All My Love Is
Cast : Kris Wu & Huang Zitao
Genre : Romance, Hurt
Warning : YAOI!
Summary : Tao hanyalalah seorang pemuda
miskin yang hidup dengan anaknya.
menghidupi anaknya dengan uang haram.
Orang itu meninggalkannya dan lima tahun
kemudian ia muncul lagi.
.
.
.
.
.
TAO POV
Aku tinggal dengan anakku disebuah apartment tak layak kami baik-baik saja, walalupun tempat ini akan runtuh. Anakku adalah Huang Beibei, aku yang melahirkannya ke dunia ini tanpa sosok ayah yang tidak aku butuhkan lagi tentang keberadaan orang itu. Dulu, hidupku baik-baik saja bersamanya, aku dari keluarga berkecukupan, namun sebuah rahasia terbongkar, ia sudah dijodohkan dan aku adalah simpanannya. Keluargaku hancur, kedua orangtuaku tertabrak oleh kereta.
Aku hamil anaknya, tapi dia tidak mengetahuinya karna saat itu adalah hari pertunangannya, aku kabur dari Guangzhou dan menuju Beijing. Di Qingdao aku diusir oleh nenekku. Aku menceritakannya tapi nenek malah membenciku, seminggu setelah itu orangtuaku meninggal. Hidupku hancur dan aku pergi ke Beijing dengan anakku yang saat itu masih berada didalam perutku. Aku benar-benar tidak peduli dengan cacian yang aku dapatkan dari mereka, tapi pemilik Apartment itu Bibi Ming menerimaku dan ia membantuku saat proses melahirkan.
Malam hari aku bekerja disebuah nightclub yang cukup berkelas, aku hanya bekerja disitu. Pagi hari aku harus sekolah karena aku belum menyelesaikan pendidikanku. Aku berada dikelas tiga SMA. Pada jam tujuh aku berangkat, beibei tidak rewel ketika aku akan pergi.
"Beibei, tidur ya? Mama mau kerja dulu" Beibei mengangguk dan ia memanggilku Mama. Pertamakali ia memanggilku Mama, aku menolak tapi Beibei terus memanggilku Mama.
"Hem. Apa nanti Mama akan bawa coklat lagi?" gumamnya lucu, aku tersenyum.
"Beibei tidak boleh terlalu banyak makan coklat. Nanti gigi Beibei rusak" aku berusaha menasehatinya, karena harga coklat yang tidak berbahaya untuk kesehatan anak kecil harganya terlalu mahal sedangkan aku belum melunasi tunggakan apartment ini selama 4 bulan.
Beibei cemberut lucu, matanya sudah mengantuk. "Hem, tapi Mama akan pulang cepatkan?"
"Tentu" aku tersenyum.
Setelah itu aku menggiring beibei masuk kekamar ku. Dia sudah terlihat mengantuk dan akan tidur, sebelumnya aku menyanyikan lagu favoritnya. Setelah dia tidur, aku segera berangkat. Suasana malam sangat dingin dan aku memakai jaket kuningku. Aku hanya berjalan untuk sampai ke Nightclub karena jaraknya tidak terlalu jauh.
.
.
.
.
.
Didalam club sudah ramai, dan aku segera menuju toilet untuk mengganti pakaianku yang lebih ketat agar aku mendapatkan pelanggan yang kaya. Akan tidak mungkin jika dari rumah aku mengenakan pakaikanku yang sekarang, Beibei akan bertanya dan lebih bahaya lagi aku takut jika ada preman dijalanan.
Aku keluar dari toilet, dan mencari pria berdompet tebal. Aku duduk disofa dengan gaya yang erotis. Tidak ada teman sekolahku yang mengetahui pekerjaanku ini dan juga keberadaan Beibei.
"Hai, Tao" Baekhyun menyapaku, dia seorang Dj berbakat disini. Baekhyun tidak sepertiku. Ini adalah Gay's Clubbing yang lokasinya sedikit jauh dari ramaian kota. Jadi, disini tidak ada perempuan sedikitpun.
Seseorang menghampiriku, aku kenal wangi ini
"Hai, Zi" Kevin menyapaku. Dia pelanggan setiaku, dia kaya. Aku sudah disewa sebanyak tiga kali olehnya.
"Kev, kau datang lagi?" aku bertanya penasaran. Apakah ia tidak bosan dengan servisku?.
"Tentu. Kau cantik sekali" dia tersenyum dan menggombal. Sejujurnya, wajah Kevin mengingatkanku pada seseorang apalagi dia juga blasteran Kanada.
"Huh?"
"Ayo, ikut aku ke hotel" dia menarik tanganku pergi, dan aku tidak keberatan karena inilah pekerjaanku untuk menghasilkan uang.
Kevin kaya, dia selalu bertanya berapa uang yang aku minta. Tapi aku tidak menuntut banyak, karena dia adalah pria baik yang belum menyentuhku sejauh ini. Dia lebih tua dibanding denganku, umurnya 22 tahun. Kevin sudah menganggapku sebagai adiknya, namun dia belum tahu tentang Beibei. Kevin memperlakukanku baik, dia selalu menceritakan masalahnya padaku.
Kevin membawaku ke hotel yang sama seperti kemarin-kemarin. Kami naik ke lift yang akan tertutup.
"Aku heran kepadamu"
"Kenapa?" dia menolehkan wajah tampannya padaku, aku tidak menyimpan perasaan apapun padanya karena aku tidak ingin jatuh kedalam lubang yang sama.
"Kau selalu membawaku ke hotel"
"Aku akan menceritakan sebuah berita yang bagus" dia tersenyum lagi.
Sesampainya di kamar, dia duduk disofa dan Kevin menyuruhku untuk duduk dipahanya seperti biasa. Dia tengah menatapku. Sebenarnya Kevin bukan gay sepertiku. Namun ia memiliki masa lalu yang gelap. Ia memiliki kekasih perempuan bernama Xiao Ai atau Ai. Namun orangtua Ai menjodohkan anaknya dengan saudara Kevin. Dan Ai terlihat tidak menolak, sebulan kemudian Ai mengatakan pada dirinya bahwa Ai menyukai saudaranya. Kevin terlihat marah, namun ia tidak menyalahkan saudaranya karna saudaranya tidak mencinta Ai.
Ketika pertunangan itu akan tiba, Kevin pergi meninggalkan Guangzhou. Namun setelahnya ia mendengar bahwa pertunangan itu dibatalkan tapi Kevin sudah terlanjur sakit.
Kita sama-sama dari Guangzhou.
"Melamunkan apa?" suara Kevin menyadarkan pikiranku tentang masa lalunya.
"Tidak ada. Oh, katanya kau ada berita bagus" aku menuntut informasi darinya.
"Begini, saudaraku akan tinggal disini dan kau jangan jatuh cinta padanya" ujarnya. Aku tahu siapa saudara Kevin karena ia hanya memiliki satu saudara. Namun aku tidak tahu rupa dan namanya.
"Kenapa begitu?" aku melingkarkan tanganku ke lehernya karena Kevin suka posisi seperti ini.
"Karena aku menyukaimu" dia menjawabnya dengan enteng.
"Yahh! Bukannya kau normal?" aku berteriak kearahnya dan dia tertawa.
"Jika aku normal kenapa aku menyewamu?" setelahnya dia menciumku dan aku membalasnya.
.
.
.
.
.
Keesokan hari, Kevin menungguku bangun, dia tidak seperti orang-orang yang menyewaku. Ini sudah jam 6 dan Kevin akan mengantarku pulang. Tapi aku tidak pernah mengundangnya masuk ke Apartmentku. Dia hanya berhenti dipersimpangan.
"Terimakasih" ucapku tersenyum.
"Sama-sama. Malam jangan ke Club, datang ke Apartmentku jam 7" setelahnya dia pulang.
Aku masuk ke dalam Apartment, dan Beibei sudah bangun menungguku sambil menonton kartun favoritnya. Aku tersenyum ke arahnya.
"Mama pulang" aku mencium pipinya dan dia terkejut tapi aku malah tertawa.
"Mama! Kenapa pulang telat, tidak seperti biasa" Beibei cemberut dan aku meminta maaf padanya.
Aku pulang pada jam yang tidak biasa. Biasanya aku pulang jam empat atau lima. Tapi aku telat sekarang, karena tadi malam aku benar-benar melakukannya dengan Kevin. Dia membayarku dua kali lipat. Aku memutuskan untuk menggunakan uang itu untuk membayar hutangku pada Bibi Ming.
Aku segera mandi dan memakai seragamku. Kevin tidak tahu aku masih sekolah. Aku membawa Beibei untuk dititipkan disebuah tempat penitipan anak yang bernama Daycare. Aku naik ke bus menuju Daycare dan setelahnya aku berlari untuk menuju sekolah.
"Beibei jangan nakal ya?" aku mengelus kepalanya dan Beibei mengangguk nurut.
"Iya, Mama" dan ia segera masuk kedalam.
Setelah aku memastikan Beibei sudah bertemu dengan nyonya Song. Aku segera berlari menuju sekolah, setiap pagi aku selalu seperti ini. Tidak mungkin aku membawa Beibei berjalan kaki.
.
.
.
.
.
Aku telat masuk kelas sepuluh menit dipelajaran sejarah. Guru Jang adalah guru yang baik. Aku mengikuti pelajaran dengan baik, aku duduk paling belakang karena aku bisa melihat lapangan sekolah. Saat aku kelas dua, aku pindah ke Beijing. Aku sempat berfikir untuk tidak meluluskan pendidikanku, namun aku teringat dengan kebahagiaan Beibei, aku harus menamatkan sekolahku agar aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.
Disekolah temanku hanya Ren. Tidak ada yang lain, mereka menjauhiku.
"Tao, malam ini ikut aku. Aku akan mentraktirmu ke restoran Korea" Ren mengajakku ketika jam sekolah usai. Ren adalah anak orang kaya, dia adalah sahabatku bahkan dia mengetahui semuannya tentangku. Namun aku menggeleng dengan tawarannya, jika tidak ada janji dengan Kevin, aku pasti ikut dan akan mengajak Beibei.
"Maaf aku tidak bisa, Ren. Aku ada janji dengan Kevin" tolakku halus, Ren tampak tidak suka dengan jawabanku.
"Yah, tidak seru. Tapi bagaimana jika aku ajak Beifan?" Ren memang biasa memanggil Beibei dengan Beifan tapi aku tetap tidak suka dengan panggilan itu.
"Hm. Oke, kalau begitu jemput Beibei jam 7" ujarku, Beibei belum pernah memakan makanan yang direstoran. Aku orangtua yang buruk, aku belum membuat Beibei bahagia sepenuhnya.
"Baik"
.
.
.
.
.
Aku langsung menuju ke Daycare untuk menjemput anakku. Sampai disana Beibei sudah menungguku diluar pintu, aku segera berlari kearahnya.
"Mama!" dia memekik lucu dan aku langsung memeluknya.
"Mama akan pergi kerumah sakit. Beibei ikut ya, kita akan jalan kaki" ujarku. Aku ingin menghemat uang untuk membeli makanan untuk besok. Beibei mengangguk, kami berjalan kearah rumah sakit.
"Mama siapa yang sakit?" tanyanya, dia nampak kelelahan dan aku segera menggendongnya. Beibei bukan anak kecil lagi seperti dulu dan aku tidak mungkin memasukannya kedalam tas punggungku.
"Kita akan menjenguk Nenen Ming" ucapku tersenyum, aku mengusap keringat didahinya. Beberapa pejalan kaki menatap kami penuh minat. Aku tidak peduli dengan mereka.
"Nenek sakit?" tanyanya sedikit berteriak, aku mengangguk. Beibei sudah menganggapnya Nenek sendiri dan aku mengangguk mengiyakan. Selama berjalan kami bercerita dengan kegiatan kami tapi Beibei yang lebih banyak bercerita. Beibei berat digendonganku, namun aku tidak ingin Beibek merasa capek, jadi biar aku yang merasakannya.
"Mama"
"Hm"
"Tadi teman Beibei punya sepeda semua, mereka bermain sepeda dihalaman dan Beibei tidak diajak" ujarnya sedih. Aku tahu Beibei sangat menginginkan sepeda, namun uangku belum cukup. Gaji dari pekerjaanku sebagian aku gunakan untuk melunasi hutangku agar tidak terlalu berat nanti.
"Mama janji jika Mama punya uang banyak Mama akan belikan Beibei sepeda yang bagus" ujarku untuk membuat Beibei senang. Selama ini aku hanya terus mengatakan janji dan janji. Aku merasa bersalah pada malaikatku.
"Benarkah? Kalau begitu Beibei ingin yang warna pink" ujarnya dan aku mengangguk. Dengan memiliki Beibei aku cukup merasa bahagia.
Kami sampai dirumah sakit dan menuju kamar rawat Nenek Ming. Disana ada Victoria, anaknya. Aku tersenyum kearah mereka. Nenek sedang makan yang disuapi anaknya. Usia Nenek belum terlalu tua, namun ia menderita penyakit kanker payudara.
"Tao Beibei?" Nenek berseru semangat menyambut kami. Aku dan Beibei berjalan kearah mereka. Kini Beibei tidak aku gendong lagi.
"Nenek" Beibei langsung berlari menghampiri mereka dan Victoria Jie mengangkat Beibei ke ranjang.
"Bagaimana kabarmu, Zi?" Vic-jie bertanya. Ia sudah berkepala tiga, namun ia belum dikaruniai seorang anak.
"Aku baik, Beibei juga" aku tersenyum membalas sapaannya.
Beibei sedang bercerita kepada Nenek, dia terlihat semangat dan dia juga menceritakan bahwa ditempat penitipannya ada anak kecil baru dan Nenek tersenyum menanggapinya.
"Sebenarnya aku kesini untuk membayar hutangku" aku menyerahkan sebuah amplop pada mereka. Uang yang Kevin berikan aku kasih pada mereka semua dan hanya sisa sedikit.
"Ah tidak perlu repot-repot, Zi. Nenek bisa membayar tagihan rumah sakit kok" gumamnya tapi aku menggeleng karena aku terlalu banyak merepotkan mereka.
"Tidak apa Nek"
"Iya Nenek ambil saja uangnya" Beibei mendukungku dan aku tertawa.
.
.
.
.
.
.
Setelah menjenguk Nenek, aku segera pulang berjalan kaki. Beibei aku gendong lagi. Hari sudah menunjukan pukul tiga sore. Ini jam makan Beibei dan ia terlihat lapar.
"Mama, Beibei lapar" adunya padaku, tangan kecilnya memegang perutnya. Disamping kami ada tempat makan namun aku tidak membawa uang cukup.
"Nanti saja ya? Malam ini paman Ren mau ngajak Beibei makan makanan korea" ujarku dan Beibei terlihat berpikir namun ia segera mengangguk
"Baiklah".
.
.
.
.
.
Beibei sedang aku urusi, Ren sudah datang sepuluh menit yang lalu. Aku memakaikannya sebuah gaun berwarna pink satu-satunya yang dia punya. Gaun itu tidak terlalu mewah, namun jika Beibei memakainya ia terlihat seperti seorang putri.
"Beibei jangan nakal sama paman Ren yah?" nasehatku seraya mencium pipinya. Ia mengangguk lucu,
"Iya, Mama. Tapi Beibei boleh minta ice cream dan coklat kan?" tanyanya. Aku menggendongnya dan menuju kearah ruang utama tempat dimana Ren menunggu.
Aku berpikir dan sedikit meledeknya, Beibei menungguju jawabanku dengan wajah tidak sabar. "Boleh. Tapi jangan banyak-banyak yah?"
Ren mengambil Beibei dari pandanganku. Beibei dan Ren sangat dekat. Mereka sangat cantik walaupun Ren adalah pria, tapi dia mengatakan dirinya bahwa dia manly dan aku hanya mengangguk. Ren dan Beibei adalah orang yang suka berbicara banyak. Mereka pamit kepadaku dan aku ikut mengantar mereka sampai kedepan.
"Beibei, jangan nakal yah?" ucapku sekali lagi.
Beibei mengangguk, "Iya Mama. Beibei ngerti kok" aku tersenyum, Beibei sepertiku yang ceroboh aku tidak ingin Ren merasa repot ketika membawa Beibei keluar.
"Ren, pulangkan Beibei jam 9 ya?"
"Iya, Zizi" Ren memutar matanya malas.
Setelah mereka pergi, aku segera mempersiapkan diri untuk ke apartment Kevin. Aku pernah kesana sekali. Aku memakai pakaian yang Kevin belikan untukku. Pria itu benar-benar baik. Aku kesana jalan kaki, jaraknya cukup jauh namun aku sudah biasa jika harus berjalan. Aku sampai 30 menit kemudian. Apartmentnya mewah tidak seperti milikku. Aku segera membunyikan bel yang berada disamping pintu.
"Siapa?" aku mendengar suara seseorang dari intercom diatas kepalaku. Aku mendongak dan menyebutkan namaku lalu dia menyuruhku masuk.
Dia sedang mempersiapkan semuanya dengan baik dimeja makan. Kevin belum memakai bersiap-siap, dia terlihat sibuk, dengan melihat sifatnya aku tahu kalau Kevin sangat menyayangi sepupunya. Dia adalah sosok kakak yang dewasa.
"Kevin, kau butuh bantuan?" aku mendekat kearahnya. Dia masih memakai boxer dan apron ditubuhnya. Kevin pintar memasak dia adalah kepala chef direstoran bintang lima. Beberapa hidangan mewah ada disana.
"Tidak. Sebaiknya kamu menonton televisi saja" dia mendorongku kearah ruang santai tapi aku segera menghentikan langkahnya.
"Jam berapa saudaramu akan sampai?"
Dia melirik arlojinya.
"Oh, Lord. Lima belas menit lagi" jeritnya yang benar-benar keras.
"Oleh karena itu aku akan didapur. Sedangkan kau segera bersiapkan diri untuk menyambut saudaramu"
"Oke,oke. Tapi nanti kamu jangan jatuh cinta yah?" dia hendak menciumku namun aku segera berlari kearah dapur dan setelahnya aku mendengar Kevin menjerit.
Aku berada didapur dan mempersiapkan makanan yang belum jadi. Kevin memiliki dapur yang luas dan bagus. Ada bebek panggang dan berbagai macam seafood diatas meja. Aku kembali lagi kedapur untuk membersihkan perkakas yang Kevin gunakan tadi. Lima belas menit berlalu aku hendak keluar, namun handphone ku bergetar dan itu pesan dari Ren.
To: Zitao
From: Ren
Beibei makan banyak loh dan dia tertidur karena kamu belum pulang, Beibei menginap dirumahku saja yah ^^…
Aku senang jika Beibei bahagia, walaupun dia memperoleh kebahagiaan itu bukan denganku tapi aku merasa sangat bersyukur karena kebahagiaan anakku adalah prioritas utamaku. Aku membalas pesan itu dengan singkat. Aku menyimpan handphone ku ke saku celanaku.
"PEACH KEMARILAH" aku mendengar suara Kevin yang berteriak dari arah ruang tamu.
"IYAA" aku menyahut dengan berteriak juga dan berlari kesana.
Kevin tersenyum kearahku, dibelakangnya ada seseorang tinggi yang hampir menyamai tinggi Kevin. Rambutnya hitam dan bahunya tegap, dia sepertinya tampan.
"Zi, ini saudaraku namanya Wu Yifan atau Kris" Kevin tersenyum dan saudara Kevin itu berdiri disampingnya.
Aku terkejut melihatnya. Orang itu, orang yang aku hindari selama 4 tahun ini dan dia datang kembali?. Oh kenapa takdirku seperti ini?.
"Zi-Zitao" dia memanggil namaku pelan dan sama terkejutnya denganku. Sekarang dia lebih tampan dari yang dulu, namun aku tetap membencinya. Bagaimanapun juga sekarang kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.
Kevin menatap kami dengan heran juga. "Kalian saling kenal?"
TIBISAY:*
Duhh aku ngebut buat nya nih, sebenarnya aku lagi gak mood tapi yaudahlah selesain aja. Sebenarnya aku mau ngeramake ff orang tapi aku males dikit soalnya bagiannya banyak sih hehehe.
Mohon maaf untuk segala typonya yah, dan juga mungkin jarak spasi nya tapi sekarang aku ngetiknya di hp jadi agak susah :')
Okeh seeyou:*
Byebye