"Sehun? Kau sudah lama menunggu?" Sehun menoleh menemukan kekasihnya terengah dengan peluh yang membasahi muka dan lehernya.

"Kau berlari kesini?" Tanya Sehun.

"Err.. Iya.. Karena kau bilang ada sesuatu yang penting jadi aku langsung bergegas kesini." Jongin tersenyum sambil mengelap keringat yang menetes dari dahinya.

"Kemarilah." Sehun menyuruh Jongin duduk di bangku taman di sebelahnya. Ya. Mereka sedang berada di taman belakang universitas tempat mereka belajar sekarang. Jongin langsung menurut saja dengan perintah Sehun. Toh, dia memang lelah habis berlari.

Jongin terduduk dalam diam menunggu Sehun berucap atau hanya sekedar merangkul pundaknya seperti yang biasanya dia lakukan. Tapi nihil.

Rangkulan itu tidak akan datang.

'Mungkin karena aku sedang berkeringat.' Yakin Jongin dalam hati. Sebagian kecil dari dirinya sudah mengetahui apa yang akan terjadi tapi bagian yang lain menolak untuk percaya.

"Minum?" Tawar Sehun menyodorkan sekaleng Cola dingin kepada Jongin. Tanpa tersenyum.

"Terima kasih." Jongin menerima kaleng itu sambil melempar senyum kecil. Senyum masam, karena tingkah Sehun yang terkesan cuek padanya.

Sehun hanya diam memperhatikan Jongin yang mulai menyesap Colanya kehausan. Mengerutkan alis bingung karena Jongin yang biasanya selalu ceria dan berisik sekarang menjadi pendiam.

'Apa Jongin sudah tahu? Atau hanya karena dia sedang kelelahan sekarang?' Kira-kira itulah yang terlintas di pikiran Sehun sekarang tapi segera ditampik olehnya. Dia adalah Playboy kelas kakap. Semua orang sudah mengetahui reputasinya. Bermain lembut dan penuh perasaan bukanlah gayanya. Dan kali ini pun sama seperti itu.

"Aku ingin putus." Akhirnya keluar. Kalimat yang sama yang telah menghancurkan hati para mantan Sehun. Dan kali ini adalah giliran Jongin yang menerimanya. Begitu singkat, dingin, dan tajam.

Sehun terus memperhatikan ekspresi Jongin. Jongin sempat terkejut untuk sesaat tapi lekas kembali ke ekpresinya sebelumnya. Seolah kalimat keramat itu tidak pernah keluar dari bibir Sehun. Seolah kalimat Sehun barusan tidak memberikan dampak yang berarti bagi Jongin.

Salah.

Jelas-jelas itu memberikan dampak untuk Jongin. Dampak yang sangat besar.

Sehun hanya fokus pada wajah Jongin sampai tidak memperhatikan genggaman tangan di kaleng minuman yang dipegang Jongin menguat. Ingin meremukkan kaleng itu seperti Sehun yang meremukkan hatinya.

Sehun terus diam, dalam hati menunggu Jongin berteriak, menangis atau bahkan menampar wajahnya menolak untuk diputuskan seperti kebanyakan mantannya dulu.

"Baiklah." Kata Jongin enteng. Jika Sehun menganggap hubungan mereka selama ini hanya sebatas candaan, Jongin pun juga bisa. Atau setidaknya itulah yang diharapkan Jongin.

"Tapi tolong beri aku satu alasan kenapa kau melakukan ini?" Tanya Jongin menatap mata Sehun lurus.

Sehun menatap balik ke mata Jongin. Ada gurat terluka disana tapi ditata sedemikian rupa sehingga bagi yang tidak mengenal pasti siapa sosok Jongin tidak akan mampu menyadarinya. Mata Jongin kali ini terlihat kuat dan rapuh disaat yang sama.

Hampir membuat Sehun mengurungkan niat untuk melukai pemiliknya.

Tapi sekali lagi, bermain lembut dan penuh perasaan bukanlah gayanya.

Dan kali ini bukan pengecualian.

"Karena aku sudah bosan denganmu."

Biasanya kalau sudah mengatakan itu setidaknya Sehun akan mendapat tamparan dan umpatan dari mantannya.

Tapi Jongin berbeda.

Dia selalu berbeda.

"Baiklah, aku mengerti. Terima kasih untuk semuanya, Sehun-ssi." Dengan entengnya Jongin melenggang pergi, berjalan dengan langkah tegas meninggalkan Sehun yang membeku.

Biasanya sehabis memputuskan kekasihnya Sehun akan merasa lega. Seperti melepaskan beban yang bergelayut di pundaknya.

Tapi sekali lagi Jongin berbeda.

Dia selalu berbeda.

Bukannya merasa lega Sehun justru merasa beban dipundaknya bertambah berat.

"Sialan." Umpatnya melempar kaleng Cola yang tadi dipeganggnya.

Innocent

Summary : Hubungan Sehun dan Jongin sudah berakhir. Tapi nampaknya tidak satupun dari mereka bisa melupakan satu sama lain. Mereka berusaha, tapi sayang takdir belum mengizinkan. Hingga suatu kejadian memaksa Sehun melepaskan gelar Playboynya untuk Jongin. Sementara Jongin, well, dia hanya bocah sekarang. "Aku Sehun, Jong. Jangan bilang kau melupakanku?" / "Paman Sehun?" / "P-paman?!"

Pair : Hunkai

Warn(s) : Yaoi, OOC , Typo(s), lilbit fantasy.

Disclaimer : Cast(s) milik diri mereka sendiri.

.

.

.

.

"Jongin! Jongin! Oy HITAM!" Jongin terlonjak dari kursinya saat mendengar teriakan dari sahabatnya, Krystal.

"Apa sih?! Kau gila apa teriak-teriak di perpustakaan!" Bisik Jongin setelah melempar pandangan meminta maaf pada orang-orang yang melirik marah ke arahnya dan Krystal.

"Kau yang gila! Aku sudah memanggilmu ribuan kali dan kau hanya diam menatap jendela!" Jongin hanya memutar bola matanya bosan mendengar celotehan Krystal yang dramatis. Lalu kembali menyandarkan kepalanya ke jendela di sampingnya dan menatap keluar perpustakaan mengacuhkan Krystal.

"Tuh kan! Seriously Kim Jongin kau harus move on dari si brengsek Oh Sehun itu." Omel Krystal keceplosan sampai membawa-bawa topik sensitif bagi Jongin itu.

'Terkutuklah mulutmu Krystal Jung.' Rutuk Krystal dalam hati melihat alis Jongin yang mengerut dan matanya yang terlihat pedih dari bayangannya di jendela.

"Jongin maaf.. Aku tidak bermaksud sungguh.. Hanya saja kau mengacuhkan aku terus jadi..." Suara Krystal menghilang, merasa bersalah melihat Jongin.

"Apakah terlihat kalau aku belum move on dari dia?" Jongin menatap Krystal sedih, membuat rasa bersalah Krystal bertambah. Ah, sungguh akan lebih baik kalau Jongin marah saja padanya daripada bersedih mengingat si brengsek Oh Sehun itu.

"Aku terlihat sangat menyedihkan sekarang." Tawa Jongin miris.

"Bukan salahmu Jong. Semua orang akan merasakan hal yang sama kalau jadi dirimu. Maksudku, siapa yang akan dengan mudah melupakannya kalau dia memperlakukanmu layaknya batu berlian. Belum lagi penampilan fisiknya yang menggoda itu. Gosh! I hate him so much but he's so hot!" Omel Krystal lagi membuat Jongin terkekeh.

"Jangan bilang kau akan jadi pacarnya selanjutnya?" ejek Jongin bercanda.

"Tentu saja tidak! Meskipun dia hot tapi aku tidak akan pernah mau jadi pacar playboy sepertinya. Mendengar kau diputuskan olehnya saja sudah cukup membuatku ingin mematahkan lehernya, apalagi kalau aku yang diputuskan! Aku pastikan aku sendiri yang akan mengantarnya ke pemakaman." Jongin terkekeh lagi, benar-benar merasa lebih baik setelah berbicara dengan Krystal.

"Aku benar-benar bersyukur kau sahabatku, Krys." Ucap Jongin tulus setelah tawanya berhenti.

"Iya iya aku tahu. Sekarang berhentilah bersikap dramatis seolah kau sedang sekarat dan ayo pergi kantin. Aku lapar sekali dan sepertinya semua orang sudah tidak tahan untuk melempariku dengan bukunya."

"Karena kau berbicara terlalu keras."

"Mau bagaimana lagi? Dari dulu suaraku memang begini." Krystal manyun sambil menarik Jongin keluar dari arena perpustakaan.

"Ingat. Jangan pasang muka sedihmu dihadapan Sehun, jangan biarkan dia merasa puas karena telah berhasil melukaimu oke?" Nasihat Krystal sebelum mereka memasuki kantin.

"Baiklah, eomma. Jongin mengerti." Goda Jongin, kembali ke dirinya yang ceria dan nakal. Berjalan meninggalkan Krystal yang kesal memasuki kantin.

"YA! Kim Jongin jangan panggil aku eomma! Aku terlalu muda tahu untuk jadi ibu-ibu!" Teriak Krystal menarik perhatian semua orang di kantin.

Jongin hanya terkekeh meninggalkan Krystal sambil terus berkata 'Eomma Krytsal, eomma Krystal."


"YA! Kim Jongin jangan panggil aku eomma! Aku terlalu muda tahu untuk jadi ibu-ibu!"

Mendengar nama mantan pacarnya disebut otomatis membut Sehun mengangkat kepalanya dari ponsel miliknya menuju ke sumber suara. Mencari si pemilik yang namanya diteriakkan.

Mata Sehun akhirnya menemukan objek yang dicari-cari. Kim Jongin. Mantan kekasihnya yang sedang tertawa lebar sambil menggumamkan sesuatu yang tidak dapat ditangkap olehnya. Sehun terus memperhatikan Jongin dengan pandangan yang tidak terdefinisi. Sampai yang diperhatikan sadar dan memandang balik ke arahnya.

Mata mereka bertemu. Senyum lebar Jongin mendadak hilang tapi matanya enggan berpaling dari Sehun. Begitu pula Sehun, dia tidak rela sedetikpun mengalihkan pandangan walaupun hanya untuk berkedip. Mereka seolah larut dalam tatapan masing-masing.

Sampai Krystal datang dan menyeret Jongin kembali ke realita. Gadis cantik itu memukul pundak Jongin sambil mengancam Jongin untuk jangan memanggilnya eomma lagi. Jongin hanya terkekeh sambil meminta maaf.

Krystal masih cemberut tapi tetap merangkul pundak Jongin menuju meja yang masih kosong. Sejauh mungkin dari meja milik Sehun. Menyempatkan menoleh ke arah Sehun sambil memicingkan mata seolah berkata 'Jauhi Jongin.' dengan aura mengancam.

"Wohoo~ apakah Krystal Jung baru saja mengancammu lewat matanya?" Suara menyebalkan milik Kris akhirnya membuat Sehun melepaskan pandangannya dari punggung Jongin.

"Ya, benar. Wanita itu sebenarnya cantik, sayang sekali di barbar. Beruntung aku tidak pernah memacarinya." Kata Sehun kalem sambil mengaduk-aduk spagetti di depannya.

"Seingatku kau sempat berencana untuk memacarinya." Kata Chen.

"Tidak jadi. Karena seperti kataku tadi, dia barbar."

"Dan kau akhirnya memacari sahabatnya, Jongin." Kali ini bukan cuma suaranya yang menyebalkan tapi smirk yang dipasang oleh Kris pun juga menyebalkan. Benar-benar membuat Sehun ingin melayangkan tinjunya saat ini juga.

"Shut the fuck up, Kris." Geram Sehun rendah. Membuat Kria tertawa.

"Easy Bro. Aku kan hanya mengungkapkan fakta. Selain itu, bukankah Jongin juga barbar. Apakah dia menghajarmu saat kau memutuskannya?"

"Dia bahkan memprotes." Aku Sehun merasa marah tanpa sebab.

"Seriously?" Tanya Kris tidak percaya.

"Katakan sekali lagi, kapan kalian putus?" Tanya Luhan yang akhirnya ikut buka suara. Dirinya dan Kris memang sehabis pulang ke China jadi sedikit ketinggalan tentang berita putusnya Sehun dan Jongin yang ramai dibicarakan.

"Hampir dua minggu yang lalu."

"Alasannya?"

"Karena aku bosan dengannya."

"Dasar bajingan." Hina Luhan tanpa ampun. Jujur Luhan menyukai Jongin-bukan secara romantis-lebih secara keluarga. Sehun merupakan sepupu Luhan dan sudah jelas yang jadi pacar sepupunya adalah keluarganya juga. Meskipun hanya Jongin lah yang diakui Luhan sebagai kekasih Sehun.

"Kau baru tahu kalau adik sepupumu bajingan Lu?" tanya Kris mencibir. Sehun hanya memutar bola matanya malas.

Tch, sudah biasa. Toh, Sehun memang bajingan.

"Mungkin ada benarnya mereka putus. Jongin terlalu berharga untuk bajingan seperti Sehun. Mungkin dia akan memacari Krystal setelah ini." Kata Chen melirik kearah meja Krystal dan Jongin yang makan bersama sambil tertawa.

Sehun mendengus keras mendengarnya. Terlalu keras sebenarnya.

"Jangan bercanda. Kau tahu Jongin menyimpang." Protes Sehun.

"Lalu? Tidak menutup kemungkinan kalau dia kembali normal kan? Apalagi setelah mengetahui kalau pria banyak yang brengsek sepertimu." Tantang Luhan.

Sehun melempar garpu spagettinya dengan kesal. Merasa tiba-tiba marah.

"Jangan bilang kau menyesal memutuskan Jongin?" Pancing Luhan.

"Aku tidak menyesal oke! Dan Jongin tidak akan pernah berkencan dengan wanita itu."

"Bagaimana mungkin kau bisa sangat yakin?" Itu suara Luhan lagi.

"Aku mengerti Jongin." Sehun mengatakannya dengan penekanan disetiap katanya.

"Dan kalau kau bilang pria banyak yang brengsek, wanita pun banyak yang jalang." Lanjutnya.

"Well, Krystal tidak terlihat seperti jalang di mataku. Tidak seperti mantan-mantanmu." Luhan menggendikkan bahunya acuh.

"Benar. Mantan-mantan Sehun memang banyak yang mengerikan. Apalagi wanita itu." Kata Chen lalu menyesap minumannya.

"Maksudmu wanita gila itu?!" Pekik Kris heboh. Yang hanya dibalas anggukan oleh Chen.

"Wanita itu benar-benar gila! Dia terus-terusan menerorku menanyakan password apartment Sehun." Sehun mengerutkan alisnya. Siapa yang mereka maksud?

"Siapa?" Tanya Sehun bingung.

"Irene." Jawab Luhan kalem.

Ah. Wanita itu. Mantan Sehun tepat sebelum Jongin. Wanita itu memang senang berulah karena tidak terima diputuskan oleh Sehun.

"Kau juga, Ge?" Tanya Chen pada Luhan.

"Ya. Aku rasa dia meneror kita karena hanya kita yang tahu password apartment Sehun."

"Dan Jongin." Tambah Sehun.

"Hmm?"

"Yang tahu password apartmentku hanya kalian dan Jongin." Jelas Sehun.

"Jongin tahu?" Tanya Chen tidak percaya. Sehun tidak pernah memberitahukan password apartmentnya pada mantan-mantannya yang lain. Hell, Sehun bahkan tidak pernah membawa mereka ke apartmentnya.

"Tentu saja dia tahu dia keka-"

"Mantan kekasih." Potong Luhan.

"Wow. Bukankah Jongin benar-benar istimewa? Maksudku kau berpacaran dengannya paling lama, seorang Oh Sehun yang hampir selalu berganti pacar tiap bulan bertahan dengan Jongin selama hampir satu tahun. Jangan lupakan semua perjuanganmu saat kau menembak Jongin. Dan kau membawanya ke apartmentmu bahkan dia mengetahui passwordnya. Dude, apa kau yakin kau tidak mencintai Jongin?" Celoteh Chen membuat telinga Sehun panas.

"Aku tidak mencintainya. Semua yang kau katakan itu hanya semata-mata karena dia menarik. Tidak lebih. Jadi berhentilah membahasnya. Kalian membuatku muak." Sehun beranjak meninggalkan kantin membuat orang-orang yang hendak menyapa dan menggoda Sehun mengurungkan niatnya.


"Krystal nenek lampir! Kenapa baru bilang kalau ada kelas sore?! Dan sekarang aku disuruh menunggu. Dipikir tiga jam itu sebentar apa!" Jongin membanting buku-buku nya di meja perpustakaan sambil mengomeli Krystal. Gadis itu mengajaknya-memaksa-ke bioskop menonton film karena tidak mau dibilang jomblo karena menonton sendiri. Eh, ternyata dia ada kelas sore dan memaksa Jongin menunggunya. Untung Krystal sahabatnya kalau bukan sudah dia tinggal dari tadi.

Dengan masih marah-marah Jongin mengambil salah satu buku Shakespeare yang akan menjadi topik makalahnya yang berikutnya. Romeo and Juliet.

Oh betapa Jongin sangat membenci kisah ini. Karena di satu sisi dia sangat mengagumi kisah cinta mereka dan di satu sisi yang lain dia merasa kasihan dengan kisah mereka.

Dan yang paling membuat Jongin tidak menyukai cerita ini adalah cinta Romeo pada Juliet. Ya Jongin iri. Sebut Jongin kekanak-kanakan tapi memang itulah yang dia rasakan. Romeo bahkan rela mati untuk orang yang dicintainya tidak seperti Sehun.

Twitch.

Kenapa jadi teringat Sehun?!

Kenapa selalu teringat Sehun?!

Sialan. Si playboy cap kuda Oh Sehun itu benar-benar menghantui pikirannya akhir-akhir ini. Satu minggu pertama yang Jongin rasakan setelah putus dari Sehun adalah sedih, marah, kecewa, galau dan semua perasaan melangkonis lainnya. Tapi minggu kedua dan ketiga ini yang ada di pikiran Jongin hanya rindu, rindu dan rindu.

Ah, sial. Jongin jadi merasa seperti mantan-mantan Sehun yang masih mengemis cinta milik Sehun.

Dengan sebal Jongin menyobek selembar kertas dari buku notesnya dan mulai menggambar abstrak yang didefinisikan sebagai Oh Sehun. Lalu mencoret-coret wajah gambarannya yang memang sudah jelek jadi semakin jelek sambil menggumam.

'Oh Sehun jelek'

'Oh Sehun albino'

'Oh Sehun cadel'

'Oh Sehun minim ekspresi'

'Oh Sehun playboy cap kuda sialan' dan rentetan Oh Sehun bersama umpatan lainnya.

Puas mencoret-coret kertasnya sampai tidak terlihat gambaran abstraknya Jongin membanting pensilnya lalu melipat kedua tangannya dan menumpukan kepalanya disana. Gagal meyadari sepasang mata yang dari tadi menatapnya sambil menahan senyum.

Ya itu Sehun. Oh Sehun si playboy cap kuda kalau kata Jongin yang sedari tadi bersembunyi di balik salah satu rak buku tinggi disana sambil memperhatikan tingkah lucu keka-mantan kekasihnya. Tadinya Sehun hanya ingin meminjam buku literatur bisnis untuk tugasnya dengan berat hati. Karena dia sangat malas ke perpustakaan. Dia benci perpustakaan-semenjak putus dengan Jongin. Karena perpustakaan adalah tempat wajib Jongin saat mengerjakan tugasnya jadi seolah setiap sudut perpustakaan ini mengingatkan Sehun pada Jongin. Apalagi tempat favorit Jongin di meja pojok belakang dibalik rak buku tinggi dan besar.

Iya iya. Jujur Sehun masih belum bisa move on dari Jongin. Meskipun dia tidak mau mengakuinya. Dan berada di tempat kenangannya bersama Jongin mau tidak mau membuat Sehun tanpa sadar melangkahkan kakinya ke tempat favorit Jongin.

Sehun hanya ingin melihat dan mungkin sedikit bernostalgia. Kalau mengingat jadwal kuliah Jongin waktu masih bersama Sehun, seharusnya kelas Jongin sudah berakhir dua jam yang lalu dan Jongin pastinya sudah tidak berada di kawasan kampus. Jadi Sehun tidak menyangka akan menemukan Jongin duduk disana sendirian sambil mencoret-coret selembar kertas sambil merutuki namanya.

Sehun tersenyum melihat kebiasaan Jongin. Jongin selalu melakukan itu kalau sedang sebal pada seseorang dan sekarang Jongin sedang sebal padanya. Ada sepercik rasa senang yang Sehun rasakan, karena ternyata bukan hanya dirinya yang masih belum move on. Tuh, Jongin bahkan masih menyebutkan namanya sebelum terlelap meskipun diiringi umpatan.

Setelah dirasa Jongin sudah benar-benar tertidur, Sehun keluar dari tempat persembunyiannya dan mendudukkan dirinya disamping kursi Jongin dengan santai. Jongin kalau sudah tidur akan seperti beruang hibernasi, mau ada bom jatuhpun dia tidak akan bangun. Maka dari itu Sehun duduk dengan santai tanpa takut membuat suara.

Sehun tersenyum saat melihat kertas dengan coretan abstrak berlabel namanya tergeletak disana. Pandangan Sehun beralih pada sosok tertidur Jongin. Sehun sangat suka melihat Jongin tertidur. Jongin sangat ekspresif kalau sedang tidur apalagi kalau sedang bermimpi. Dan kalau kalian mau tahu Sehun bahkan memiliki ratusan foto tertidur Jongin dari yang tidur dengan imut sampai yang memalukan dengan air liur yang menetes ke pipinya.

Tangan Sehun tanpa sadar terangkat untuk membelai pipi sedikit chubby milik Jongin. Lembut sekali, seperti bokong bayi. Jongin yang meraskan nyaman dipipinya menggumam pelan sambil menggoyangkan kepalanya.

Sehun terkekeh. Jongin benar-benar imut kalau tidur. Hampir seperti kucing.

"Ah kau benar-benar membuatku ingin balikan denganmu." Gumam Sehun yang sekarang mengelus surai coklat Jongin.

Sehun jujur ketika dia berkata ingin balikan dengan Jongin. Dia sangat ingin malah. Tapi tidak ada jaminan Jongin juga ingin balikan dengannya, Jongin mungkin belum bisa move on darinya tapi itu bukan berarti Jongin ingin kembali padanya. Dan tidak ada jaminan juga kalau Sehun tidak akan melukai Jongin untuk yang kedua, ketiga, atau mungkin yang keempat kalinya.

Tapi Sehun benar-benar ingin balikan dengan Jongin. Sehun merindukan Jongin. Sampai-sampai melihat wajah tidak berdaya Jongin sekarang membuat Sehun ingin mengecup wajah Jongin. Dan Sehun tetaplah Oh Sehun, yang tanpa tahu malu malah memajukan wajahnya hendak mencium Jongin. Tapi belum sampai bibirnya mendarat di pipi Jongin matanya menangkap tulisan dengan tinta merah di buku notes Jongin. Itu adalah kumpulan quotes dari buku Romeo and Juliet yang ditulis Jongin untuk tugasnya. Dan jika ditulis dengan warna selain hitam itu berarti Jongin menyukai quotes itu. Dan quotes merah dibuku Jongin itu membuat Sehun tersenyum masam sambil menarik dirinya, tidak jadi mencium Jongin.

"Kali ini kau harus benar-benar melakukannya Jong." Kata Sehun menatap Jongin untuk terakhir kalinya sebelum beranjak meninggalkan Jongin.

'Don't waste your love on somebody, who doesn't value it.' -William Shakespeare.

.

.

.

TBC


A/N :

Halooo~~ Please jangan gebukin saya karena nambah utang ff lagi :') Saya nggak bisa nahan kalau ada ide tumpeh-tumpeh di kepala jadi yah harap dimaklumi :'3 utang utang saya diusahakan bakal saya lunasi semua kok tapi yah butuh waktu dimohon pengertiannya.

Dan ff ini well. TBC? or Del?