Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura
Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan
.
.
Don't Like Don't Read
.
~ my little husband~
[chapter 11]
.
.
.
Laporan yang tinggal sedikit lagi dan hampir kelar, sore ini juga Sakura harus mengumpulkannya di ruangan Tsunade. Liburan terakhir dengan sedikit rengekan dari Sakura, padahal dia sangat malas untuk merengek di hadapan Sasuke, setidaknya Sasuke mau membantunya menulis beberapa laporannya yang sedikit menumpuk. Sakura tengah menyelesaikan beberapa lembar lagi di ruangannya saat tidak ada pemeriksaan. Sepanjang hari saat liburan, Sasuke hanya sibuk mengganggunya.
"Hmpp..~ tinggal 3 lembar lagi." Ucap Sakura. Tangannya tidak hentinya bergerak dengan cepat di atas kertas laporannya.
Tok...tok...tok..
"Masuk." Ucap Sakura.
Seseorang membuka pintu dan menatap Sakura yang seperti tidak memperdulikan siapa yang masuk. Matanya masih tertuju pada apa yang tulisnya.
"Apa Rin ada ?"
Sakura mengangkat wajahnya dan menatap seseorang yang sudah berdiri dan sedang menatap Sakura juga.
"Senior."
"Oh, maaf, aku mengganggumu?"
"Tidak kok, aku hanya sedang menulis laporan."
"Uhm, laporan data pasien yaa."
"Yaa... begitulah."
"Oh iya, Rin di mana?"
"Rin? Tadi ke ruangan pasiennya untuk memberi obat. Ada apa senior mencarinya?"
"Dia melupakan dompetnya di mobilku kemarin." Utakata menaruh dompet Rin di atas meja. "Aku titip di sini saja."
"Baiklah, nanti aku akan beri tahu Rin. Tidak biasanya dia meninggalkan barang pentingnya, di mobil orang lagi."
Sakura terdiam, dia merasa ada hal yang sedikit mengganjal. Rin bersama Utakata. Sakura segera berdiri dari meja dan menatap Utakata dengan wajah yang terlihat penasaran.
"Ada apa Sakura?"
"Apa yang senior lakukan bersama Rin kemarin?"
Utakata memegang lehernya dan tidak menatap Sakura. "Hanya kencan."
Sakura menghampiri Utakata dan tatapannya berubah menjadi terlihat senang. "Akhirnya senior memiliki orang yang spesial. Padahal aku pikir senior itu akan malas berdekatan dengan beberapa gadis. Hehehe." Ucap Sakura sambil memukul-mukul pelan bahu Utakata.
"Kau bisa saja, Sakura. Sebenarnya dulu aku menyukai seseorang, hanya saja, dia menyukai orang lain dan orang yang di sukainya itu seperti serigala yang tidak ingin mangsanya di rebut orang lain."
Sakura bengong. Ucapan Utakata terdengar seperti sebuah dongeng atau cerita-cerita di jaman dahulu.
"Orang kau sukai itu aneh juga yaa, mau saja dengan serigala." Ucap Sakura dan menampakkan wajah ngerinya.
Sakura tidak sadar jika orang yang di singgungnya itu adalah dia dan Sasuke.
"Hahaha, sudahlah. Aku sudah mengikhlaskannya."
"Senior itu memang orang yang paling tangguh. Aku harap kamu dan Rin selalu bersama."
"Amin." Ucap Utakata dan tersenyum melihat Sakura yang sangat senang mendengar dia dan Rin sudah berstatus pacaran.
Seseorang masuk dan mendapati Utakata dan Sakura sedang berbicara. Tatapan Sakura mengarah ke Rin.
"Kamu harus menjelaskan semuanya padaku." Ucap Sakura, dia menuntut Rin untuk menceritakan bagaimana sampai Utakata bisa menjadi pacarnya.
Wajah Rin merona dan menatap malu-malu ke arah Sakura dan Utakata.
"Do-dokter Utakata, apa yang sudah kamu katakan pada Sakura?" Tanya Rin malu-malu.
"Aku tidak mengatakan apa-apa, dia sendiri yang menyadarinya."
"Pokoknya kau harus menceritakannya padaku." Ucap Sakura dan mengangkat-ngangkat kedua alisnya ke arah Rin.
"Na-nanti aku jelaskan, jangan sekarang Sakura." ucap Rin. Dia benar-benar malu sekarang.
Utakata pamit untuk kembali ke ruangannya. Sedikit usapan pelan di kepala Rin saat Utakata melawatinya. Pintu ruangan Sakura sudah tertutup. Sakura menjadi tidak sabaran dengan sudah mengucapkan berbagai pertanyaan. Rin menghela napasnya dan mulai menjawab pertanyaan Sakura satu persatu.
Sudah puas dengan pertanyaan bertubi-tubi darinya, kini Sakura sudah berjalan menuju ruangan Tsunade untuk mengumpulkan data laporannya. Mengetuk perlahan dan terdengar suara di dalam yang memintanya untuk masuk. Sakura sudah berada di dalam dan menyimpan data laporannya di atas meja Tsunade.
"Sudah selesai?" Tanya Tsunade.
"Sudah. Maaf aku sedikit terlambat mengumpulkannya."
"Tidak apa-apa. Hanya terlambat sehari saja. Asal jangan sampai telat berhari-hari."
Sakura hanya tertawa menanggapi pernyataan Tsunade. Sakura pamit untuk keluar dan di jawab dengan anggunkan pelan dari Tsunade.
Drrrtttttt...
Sebuah pesan dari Sasuke dan Sakura segera membukanya.
::Sasuke
Sepertinya aku tidak bisa menjemputmu. Aku sudah menyuruh sopir untuk menjemputmu nanti, Itachi menahanku di kantornya.
Sakura tersenyum membaca isi pesan dari Sasuke. Itachi pasti menyuruhnya menyelesaikan data anggaran di perusahannya yang di kelolah Itachi.
::Sakura
Baiklah. Selamat bekerja.
Sasuke melirik sejenak layar ponselnya dan menyimpannya di meja, dia kembali fokus pada laptop Itachi di hadapannya.
"Jangan sampai salah yaa. Ayah akan membunuhku kalau sampai anggaran yang di data salah."
"Berisik, aku sedang berusaha menyelesaikannya."
"Terima kasih, adikku yang baik hati."
Sasuke tidak menjawabnya. Kakaknya sedikit malas dengan data-data anggaran. Sasuke yang selalu suka dengan angka-angka dan selalu mendapat nilai terbaik untuk urusan hitung menghitung. Bahkan untuk jurusan yang akan di ambil adalah ekonomi. Dia merasa perlu mengembangkan kemampuannya dalam bermain angka-angka, lagi pula jika dia sudah selesai, sebuah perusahaan baru akan di kelolahnya juga.
Kembali ke rumah sakit, Sakura sudah siap-siap untuk pulang. Dia tengah berdiri di depan gedung rumah sakit, tidak menunggu lama sebuah mobil sedan hitam berhenti di samping Sakura. Sopir pribadi Sasuke yang biasanya mengantar Sasuke, dulu. Sekarang dia akan mengantar Sakura. kadang-kadang jika Sasuke telat mengantar atau tidak sempat menjemputnya, Sasuke melarang Sakura untuk membawa kendaraan.
Mobil yang di tumpangi Sakura sudah berada di garasi, Sakura berjalan keluar dan mengucapkan terima kasih pada sopirnya. Sedikit lelah untuk pekerjaan hari ini. Sakura ingin sekali berendam. Rumah besar yang hanya tinggal para pelayan di dalamnya. Setidaknya Mikoto sudah menelpon Sakura dan berbicara dengannya cukup lama. Begitu juga dengan Mebuki, sangat merindukan anaknya dan mereka juga berbicara hingga berjam-jam, jika tidak di tegur Kizashi, mungkin seharian full mereka akan berbicara lewat ponsel.
Sakura sudah berada di bak mandi dan berendam, jika Sasuke sudah di tahan Itachi, kemungkinan besar mereka akan pulang bersama dan itu tengah malam. Sakura merosotkan dirinya dan membenamkan tubuhnya hingga batas leher. Mencoba santai dan melepaskan semua rasa lelahnya.
Merasa sudah cukup untuk berendam, Sakura membersihkan dirinya dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan baju mandinya. Berjalan menuju ruangan pakaian dan langkah Sakura terhenti. Tatapannya mengarah ke meja Sasuke. Ada sepucuk surat berwarna putih di sana dan di depannya bertuliskan untuk Sasuke Uchiha. Sakura mengambilnya dan membuka amplop itu, setelah di baca, ternyata kertas itu bukan surat tapi hasil ujian masuk universitas dan Sasuke lulus. Bukannya Sakura memperlihatkan wajah senang dengan kelulusan Sasuke, dia malah terlihat sedih. Sakura menyimpan kertas itu ke dalam amplop dengan rapi dan melanjutkan kegiatannya untuk berpakaian.
Sudah tengah malam dan Sakura juga belum tidur, dia tengah duduk di ranjang sambil memeluk bantalnya, di tatapnya kembali amplop putih yang berada di meja. Sakura langsung membaringkan dirinya dan menatap langit-langit di kamarnya.
Terdengar seperti pintu yang sedang di buka dan Sakura menoleh ke arah pintu, mendapati Sasuke yang membuka lebar pintu dan berjalan masuk.
"Kau belum tidur?" Tanya Sasuke. tatapannya ke arah ranjang yang dimana Sakura berbaring tapi tidak menutup matanya.
Bukannya mendapat jawaban selamat datang, Sakura malah bangun dan langsung melempari Sasuke dengan beberapa bantal. Wajah Sakura terlihat kesal.
"He-hei, ada apa? Kenapa kau marah?". Ucap Sasuke sambil menangkis bantal-bantal itu.
Bantal di ranjang habis dan Sakura berhenti. Dia terdiam dan wajahnya tertunduk. Raut wajahnya yang kesal tadi berubah menjadi sedih. Sasuke merasa kebingungan dengan tingkah Sakura. Dia merasa tidak berbuat salah pada Sakura. Tapi, kenapa dia terlihat begitu marah. Sasuke berjalan perlahan mendekati ranjang dan duduk di sisinya. Matanya masih tidak lepas untuk menatap Sakura.
"Ada apa?"
Sakura tidak menjawab dan menunjuk amplop yang ada di meja Sasuke. mata Sasuke mengikuti arah yang di tunjuk Sakura.
"Kau membacanya?"
Sakura hanya menggangguk.
"Apa kau marah karena isi amplop itu?"
"Kota itu sangat jauh dari Konoha, kenapa kau harus mengambil universitas di kota Mizu." Ucap Sakura dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
Isi amplop itu adalah pernyataan lulus Sasuke di universitas terbaik di kota Mizu, tempat Sakura dulu kuliah kedokteran di sana.
"Aku sudah membaca beberapa referensi tentang universitasmu. Di sana sangat bagus dengan dosen yang terbaik dan jika di bandingkan dengan universitas di Konoha, di sana masih jauh lebih baik."
"Kenapa kau harus pergi jauh?" Suara Sakura menjadi serak.
"Hanya beberapa tahun saja, aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan kembali ke Konoha."
"Aku tidak akan pernah setuju kau pergi dari Konoha." Ucap Sakura membuang muka dan tidak ingin menatap Sasuke.
"Kenapa? Jika liburan aku akan kembali."
"Pokoknya kau tidak boleh ke sana!" Bentak Sakura.
"Sakura." Panggil Sasuke lembut.
Sasuke mencoba menenangkan Sakura, dia terlihat tidak rela jika harus berpisah lama dengannya. Sasuke ingin membelai pipi Sakura, malah di tepis kasar oleh Sakura. Sasuke menutup matanya dan menghela napas sejenak.
"Baiklah, aku akan membantalkannya, apa kau puas sekarang?" Ucap Sasuke.
Sakura masih belum berbicara apapun. Dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia merasa jika sikapnya terkesan egois. Apa yang di pikirkannya sekarang, dia hanya tidak ingin Sasuke meninggalkannya. Cukup orang di rumah ini yang sibuk dan jarang berkumpul, tapi jika Sasuke tidak ada, dia benar-benar akan kesepian.
"Maaf, aku sudah egois." Sakura akhirnya berbicara.
"Kemarilah." Ucap Sasuke menuntun Sakura ke dalam pelukkannya.
Sakura memeluk Sasuke dan membenamkan wajahnya di dada Sasuke. tangan Sasuke bergerak dan membelai perlahan rambut Sakura.
"Aku tidak keberatan jika harus membantalkannya." Ucap Sasuke.
Sakura menggelengkan kepalanya. " Jangan. Kau tidak harus membantalkannya. Kau benar, universitas di kota Mizu adalah yang terbaik. Sebaiknya kau di sana." Ucap Sakura dan tetap pada posisinya.
"Kau tidak keberatan aku kuliah di sana."
"Uhm."
"Apa yang kau khawatirkan jika aku berada di sana?"
"Aku akan kesepian."
"Aku akan menghubungimu tiap hari."
"Uhm."
"Apa masih ada yang mengganjal di pikiranmu?"
Sakura hanya menggelengkan kepalanya.
Mereka masih saling berpelukan di atas ranjang. Cukup lama hingga Sakura tertidur. Sejak tadi dia sudah sangat lelah, tapi Sakura berusaha untuk terjaga dan menunggu Sasuke, dia merasa perlu berbicara dengan Sasuke yang tidak mengatakan apa-apa tentang universitas yang di ambilnya. Keputusannya untuk mengambil universitas di kota Mizu sama sekali tidak di ketahui Sakura. Sasuke berencana mengatakannya hari ini atau besok, tapi terlanjur, Sakura sudah mengetahuinya sendiri. Dia tidak tahu jika respon Sakura sangat marah saat mengetahui dia akan pergi dari Konoha.
Tidak ingin membangunkan Sakura, Sasuke perlahan membaringkan Sakura dan meletakkan kepalanya di bantal dengan pelan. Menatap sejenak wajah tertidur Sakura. dia sangat menyukai menatap wajah Sakura yang menurut Sasuke, cantik, sangat cantik. Sedikit tergoda dan membuat Sasuke mencium bibir Sakura cepat. Merasa gerah dan membuat Sasuke perlu mandi sebelum tidur.
.
.
.
Tidur nyenyak Sakura terusik dengan panggilan seseorang. Dia ketiduran dan lupa bangun cepat untuk pergi bekerja. Sasuke yang sudah bangun duluan tidak lupa membangunkan istrinya yang telat bangun gara-gara menunggunya pulang hingga tengah malam.
Sakura hanya menggeliat di atas kasur dan belum bangun, sebuah panggilan lembut lagi dan usapan perlahan di pipi Sakura. Sangat repot jika ingin membangunkan Sakura yang tidurnya sangat nyenyak.
"Aku ngantuk, Sasuke."
"Jika kau tidur terus, kau akan telat ke rumah sakit."
Sakura segera bangun. Posisinya masih duduk di atas ranjang dan matanya belum juga terbuka. Sakura menguap dengan membuka mulutnya lebar-lebar tanpa sadar di Sasuke terus memperhatikannya. Sedikit lucu dengan tingkah Sakura seperti anak sekolahan yang susah di kasih bangun.
Sakura menggaruk-garuk kepalanya dan mulai membuka matanya, menatap jam dinding yang ada di kamar, sudah jam setengah 7, dia sudah harus siap-siap, jam 8 adalah waktu untuk pergi. Di alihkan pandangannya ke arah Sasuke yang masih berbaring dan sedang sibuk dengan ponselnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Membalas pesan ibuku."
"Uhm, katakan padanya untuk segera pulang, aku rindu padanya."
"Kenapa tidak katakan saja pada saat kalian sedang berbicara lewat ponsel?"
"Aku malu mengatakanya."
"Bodoh."
"Aku tidak bodoh, aku hanya malu mengatakannya langsung."
"Hn."
"Jadi, apa yang akan kau lakukan hari ini?"
"Mungkin akan melakukan persiapan."
"Persiapan?"
"Hn, besok aku berangkat."
Sakura terkejut. "Be-besok, besok! besok kau akan pergi? Kenapa secepat itu?"
"Setelah pengiriman surat kelulusan, aku harus segera ke sana untuk konfirmasi pendaftaran ulang bagi yang lulus."
Sakura terdiam dan tertunduk sedih, dia pikir ada beberapa hari lagi sebelum Sasuke pergi. Cepat sekali Sasuke akan segera meninggalkannya.
"Kenapa? Apa kau berubah pikiran lagi untuk mencegatku pergi?"
Sakura tidak menjawab apa-apa dan berjalan menuju kamar mandi dengan wajahnya yang masih tampak sedih. Sasuke bangun dan berjalan ke arah kamar mandi yang sudah tertutup. Tidak ada terdengar suara air yang keluar dari shower. Sakura masih berdiam diri dan belum berniat untuk mandi.
"Hei, katakan sesuatu."
Hening.
"Sakura. aku tidak akan pergi jika kau seperti ini."
"Aku tidak akan berubah pikiran, kau tetap harus pergi. Aku.. uhm, tidak apa-apa kok. Sungguh, aku tidak apa-apa, ya sudah, aku mau mandi dulu."
"Hn, baiklah, aku tunggu di ruang makan."
"Iya."
Sakura sudah siap dengan pakaian rapinya untuk pergi bekerja, begitu juga dengan Itachi, sedangkan Sasuke masih dengan kaos lengan pendeknya dan celana kain panjangnya. Mereka bertiga tengah sarapan.
"Jadi, bagaimana dengan pesananku." Tanya Sasuke pada Itachi.
Sakura makan dan sesekali menatap mereka berdua, Sakura sedikit penasaran dengan apa yang di bicarakan Sasuke dan Itachi.
"Sudah, aku sudah menemukan tempat yang sesuai permintaanmu."
"Baguslah."
"Lumayan menguras sedikit tabunganku."
"Hanya sedikit tabunganmu atau seluruh tabunganmu akan sita ayah gara-gara kamu salah membuat data anggaran, hampir saja perusahaanmu kena rugi. Sadar Aniki bodoh."
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Sakura.
"Sasuke meminta untuk di belikan sebuah rumah di kompleks yang elit, harus dekat dengan kampusnya dan fasilitan umum."
"Membeli rumah?"
"Aku malas untuk menyewa rumah." Ucap Sasuke.
"Uhm, begitu yaa."
"Jadi, apa kau sudah siap Sakura untuk di tinggalkan suamimu." Goda Itachi.
Sakura memaksakan senyumnya.
"Tidak usah khawatir Sakura, aku akan selalu menjadi kakak yang terbaik untukmu."
"Jika kamu macam-macam padanya, aku tidak akan sungkan untuk menguburmu hidup-hidup." Ancam Sasuke.
"Tenanglah.. Aku hanya akan melindungi Sakura."
"Kau tidak bisa di percaya."
"Hahahaha aku bisa di percaya kok, aku jamin itu."
Sakura tertawa pelan melihat pertengkaran Itachi dan Sasuke. sejak bertemu mereka, Sasuke dan Itachi sampai sekarang pun jarang akur. Tapi, mereka akan saling membantu jika ada yang dalam kesusahan.
Mereka selesai sarapan dan Sasuke mengantar Sakura ke rumah sakit. Mobil Sasuke sudah menepih dan menunggu Sakura turun.
"Aku akan jemputmu." Ucap Sasuke.
"Uhm, iya." Sakura mulai melepaskan sabuk pengamannya dan bersiap untuk keluar.
"Kau tidak melupakan sesuatu?"
Sakura berhenti untuk membuka pintu dan menatap ke arah Sasuke.
"Melupakan sesuatu?" Sakura mengecek-ngecek dirinya, papan nama, jas dokternya dan tas berisi beberapa laporannya. Semua lengkap dan dia tidak melupakan apapun. "Sepertinya tidak ada." Ucap Sakura dan kembali menatap Sasuke.
Sedikit terkejut dengan Sasuke yang sudah memajukan wajahnya dan mencium sepentas bibir Sakura.
"Kau lupa mencium suamimu." Ucap Sasuke dengan tatapannya yang santai.
"Ti-tidak ada hal yang seperti itu, aku pergi." ucap Sakura dengan wajahnya yang sudah memerah dan berjalan keluar dari mobil Sasuke.
Sasuke hanya tersenyum menatap Sakura yang sudah berjalan menuju pintu masuk. Di alihkan pandangannya ke arah jalanan dan Sasuke mulai melajukan mobilnya untuk pulang.
Sepanjang hari Sakura terlihat kurang bersemangat meskipun sudah memaksakan diri tapi, dia terlihat tidak dalam keadaan baik-baik saja. Pasien terakhir pamit dan Rin menutup pintu ruangan Sakura.
"Ada apa? Kau terlihat kurang sehat hari ini."
"Aku tidak apa-apa kok."
"Apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?"
"Aku tidak tahu, apa ini yang mengganggu pikiranku atau tidak."
"Maksudnya?"
"Sasuke akan pergi ke kota Mizu."
"Pergi? Untuk apa dia kesana?"
"Dia lulus di universitas di kota Mizu tempat kuliahku dulu."
"Hoo, jadi itu yang mengganggu pikiranmu. Kamu tidak ingin berpisah dengannya kan. Iya kan. Iya kan."
"Mungkin saja."
"Kamu tidak mecegatnya?"
"Aku merasa tidak enak jika mencegatnya pergi."
"Kenapa? Kau itu kan istirnya. Jadi dia juga harus mendapat ijinmu dulu sebelum pergi."
"Aku mengijinkannya kok."
"Terus?"
"Mengijinkannya dengan setengah hati."
"Aku benar-benar bingung padamu Sakura."
"Ahk, sudahlah, aku tidak keberatan jika dia pergi, lagi pula dia sudah janji akan meneleponku setiap harinya dan akan pulang jika liburan."
"Uhm... begitu yaa. Baguslah."
"Jadi?"
"Jadi, apa?"
"Kapan kau akan menikah dengan seniorku?"
"Ja-jangan membahas itu, kami baru saja mengenal satu sama lain kok. Mungkin untuk urusan menikah, aku serahkan pada Utakata saja."
"Gitu yaa. Aku pikir kalian akan segera menjalankannya."
"Sakura!"
"Hahaha, iya-iya, aku akan menunggu undangan dari kalian.
Sedikit mengganggu Rin membuat pikiran Sakura menjadi sedikit tenang. Dia terlalu kepikiran tentang Sasuke yang akan pergi jauh selama beberapa tahun.
.
.
.
Sangat lelah untuk hari ini, saat pulang Sakura langsung masuk ke kamar mandi dan seperti biasa dia akan berendam lama.
Sasuke yang baru masuk kamar setelah memarkir mobilnya, mulai membereskan beberapa keperluannya. Membawa beberapa koper untuk menyimpan pakaian dan barang-barang yang penting untuk di bawanya.
Setelah di rasa semuanya sudah lengkap, Sasuke membuka sebuah amplop coklat yang berisi sebuah foto ukuran sedang. Dia ambilnya bingkai yang baru di belinya dan memasang foto itu. Dia akan membawa foto itu dan menaruhnya di kamarnya.
Sakura yang baru selesai mandi berjalan keluar dan melihat ke arah Sasuke yang sedang menatap sebuah bingkai foto.
"Apa yang kau lihat?"
Sasuke memperlihatkan foto yang di bingkainya tadi. Foto pernikahan mereka.
"Foto itu. Kenapa tidak membawa yang ada di kamar?" Tanya Sakura dan menunjuk sebuah bingkai besar foto pernikahan mereka.
"Apa kau ingin aku membawanya dan memajangnya di ruang tamu sedangkan istriku ada di kota lain."
"Hehehe, aku pikir jika yang lebih besar akan terlihat lebih bagus." Tatapan Sakura berubah menjadi serius. "Biar tidak ada yang mengganggumu." Lanjutnya.
"Aku akan menjaga diri. Kau tidak perlu takut aku di rebut wanita lain."
Sasuke menyimpan bingkai foto itu di meja dan berjalan mendekati Sakura.
"Kau satu-satunya orang yang akan selalu ku pikirkan dimanapun aku pergi." ucap Sasuke. Tangannya menyentuh perlahan pipi Sakura. Terasa sedikit dingin, Sakura berendam terlalu lama.
Sakura menundukkan wajahnya. Dia kembali menampakkan wajah sedihnya.
"Kau masih memikirkannya?"
"Maaf. Aku benar-benar tidak akan berubah pikiran. Jangan membuatku ingin menahanmu lagi."
"Baiklah, aku tidak memancingmu untuk berubah pikiran. Aku senang kau mau menghargai apa yang akan aku lakukan. Aku pikir kau sudah jauh lebih dewasa."
Sakura memukul pelan bahu Sasuke. "Kau pikir aku anak kecil. Aku bisa mengerti keadaanmu, kok."
"Benarkah? Aku pikir kau akan merengek dan tidak ingin aku pergi."
Kali ini bukan pukulan yang pelan, tapi sangat keras hingga membuat Sasuke sedikit bergeser dari tempatnya berdiri.
"Sekali lagi kau memukulku, aku akan melapor dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga."
"Laporankan saja, aku juga akan melaporkanmu karena diam-diam ingin meninggalkan istrinya tanpa meminta ijin."
Hening.
Mereka malah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan masing-masing.
Sakura berniat meninggalkan Sasuke untuk ke ruangan pakaian, tiba-tiba Sasuke mencegatnya untuk pergi. Dia masih memakai baju mandi dan belum juga berpakaian.
"Bisakah kita melakukannya sebelum aku pergi?" Ucap Sasuke pelan dan menggenggam tangan Sakura.
Sakura mengangguk dan membiarkan Sasuke menuntunnya ke ranjang mereka. Terkesan seperti berhubungan suami-istri untuk yang terakhir kalinya. Sakura merasa sedikit sedih, mungkin ini untuk pertama kalinya dia dan Sasuke akan terpisah jauh dan lama. Sasuke bisa melihat wajah Sakura dengan jelas. Dia terlihat menikmati tapi ada air mata yang mengalir di pelipisnya. Sasuke mendekatkan tubuhnya dan membenamkan wajahnya di bahu kiri Sakura, dia membiarkan Sakura memeluknya dengan erat. Sangat erat, seakan-akan takut kehilangannya.
.
.
.
Serasa seperti mimpi. Sakura merasakan Sasuke mencium bibirnya cukup lama dan berucap 'aku pergi'. Sakura menggeliat pelan di atas kasurnya dan membuka matanya perlahan. ruangan di kamarnya sudah terang. Jam di dinding sudah menujukkan pukul 7. Di sebelahnya sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Sasuke mengambil penerbangan jam 5 pagi, dia harus pagi-pagi ke universitasnya untuk menyetor data sebagai mahasiswa baru.
Sakura menarik bantal guling dan memeluknya erat. Sasuke sudah pergi dan dia harus mulai terbiasa di kamar ini tanpa ada hanya Sasuke yang akan membangunkannya di pagi hari, mendapati sebuah ciuman dan sedikit usapan lembut di puncuk kepalanya.
Satu tarik napas dan di hembuskannya perlahan, dia harus bisa bertahan selama Sasuke tidak ada. Dengan gerakan yang semangat. Sakura segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Saat di meja makan Sakura terlihat santai dan merasa tidak ada yang perlu di khawatirkan dan di pikirkan. Itachi bisa tenang setelah melihat sikap Sakura, dia sebenarnya juga sedikit khawatir jika Sakura akan terlihat sedih terus menerus jika tidak ada Sasuke.
"Aku akan mengantarmu hari ini." ucap Itachi.
"Eh? Apa tidak merepotkan?"
"kebetulan tidak ada Sasuke, dia pasti akan memarahiku, heheh" Itachi membuat seolah-olah terdengar seperti sedang melucu.
"Baiklah, selama kak Itachi tidak keberatan."
Mereka menghabiskan sarapan dan berangkat bersama.
.
.
.
Beberapa bulan berlalu. Pada awalnya semua baik-baik saja. Sampai bulan berikutnya, Sakura mulai merasa sangat kesepian. Mikoto dan Fugaku yang kadang pulang bisa membuat Sakura sedikit senang, tapi jika mereka pergi lagi. Sakura merasa benar-benar akan kesepian. Itachi yang kadang liburan akan menemaninya berbelanja atau sekedar jalan-jalan untuk membuat perasaan Sakura sedikit lega. Tapi, Itachi tahu. Dia merasa Sakura mulai berubah. Dia tampak terlihat murung dan kurang bersemangat. Jika di tegur, Sakura akan membuat seolah-olah dia dalam keadaan baik-baik saja.
Setiap hari telpon dari Sasuke, bukannya membuat rasa rindunya berkurang, dia malah semakin merindukan Sasuke saat mendengar suaranya.
"Kapan kau akan libur?"
"Uhm, mungkin dua bulan lagi."
"Hoo, baiklah."
"Kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja."
Mereka mulai bercerita satu sama lain hingga membuat Sakura tertidur. Setiap jam 7 malam Sasuke akan menelponnya dan menunggu Sakura hingga tertidur.
.
.
.
Mungkin bagaikan sebuah magnet, jika dia berjalan dan seluruh pasang mata para gadis akan mengarah ke arahnya. Sasuke uchiha. Mahasiswa yang selalu menjadi nomer satu di fakultasnya bahkan di hati para gadis. Tidak jarang mereka semua sibuk untuk duduk di dekat Sasuke atau bertanya jika merasa kesulitan, yang sebenarnya hanya akal-akalan mereka untuk mendekati Sasuke dan jawabannya sedikit pedas.
"Jika kalian benar-benar bisa masuk dengan mudah di fakultas ini, aku jamin kalian pasti bisa menyelesaikan soal itu." Ucap Sasuke dengan tatapannya yang sedingin kulkas dan sangat cuek. Bahkan dia malas untuk menatap para gadis yang sedang meminta tolong padanya. Dia tidak ingin menjelaskan ulang pelajaran yang di berikan dosen mereka. Bukannya sombong. Dia malas untuk melakukannya. Sasuke pikir semua yang ada di kelasnya itu harus bisa sendiri.
Berpikir mereka akan langsung mencap buruk Sasuke gara-gara kata-katanya yang terkesan blak-blak dan to the point. Para gadis-gadis itu malah menjadikan kata-kata Sasuke itu seperti sebuah motivasi untuk tetap berusaha.
"Hei, kata-katamu keras juga yaa. Tuan Uchiha." Ucap Suigetsu.
Suigetsu adalah teman, eh ralat, pengganggu bagi Sasuke, teman bagi Suigetsu. Tapi, Sasuke tidak keberatan jika Suigtesu akrab dengannya. Para lelaki di kelasnya sangat iri padanya dengan wajah, kepintaran, dan latar belakangannya sebagai seorang Uchiha yang ternyata cukup terkenal di kota Mizu.
"Aku hanya mengatakannya yang sebenarnya. Mereka akan terus-terusan minta di ajari kalau tidak berusaha sendiri."
"Ahk, baiklah, kau menang. Aku lapar, mau ke kantin?"
"Hn."
Mereka berdua berjalan menuju kantin sambil sesekali berbicara, Sasuke hanya menanggapinya dengan singkat dan tidak ingin bertele-tele.
"Aku masih tidak percaya kau sudah menikah, apa kau tidak berniat mempacari seseorang di kota ini?"
"Tidak."
"Sayang sekali. Padahal kau akan dengan mudah mendapat beberapa gadis."
"Aku tidak tertarik."
"Kau cukup tangguh juga yaa Sasuke."
"Aku tidak perduli dengan mereka. Cukup Sakura yang menjadi satu-satunya untukku."
"Kau membuatku iri saja." Ucap Suigetsu. Sambil menyikut-nyikut Sasuke dan di bilas dengan tatapan tidak suka oleh Sasuke.
Drrrttt...
Ponsel Sasuke berdering. Sebuah panggilan dari Sakura.
"Suigetsu, kau duluan saja, aku ada urusan mendadak." Ucap Sasuke dan merubah arah jalannya.
"Sasuke, kau meninggalkanku sendirian?"
"Lain kali saja." Ucap Sasuke dan sudah jauh dari Suigetsu.
Sasuke berhenti dan duduk di kursi yang di sediakan di taman universitas ini.
"Ada apa?"
"Aku bosan di rumah."
"Kau tidak pergi jalan-jalan dengan teman-temanmu?"
"Mereka sedang sibuk."
"Hn. Makanlah es krim yang banyak, aku pikir kau akan langsung senang dengan es krim."
"Aku mulai berhenti memakan es krim."
"Kenapa?"
"Rasanya tiba-tiba aneh dan membuatku ingin memuntahkannya."
"Baguslah, aku senang mendengarnya, akhirnya kau sadar jika makanan aneh itu tidak enak."
"Apa kau sedang meledekku?"
"Tidak. Hanya tumben saja kau tidak suka es krim."
"Entalah. Cepatlah pulang. Aku sudah bosan menunggu."
"Hei, ini baru tahun pertamaku dan kau ingin aku segera pulang. Tunggulah nona Uchiha. Kau ini tidak sabaran."
Terdengar suara tawa di ponsel Sasuke. ucapan Sasuke sukses membuatnya sedikit terhibur.
"Sa-Sasuke?" seseorang memanggil Sasuke.
Sasuke melirik ke arah yang memanggilnya dan mendapati seorang gadis tengah berdiri dan menatap Sasuke.
"Ada apa?"
Sakura terdiam, sepertinya Sasuke sedang berbicara dengan seseorang.
"Uhm, anu, ada yang ingin aku katakan."
Wajah gadis itu merona dan terlihat malu-malu menatap Sasuke. terkesan sedikit gelisah dan gadis itu seperti sulit berbicara.
"Katakan saja." Ucap Sasuke.
"Sasuke. A-aku menyukaimu." Ucap gadis itu.
Sasuke tidak menjawab dan hanya terdiam mendengar ucapan gadis itu yang di kenalnya sebagai orang satu kelasnya. Suara gadis itu cukup keras dan membuat Sakura ikut mendengarnya. Dia menjadi cemas, Sakura tahu suaminya itu akan selalu di ganggu oleh gadis manapun. Mereka akan selalu terpesona dengan wajah dan tatapannya. Sakura masih terdiam dan ikut penasaran dengan jawaban Sasuke.
"Apa kau mendengarnya?" Sasuke bertanya pada Sakura.
Gadis itu menjadi bingung dan melihat ponsel Sasuke yang masih berada di telinganya. Bukannya segera menjawab pertanyaan gadis itu, Sasuke malah berbicara pada Sakura.
"A-apa maksudmu! Aku tidak mendengar apa-apa." Bohong Sakura.
"Bohong."
"Diam kau!"
"Jadi, aku harus menjawab apa?"
Gadis itu masih menunggu dengan wajahnya yang sedikit bingung dan juga penasaran dengan siapa yang sedang di telpon Sasuke.
"Kau itu suamiku! Dan jangan berani-berani kau bersama wanita lain!" teriak Sakura.
Wajah gadis itu berubah menjadi sangat takut. Sasuke meloudspeaker ponselnya dan terdengar suara seorang wanita yang marah besar.
"Aku sudah menikah dan tidak akan menerima gadis manapun." Ucap Sasuke dan menatap gadis itu dengan wajahnya yang sedingin es.
"Be-begitu yaa. Maaaff...!" Ucap gadis itu dan segera berlari meninggalkan Sasuke. Dia sangat takut dengan suara yang di telpon Sasuke tadi.
"Kenapa dia berteriak?"
Sasuke menutup mulutnya menahan tawa. Dia tidak mengira jika Sakura akan berbicara sekeras itu dan terdengar sangat marah padanya.
"Hei, aku mendengar kau tertawa, apa yang kau tertawakan?"
"Kau membuatnya takut."
"Takut? Siapa?"
"Jangan berpura-pura lagi, aku tahu kau mendengarnya."
"Sa-salah sendiri, dia berbicara terlalu keras, aku sampai mendengarnya."
"Uhm.. jadi kau marah?"
"Tentu saja, aku marah. Kau harus tegas pada teman-teman wanitamu, katakan pada mereka kalau kau sudah menikah."
"Baiklah, nona Uchiha, jangan berteriak seperti itu. Kupingku jadi sakit."
"Ma-maaf."
"Aku harus kembali ke kelas. Nanti malam akan aku telepon."
"Hmm, iya. Dah."
Sasuke mematikan ponselnya dan bergegas kembali ke kelasnya.
Sakura berguling-guling di kasurnya dan menatap kembali layar ponselnya. Rasanya dia sudah tidak bisa menahan lagi rasa rindunya pada Sasuke.
.
.
.
Kemarin Sasuke meninggalkan Suigetsu begitu saja, hari ini Suigtesu memaksanya untuk menemaninya makan di kantin. Sepertinya beberapa cowok malas dan terlalu takut untuk bergaul dengan Sasuke. mengingat latar belakangnya yang merupakan seorang yang sangat terpandang. Bagaimana dengan Suigetsu? Dia santai saja jika bersama Sasuke. Dia lebih senang bergaul dengan Sasuke yang tegas dan tidak banyak bicara.
"Hei, apa kau membeberkan masalah pernikahanmu?" tanya Suigetsu.
"Tidak." Jawab Sasuke santai sambil menyuapi sesendok makanan ke mulutnya.
"Kenapa gosip para gadis-gadis di kampus yang terdengar hanya kau yang sudah menikah."
"Oh, mungkin gara-gara gadis kemarin."
"Gadis kemarin?"
"Hn, dia membuat Sakura marah."
"Bagaimana bisa?"
"Gadis itu menyatakan perasaannya saat aku sedang menelpon Sakura."
"Jadi istrimu mendengarnya?"
"Hn."
Hening...
Seketika meja makan Sasuke dan Suigetsu menjadi ribut dengan suara tawa terbahak-bahak Suigetsu, dia tertawa sambil memegang perutnya dan memukul-mukul meja. Menurutnya lucu dengan sikap santai Sasuke, setidaknya dia bisa mematikan ponselnya dulu, tapi malah membiarkan orang yang di telponnya mendengar semua pembicaraan mereka.
"Hei, jangan berisik." Tegur Sasuke.
"Maaf, hahaha, aku tidak menyangka kau akan membiarkan Sakura mendengarnya. Hahaha."
"Telepon dari Sakura lebih penting dan aku tidak akan mematikan ponselku."
"Ah~ kau ini, suami yang sangat pengertian yaa."
Sasuke tidak berkomentar dan segera menghabiskan makanannya. Dia tidak perduli dengan gosip yang beredar, pikirnya itu bukan gosip, itu adalah fakta. Dia tidak keberatan jika ada membocorkan statusnya yang sudah menikah, dengan begitu tidak akan ada yang menganggunya lagi. Tapi sepertinya fansnya semakin banyak, mereka mengganggap Sasuke itu tipe suami yang idolakan para gadis.
.
.
.
Yang ada di pikirannya sekarang adalah 'kapan Sasuke pulang?'. Sakura menghela napas dan mulai meminum segelas teh jasminnya. Dia tengah duduk santai di kursi yang berada di taman belakang. Menunggu Sasuke berbulan-bulan itu serasa bertahun-tahun lamanya.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama." ucap seseorang yang sedang berdiri tidak jauh di belakang Sakura.
Sakura sangat hapal dengan suara itu. Detik berikutnya dia sudah berdiri dan berlari memeluk orang itu. Rasanya dia Sakura tidak ingin melepaskanya dan tidak ingin membiarkannya pergi lagi.
Tahun pertama liburan Sasuke. Dia sudah kembali ke Konoha untuk berlibur.
"Kapan kau datang?" Tanya Sakura, masih memeluk Sasuke.
"Aku baru saja sampai."
Mereka melepaskan pelukan mereka dan saling bertatapan. Mata Sakura seperti ingin menangis menatap Sasuke yang sudah lama tidak di lihatnya.
"Ada yang aneh?" Ucap Sasuke.
"Aneh? Apa yang aneh?"
"Apa kau selama ini frustasi dan melampiskannya pada makanan? Aku pikir kau bertambah gemuk."
"Be-benarkah?" Sakura memperhatikan badannya sendiri. Dia merasa tidak ada yang aneh.
Sasuke mencubit pipi Sakura. "Bahkan di pipimu ada lemaknya." Ucap Sasuke.
"Sa-sakit. Aku tidak frustasi kok. Tapi, nafsu makanku sering berlebihan akhir-akhir ini."
Sasuke melapaskan tangannya dari pipi Sakura yang jika di lihat terlihat menggembung.
"Sejak kapan nafsu makanmu bertambah?"
"Aku lupa, tiba-tiba saja."
Sasuke memperhatikan Sakura. memperhatikan lebih dekat dan memang ada yang aneh dari Sakura. Badannya lebih berisi dari pada sebelum dia meninggalkan Sakura. Dia tiba-tiba tidak suka es krim, padahal itu adalah cemilan favoritnya dan nafsu makannya menjadi berlebihan.
"Apa kau tidak telat?"
"Ha? Telat?" Sakura lupa jika sudah beberapa bulan ini dia tidak datang bulan.
"Sepertinya kau harus mengeceknya. Ibu dimana?"
"Dia sedang pergi bersama kak Itachi."
"Uhm. Sepertinya ada di laci. Ibu pernah memberikannya padaku. Katanya untuk jaga-jaga."
Sasuke menggenggam tangan Sakura dan mengajaknya ke kamar mereka. Saat Sasuke masuk ke kamarnya dia menjadi sangat rindu dengan suasana kamarnya yang tidak juga berubah.
Sasuke menyuruh Sakura menunggu di kamar mandi dan memberikannya alat tes kehamilan.
Sedikit lama di dalam kamar mandi, Sasuke masih menunggu Sakura keluar dan ingin segera mengetahui hasilnya, dia curiga dengan perubahan fisik Sakura dan tingkah lakunya seperti ibu-ibu yang sedang hamil.
Pintu kamar mandi terbuka sedikit dan Sakura tidak terlihat, dia masih di balik pintu dan hanya mengeluarkan tangannya dengan hasil tes.
Positif hamil.
"Aku pikir karena kebanyakan makan jadi terlihat sedikit buncit." Ucap Sakura, dan tatapannya entah kemana. Dia salah paham akan buncit di perutnya.
Pintu kamar mandi itu sudah terbuka lebar dan menampakkan Sakura dengan wajahnya yang malu-malu menatap ke arah Sasuke.
"Jelas-jelas kau adalah seorang dokter anak dan kau tidak sadar akan perubahanmu?"
"Aku terlalu sibuk memikirkan yang lain."
"Aku sudah pulang, dan sekarang apa yang akan kau pikirkan lagi?"
Sakura menggelangkan kepala dan tertundu malu, wajahnya sudah memerah dan membuat Sakura menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.
Sasuke menarik perlahan tangan Sakura dan kembali memeluknya dengan erat. Sedikit lucu dengan Sakura yang sibuk memikirkan dirinya dan tidak menyadarinya kalau dia sedang hamil.
Sakura terlihat sangat bahagia dan ingin segera memberitahukan Mikoto yang kebetulan sudah kembali bersama Itachi. Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Itachi, Sasuke, Mikoto, dan Sakura.
"Kamu baru menyadarinya yaa, Sakura?" ucap Mikoto.
Dipikirnya akan mendapat jawabannya yang sangat terkejut plus bahagia dari Mikoto, malah Sakura mendapat tawa dari Mikoto dan Itachi.
Mikoto sudah menyadarinya sejak beberapa bulan yang lalu, dimana pola makan Sakura berubah dan tubuhnya sedikit berisi. Perutnya sudah lumayan kelihatan dan dia tidak menyadari semua itu.
Sakura mulai mengingat akan tingkah Mikoto yang semakin hari semakin memperhatikannya secara berlebihan, dari asupan makanannya, pola tidur dan istirahat Sakura, melarang Sakura untuk mengkonsumsi makanan yang kurang baik untuk tubuh. Semua itu demi seseorang yang Sakura tidak sadar akan kehadirannya.
Mebuki juga setiap waktu menelpon Sakura hanya untuk menanyakan kabarnya, ternyata mereka semua sudah mengetahuinya kecuali Sakura.
"Dia terlalu sibuk memikirkan Sasuke, bu." Ucap Itachi.
"Ma-maaf." Ucap Sakura malu-malu.
Mikoto memeluk Sakura dan mengusap-ngusap puncuk kepala Sakura. Dia senang akan Sakura yang sedang hamil.
Sakura dan Sasuke kembali ke kamarnya. Sasuke terlihat lelah dengan perjalanan jauh, duduk di sofa yang berada di kamarnya dan meminta Sakura untuk menemaninya. Mereka duduk dengan posisi dimana Sakura menyandarkan punggungnya di dada Sasuke. tangan Sasuke sudah melingkar manis di tubuh Sakura, memeluknya erat. Sudah lama Sasuke menunggu saat-saat ini. dimana dia kembali ke Konoha dan bertemu Sakura.
"Hei, jangan sampai pikiran setresmu mengganggunya."
"Maaf, aku hanya tidak menyadarinya saja. Hehehe. Uhm... Sasuke, Aku sangat merindukanmu, sangat." Sakura membalikkan wajah dan menatap Sasuke.
"Aku juga. Sedikit sakit rasanya jika tidak bertemu denganmu."
"Itu salahmu. Harusnya sejak awal kau tidak perlu ke sana."
Sasuke mencium sepintas bibir Sakura. "Maaf." Ucapnya.
"Y-ya sudah, mau bagaimana lagi. Kau harus menyelesaikannya."
"Hn."
Sasuke membalikan posisi Sakura kehadapannya dan membuatnya duduk di atas pangkuannya. Wajah Sakura merona menatap Sasuke, dia terlihat lebih dewasa sekarang.
"Apa kau bertambah tinggi?"
"Kenapa? Kau ingin memanggilku cebol lagi?"
"Ti-tidak. Aku pikir kau tidak suka di panggil cebol."
"Tentu, dan sekarang, siapa yang cebol?"
"Issh,, aku tidak perduli dengan itu."
Sasuke malah tersenyum melihat tingkah Sakura yang seperti biasanya, dia memang tidak berubah sama sekali, sebelum menjadi istrinya bahkan setelah menjadi istrinya pun sikapnya masih sama.
Wajah Sakura semakin dekat dengan wajah Sasuke. Dia mencium bibir Sasuke cukup lama dan bibirnya bergerak menciumi apapun di wajah Sasuke. Sasuke membiarkan Sakura melakukannya, sudah sangat lama dia merindukan akan sentuhan istrinya. Tidak ada yang terlewatkan dari bibir Sakura, Sasuke benar-benar menikmati setiap hal yang di lakukan Sakura. Setelahnya Sakura memeluk erat Sasuke. Serasa tidak ingin melepaskan Sasuke lagi dan pelukan Sakura semakin erat.
"Aku mencintaimu, Sasuke."
"Aku juga sangat mencintaimu." ucap Sasuke dan mencium bahu Sakura. "Kau bertambah berat." ucapnya lagi.
Sakura tidak ingin mengubah posisinya dan masih memeluk Sasuke. menyandarkan dagunya di bahu Sasuke.
"Kau pikir apa, aku sedang membawa anakmu, kau harus bisa memangku kami."
"Hn. Kalau perlu aku akan mengangkat kalian berdua."
Tangan Sasuke bergerak perlahan ke punggung Sakura dan mengusap-ngusapnya. Dia sangat menyayangi Sakura.
"Kau tidak ngidam yang aneh-aneh?"
"Tidak."
"Uhm. Sakura."
"Iya?"
"Jika aku mengajakku ke suatu tempat kau akan ikut?"
Sakura melepaskan pelukannya dan menatap Sasuke.
"Kemana saja pun aku akan ikut denganmu." Ucap Sakura dan tersenyum bahagia di hadapan Sasuke.
.
.
.
.
.
[Bonus]
.
.
.
.
.
.
Wajah Sasuke terlihat mengantuk, dia menguap beberapa kali dan akhirnya menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangannya di atas meja. Bulan baru dengan semester baru. Liburan kampus hanya sebulan dan Sasuke harus segera kembali ke kota Mizu.
"Tidak biasanya kau akan seperti ini." ucap Suigetsu yang baru saja datang ke kelas dan duduk di samping Sasuke.
"Hanya sedikit mengantuk." Ucap Sasuke tanpa mengubah posisinya.
"Apa kau begadang mengerjakan tugas?"
"Tidak. Tugasku akan selesai di siang hari."
"Lalu?"
"Kadang-kadang dia akan terbangun di malam hari dan mual-mual, itu terjadi beberapa kali di setiap malam, aku harus bangun dan membantunya. Aku merasa dia sedikit kesulitan dalam keadaan seperti itu."
Suigetsu terdiam beberapa saat dan mulai memahami maksud pernyataan Sasuke.
"Heee! Kau membawa istrimu ke sini?"
"Ah, aku tidak tega meninggalkannya."
"Lain kali kenalkan aku yaa."
"Hn."
Sasuke tidur sejenak sebelum dosen mereka masuk. Dia benar-benar kelelahan. Sedikit sadar dengan repotnya mengurus istri yang sedang hamil. Sakura mengambil cuti untuk tidak bekerja. Dia sekarang tinggal di Mizu dan mungkin akan melahirkan anaknya juga.
.
~TAMAT~
.
Author sudah sampaikan di chapter sebelumnya. Fic ini akan tamat di chapter ini. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Ide dan feelnya sudah hilang jadi author sudah tidak punya konsep apa-apa lagi untuk di lanjutin. *jujur ini*
Terima kasih untuk supportnya, ini menjadi salah satu semangat author untuk menyelesaikan fic ini.
Terima kasih untuk kritik, saran, dan masukkan/ide-idenya. Maaf jika hanya beberapa yang bisa auhtor realisasikan. Selebihnya mungkin di lain waktu, tapi tidak janji, XD
Maaf yang tiba-tiba ratednya berubah. Hahahaha author ini abal-abal banget dan sedikit bingung untuk mencantumkan rated M pada fic ini. jangan berharap LEMON, karena sejak awal author hanya ingin bikin fic ini menjadi rated T tapi sedikit kebablasan mengetik dan muncullah konten yang mungkin harus masuk ke rated M, hehehehe. Karena sudah rated M jadi author berani dikit nambah adegan yang sebenarnya author masih sulit mengetiknya, haha, untuk pertama kali author punya rated M. *yeeey*
=balas Review= (balasan untuk terakhir kalinya TT_TT)
LVenge : sorry, author kagak tahu opo2, hahahahah, aduh, author nggk pandai membuat cerita adegan seperti itu, HAHAHAHA, author masih polos, XD
Himeko Utshumi : uhm, sudah di jawab di chapter ini XD
UchiHaruno Sya-Chan : update.
A panda-chan : mereka sudah dapat di chapter ini, ehehe
cuke cuka nalu : uhm, sudah di jawab di chapter in XD
C. Prichilla : halo, salam kena balik.. terima kasih ^_^ sudah update.
Niayuki : update.
kasihrukmana2818 : sudah update yaa.
uchiha's family : author kadang tidak suka kalau saku panggil sasu pake embel2 –kun. Hehehe sudah update.
Euri-chan: uhm, sudah di jawab di chapter ini XD
Mustika447 : update..!
Younghee Lee : udah nggak ada, soalnya udah final =_=
Uchihamisato : update..!
Babyponi : Hahaha, dia nenek yang baik kok. Update..!
ishidayamatoryy : terima kasih sudah menunggu author, eh(?) ficnya maksudnya, ehehehe,
Shofie Kim : uhm, sudah di jawab di chapter ini XD
echaNM : sudah update lagi ^_^
Guest : hiduuuppp...!
azriel kanhaya : halo lagi, terima kasih sudah mau sempat review lagi, ehehe, requestnnya author udah bikin di chapter ini, tapi gomenn kalau cuman sepintas, ehehehe.
Jamurlumutan462 : sudah update. Hehehehe
chika kyuchan : hehehe terima kasih sudah mau sempat baca lagi, XD hahaha, author hanya bisa berucap semoga ketemu orang yang mirip Gaara di kehidupa nyata, XD *author lalu di tabok*
SantiDwiMw : belum. Di chapter ini baru 18 tahun ehehehe.
Yukihiro Yumi : HAHAHAHA,*ketawa beneran pas baca review* sepertinya hal tersirat yang author buat tidak terasa yaa XD, itu kan pas sakura bangun itu sudah jam 11, nah di situ kan Sasukenya udah berangkat, dan ada lagi author bilang. Hingga siang Sakura berada di kamar. Mungkin author harus tegasin yaa, maaf, di situ sudah siangnya, sekitar jam 1 atau 2an, dan setelahnya tertidur di jam 7 malam, hahahaha, demi kamu author jelasin, di chapter kagak ada, ini spesial pake telur dua(?) nanti deh, author edit ulang, untuk di jelasin XD hahahaha. Detail amat XD
Miyasato : terima kasih sarannya, author langsung mengubahnya, dan setelah ubah menjadi di tambah konten dewasanya, ehehehehe . author khilaf pas buat fic ini, mikirnya untuk rated T tapi mungkin pikiran author yang masih merasa ini rated T, hahahaha, terima kasih sekali lagi.
kHaLerie Hikari : sudah update..!
hanazono yuri : lanjut...~ sudah final
meganeko-chan : review satu ayam paha, nasi, di tambah minum yaa. *plakk* ehehe, bercanda, terima kasih semangatnya.
Me : maaf, kita (author-reader) harus berakhir... hahahahaha, minta maaf untuk tidak bisa membuat squelnya, mungkin next fic author bakalan bikin fic yang tetap seru untuk di baca, tapi nggak janji yaa. XD
I'm a silent : nggak apa-apa, kalau begitu mari sama-sama menjadi author yang misterius. XD *yeey*
silent reader : sudah update yaa.
I'm a silent : maafkan author yang sudah curhat di atas, silahkan baca di atas lagi yaa, yang di bawah tulisan ~Tamat~
Update Kilat Ya :sudah update, dan maaf, author benar-benar susah membuat yang lemon, aahahahaha, maaf lagi jika tamatnya segini, ya, pasti anaknya nama sarada dong XD
sjxjs : terima kasih sudah sempatkan untuk membaca dan mereview. Terima kasih lagi untuk ungkapannya tentang fic ini, maaf jika dalam penulisan sedikit berantakan. XD ehehe, author kurang tahu soal orang2 korea XD maaf jika udah tamat, author udah curhat di atas hehe. Semoga dapat ide lagi dan buat fic yang enak untuk di baca XD
Hyuugadevit-Chery : WOW kamu reveiw di saat author udah mau update lagi... jadi update kilat ehehehe.
Selesai...! aduh, sayang banget udah tamat, maaf author bikin kecewa, hanya sampe segini saja, semoga bisa buat fic lagi yang seru. Ehehehe, kalau mau di balas reviewnya di chapter ini, nanti author kirim lewat Pm aja yaa.
Sampai jumpa lagi.. :D
Sasuke Fans.