark dilehernya. Hinata menutup mulutnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha mengingat apa yang ia lakukan tadi malam dan juga apa yang ia katakan.

Mata Hinata kini semakin membelalak dan hampir keluar dari tempatnya. Hinata memukul kepalanya keras. "HINATA BAKA!" jeritnya, yang kemudian dengan muka memerah ia membuka lemari yang berada disamping cermin. Ia berusaha mencari benda yang bisa ia gunakan untuk menutupi kissmark tersebut. "ASTAGA… APA AKU BENAR-BENAR MELAKUKANNYA?" Hinata merutuki dirinya sendiri. "DENGAN SIAPA?" tangan Hinata bergetar hebat dan mukanya kini memerah seperti tomat.

"AHH.. KEHORMATANKU! MENGAPA NYONYA UCHIHA MELAKUKAN HAL YANG BENAR-BENAR RENDAH!" Hinata merutuki dirinya sendiri, ia mendapatkan benda yang ia cari, kemudian dengan cepat-cepat menutupi leher jenjangnya. Ia merapikan pakaiannya dan juga rambutnya. Ia sambar dengan cepat tas nya dan memoles mukanya.

"Nyonya Uchihaaa…. Kau nyonya Uchihaaaa….. Hinata bodoh."

Setelahnya, Hinata meninggalkan ruangan itu dengan mengendap-endap. Ia tak boleh ketahuan ataupun dikenali oleh orang karena telah pergi ke Bar yang tidak terhormat. Reputasi suaminya bisa benar-benar hancur jika Hinata melakukan hal rendah. Benar-benar repot untuk menjadi nyonya Uchiha.

Memang awalnya Hinata tidak biasa, tapi dia sudah 3 tahun menjadi istri dari klan Uchiha, ia sudah terbiasa dengan segala peraturan dan tentunya dengan perlakuan Itachi yang benar-benar tak menganggapnya sebagai istri. Kalau dipikir-pikir Hinata datang ke bar ini karena suami nya itu kembali mengabaikannya. Ia benar-benar tak habis pikir mengapa Uchiha kurang ajar itu selalu mempermainkannya. Dan karenanya, Hinata –mungkin- sudah kehilangan keperawanan oleh orang asing tadi malam. Hinata tidak benar-benar ingat apakah ia sudah melakukannya apa belum. Hinata tidak menelfon supir pribadinya, dan memilih naik taksi. Ia tidak ingin menyusahkan supirnya. Hinata adalah anak yang mandiri, kadang asset yang diberikan tak dipakainya dan malah memilih jalan lain yang menurutnya lebih berguna. Duit bulanan yang diberikan suaminya, bukan dibelanjakan malah disumbangkannya kepanti asuhan dan jompo, padahal suaminya sudah memiliki jatah tersendiri untuk donasi. Black card yang difasilitaskan kepadanya sangat jarang ia pakai, membuat suaminya kadang heran. Ia juga lebih memilih main dirumah bersama mertuanya daripada Shopping. Hinata tidak gila harta, ia tidak butuh semua itu, ia hanya ingin dirinya diperhatikan oleh suaminya walau hanya sehari saja.

Hinata benar-benar cemas sekarang, ia menggigit kukunya cemas. Ia melirik kearah supir taxi yang sedang konsentrasi mengemudi. 'Apa aku benar-benar melakukannya? Benar tidak ya? Ahh aku bisa gila' muka Hinata kembali memerah. Supir taxi itu melirik Hinata dari kaca, ia heran.

"Ada yang bisa saya bantu, nona? Apa anda kepanasan?"

Hinata terlonjak, "A—ahh… anu… bu-bukan se-seperti i-ituuu" penyakit gagapnya kambuh.

"Aku akan menurunkan suhu penghangatnya"

"Ti-tidak u-usah, a-aku… uhh….." Hinata belum menyelesaikan perkataannya, namun supir taxi itu tetap melakukannya. Hinata menghela nafas panjang.

"A-ano….." Hinata memainkan jari telunjuknya, sambil menatap supir taxi itu.

"Ya?"

"A-aku i-ingin be-bertanya…. Ehmm… mu-mungkin a-agak ti-tidak so-sopan…."

Supir taxi itu mengernyit heran. "Tentu saja, nona. Tak masalah."

"A-apa kau ta-tau, ca-cara me-mengetahui ke-keperawanan?"

CKIITTT….. supir taxi itu mengerem tiba-tiba sehingga membuat Hinata tersungkur ke depan. "E-eehhh? Go-gomen….."

Supir taxi itu terdiam lalu kemudian terkekeh dan melanjutkan perjalanan. "Pertanyaanmu terlalu vulgar nona."

"Bu-bukan begitu… a-aku ha-hanya…. Ahh sudahlah…." Hinata menggigit bibir bawahnya lalu melipat kedua tangannya. Sedang supir taxi itu masih terkekeh geli.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

Hinata berjalan anggun diperkarangan, ia sudah disambut oleh para maid pribadinya.

"Hinata-sama, anda sudah kami tunggu dari tadi malam." Hinata mendaratkan jarinya di bibir maidnya. "Psstttt…. To-tolong ja-jangan ka-katakan ini ke-kepada Mikoto-san." Sang maid langsung terdiam dan menganggukkan kepalanya.

"Ehm… tak baik berbisik dari mertuamu sayang."

DEG… jantung Hinata rasanya akan copot ditempat, ia menoleh, mendapati mertua nya yang tersenyum nakal. Hinata menampilkan cengiran polosnya. "Mikoto-san…."

Disinilah sekarang Hinata berada, setelah mandi, ia pun memakai yukata. Pakaian wajib yang harus dikenakan olehnya ketika upacara teh berlangsung. Ini merupakan tradisi dari klan Uchiha. Tapi tidak lupa juga ia memakai yukata dengan kerah yang menutupi lehernya. Kissmark itu benar-benar belum hilang, membuat Hinata hampir frustasi. Hinata sekarang sedang menyeduh teh bunga melati, Mikoto duduk tenang melihatnya sambil tersenyum.

"Hinata-chan, tidak apa-apa."

"Eh?"

Mikoto tersenyum lembut, "Tak usah khawatir, ceritakan saja." Pipi Hinata memerah, lalu kemudian ia menggeleng lemah. "T-tak a-ada y-yang pe-perlu ku-ce-ceritakan."

Mikoto sangat suka menggoda menantunya, Hinata adalah satu-satunya teman sejati bagi Mikoto, tinggal di mansion Uchiha membuatnya begitu kesepian, ditambah Fugaku yang sudah meninggalkannya satu tahun yang lalu, membuat dirinya semakin kesepian. Untung saja ada Hinata yang selalu menemaninya.

"Apa kau bermain tadi malam?" tanya Mikoto pelan seraya berbisik. Hinata menunduk, dan menggeleng lemah. "Pipimu tak akan bisa membohongiku, Hinata-chan." Mikoto mencubit pipi tembam Hinata, sehingga membuat Hinata terkesiap.

"A-aku.. ti-tidak bermaksud mengkhianati i-Itachi-kun…."

"Oh ayolah sayang, kau hanya bermain kan? Mau kuberikan suatu rahasia?" Mikoto mendekati Hinata "Aku dulu juga sering bermain seperti dirimu." Hinata melongo tak percaya, sedang Mikoto terkekeh anggun. "A-apakah ti-tidak ketahuan oleh fugaku-san?" Mikoto menggeleng. "Dia terlalu bodoh untuk menyadarinya. Dipikirannya hanya ada kerja dan kerja, sungguh lelaki yang begitu kaku. Sama saja seperti Itachi."

Hinata semakin tidak tenang, bukannya seperti itu, tapi Hinata belum pernah melakukan 'itu' dengan Itachi, dan tadi malam untuk pertama kalinya ia tak tau melakukannya atau tidak. Bagaimana kalau tiba-tiba Itachi meminta 'itu'? dan ternyata… Itachi tau Hinata tidak perawan lagi, membuat Hinata bergidik. Hinata pernah mendengar artikel kalau cowok bisa mengetahui seorang gadis itu perawan atau tidak saat ditempat tidur, ehh…. Tunggu dulu. Hinata tampak berpikir, ia juga pernah membaca artikel, mereka juga bisa menebak dari cara berjalan. Kalau seperti itu, mengapa supir taxi tadi memanggilnya 'nona'? ohhh Hinata benar-benar frustasi, ia bersumpah tak akan menyicip alcohol lagi. Mentalnya tak kuat untuk menahannya.

"Ahh iya, Hinata-chan, kau tau? Hari minggu ini, adik iparmu akan datang."

"Benarkah?"

"Ya, setelah 5 tahun lamanya akhirnya ia mau pulang. Kau tau, dia benar-benar lebih mengerikan dari fugaku. Bahkan ketika ayahnya meninggalpun ia tak mau pulang."

"A-apa dia ka-kaku ju-juga?"

"Jangan dikatakan kaku, dia sedingin gunung alpen. Tapi dia sangat tampan, dan lebih mirip seperti diriku. Hahhh…. Aku sangat merindukannya." Kini pandangan Mikoto melirih. Hinata tersenyum simpul lalu kemudian dengan lemah lembut ia menyaring teh bunga melati ketika menyadari teh tersebut telah siap untuk diminum.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE

Hinata tersenyum manis didepan cermin, penampilannya begitu sempurna dengan dress selutut bewarna putih. Rambutnya ia sanggul sehingga menampakkan lehernya yang jenjang. Hinata bahagia karena kissmark tersebut sudah hilang, namun ia tetap takut karena ingatannya mengenai malam 'itu' belum bisa ia ingat. Ada rasa takut dan bahagia.

Suara ketukan membuat Hinata tersadar dari lamunannya. Ia kemudian dengan cepat membuka pintu dan mendapati maidnya tersenyum. "Nyonya Mikoto sudah menunggu anda Hinata-san."

"Baiklah, terima kasih." Hinata kemudian mengikuti maidnya. "Apakah Itachi-san sudah tiba?" tanya Hinata penasaran. Maid itu mengangguk.

"Dia ada di ruang baca."

"Ha? Ru-ruang baca?" Hinata tampak terkejut, sedang maidnya menatap Hinata bingung. "Lho? Itachi-sama sudah pulang dari tadi malam, Hinata-san. Apa Hinata-san tidak tau?"

Hinata bungkam, lalu kemudian menunduk. "Mungkin aku ketiduran tadi malam." Cicit Hinata. "Ahhh….. Fuma-san. Tolong katakan kepada Mikoto, aku akan menyusul nanti saja. Aku ingin menemui Itachi lebih dahulu." Maid pribadinya—Fuma—mengangguk dan tersenyum. Hinata kemudian dengan sedikit berlari menuju ruang baca, untuk menemui seseorang yang sangat ia rindukan. Wajahnya benar-benar gembira.

Saking gembiranya ia melupakan etika untuk mengetuk pintu. Sontak ia langsung mendobrak pintu ruang baca dan menemukan Itachi dengan smartphone yang melekat ditelinganya. Entah perasaan saja atau memang benar, Hinata sempat melihat wajah tersenyum Itachi, namun kemudian senyuman itu hilang ketika Hinata datang. Itachi langsung memberi salam perpisahan kepada seseorang yang ada di smartphone nya tersebut dan mematikannya.

"Itachi-kun…." Hinata menunduk seraya hormat lalu kemudian kembali berlari untuk menghampiri Itachi, dengan terburu-buru ia memeluk Itachi erat. Itachi tak membalas pelukan Hinata, dan malah mendorong Hinata pelan untuk menghentikan pelukan manja itu.

"Itachi-kun, aku merindukanmu. Kau tidak akan pergi lagi kan?" Hinata mempoutkan bibirnya, Itachi menatapnya datar. "Kau ingin klan Uchiha hancur?" serasa ada petir yang menyambar di background Hinata, Hinata kembali ke sikap normalnya tanpa bersikap manja.

"Aku hanya 3 hari saja berada disini. Aku masih banyak kerjaan di Konoha."

"Eh? Cuma 3 hari? Kenapa singkat sekali?"

"Jangan begitu posesif Hinata. Kau adalah istri dari klan yang terhormat." Hinata terdiam, sedang Itachi kemudian meninggalkan Hinata sendiri. Hinata tersenyum miris, lalu kemudian dia menunduk.

Satu tetes

Dua tetes

Air mata mengalir membasahi pipinya dan juga lantai. Bahkan Itachi tidak menghargai penampilannya saat ini. Hinata terisak. Ia kemudian menjongkok dilantai, ia menangis tertahan,bagaimanapun juga, ia berada dimansion saat ini, ia tak boleh mempermalukan diri sendiri didepan para maid. Setelah puas menangis, Hinata menghapus air matanya.

"Arghhh… mataku bengkak. Benar-benar menyebalkan." Hinata membenarkan make up nya didepan kaca ruang baca tersebut. Ia berusaha tersenyum seakan tak ada hal yang terjadi sebelumnya. Hinata menghembuskan nafas seraya membuang semua beban yang baru saja ia rasakan. "Nyonya Uchiha, elegan." Ia menumbuhkan rasa percaya diri.

Di meja makan, telah ada Mikoto dengan muka bahagianya, juga adik dari Itachi yang sudah 5 tahun lamanya tidak pulang. Sasuke Uchiha namanya. Pemuda tampan dan tentunya juga pandai menjaga image seperti Uchiha lainnya.

"Pulang juga kau Sasuke." Suara dari Itachi membuyarkan momen Mikoto dan Sasuke. Sasuke beranjak dari duduknya yang kemudian memeluk hangat kakaknya. "Aku mendengar bisnismu, kau benar-benar sukses." Sasuke tersenyum sombong.

"Kau bisa mengundangku makan malam kapan-kapan, baka-aniki." Ujar Sasuke sehingga mengundang tawa bagi keduanya. Mikoto yang merasa dikacangin mendeham keras, sehingga membuat Itachi dan Sasuke tersadar. Itachi dan Sasuke kini kembali duduk di meja makan.

"Bisa kita mulai makannya Okaa-san?" tanya Sasuke yang tampak sangat kelaparan. Ya, Sasuke benar-benar merindukan makan bersama ibunya setelah 5 tahun lamanya. Mikoto celingak celinguk yang kemudian tersenyum kearah Sasuke. "Kita masih ada satu anggota keluarga, Sasuke-kun."

"Siapa?" tanya Sasuke penasaran.

"Baka otouto…" sindir Itachi, yang kemudian Mikoto membidik Itachi dengan tatapan tajam, Itachi menghembuskan nafas panjang, "Dia diruang baca okaa-san." Jawab Itachi. Mikoto kembali menatap Sasuke yang kini ia menatapnya sebal. "Ayahmu meninggal saja kau tak datang, apalagi pernikahan kakakmu."

"Hah? Baka aniki sudah menikah?" Sasuke kaget "Kapan? Kalian tidak mengundangku?"

"Siapa yang memutuskan sambungan terlebih dahulu huh—?" Itachi kembali menyindir. Sasuke terkekeh geli.

"Go-gomen ne minna-san, aku terlambat." Suara itu terdengar familiar ditelinga Sasuke, sontak membuat Sasuke langsung menoleh kearah sang empunya suara, mata onyx Sasuke membulat, begitu juga seseorang bermata lavender yang tampak terkejut melihat kearah Sasuke.

Hinata diam membeku melihat Sasuke. Ia merasa seperti mengenal lelaki itu.

Lelaki itu

Lelaki itu

Lelaki itu

"Hinata-chan, beri salam kepada adik iparmu, Sasuke Uchiha." Otak Hinata langsung teringat

"Ahhh iya…benar! Sasuke!"

DEG… Hinata mematung, bukan hanya dia yang kaget melainkan Mikoto dan juga Itachi menatapnya aneh. Hinata memucat. Sasuke yang sedari tadi menatap Hinata sudah bisa mengendalikan ekspresinya, kini Sasuke terlihat menyeringai kearahnya, bulu kuduk Hinata berdiri.

"Hinata-chan, kau sudah mengenal Sasuke?" tanya Mikoto tiba-tiba, sehingga Hinata langsung menggeleng-gelengkan kepalanya kuat namun pipinya memerah. Hinata menyembunyikan kedua tangannya dipunggung lalu mencubit dirinya sendiri, agar pipinya yang tidak bisa berbohong tak mengkhianatinya.

"Ah…. Hinata-desu, yoroshikune Sasuke-san." Hinata memberi salam kepada Sasuke, sedang Sasuke masih menyeringai kearahnya.

Hinata berjalan elegan menuju kursi didekat Itachi, ia kemudian duduk tenang disana.

"Baiklah, karena sekarang sudah lengkap, bisa dimulai makan malamnya." Dan setelahnya mereka langsung memulai makan malamnya. Ditengah-tengah makan, Sasuke membuka pembicaraan. Mungkin ini kurang beradab, namun menyadari bahwa tujuh turunan lelaki dari Klan Uchiha rata-rata sukses dan jarang di mansion, kebiasaan berbicara saat makan malam diperbolehkan.

"Okaa-san, ingat ketika minggu lalu kau menelfonku?"

"Ya, Sasuke-kun?" Mikoto tampak antusias, sedang Hinata melirik Sasuke dan mendapati Sasuke juga menatapnya tajam. "Wanita yang kuceritakan minggu lalu."

"Ahh… wanita aneh yang kau katakan itu, ada apa dengannya? Apa kau bertemu dengannya lagi?"

"Ya, dan dia pura-pura tidak mengenaliku okaa-san."

"Benarkah?"

"Hmmm…. Tapi dia salah sangka. Dia belum tau siapa diriku, dia tak tau kalau aku tidak akan melepaskannya begitu saja, setelah melakukan hal tersebut." Dan seketika Sasuke mengatakan hal tersebut Hinata tersedak. Mikoto terkesiap dan kemudian menepuk-nepuk punggung Hinata, ia memberikan Hinata air putih, sedang Sasuke terkekeh pelan sambil mengelap mulutnya dengan serbet. Itachi hanya memperhatikan Hinata datar. "Nyonya Uchiha selalu makan dengan pelan." Ujar Itachi kemudian mengelap mulutnya juga dengan serbet. "Aku sudah kenyang. Terima kasih atas makanannya." Itachi pun berlalu meninggalkan ruang makan, Hinata yang menyadari Itachi pergi, langsung beranjak dan kemudian memberi salam kepada Mikoto dan Sasuke.

"Itachi-kun, tunggu aku!" Hinata kemudian berjalan cepat menyusul Itachi. Mikoto hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hah….. mereka benar-benar aneh." Gumam Mikoto. Sasuke menatap ibunya sebentar, lalu kemudian kembali menatap kepergian Hinata.

'ibu tak tau kalau hubungan mereka buruk.' Ujar Sasuke yang tentunya didalam hati. Sasuke menggelengkan kepalanya pelan, lalu kemudian beranjak dan mengajak ibunya untuk membunuh waktu bersamanya.

Hinata mengikuti Itachi dari belakang, Itachi tampak kembali keruang bacaan, dan Hinata juga masuk keruang bacaan. Itachi mengambil sebuah buku dan kemudian duduk di meja kerjanya. Hinata berdiri mematung menatap Itachi yang tak menyuruhnya pergi dan malah mendiamkannya.

"Itachi-kun, kau tidak melepas kerinduanmu dengan adikmu?" tak ada respon dari Itachi. "Itachi-kun, ini kan hari libur kerja, bagaimana kalau kita main panahan? Sudah lama kita tidak bermain panahan." Itachi masih membolak-balikkan bukunya, lalu menulis sesuatu. Hinata agak kesal dengan reaksi Itachi. Hinata memantapkan hatinya, kemudian mendekati Itachi, ia merebut bulpoint yang Itachi pakai, sehingga membuat Itachi kini tak mengabaikannya. Dengan tiba-tiba Hinata duduk dipangkuan Itachi dan melingkarkan lengannya dileher suaminya. "Kau tidak merindukanku?" tanya Hinata, Itachi hanya diam menatap Hinata. Hinata semakin mempertipis jarak diantara mereka namun kemudian ia merasakan penolakan dari Itachi, "Aku sedang sibuk, Hinata. Kau bisa bermain panahan dengan Fuma saja. Dan siapa yang mengajarimu untuk bertindak spontan seperti ini? kau sudah tau kan watak Nyonya Uchiha seperti apa?"

Hati Hinata teriris. Begitu sakitnya…. Memang apa salahnya Nyonya Uchiha melakukan hal seperti ini? dan lagi mereka adalah pasangan suami istri.

Hinata beranjak dan kemudian memberi hormat sebelum kemudian benar-benar berlalu. Itachi menghembuskan nafas panjang melihat kepergian Hinata, lalu ia kembali berkutat dengan pekerjaannya.

Hinata mengganti pakaiannya dengan pakaian panahan. Terburu-buru ia memasang pakaian tersebut dan menguncir kuda rambutnya. Mukanya sudah mengeras menahan amarah. Ia sambar anak panah dan busurnya, lalu kemudian dengan tidak sabaran membidik target.

"NYONYA UCHIHA…. Cih" kesalnya, ia kembali melesatkan anak panah

"INI UNTUK NYONYA UCHIHA" melesatkannya kembali

"INI UNTUK ITACHI UCHIHA!" dan kembali melesatkannya. Hinata menepuk-nepuk dadanya yang merasa sakit. Ia menahan emosinya sampai matanya memerah. Setelah puas, ia kembali melesatkan anak panah dan kini mendapatkan tepukan. Hinata menoleh kearah sumber suara dan menemukan seseorang yang benar-benar tak ingin ia ketahui dan juga temui saat ini, Sasuke Uchiha.

"Apa? Lanjutkan saja, aku tak akan mengganggumu." Ucap Sasuke gampang. Namun Hinata menghiraukannya sehingga ia pun segera melepas alat panahannya dan kemudian agak berlari menghindari masalah yang mungkin akan melandanya. Sasuke yang menyadari Hinata ingin kabur langsung dengan cepat mengejarnya, dan menarik pergelangan tangannya.

"Le-lepaskan…." Ucap Hinata, mukanya mulai memerah. Sasuke bisa melihatnya dengan jelas, sehingga membuatnya terkekeh pelan. "Di-dimana Mikoto-san? Cepat su-susul dia…." Sasuke menarik Hinata sehingga kini Hinata berada di dekapan Sasuke. Jantung Hinata serasa mau copot. Ia sontak langsung menunduk menghindari tatapan onyx Sasuke sambil berusaha melepaskan dirinya.

"Kau ini tuli ya? Kau tidak dengar perkataan ku tadi?"

"Ka-kau ha-hanya m-me-menggodaku, le-lepas-kan a-aku s-sekarang atau aku a-akan men-menjerit?" Sasuke tertawa renyah mendengar kegagapan Hinata. Gadis polos dan bodoh ini bisa-bisanya menjadi Nyonya Uchiha, pantas saja Itachi mengabaikannya.

"Oh ya? Jika kau menjerit maka semua orang akan tau kalau Nyonya Uchiha berselingkuh dengan Adik iparnya sendiri." Sasuke menyeringai.

"Ti-tidakk… a-aku tidak se-selingkuh. Kau y-yang memperkosaku…" tutur Hinata, Sasuke menatap Hinata tidak percaya.

"Hey, jelas-jelas kau yang memperkosaku, Uchiha Hinata. Kau tidak ingat, kalau kau berkata 'JADILAH PEMILIKKU' kepada adik iparmu sendiri?" Hinata menggeram kesal, ia merutuki dirinya sendiri yang memiliki kelainan ketika berada didalam pengaruh alcohol.

"Ku-kumohon lu-lupakan se-semuanya Sasuke-san…. Ja-jangan bilang ke-kepada si-siapapun termasuk i-Itachi-kun, kalau k-kau melakukan i-itu kepadaku." Sasuke semakin ingin mengerjai Hinata. Itulah yang ada di pikirannya saat ini. berbeda dengan harapan Hinata yang sangat ingin Sasuke 'mengiyakan' pernyataanya.

Sasuke menggendong Hinata agar tingginya sejajar dengannya, sehingga membuat Hinata terkesiap. Kini percuma saja ia menunduk, wajahnya tetap menemukan mata onyx mengerikan milik Sasuke. Tidak ingin terjatuh, Hinata menggenggam erat bahu Sasuke sehingga kimono yang Sasuke pakai agak kusut. Jujur, jantung Hinata begitu berdegup kencang saat ini. ia takut akan Sasuke. Entah karena apa, ia hanya merasakan takut.

"Malam itu, ibuku menelfon, dan aku menceritakan tentang dirimu. Kau tau apa katanya?" Sasuke menyeringai, sedang muka Hinata semakin memerah. Sasuke mendekatkan mulutnya di telinga Hinata, ia membisikkan Hinata dengan nada yang seduktif "ibuku berkata Jika kau sudah menemukan wanita lain yang membuatmu tertarik, ibu harap kau akan mengejarnya, ibu tidak peduli apa profesinya, atau wajahnya, ahh atau keluarganya, pokoknya kau harus mendapatkannya. Kau mengerti?"

Jantung Hinata rasanya berhenti berdetak saat ini juga. Karena Sasuke dengan cepatnya sudah mencuri bibir Hinata kembali. Hinata membelalak kaget. Ia berusaha melawan, namun Sasuke semakin memperdalam ciumannya, dan kini ia sudah berani melumat bibir Hinata, ia menggigit bibir Hinata meminta akses untuk masuk, namun Hinata menutup rapat bibirnya, sehingga membuat Sasuke tak ada pilihan lain selain menggodanya lebih jauh, Sasuke meremas pelan bongkahan Hinata sehingga membuatnya menjerit kecil, dan Sasuke mendapat akses masuk. Adik ipar kurang ajar ini semakin menjadi, ia mengabsen gigi Hinata, membuat Hinata merinding, ketika Sasuke mencoba mengajak lidah Hinata untuk menari bersama, Hinata langsung menggigit lidah Sasuke sehingga membuat Sasuke menghentikan kegiatannya. Ia melepaskan Hinata sehingga Hinata pun terjatuh di lantai. Sasuke meringis pelan. Hinata mengelap bibirnya dan kemudian beranjak, ia menatap benci kearah Sasuke namun Sasuke masih menyeringai penuh kemenangan.

"Aku tidak akan pernah mengizinkanmu hidup tenang Hinata." Ujarnya yang tidak didengar Hinata karena Hinata sudah berlalu dengan muka yang sangat merah.

SOMETHING∞©WONDERGRAVE©TBC

NB : Panas dingin tapi suka sama Sasuke yang jahilin Hinataaa…. Kyaaaaaa XXD oh iya, btw Itachi dingin banget sama Hinata ._.

Wonder taruk di rate M untuk jaga jaga …. Entah ada apa enggak anuan nya entar, wonder berharap mood membuat fanfic selalu up.

Wish me luck reader

Keep? Delete? If you wanna KEEP, PLEASE REVIEW

IF IT REACH 20+ REVIEW! UPDATE WILL BE FASTER. #Maksa? Biarin! HAHAHAHAAHAHA