"Setiap kau mengubah apa yang terjadi, kau akan kehilangan satu kepingan ingatanmu. Apa kau siap, dengan resikonya?"


Time Travel

~Chapter 1~

Cast:

Kim Namjoon

Kim Seokjin

Jung Hoseok

Min Yoongi

Park Jimin

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

Pairing:

NamJin


Pemuda bersurai pink itu akhirnya menghela nafas panjang, bersamaan dengan bunyi lonceng tanda berakhirnya mata pelajaran. Dikemasnya buku yang ia serakkan di atas meja, lalu ia pun berjalan ke luar kelas, menuju ruangan loker. Hari yang masih sama dengan rutinitas yang membosankan. Sesekali, ia tampak menguap hingga teriakan seseorang membuatnya menoleh.

"Nam..joon. Kim Namjoon!"

"Ah, kau Hoseok. Ada apa?" tanya pemuda itu, tak bergeming dari tempatnya begitu Hoseok, orang yang memanggilnya berbicara menghampirinya.

"Kau tau tidak besok hari apa?"

"Sabtu." Jawab Namjoon singkat.

"Aish, bukan itu maksudku! Besok, besok…besok kan hari kita berkunjung ke makam Jin hyung."

Seketika raut wajah Namjoon berubah, menjadi lebih sendu. Ah, ya 15 Maret. Hari dimana Namjoon dan Hoseok berkunjung ke suatu tempat. Tempat dimana tubuh 'seseorang' berada. Dan pembicaraan ini membuatnya mengingat kejadian itu. Kejadian yang disebabkan karena dirinya, kejadian yang menewaskan Kim Seokjin.

Kim Seokjin, atau biasa dipanggil Jin hyung. Lebih tua dua tahun. Dia adalah teman masa kecil Namjoon dan Hoseok. Mereka memiliki geng dengan tujuh orang anggota dan Namjoonlah pemimpinnya. Rumah mereka berdekatan sehingga mereka selalu bermain bersama, tertawa bersama, hingga akhirnya semua kebahagiaan itu hilang karena dirinya, seorang Namjoon.

Ya, Seokjin menyelamatkan Namjoon yang dengan cerobohnya pada saat itu tak sengaja tersandung dan membuat pagar sekolah roboh dan begitu membuka mata, Seokjin lah yang tertimpa oleh pagar itu. Tak bergerak sedikitpun.

Saat itu, mereka berada di sekolah dasar. Namjoon yang pada saat itu masih kelas empat seketika menangis keras begitu Seokjin tak kunjung bangun. Hingga ketika di hari pemakaman Seokjin, ia tak beranjak sekalipun dari kamarnya dan bahkan sampai tidak mau makan dan menolak di ajak bicara. Rasa bersalah yang membuatnya begitu. Dan terlebih ketika teman-temannya, Jungkook dan Taehyung pindah ke Jepang. Yoongi menyusul pindah ke Daegu, mengikuti orang tuanya. Jimin pun demikian, ke Busan. Namjoon benar-benar terpuruk.

Hanya Hoseok yang tinggal dan meyakinkannya agar Namjoon tidak bertindak seperti ini karena ia yakin Seokjin dan yang lain akan sedih. Orang tuanya maupun Orang tua Seojkin yang membesarkan hatinya hingga ia seperti ini. Menghadapi kenyataan. Karena, jika ia menyia-nyiakan hidupnya sama saja dengan menyia-nyiakan pengorbanan Seokjin kan?

"Namjoon?"

Lamunan Namjoon pun seketika buyar ketika mendengar suara Hoseok kembali. "Ah, maaf. Aku akan datang, tenang saja."

"Baiklah. Ku tunggu." Hoseok pun langsung memakai sepatunya. "Jadi kau langsung pulang?"

"Sepertinya. Kau mau latihan dance?"

"Ya." Hoseok mengangguk. "Aku ada lomba. Sampai nanti."


Hari yang dijanjikan pun tiba, ia dan Hoseok kini sudah berada di depan makan Seokjin, menaruh bunga.

"Jin hyung, apa kabar? Kami mengunjungi rumahmu lagi. Aku mengikuti lomba dance. Ah, ya kau payah kan dengan gerakan seperti itu? Tentu saja aku…" ucapan Hoseok terputus. "Aku tau itu. Karena itu, makanya, aku akan memenangkannya untukmu!" Ia menghela nafasnya, berusaha tidak mengeluarkan air mata meski akhirnya ia gagal. Ya, Hoseok yang ini sama seperti Hoseok yang dulu, sama-sama sensitif.

Sedangkan Namjoon, tidak bersuara sedikitpun. Diam. Ia tidak terlihat menangis, Ah…Dia hanya lelah menangis. Air matanya telah habis. Dan ia sadar, air mata tidak akan membuat Jin kembali.

"Hiks..lihat saja, akan ku tunjukkan…."

"Hoseok hyung…Namjoon hyung."

Namjoon dan Hoseok seketika menoleh begitu mendengar suara berat yang sangat mereka kenali. Menatap seseorang yang memanggil mereka dan terlihatlah seeorang bersurai coklat muda, tampan. Di sampingnya ada seseorang pria manis sekaligus tampan, tersenyum kecil sedang membawa bunga. Hoseok yang melihat mereka berdua seketika berteriak.

"Taehyung! Jungkook!"

Jungkook langsung meletakkan bunga, diikuti dengan Taehyung.

Taehyung, yang bersuara berat, langsung mengusap nisan Seokjin dan menatap Hoseok, "Ternyata kalian yang sering kesini? Kapan kalian kembali?"

Yang satunya, Jungkook langsung berkata, "Hoseok hyung masih saja cengeng. Huuuu."

"Diam kau magnae!"

"Tak keberatan kalau ditambah dua lagi kan?"

Suara lain menginterupsi, mereka semua menoleh mendapati seseorang yang bersurai oren dan hijau.

"Apa-apaan dengan gaya rambut kalian. Terutama kau Jimin. Oren begitu. " Protes Taehyung

"Ini tren tau! Tren! Kau tak ikuti mode he?" balas Jimin.

"Sst. Kalian berdua bisa tidak jangan berisik. Mau kuhajar satu-satu?" ujar Yoongi galak, membuat keduanya terdiam. "Ah, halo Hoseok, Namjoon dan…Jin- hyung."

"Yoongi hyung!" Hoseok langsung memeluk Yoongi erat, membuat Jimin langsung protes karenanya.

Keributan ini, keributan ini yang Namjoon rindukan, tetapi…

Ada yang kurang.

Kurang. Terasa Kurang.

Ah, ya. Suara protes Seokjin. Suara tawa Seokjin. Seokjin yang selalu berdiri di sampingnya.

Seketika Namjoon yang tidak bersuara sejak tadi, meninggalkan mereka. Berlari meninggalkan mereka yang berteriak memanggil namanya namun Namjoon abaikan.


Namjoon teringat, saat dimana mereka selalu bersama, tentu saja dengan Seokjin. Tentang Seokjin yang ia tolong ketika ada anak-anak lain yang mengejek hyung kesayangannya itu. Ketika ia dan Seokjin mengajak Taehyung bermain bersama. Anak itu dijauhi oleh anak-anak lain entah karena apa. Dan tak lupa, ketika dia dan Seokjin berkunjung ke rumah Jungkook, anak tetangga sebelah mereka yang susah berbaur, mengajak Yoongi yang galak bermain hingga akhirnya mereka bisa akrab dan pada akhirnya mengajak Hoseok dan Jimin, anak-anak yang ceria dan bersemangat. Namjoon, Hoseok, Yoongi dan tentunya Seokjin berada pada satu sekolah. Tepat 15 Maret tahun xxxx, di hari itu, ia dan yang lainnya berjanji untuk pulang bersama. Hoseok tiba-tiba ada latihan dance. Semenjak kecil, Hoseok memang menekuni hal itu. Ketika istirahat, dia menghampiri Namjoon, mengatakan kalau ia tak dapat pulang bersama. Kemudian, Yoongi yang tiba-tiba sakit hingga pulang lebih awal. Semua heboh karenanya. Hanya Seokjin lah yang tetap menunggunya, di depan gerbang itu.

Ah…andai saja ia tak berjanji akan pulang bersama…

Andai saja waktu itu, Namjoon tidak pulang terlambat karena menggantikan tugas piket temannya itu…

Andai saja waktu itu, Namjoon tidak ceroboh….

Andai saja waktu itu yang tertimpa waktu itu bukan Seokjin…melainkan dirinya.

Namjoon berhenti berlari begitu ia sampai di suatu tempat. Tempat persembunyian dia dan gengnya dulu. Rumah kayu.

Dia masuk ke sana, duduk di pojok, sebelah sofa. Menyendiri.

"Jin hyung." Namjoon menutup kedua matanya dengan punggung tangan kirinya.

'Ksrek'.

Namjoon menoleh, ke arah dia duduk dan menemukan sebuah buku tua. Diambilnya buku yang tak sengaja ia duduki itu. Memperhatikan sampulnya yang bewarna merah.

"Tidak ada judul. Sejak kapan benda ada disini?"

Perlahan, Namjoon membukanya dan membuat cahaya berpendar. Bersinar terang . Pandangannya seketika terasa gelap.


"Namjoon. Namjoon!"

Suara ini….

"Namjoon! Sampai kapan kau mau tidur begitu. Kau tau kan sebentar lagi malam."

Namjoon membuka matanya, tampaklah seseorang yang ia rindukan. Bermata besar, memiliki bibir bawah yang tebal dan rambut coklat muda dengan tinggi yang hanya berbeda beberapa centimeter dari dirinya.

"Jin…Jin hyung…Kau Jin hyung kan?"

Mengernyitkan dahi, akhirnya seseorang yang dipanggil Jin- hyung itu pun bertanya, "Kau terbentur Joonie?"

"Jin hyung!" Namjoon langsung memeluk erat Seokjin hingga ia tak bisa bernafas dan disaat yang bersamaan, membuat yang lebih tua mengerjapkan mata bingung. Seokjin pun mengusap punggung Namjoon perlahan.

"Jin hyung, aku rindu."

"Ayolah, Joonie hanya perlu 11 langkah, belok kiri dan hupla, kau sampai di depan rumahku." ujarnya seraya menghela nafas, namu seketika ia kaget begitu yang Namjoon sesengukan. "Tu…tunggu…kau menangis? Astaga. Ada apa Namjoonie?" ujar Seokjin panik. Dihapusnya air mata Namjoon dengan baju kaos yang dipakainya.

"Jin hyung…..aku sedang tidak bermimpi kan?"

"Aish, kau di dunia nyata Namjoonie, ada apa denganmu sebenarnya? Apa perlu aku melemparmu dengan sendalku?"

Namjoon pun melepaskan pelukannya, menatap Seokjin dengan mata yang berkaca-kaca. Menatap tiap detil dari tubuh Seokjin.

Ah, ya. Namjoon baru sadar.

Bukannya ia….sudah pada tingkat akhir di sekolah menengah atas?

Kenapa…

Tubuhnya dan Jin hyung menyusut?

Namjoon melirik buku bersampul merah tanpa judul yang ia genggam ditangan kirinya.

Jangan-jangan…

"Apa waktunya diputar?" gumamnya.


Hallo, salam kenal, saya baru pertama kali menulis di Screenplays, kuharap kalian suka /bows bows/. Belakangan ini entah kenapa saya tertarik dengan Kpop. Apalagi mendengar lagu-lagunya BTS. Rapnya keren (?) dan lagunya meaningful.

Terimakasih yang sudah membaca ficnya ya. ^^