Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura
Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan
.
Don't Like Don't Read
.
~ my little husband~
.
Kadang demi kelancaran sebuah perusahaan yang hampir bangkrut, seorang direktur harus mengorbankan sesuatu miliknya untuk bisa membangkitkan kembali perusahaannya. Sesuatu hal yang sebenarnya tidak bisa di paksa begitu saja. Namun, demi perusahaan Kizashi Haruno meminta anak gadis semata wayangnya untuk kembali ke Konoha setelah kepergiannya untuk melanjutkan pendidikan di kota Mizu. Sebenarnya anaknya adalah anak yang sangat baik dan penurut, anak gadisnya ini sangat menuruti kemauan orang tuannya, tapi.
"Tidak akan! Aku belum mau menikah, ayah." Protes Sakura.
Sakura Haruno adalah satu-satunya anak gadis Kizashi. Sakura sudah tiba dari kemarin di Konoha dan hari ini Kizashi baru berbicara dengannya. Kizashi meminta Sakura untuk bersedia menikah di umurnya yang sudah bisa di bilang cukuplah, 24 tahun, namun di tolak mentah-mentah oleh Sakura, dia masih ingin hidup sendirian dan mencoba berkarir, Sakura bahkan belum memikirkan pasangan hidupnya.
"Sakura, ayah mohon, ini demi keluarga kita juga." Ucap Kizashi, memelas.
"Tidak, tidak dan tidak, aku kan sudah pernah bilang pada ayah, jika aku sendiri yang akan menentukan siapa pasangan hidupku dan pada umur berapa aku siap untuk menikah, apa ayah lupa?" Ucap Sakura.
"A-ayah tidak lupa, hanya saja. Ayah perlu dirimu untuk mencegah perusahaan kita bangkrut."
"Biar saja perusahaan ayah bangkrut, aku tidak peduli!"
Sakura berlari ke arah kamarnya, jujur, dia tidak terlalu suka jika harus berdebat dengan ayahnya. Seperti di sambar petir, ucapan Sakura serasa menusuk tepat di dada Kizashi. Kizashi merasa sedikit bersalah pada Sakura, dia terkesan memaksakan egoisnya kepada anaknya sendiri.
"Sudahlah, Sakura sepertinya tidak mau di paksa." Ucap Mebuki Haruno, Ibu Sakura.
"Tapi, perusahaan akan bangkrut."
"Mungkin kita harus memulainya dari awal lagi."
"Apa kau yakin, istirku?"
Mebuki hanya mengangguk pelan dan mengusap-ngusap perlahan punggung suaminya itu agar lebih berlapang dada menerima kenyataan saat ini.
Perusahaan yang di kelola Kizashi mengalami kebangkrutan. Saat bertemu teman lamanya, Fugaku Uchiha, Dia menawarkan kerja sama untuk mencegah kebangkrutan perusahaan Haruno, namun Fugaku ingin dengan cara lain, dia mau anak Kizashi menikah dengan anaknya agar mereka bisa bersama-sama membangun perusahaan Haruno yang lebih baik lagi sekaligus menjalin silaturahmi antara keluarga Haruno dan Uchiha.
Fugaku dan Kizashi sudah berteman sejak mereka masih kecil, saling membantu sama lain dan beberapa tahun mereka terpisah. Namun, saat saling membutuhkan mereka akan bertemu kembali. Fugaku ingin mempercayakan anaknya pada Kizashi. Kizashi yang dengan senang menyepakati hal itu.
Berpikir akan sangat mudah meminta langsung pada anaknya, malah hanya mendapatkan kata 'tidak' dari Sakura. Jika Sakura sudah seperti itu, membujuknya pun tidak ada gunanya, Sakura agak sedikit keras kepala jika kemauan orang tuannya tidak bisa di terimanya begitu saja.
Tiba-tiba otak Kizashi menjadi encer, dia mempunyai ide yang sangat-sangat bagus, bahkan Sakura tidak akan menolaknya. Mebuki hanya pasrah dengan tingkah suaminya. Kizashi dan Sakura sama-sama tipe yang keras kepala, mereka tidak akan berhenti sampai keinginan mereka terpenuhi.
Sakura membuang dirinya di kasur, perasaannya sangat kesal dengan sikap semenah-menah dari ayahnya sendiri, untuk apa memaksanya pulang ke Konoha jika hanya mengucapkan hal yang menurutnya tidak akan dia lakukan sekarang.
'Menikah'
Untuk apa Menikah jika batin dan hatinya belum siap, Sakura menarik bantal guling dan memeluknya erat. Dia tidak akan menyetujui permintaan ayahnya sekalipun.
.
.
.
Sakura menjadi malas tinggal di rumah, ayahnya tidak berniat membiarkannya kembali ke kota Mizu. Sakura memilih menghubungi teman-teman sekolahnya dan mereka mengadakan reunian, kebetulan Sakura ada di kohona, Sakura jarang pulang selama tinggal di kota Mizu.
Mereka bertemu di sebuah cafe yang lumayan terkenal di Konoha. Sakura baru saja sampai dan mencari-cari teman-teman lamanya. Sepertinya dia baru menemukan satu orang, gadis dengan rambut bercepol dua.
"Tenten!"
Sakura mempercepat jalannya dan segera menghampiri Tenten. Tenten berdiri dan mereka berpelukan sejenak melepas kerinduan masing-masing yang tidak pernah bertemu selama Sakura meninggalkan Konoha.
"Apa kabar, Sakura?"
"Aku baik-baik saja. Kamu?"
"Aku juga. Sudah lama sekali kita tidak bertemu, kamu bertambah cantik saja Sakura."
"Tidak juga, Aku rasa malah kamu yang tambah cantik dan terlihat lebih feminim sekarang."
"Heheheh, sepertinya aku memang lebih berubah."
"Aku masih ingat saat kita masih sekolah, kamu sampai mengerjar anak laki-laki yang seenaknya saja melempar bola ke arahmu dan tidak minta maaf dan juga kamu satu-satunya gadis di sekolah yang mempunyai peringkat terbaik dalam ilmu bela diri."
"Ahh, sudahlah, jangan di bahas lagi, aku jadi malu." Ucap Tenten dan mengibas-ngibas tangannya.
Sebenarnya Tenten masih melanjutkan ilmu bela dirinya, dia bahkan menjadi sensei sekarang.
"Uhm, mau pesan sesuatu?" tanya Tenten.
"Mungkin sebentar saja, tunggu mereka datang." Ucap Sakura.
Dan tidak lama saat mereka sedang menunggu, dua gadis lainnya datang, mereka terlihat mirip padahal mereka bukan saudara, seorang gadis dengan rambut gold palenya yang di ikat tinggi kebelakang dan satunya yang memiliki warna rambut yang sama hanya membiarkan rambut panjang sepantatnya terurai.
"Shion! Ino! Di sebelah sini." Ucap Tenten.
Saat mereka melirik ke sumber suara, wajahnya mereka terlihat senang dan langsung berjalan cepat ke arah dua temannya itu. Mereka saling berpelukan dan menanyakan kabar masing-masing.
"Akhirnya kita berkumpul lagi." Ucap Shion.
"Kami sangat rindu padamu Sakura." ucap Ino.
Mereka yang masih menetap di Konoha sering bertemu dan kadang kumpul-kumpul bareng, namun tidak dengan Sakura yang tinggal jauh dari Konoha membuat Sakura sangat merindukan teman-temannya ini, mereka berempat selalu bersama saat masih di sekolah.
Seorang pelayan datang dan mereka mulai memesan sambil bercerita tentang masa-masa dimana mereka masih sekolah.
"Bagaimana kota Mizu, Sakura?" Tanya Shion.
"Kota terpelajar dan sangat indah." Ucap Sakura.
"Ngomong-ngomong kenapa kau pulang?" Tanya Ino penasaran.
"Ini gara-gara ayahku."
"Mau menceritakannya pada kami?" ucap Tenten.
Seorang pelayan datang membawa pesanan mereka, mereka menunggu pelayan itu menaruh semua pesanan mereka, pelayan itu pamit dan Sakura mulai bercerita.
"Apa menikah!" ucap mereka bertiga serempak.
"Apa hanya dengan menikah, perusahaan ayahmu akan kembali baik?" Tanya Tenten.
"Yah, mungkin saja, soalnya yang akan ku nikahi itu anak teman ayahku, dan mereka akan melakukan kerja sama."
"Uhm, aku jadi kasihan sama kamu Sakura." Ucap Shion.
"Aku sudah menolaknya." Ucap Sakura.
"Jadi kamu biarkan perusahaan ayahmu bangkrut?" Ucap Ino.
Entah mengapa setelah mendengar ucapan Ino, Sakura menjadi merasa tidak enak, seakan-akan dia yang menghancurkan perusahaan ayahnya sendiri. Sakura terdiam dan memainkan es krimnya yang hampir meleleh.
Shion, Tenten dan Ino saling tatap-menatap, sepertinya ada dari ucapan mereka yang membuat Sakura tengah berpikir.
"Kami hanya bisa memberi saran yang terbaik untuk mu Sakura. jika menikah itu berat bagimu, coba kamu lihat dulu atau kenali dulu siapa calonmu, siapa tahu kamu bisa menyukainya." Ucap Ino.
"Dan kalau kamu ingin perusahaan ayahmu bangkrut karena menolak, kamu harus bisa membuat planning B untuk ayahmu, kasihankan kalau ayahmu akan berusaha sendiri untuk membangun kembali perusahaannya." Ucap Shion.
"Kita akan selalu mendukung apapun keputusanmu, Sakura." ucap Tenten.
"Teman-teman terima kasih." Sakura sangat senang mendengar semua nasehat teman-teman sekolahnya ini.
"Lagi pula kamu belum lihat calonmu kan." Senggol-senggol Ino dan di balas anggukkan malu oleh Sakura.
"Mungkin saja dia pria yang sangat baik dan bisa menjagamu, Sakura." ucap Tenten.
"Biasanya cinta itu akan datang pada saat kita butuhkan kok." Tambah Shion.
Sakura hanya tertunduk malu di singgung teman-temannya. Sakura memang belum ketemu dengan calon yang akan di nikahinya, tapi gara-gara ucapan teman-temannya membuat Sakura malu setengah mati.
"Apa-apaan sih kalian, nanti juga aku tahu sendiri calonku." Ucap Sakura malu.
Mereka menatap Sakura bersamaan dan kemudian tertawa. Sakura hanya mendengus kesal tapi dia merasa sedikit lega dengan ucap mereka, mereka seperti kekuatan bagi Sakura.
"Jangan lupa, kalau kamu jatuh cinta padanya, kenalkan pada kami." Ucap Tenten.
"Sudah-sudah, jangan di bahas lagi." Ucap Sakura.
Mereka kembali tertawa bersamaan, setelah mengganggu Sakura, mereka mulai bercerita tentang masa lalu. Sangat menyenang jika mereka bisa kembali bertemu dan bercerita kenang apapun yang sudah di lewati bersama.
.
.
.
Sakura pulang dan berjalan masuk, rumahnya terasa sepi dan tidak biasanya orang tua Sakura akan berada di ruang tengah sambil menikmati teh dan bercanda gurau.
"Ayah..., ibu...," panggil Sakura saat dia sudah berada di lantai bawah.
Tidak ada ucapan sama sekali dari kedua orangnya. Aneh, ini benar-benar aneh bagi Sakura.
Sakura berinisiatif pergi ke kamar orang tuanya, mungkin saja mereka sedang di kamar dan sedang berbicara atau masih tidur.
Sesampainya dan pintu kamar orang tua Sakura yang sedikit terbuka, Sakura mencondongkan tubuhnya dan mengintip keadaan di dalam. Terlihat ibunya sedang duduk di sisi ranjang dan seakan-akan sedang bersedih, ayahnya sendiri terbaring di kasur, wajahnya pucat. Sakura langsung membuka lebar pintu kamar orang tuanya dan berlari masuk.
"Ayah, apa yang terjadi? ayah baik-baik saja?" ucap Sakura sangat khawatir.
"Ayah tidak apa-apa, hanya penyakit lama kambuh."
Sakura memegang tangan Kizashi dan menempelkannya ke pipinya. Dia merasa bersalah sudah membentak ayahnya sendiri kemarin.
"Maaf, aku tidak akan membantah ayah lagi. Aku tidak ingin melihat ayah sakit seperti ini." Sakura tertunduk sedih, dia merasa ini gara-gara ulahnya.
"Benarkah, kau bersedia menerima permintaan ayah."
"Apapun itu, asal ayah jangan sakit."
Senyum bahagia mengambang di wajah ayah Sakura. dia sukses membuat Sakura menjadi patuh. Satu-satunya cara licik namun membuat Kizashi ikut merasa bersalah, Sakura sangat tidak tahan jika ayahnya terbaring lemah seperti sekarang ini, meskipun dia sedang akting dan berhasil.
Kisazhi membelai puncuk kepala Sakura. dia merasa kasihan jika Sakura yang harus menanggung masalah yang terjadi di perusahaan, mau bagaimana lagi, Kizashi sangat menyayanyai perusahaannya yang di kelolanya dari tidak ada apa-apa sampai makmur dan sampai mengalami kebangkrutan.
"Tidak apa-apa jika kamu tidak mau menikah." ucap Kizash
Sakura menggeleng kepala cepat. "Akan aku lakukan demi ayah. Aku akan menikah." ucap Sakura.
Mebuki hanya menutup mulutnya, menahan tawa melihat tingkah suaminya yang sedikit kekanak-kanakan. Mebuki segera keluar dari kamar, dia tidak ingin akting suaminya gagal gara-gara ulahnya yang tidak bisa
menahan tawa.
"Terima kasih Sakura. Ayah sangat beruntung memilikimu nak."
Inner Kizashi, horeee...~ akhirnya anak gadisku menjadi penurut.
"Ayah..." Sakura berdiri dan duduk di sisi ranjang ayahnya. "Boleh aku bertemu dengannya dulu, aku hanya ini mengetahui dia orang seperti apa, aku tidak ingin menikah langsung dan bahkan tidak mengetahui siapa calon suamiku." Ucap sakura.
"Silahkan, kau bebas menemuinya, kau bisa datang saja ke rumah Fugaku, nanti ayah yang memberitahukannya kalau calon menantunya akan mengunjungi rumahnya." Ucap Kizashi terlihat senang.
"Uhm, baiklah, aku ke kamar dulu. Ayah cepat sembuh yaa."
Kizashi mengangguk pelan, menunggu sampai Sakura keluar dari kamarnya dan menutup pintu perlahan. Pintu tertutup rapat dan Kizashi langsung melompat-lompat di atas kasurnya. Pintu tiba-tiba terbuka, membuat Kizashi kemballi tidur dengan selimut.
"Sudahlah, jangan berakting lagi, suamiku. Kau ini benar-benar keras kepala."
"Ternyata kamu, istriku, aku pikir Sakura balik ke kamar, eheheh."
"Apa tidak apa-apa membiarkan Sakura dengan anak Fugaku?"
"Tidak apa-apa, kita kan sudah bertemu dengan anak-anak Fugaku, mereka semua orang terpelajar dan terdidik, prestasi mereka pun tidak bisa di ragukan, aku yakin dia bisa membahagiakan Sakura.
"Hm, iya sih, semoga Sakura suka dengan calonnya. Sempat kepikiran jika mereka berdua di sandingkan, akan terlihat lucu."
Mebuki tersenyum mengingat calon suami Sakura. Kizashi kembali melompat-lompat bahagia di atas kasur.
Kreek...~
Kizashi berhenti dengan bunyi pinggangnya yang sedikit bergeser, encoknya kumat. Kizashi merintih kesakitan sambil memegang belakang pinggangnya. Mebuki malah memukul pelan bahu suaminya itu yang terlalu senang sampai-sampai lupa kalau dia sudah tidak muda lagi. Mebuki menuntun suaminya untuk turun perlahan dari kasur dan membuatnya duduk perlahan.
.
.
.
Kizashi sudah menghubungi Fugaku jika anaknya akan mengunjungi rumahnya, sekedar untuk bertemu dengan calon suaminya, Fugaku sangat senang mendengarnya, dia dengan senang hati memperbolehkan Sakura bertemu anaknya.
Sakura mengendarai mobilnya menuju kawasan elit di kota Konoha, beberapa meter lagi dan Sakura sampai di sebuah rumah yang cukup besar dua lantai dan terlihat sangat luas, bahkan halamannya juga luas. Sakura di tuntun seorang penjaga pintu masuk untuk memarkir mobilnya di sebelah rumah itu, ada sebuah tempat parkir beratap yang di dalamnya terparkir 3 mobil.
Sakura turun dari mobil dan segera di persilahkan masuk, pelayan dan petugas keamanan di rumah Fugaku sudah di beritahukan jika Sakura akan datang.
"Nona Sakura. silahkan masuk." Ucap seorang pelayan wanita membawa Sakura masuk ke dalam ruang tamu.
"Apa paman Fukagu ada?"
"Maaf nona, tuan sedang keluar."
"Oh, kalau bibi Mikoto?"
"Sedang keluar juga."
Sakura jadi merasa malas untuk datang ke rumah Fugaku, dia sudah rela datang ke rumah calon mertuanya dan yang di dapat hanya rumah kosong dengan pembantu saja.
"Apa aku pulang saja. Yaa."
"Jangan nona, anda di minta untuk menunggu, tuan muda akan segera pulang."
Sakura berpikir sejenak, 'tuan muda' yang di maksud pembantu paman Fugaku ini mungkin adalah calon suaminya, Sakura hanya bisa pasrah, dia duduk di ruang tamu dan menunggu orang yang harus di temuinya hari ini.
Pelayan lain datang dan membawakan teh hangat dan cheescake untuk Sakura. Sakura mengambil tehnya dan meneguk perlahan. Pelayan yang membawa Sakura pamit pergi ke dapur namun di cegat Sakura.
"Ada apa nona Sakura?"
"Coba ceritakan, bagaimana itu tuan muda?"
"Tuan muda, uhm.. dia baik, pendiam, tidak terlalu banyak berbicara, tidak suka hal yang manis-manis."
"Oh. Lalu, apa dia setuju jika di nikahkan?"
"Kalau hal itu saya tidak tahu nona, soalnya itu urusan pribadi tuan muda, tapi saya rasa tuan muda terlihat biasa saja menanggapinya. Mungkin tuan muda setuju saja."
"Uhm, ya sudahlah, kau boleh kembali."
"Baik nona, jika perlu sesuatu panggil saja saya nona."
Sakura mengangguk dan kembali meminum tehnya. Bosan dengan hanya duduk di ruang tamu, Sakura berjalan-jalan di sekitar ruang tamu yang cukup luas itu. Sakura menghampiri sebuah rak buku di sana dan memperhatikan buku-buku apa saja yang tertata di situ.
Sakura beralih ke sebuah lemari yang penuh dengan pernak-pernik dari beberapa kota, sakura menatap sekeliling ruang tamu, dia mencari foto keluarga, namun sepertinya orang-orang di rumah ini tidak begitu suka atau sengaja tidak menaruh foto keluarga, di dinding hanya terdapat beberapa lukisan abstrak dan pemandangan.
Sakura berjalan ke sebuah pintu yang lebar dan pintu itu mengarah ke taman bunga, di sana ada meja bundar di kelilingi empat kursi yang terbuat dari besi dan semuanya berwarna putih, bagian sisinya ada pilar-pilar yang menahan atap bundar yang terbuat dari kaca. Beberapa tumbuhan merambat ke atas pilar itu dan membuat tempat itu terkesan sangat indah, bunga mawar mendominasi taman itu, mungkin seseorang di rumah ini menyukai mawar, pikir Sakura.
Dari pada duduk di dalam, Sakura memilih duduk di taman itu dan melihat sekeliling taman di rumah Fugaku.
"Permisi, apa aku mengganggu?"
Sebuah suara bariton membuat Sakura segera mengalihkan pandangnya ke suara itu. Tampak seorang pria dewasa dengan mata onyxnya, rambutnya yang panjang tapi di ikat rapi, dia memakai baju kasual dan celana jinsnya.
"Ti-tidak." Ucap Sakura, membuatnya sedikit terpesona dengan pria yang mulai berjalan dan duduk di kursi sebelah Sakura.
"Kamu, Sakura Haruno? Anaknya paman Kizashi?"
"Iya. Aku Sakura, salam kenal."
"Namaku Itachi Uchiha, aku anak tertua di keluarga Uchiha, salam kenal. Maaf jika orang tuaku sedang tidak ada di rumah. Mereka berdua sedikit sibuk."
"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya ingin berkunjung saja sambil melihat-lihat. Hehehe" ucap Sakura terasa kaku mengobrol dengan Itachi.
Sakura menatap Itachi cukup lama, jika Itachi adalah calon suaminya, Sakura merasa tidak keberatan, Itachi sangat dewasa dan ramah.
"Uhm, kalau boleh tahu, umurmu sekarang berapa?" tanya Sakura.
"27 tahun, cukup tua juga yaa." Ucapnya sambil tersenyum ramah.
Sakura kembali berpikir, 24 tahun dan 27 tahun itu tidak terlalu jauh, lagi pula jika dengan Itachi yang sudah bersikap sedewasa ini, Sakura akan senang jika bisa di bimbing oleh Itachi. Soalnya Sakura itu meskipun sudah dewasa, dia kadang masih bersikap kekanak-kanakan. Memikirkan semua hal itu membuat Sakura senyum-senyum sendiri.
"Ada apa Sakura?"
"Ti-tidak ada apa-apa."
"Uhm, bersabarlah, dia mungkin akan segera pulang." Ucap Itachi dan memperhatikan jam di tangannya.
"Dia? Pulang?" ucap Sakura bingung, dia masih belum mengerti dengan ucapan Itachi.
"Iya, kau ke sini karena ingin menemuinya, kan?"
Sakura kembali ke dalam pikirannya. dia mulai mencerna setiap ucapan Itachi dengan baik. Jika Itachi berbicara seolah-olah Sakura sedang menunggu orang lain, artinya, orang yang ada di hadapan Sakura sekarang bukan calon suaminya. Lalu? Orang yang di maksud ayah Sakura itu siapa? Anak Fugaku yang mana, Itachi memperkenalkan dirinya sebagai anak tertua, kalau begitu anak kedua Fugaku yang akan menikahinya.
"Maaf, aku tidak bisa lama, soal aku ada urusan lain. Kamu tunggu saja di sini, mungkin sekitar 10 menit lagi dia akan pulang." Ucap Itachi dan bergegas pergi, seperti terlihat sedang terburu-buru.
"Iya, terima kasih." Ucap Sakura lesu. Itachi sudah masuk ke dalam rumah dan tidak bisa di lihat Sakura.
Cinta pada pandangan pertama itu tidak akan berlaku untuk Sakura, dia hanya sedang mencoba untuk jatuh cinta pada pandangan pertamanya tadi saat menemui Itachi tapi niatnya itu meleset, dia tidak akan jatuh cinta dan kembali memasang tameng untuk tetap bertahan dengan kehidupan singlenya. Sakura masih menunggu dan memutuskan untuk masuk ke dalam ruang tamu, dia sedikit kehausan.
Sakura sudah masuk dan segera duduk. Dia sedikit penasaran dengan anak kedua dari Fugaku. Melihat Itachi yang seperti itu saja sudah membuatnya terpesona, bagaimana dengan adik Itachi, mungkin Sakura akan mencoba lagi jatuh hati pada pandangan pertama.
"Maaf aku sedikit terlambat."
Terdengar sebuah suara, namun tidak terlalu berat, masih terkesan sedikit nyaring. Langkah kakinya berjalan ke samping Sakura dan mulai berbalik dan melihat orang yang berbicara tadi.
"Aku ada les jadi pulang telat."
Sakura mematung. Seorang laki-laki yang di pandanginya ini membuatnya akan berteriak jika dia tidak langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Pikiran Sakura mulai melayang, ada apa ini? apa dia sedang melihat orang yang salah, atau dia sedang menunggu orang yang salah. Mau jatuh cinta pada pandangan pertama pun tidak mungkin, apalagi untuk terpesona sangat-sangat mustahil.
Sakura segera berdiri dan bisa memandangi orang itu ke bawah, di pandangi ke bawah membuat Sakura gemes dengan laki-laki ini.
"Heee...! Tidak mungkiiiin...!" Teriak frustasi Sakura.
"Berisik. Jangan berteriak di hadapanku." Ucap laki-laki itu dengan wajah datarnya dan terkesan dingin.
"Maaf."
Sakura kembali duduk dan masih tidak bisa mempercayai semua ini, semua hal, semua hari ini, apa yang di pikirnya semuanya melenceng sangat jauh.
"Namaku Sasuke Uchiha. Aku sudah diberitahu oleh ayahku jika calon istriku akan datang."
Sasuke Uchiha, anak kedua dari pasangan Fugaku dan Mikoto, status pelajar, umur 16 tahun, tinggi badan 156, sedangkan Sakura 162.
Sakura masih mematung tidak percaya jika anak kecil ini akan menjadi suaminya. Bahkan tinggi badan mereka sangat mencolok, hanya tatapan Sasuke saja yang menghilangkan kesan umur 16 tahunnya, dia terlihat sangat dewasa dan tampan menurut Sakura setelah memperhatikan Sasuke berkali-kali.
"Kenapa berwajah seperti itu?"
"Aku hanya tidak percaya."
"Jangan katakan jika kau berharap aku tinggi dan dewasa!" ucap Sasuke sedikit kesal, dia merasa di remehkan oleh Sakura.
"Yah, ucapanmu benar semua."
"Batalkan saja jika kau tidak mau menikah, aku sendiri tidak perduli dengan hal semacam ini." ucap Sasuke.
Sakura terdiam sejenak. Sasuke pun tidak terlalu pusing dengan pernikahan, tapi Sakura tidak bisa membatalkannya begitu saja, dia sudah berjanji dengan ayahnya, dia akan melakukan apapun bahkan untuk menikahi anak Fugaku yang sekarang dia sudah tahu, 'cebol' rasanya kata itu ingin keluar dari mulut Sakura.
"Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja." Ucap Sakura dan terlihat lesu.
Sasuke menatap Sakura, dia memperhatikan gadis yang baru di temuainya saat ini. rambut softpink sebahunya, kulit yang putih, mata berwarna hijau zambrut yag indah, tubuhnya langsing dan terlihat lebih dewasa. Sasuke merasa tidak keberatan dengan Sakura. dia cukup menyukai menampilan Sakura.
"Hn, ya sudah, jalani saja sekarang."
"Apa kita akan langsung menikah, kau kan..."
"Aku tahu, aku masih pelajar dan umurku belum cukup untuk menikah."
Peraturan di Konoha jika ada pernikahan, mempelainya harus berumur 18 tahun ke atas.
"Jadi?"
"Kita hanya akan di tunangkan sampai umurku cukup dan kita akan menikah." ucap Sasuke.
Sakura yang mendengar ucapan Sasuke menatap aneh ke arahnya, dia dengan santainya mengucapkan pernikahan, seakan-akan pernikahkan itu hanya sebuah permainan.
"Ada apa?"
"Wajahmu menyebalkan."
Sasuke mengerutkan alisnya, gadis ini mengucap pernyataan yang aneh, tidak biasanya ada gadis yang mengucapkan itu, kebanyakan dari mereka selalu mengucapkan wajah Sasuke itu tampan dan mempesona, dan mereka itu adalah murid-murid cewek di sekolah Sasuke dan tempat lesnya.
"Menarik." Ucap Sasuke dengan senyum yang terkesan seperti seringai di hadapan Sakura.
"Apa maksudmu?" Ucap Sakura, merasa tatapan Sasuke berubah. Wajahnya memang tidak terlihat seperti umurnya, membuat Sakura sedikit merinding saat bertatapan dengan mata kelam Sasuke.
"Tidak ada, aku mau istirahat, kau bisa pulang sekarang, kita sudah bertemu kan." Ucap Sasuke dengan nada yang sedikit angkuh.
"Tanpa kau bilang pun aku akan segera pulang." Ucap Sakura, sedikit kesal dengan ucapan Sasuke.
Sasuke berjalan naik ke tangga rumahnya dan Sakura berjalan keluar pintu. Sasuke berhenti berjalan dan berbalik.
"Sampai jumpa lagi gadis titan." Ucap Sasuke.
"Diam kau cebol!" teriak Sakura dan segera keluar dan membanting pintu rumah Sasuke, membuat seluruh pelayan Sasuke keluar dari dapur dan berlari ke arah pintu.
"Ada apa tuan muda? Apa yang terjadi? Suara apa itu?"
"Tadi abis ada titan, tapi sudah pulang."
para pembantu hanya mematung dan kebingungan mendengar ucapan tuan muda mereka. Sasuke yang sudah sangat lelah kembali menaiki tangga menuju kamarnya.
~ TBC ~
.
.
HaHahahaha.. sedikit nekat membuat ffn baru padahal yang satu belum kelar, awas loh bentar php-in reader di kubur hidup-hidup, ehehe *bercanda*
Yooo, kembali lagi sasuke fan dengan cerita lain, masih pengen belajar membuat ffn dengan bacaan yang baik dan benar, tapi yang namanya typo itu, adalah musuh paling berat, aarrhhtt susah hilang atuh.
Sedikit penjelasan.
Titan itu... coba deh cari di om google, titan di Shingeki No Kyoujin "anime", maksud Sasuke disini, gara-gara Sakura itu terlalu tinggi darinya dia langsung di cap Titan ama Sasuke, eheheh.
Segini dulu, penasaran dengan kehidupan mereka dan tingkah mereka yang bakalan bikin ngakak, kalau nggk ngakak berarti garing, eheheh
Akhir kata mohon di review.