DAY 1 – Olimpiade Nasional Jepang
Yokohama Arena Dorm
.
10.26
Sinar matahari mulai agak meninggi di langit Yokohama. Dapat membuat kulit memerah jika berlama-lama berdiam diri di bawah langit biru cerah itu. Sepertinya akan menjadi awal permulaan hari pertama yang menyenangkan bagi para peserta olimpiade, yang diberi kesempatan untuk menikmati Kota Yokohama terlebih dahulu, sebelum menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan olimpiade.
"Akhirnya kita sampai.." seru Haruno Sakura, yang baru saja keluar dari sebuah mobil kelas atas, LaFerrari Hitam, saat melihat sebuah gedung bertingkat 12 di depannya. Di depan pekarangan gedung itu terpampang ukiran bertuliskan Yokohama Arena Dorm, yang notabene merupakan tempat tinggal atau asrama sementara orang-orang yang akan bertanding, melakukan pameran atau bahkan melakukan konser di Yokohama Arena, gedung atau aula serba guna super besar yang terletak tak jauh dari Yokohama Arena Dorm.
Dan, gadis itu lebih lega lagi saat melihat jejeran bus olimpiade yang berbaris di depan lobby gedung itu. Ia sudah sangat yakin bahwa bus-bus itu sampai sekitar 1 jam yang lalu, dan sudah dipastikan tim Pink Ocean kesayangannya sudah menempati kamar mereka masing-masing.
"Sasuke-kun! Ayo!" seru Sakura lagi, ia menghampiri Sasuke yang baru saja membuka bagasi mobilnya. "Ambil dulu kopermu, baru pergi." balas lelaki dingin itu. Uchiha Sasuke. Yang sekiranya beberapa jam yang lalu menjemput gadis yang ia benci untuk mengejar tim olimpiade yang terlebih dahulu berangkat ke Yokohama.
"Iya, iya.. Sini kemarikan kopernya.." ucap gadis itu dengan wajah cemberut. Ia menyeret-nyeret koper merah mudanya, dan berdiam diri.
"Kau sedang apa?" tanya Sasuke aneh melihat gadis itu diam di tempat.
"Menunggumu, honey.."
Jawaban gadis itu membuat Sasuke risih, "Duluan saja."
"OW, OWWWW, tidak bisa! Aku ingin ke lobby dengan pangeran tampanku yang bersusah payah dengan suka hati menjemputku yang sedang lemah ini.. " Sakura meninggikan suaranya dengan nada yang sok di buat-buat cute. Melihat itu, Sasuke hanya terdiam dan berjalan cepat membawa tas besar yang berisi peralatan-peralatan basketnya, meninggalkan gadis itu.
"Sasuke-kun, tunggu aku!"
.
Setelah memasuki lobby Yokohama Arena Dorm, mereka berdua disambut oleh beberapa petugas dorm dan tentunya, para pelatih yang kelihatannya sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi.
"Uchiha, Haruno, bagaimana perjalanan kalian? Apa ada kendala?" tanya Asuma Sarutobi, pelatih Blue Ocean yang terkenal dengan kewibawaan serta ketegasannya dalam melatih anak didiknya. "Tidak, Sensei. Perjalanan kami menyenangkan.." balas Sakura dengan nada sopan, sembari membungkukkan tubuhnya menghadap para pelatih yang berdiri di depannya.
"Sensei semuanya, maafkan saya karena kecerobohan saya hari ini. Karena saya, jadwal keberangkatan terlambat 10 menit, dan membuat banyak orang cemas, serta merepotkan tim Blue Ocean perihal Uchiha Sasuke yang tidak bisa ikut dalam bus olimpiade. Sekali lagi, maafkan saya.."
Yuuhi Kurenai, sebagai pelatih Pink Ocean, pun mengelus pucuk kepala Sakura dengan lembut, "Tidak apa-apa, Sakura. Semua ini terjadi karena kebetulan, yang penting kau dan Uchiha sudah ada di sini sekarang.."
Setelah berkata seperti itu, Kurenai ikut membungkuk kepada Asuma Sarutobi dan Uchiha Sasuke, "Sarutobi-san, terima kasih atas toleransi dan bantuanmu. Dan juga, Uchiha Sasuke-san, terima kasih karena sudah menjemput Sakura dan menjaganya.."
Melihat itu, Sasuke ikut membungkuk dan menjawab, "Tidak masalah, Kurenai-sensei.". Sementara, Asuma pun mengangguk dan menepuk pundak Kurenai, lalu melenggang pergi, Sasuke pun turut pergi mengikuti pelatihnya. Sepertinya Asuma ingin mengantar Sasuke ke kamarnya.
Kurenai pun menatap Sakura, "Bagaimana perutmu? Sudah baikan?"
"Sudah, Sensei. Aku sudah meminum obat herbal buatan Ibu sebelum berangkat kesini. Sekarang sudah lebih baik. Apa teman-teman mencariku?" tatapan Sakura sedikit menyipit, terlihat cemas.
Kurenai mengangguk, "Tentu saja, kau kan kapten mereka. Tapi, aku sudah menjelaskan kepada mereka bahwa kau akan menyusul, jadi kau tak perlu cemas.. Ayo, sekarang ku antar kau ke kamarmu.."
Kurenai pun melangkahkan kakinya menuju lift, diikuti Sakura yang sedikit kesulitan mengangkut koper merah muda super besarnya.
.
"SAKURAAA!"
Teriakan Ino mengagetkan Hinata yang sedang merapikan baju-bajunya dan baju Ino di lemari kamar. Di sana, muncul sosok Haruno Sakura sedang berdiri sembari menampilkan cengiran di depan pintu kamar, di belakangnya Pelatih Kurenai terlihat sedikit terganggu dengan teriakan Ino yang cukup kencang itu.
"Ino, lain kali kecilkan suaramu.."
"Maaf, Kurenai-sensei.. Aku hanya terkejut melihat Sakura." Jawab Ino dengan senyumnya, tangan kanannya membentuk tanda 'peace'. Kurenai hanya menggelengkan kepalanya, "Sakura, kau sekamar dengan Ino dan Hinata di kamar 405 ini.. Rapikan baju-bajumu di lemari dan sekitar jam 12 siang, kumpullah di ruang makan. Kita akan makan siang."
"Siap, Sensei!" jawab ketiganya bersamaan. Kurenai pun pergi meninggalkan ketiga gadis itu.
"OH MY GODDD! SAKURAAA! HOW?!"
"Perutku baik-baik saja, Pig! Tak perlu teriak-teriak!"
"MASA BODO DENGAN PERUTMU, YANG KU TANYAKAN BAGAIMANA DENGAN 'PERJALANAN'-MU?!"
Mendengar itu, Sakura mendecih sembari menyengir, "Apa-apaan kau ini? Memang dasar biang gossip.."
"Jadi, bagaimana, Sakura-chan?"
"Perutku baik-baik saja kok, Hinata! Tak perlu khawa—"
"Bukan itu, bagaimana dengan perjalananmu dengan Sasuke-kun? Apakah terjadi hal-hal yang diinginkan?"
Krik.. Krik..
"A—A-aa.a.."
"A—Apa-apaan?"
Sakura dan Ino menengok ke arah Hinata, yang sedang memegang keripik keju miliknya dengan wajah berbinar. Posisinya seperti siap mendengar gosip-gosip murahan.
"Ino, kau apakan Hinata? Mengapa dia jadi biang gosip sepertimu?"
"Sumpah tersambar petir, aku tak apa-apakan dia!"
"Naruto-kun menyuruhku untuk menanyakan bagaimana perjalananmu dengan Sasuke-kun, karena Sasuke-kun tidak akan menceritakan apapun padanya, bahkan sekalipun ia mengancam bunuh diri."
"Sudah kuduga."
"LALU, UNTUK APA KAU MENUDUHKU, FOREHEAD?!"
"Radiasi biang gosipmu terkadang menyebar bagai virus."
"TAPI KAU JUGA SENANG MENGGOSIP!"
"Selama gratis, maka tidak apa-apa."
Dan ternyata, Uzumaki Naruto—Sahabat karib dari tokoh utama laki-laki dalam cerita perjalanan Tokyo-Yokohama ala Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura, yang menumbalkan kekasihnya yang polos dan suci untuk menjadi biang gosip seperti Yamanaka Ino—biang gosip paling mutakhir seantero Konoha High School.
.
Ruang Makan
.
Ruang makan Yokohama Arena Dorm terbilang cukup sederhana, ruangannya di dominasi dengan suasana terbuka seperti jendela-jendela besar dari kaca tanpa trails. Memaksa para peserta yang sedang makan siang disana berhadapan langsung dengan alam terbuka seperti pepohonan rindang. Di ruang makan tersebut, para koki khusus menghidangkan berbagai macam masakan Jepang dalam 30 wadah besar untuk memuaskan perut para peserta.
Tak terkecuali, Sakura, Ino, dan Hinata yang kini baru saja sampai di Ruang Makan. Mata mereka nampak terbelalak melihat antrian makanan yang panjang.
"Gara-gara kau, Pig! Antriannya jadi panjang!" ketus Sakura pada Ino. Sedangkan Ino, "Sabarnya aku yang selalu disalahkan.." katanya sembari menarik Sakura dan Hinata memasuki antrian.
Selama 15 menit mengantri, akhirnya sampai juga ketiga gadis itu di hadapan 30 wadah besar yang berjejer rapi dengan makanan-makanan yang sudah hampir habis. "Aku Donburi saja deh…" kata Sakura pelan, ia mengambil semangkuk nasi dan mengambil beberapa potongan wortel dan akan mengambil potongan-potongan daging sapi, jika saja ia tidak melihat satu pasang sumpit menahan potongan daging itu terlebih dahulu.
Kedua mata emerald-nya memperhatikan satu pasang sumpit yang tidak mau melepaskan diri dari potongan daging di satu wadah itu. Emerald-nya mengikuti instingnya untuk melihat siapa pemilik sumpit tersebut.
Iris matanya berwarna merah. Senada dengan rambut spike-nya. Mengingatkan Sakura akan sang Kakak, Sasori, yang juga memiliki rambut berwarna merah seperti itu. Lelaki itu menatap dingin Sakura penuh misteri, mulutnya tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya memandang dingin gadis itu. Melihat lelaki itu memandangnya dingin, ia pun merasa kesal.
"Lepas sumpitmu. Itu dagingku." ketus Sakura, ia masih berusaha mengambil potongan-potongan daging terakhir yang masih berada dalam genggaman sumpit milik lelaki berambut merah itu.
Lelaki itu mengangkat potongan daging itu dan akan meletakkannya di dalam mangkuk miliknya. Melihat itu, Sakura tidak tinggal diam. Ia tepis genggaman sumpit itu, hingga potongan dagingnya kembali jatuh ke dalam wadah.
"Milikku. Maaf ya." ketus Sakura, sembari melengos pergi. Sedangkan lelaki itu hanya diam, memperhatikan dengan seksama kepergian Sakura yang telah berhasil memenangkan lomba memperebutkan potongan daging sapi lezat ala Yokohama.
"Menarik."
Katanya. Sembari mengambil sisa kuah-kuahan dari potongan sapi bakar yang telah habis.
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
OH! by Selenophilium
Warning: Semi-M, AU, a lot of typo(s), and OOC.
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
Chapter 10 : Kiseki no Sedai
"Sakura, kau lama sekali.. Kami menunggumu tahu!" kata Ino dengan nada kesal.
"Hihh, Ino, kau ini hari ini marah-marah terus! Aku bosan mendengarmu berkicau seperti burung beo, bahkan burung beo saja tidak secerewet kau!"
Ino hanya menyengir, "Maaf, hari ini juga hari pertamaku tahu. Bukan cuma kau yang mengalami hal seperti itu.."
"Ya, setidaknya aku tidak marah-marah sepertimu.."
Sakura terkekeh sembari mengangguk mengerti. Tentu saja ia dan Hinata paham apa yang dimaksud oleh Ino. Kalian sebagai perempuan semua juga pasti memahami, bukan?
.
"Kalian tahu tidak mengapa aku sangat lama? Aku lama karena seorang lelaki menyebalkan yang juga menginginkan potongan daging sapi-ku."
Mendengar itu, Hinata dan Ino terlihat bingung, "Apa yang terjadi, Sakura-chan?"
"Saat aku ingin mengambil potongan daging itu, tiba-tiba satu pasang sumpit dengan cepat langsung menahan potongan daging itu dan menyambarnya. Saat aku lihat, ternyata ia adalah seorang lelaki berambut merah.. Aku tidak terima dan aku rebut kembali.. Ia menatapku dingin dengan mata merahnya, dan itu sangat menyebalkan!"
"Tu—Tunggu, mata merah? Rambut merah?"
Ino terlihat menyipitkan matanya. Ia berusaha mengingat sesuatu.
"Mata merah… Rambut merah… Mata merah.. Rasanya aku tahu ia siapa, tetapi aku lupa dengan namanya."
"Sudahlah, Ino, tidak penting juga ia siapa. Tapi, sepertinya ia adalah peserta olimpiade juga.." lanjut Sakura, sembari menghabiskan suapan terakhirnya.
Ino-pun mengangkat bahunya. Setelah selesai, mereka bertiga mengangkut mangkok dan piring kotor dan mencuci piring-piring tersebut di keran-keran yang tersedia. Salah satu aturan yang berlaku bagi para peserta adalah mencuci piring atau gelas bekas makan dan minum, agar mengurangi beban para pekerja di dapur.
.
"Ekhem…"
Terdengar suara yang cukup keras. Di sana telah berdiri seorang lelaki berumur dengan rambut cokelat panjang yang sedikit memutih, tangan kanannya memegang sebuah mic. Di belakang lelaki tersebut, telah berbaris beberapa pria dan wanita dewasa berpakaian olahraga, termasuk juga Yuuhi Kurenai dan Asuma Sarutobi sebagai pelatih Pink Ocean dan Blue Ocean. Melihat itu, semua peserta dari berbagai sekolah itu langsung menghadap ke arah sumber suara.
"Selamat siang, Anak-anakku yang ku cintai dari berbagai pesohor Jepang! Selamat datang di Yokohama, tepatnya di Yokohama Arena Dorm ini.. Perkenalkan, aku Hashirama Senju sebagai Presiden Penyelenggaraan Olimpiade Nasional Jepang. Di sini, kalian berkumpul dari berbagai ekstrakurikuler, berbagai sekolah dan berbagai daerah, mulai dari Yokohama, Tokyo, Osaka, Fukuoka, Okinawa dan daerah-daerah lainnya. Untuk apa? Untuk mengikuti Olimpiade Nasional Jepang tingkat SMA yang setiap tahun diadakan.."
Mendengar itu, berbagai pasang mata para peserta mulai mengelilingi sekitar mereka. Melihat dan mengawasi lawan dan teman masing-masing.
"Dan ada sedikit perubahan jadwal.. Kalian akan berada di sini selama 1 bulan dan olimpiade akan dilakukan serentak selama 10 hari berturut-turut, dan jadwal pertandingan sudah ditentukan oleh Dewan Kepengurusan Organisasi. Setiap pertandingan akan hanya menghasilkan satu pemenang yang otomatis akan langsung ke tahapan selanjutnya, dan tim yang kalah otomatis akan pulang ke kota masing-masing. Ada 3 hadiah utama yang di siapkan oleh pihak kami. Pertama, medali emas dan uang tunai bagi setiap tim yang berhasil menang di final. Kedua, medali emas dan uang tunai bagi tim yang paling banyak memenangkan medali emas. Dan yang terakhir, adalah piala, sertifikat untuk sekolah dan sertifikat bagi setiap peserta yang berpartisipasi, serta uang tunai bagi sekolah yang berhasil mendapat sumbangan medali emas terbanyak dari tim yang sekolah itu kirim.."
Sakura meneguk air liurnya. Saat mendengar berbagai sekolah mengikuti olimpiade tersebut dan rincian kegiatannya. Kepalanya membayangkan betapa banyak musuh yang harus ia kalahkan untuk bisa membawa medali emas dan membanggakan sekolahnya.
Kedua matanya memperhatikan wajah teman-teman se-timnya.
Cemas.
Panik.
Ia bisa lihat raut wajah itu di wajah teman-temannya.
"Teman-teman, kita pasti bisa!" bisiknya ke teman-temannya yang berada di dekatnya. Gadis bercepol dua bernama Tenten pun mengangguk, tanda menyetujui pernyataan kapten mereka.
"Kapten benar! Kita pasti bisa!" serunya kepada teman-teman yang lain. Di sambut senyuman manis Hinata dan sahutan cempreng milik Ino.
"Jadi, aku harap.. Kalian semua menggalang sportifitas dan kekompakan dalam menjalankan olimpiade ini, dan aku berharap kegiatan ini akan menjadi pengalaman dan bekal kalian di masa depan, terutama dalam bidang olahraga dan pendidikan.."
"BAIKKKKKK!"
Sahutan tegas dari semua peserta membuat Hashirama Senju tersenyum lebar. "Baik, untuk hari ini, kalian bebas. Jika ada yang ingin berkeliling Yokohama, boleh, jika ada yang ingin beristirahat juga boleh, jika ada yang ingin mengajakku untuk minum kopi juga boleh, hahahahaha…"
Krik.. Krik..
.
"Hahaha—Ha.. Ha.."
Semua peserta terdiam, bahkan para pelatihpun mengernyitkan dahi mereka sembari berpikir, 'apa mau si tua bangka ini sih?'. Sedangkan, Hashirama yang menyadari bahwa candaannya sangat garing seperti kerupuk kulit khas Indonesia pun ikut terdiam. Melihat tatapan menyeleneh ala khas anak-anak remaja Jepang padanya.
"Aku hanya bercanda, anak-anak! Silahkan nikmati Yokohama untuk hari ini! Salam sejahtera!"
.
"Melihat orang itu, aku teringat Naruto"
Sakura menggelengkan kepalanya dengan heran. Ada satu Naruto di dunia ini saja sudah menyebalkan, dan sekarang sepertinya ada dua Naruto di dunia ini.
"Be—Benar, Hashirama-sensei sangat mirip dengan Naruto-kun.." bahkan Hinata sebagai belahan jiwa Naruto itu ikut menyetujui. Lalu, jika bicara Naruto, tak terlepas dari Blue Ocean.
"Ngomong-ngomong, aku belum melihat Blue Ocean sedari tadi, saking ramainya tempat ini.. Aku rindu Sasuke-kun.." keluh Sakura, kedua matanya mencari-cari sosok tampan berkepala ayam di sekitarnya.
Lalu, matanya mendarat pada dua pasang mata merah yang kini juga menatapnya.
'Di—Dia lagi? Mengapa ia menatapku? Dan mengapa pula kedua mataku mendaratkan pandangan ke arahnya?'
Sakura pun langsung membalikkan tubuh rampingnya. Berusaha menghindari tatapan ganas yang seakan-akan ingin menerkamnya. Lalu, berjalan pelan sembari mengajak Hinata dan Ino untuk mencari Blue Ocean. "Ayo, teman-teman.. Kita cari Sasuke-kun.."
Tak lama setelah itu, ia menemukan sosok yang ia cari. Lelaki tampan bertubuh atletis itu Nampak sempurna dari berbagai sisi, bahkan saat sedang meneguk minuman sekalipun.
"Sasuke-kun!"
Mendengar namanya dipanggil, Sasuke menoleh ke arah Sakura yang berlari-lari kecil menghampirinya, diikuti oleh dua gadis di belakangnya.
"HINATAA-CHAN! AKU KANGEN!"
"Oh Tuhan, baru saja kami beristirahat untuk menutup mulut Naruto agar tidak membuat kami malu dengan sikapnya, dan sekarang hanya dengan kedatangan kekasihnya, Naruto melunturkan semua usaha kami.." keluh Kiba kesal.
"Maafkan aku, Kiba-san.." Hinata tertawa kecil, saat mengelus-elus kepala Naruto yang sedang sibuk memakan yakisoba miliknya.
"Yo, tidak apa-apa, Hinata, ada atau tidak adanya dirimu, anak itu memang memalukan."
"DIAM KAU, KIBA! Akan ku tarik celana dalam bermotif strawberry-mu itu!" sahut Naruto tidak mau kalah.
"Diam jangan teriak-teriak, bodoh! Kau menghilangkan wibawa Blue Ocean!"
"Salah, wibawamu, Kiba.. Bukan wibawa Blue Ocean... "
"DIAM, SHINO! JANGAN IKUT-IKUTAN!"
.
Melihat teman-temannya bertingkah seperti itu, Sakura hanya tertawa kecil. Lalu, ia alihkan pandangannya ke arah depan, di mana pujaan hatinya masih setia berdiri meminum jus tomat dalam gelas plastik.
"Halo, anata.. Kau sudah makan? Kau makan apa tadi?"
"Siapa yang kau panggil 'anata'?" jawabnya ketus. Tatapannya terlihat kesal dengan panggilan gadis itu padanya. Ia mendaratkan tubuhnya di kursi sembari menghabiskan jus tomatnya.
"Tentu saja seseorang yang berada di depanku saat ini. Jawab dulu pertanyaanku, apa kau sudah makan? Kau makan apa?"
"Sushi." jawab Sasuke singkat. Sakura pun mengangguk dan tersenyum manis. "Kau tahu tidak? Baru beberapa jam tidak bertemu, aku sudah rindu denganmu.. Bayangkan jika sekolah sedang libur, rasanya aku ingin mati.."
"Lalu?"
Sakura pun mengerucutkan bibir tipisnya, "Paling tidak, sering-seringlah baca atau balas chat-ku.. Itu sudah cukup. Eh, tidak, tidak, tidak cukup. Aku harus sering melihat wajahmu agar rinduku terobati.."
Sasuke hanya diam. Sepertinya ia lelah menghadapi celotehan gadis yang sangat tergila-gila padanya itu.
"Sasuke-kun.. Aku belum sempat bilang terima kasih padamu karena sudah menjemputku dan mengantarku ke sini.. Terima kasih, Sasuke-kun.."
Sakura tersenyum manis di hadapan Sasuke sembari memainkan jari-jarinya yang lentik itu. "Hn." jawabnya pelan.
"Hehehe.. Setelah ini, kau ingin kemana, Sasuke-kun? Blue Ocean ingin kemana?"
"Tidak tahu. Kemanapun, aku tidak ikut."
Sakura tersenyum lagi. Sepertinya ia tak bosan tersenyum pada lelaki pujaannya itu, meski lelaki yang terkenal dengan wajah datarnya itu hanya memberikan respon singkat dan dingin padanya.
"Kita sama. Aku juga tidak ikut, karena aku harus mengistirahatkan perutku yang sedang mengalami premenstrual syndrome ini.. Kau ingin menemaniku ya?" tawa Sakura melebar, disambut wajah kesal Sasuke.
"Lebih baik aku ikut."
"Jangan begitu, Sasuke-kun, akan ku berikan kunciku jika kau ingin mampir ke kamarku, hehehe.." ucap Sakura dengan tengilnya. Sedangkan Sasuke menajamkan pandangannya ke Sakura, "Bisakah kau sedikit serius dengan olimpiade ini?"
Senyuman di wajah Sakura menghilang sesaat mendengar pertanyaan Sasuke yang spontan itu. "A—Aku serius kok!" jawab Sakura spontan. Sasuke memandang remeh Sakura saat mendengar jawaban itu, "Apanya yang serius? Kau selalu menggodaku seakan-akan tak ada kegiatan lain yang berhubungan dengan tim-mu."
Sakura terdiam. Ia menundukkan wajahnya. Nada bicara Sasuke yang pelan namun menusuk itu sangat membuatnya kesal dan… Sedih. Namun, ia berusaha menampilkan lagi senyuman manisnya di depan lelaki itu.
"Kau tahu, Sasuke-kun? Terkadang.. Keseriusan itu seperti tulang. Tak perlu terlihat, tapi akan selalu menjadi pondasi dan penyangga tubuh.."
Sasuke terdiam mendengar pernyataan gadis bersurai merah muda itu. Ia bisa lihat senyuman manis itu masih setia tampil di hadapannya.
"Ya, ku harap kau tak lupa bahwa tulang ada juga yang keropos."
Sasuke beranjak dari tempat itu, meninggalkan Sakura yang masih terdiam di kursi makan itu. Emerald-nya bisa melihat Sasuke sepertinya izin untuk meninggalkan tempat itu terlebih dahulu. Entah kemana ia akan pergi. Tak terasa, air mata mulai memenuhi pelupuk mata emerald-nya saat melihat punggung lelaki yang ia sukai itu pergi meninggalkan ruang makan.
Ia menangis. Sendirian.
Menundukkan wajahnya, tak membiarkan siapapun melihatnya berurai airmata. Dadanya terasa sesak seakan ingin membuncah keluar. Ingin sekali rasanya ia teriak sekencang-kencangnya dan memukul Uchiha Sasuke dengan sepenuh tenaganya.
Tapi, ia tak bisa. Karena, senyumannya milik Sasuke. Senyuman itu harus selalu ada saat berhadapan dengan Sasuke.
Tak menyadari bahwa cinta yang ia rasakan sudah sangat dalam, menenggelamkan dirinya.
.
Hari menunjukkan pukul 1 siang, para peserta yang ingin berjalan-jalan mengelilingi Yokohama sudah berkumpul di depan lobby Yokohama Arena Dorm. Termasuk para anggota Pink Ocean yang kini sudah berkumpul.
"Di mana Sakura?" tanya Temari pada Hinata. "Sakura-chan sedang mengistirahatkan perutnya di kamar, ia sudah izin dengan Kurenai-sensei untuk tidak ikut jalan-jalan, Temari-chan.." jelas Hinata pada Temari. Temari mengangguk mengerti, begitu juga dengan teman-teman se-timnya.
"Sakura sakit terus ya.." keluh Shion dengan nada sedikit menyindir.
Ino yang sedang mengobrol dengan Tenten pun menoleh cepat ke arah Shion yang sedang duduk anggun. "K—Kau.." baru saja ia ingin menghampiri Shion, tangan kirinya tertahan oleh Hinata. Hinata menggeleng pelan, memberi isyarat untuk tidak menanggapi omongan Shion yang cukup membuat emosi.
Ino pun menghentikan niatnya untuk memberi pelajaran berharga pada gadis halfie yang angkuh itu. Ia mengingat bahwa ia dan gadis itu satu tim, dan ia tidak ingin merusak apa yang sudah ia dan tim-nya bangun demi olimpiade ini.
"Rasanya ingin ku jahit saja mulut comelnya itu.." bisiknya kesal pada Hinata, yang tersenyum miris. Hinata sendiri pun sebenarnya kesal mendengar salah satu sahabat baiknya dibicarakan negatif, apalagi oleh salah satu anggotanya sendiri. Tetapi, ia tak ingin membuat kegaduhan yang mengakibatkan rusaknya semua usaha yang telah dibangun oleh tim kesayangannya itu.
.
Sakura menatap keluar jendela kamarnya. Melihat kepergian teman-temannya untuk berkeliling kota Yokohama dengan tawa riang gembira. Ia bisa lihat tim-nya berkumpul di sana, termasuk Hinata dan Ino. Iris emerald-nya juga bisa menangkap tim Blue Ocean yang berdiri tak jauh dari posisi Pink Ocean. Di sana terdapat Naruto yang sedang tertawa lebar bersama Hinata lalu Shikamaru yang sedang mengobrol dengan Temari, sedangkan Ino sibuk memainkan handphone-nya, dan anggota lainnya sibuk untuk selfie atau sekedar mengobrol sembari menunggu diinstruksikan memasuki bus keliling. Dan, kedua matanya tertuju ke arah sosok yang ia dambakan..
Uchiha Sasuke.
Terlihat bersinar di antara yang lainnya. Ia memang berada di level berbeda.
Bisa ia lihat, beberapa gadis-gadis cantik dari sekolah lain dan ekstrakurikuler lain menatap nakal lelaki itu. Dan lelaki itu sama sekali tak menggubris.
"Apa kau sangat sulit ku jangkau? Bahkan dengan gadis-gadis cantik di sekelilingmu, kau tak bergeming layaknya es."
Ia beralih dari jendela dan terduduk di kasur model single-nya. Membaringkan dirinya di atas kasur itu, bisa ia rasakan perutnya masih sedikit bergejolak akibat premenstrual syndrome itu, meski tak sesakit insiden di pagi hari, membuktikan bahwa ternyata ramuan herbal sang Ibu kali ini tak bekerja total.
"Lebih baik aku tidur saja.."
Ia pun memejamkan kedua matanya perlahan. Berharap setelah ia bangun, rasa nyeri di perutnya hilang dan.. Berharap setelah ia bangun, hari itu akan berpihak kepadanya.
.
Kriiieett…
"Halo, bitch.."
Seseorang memasuki kamar 405. Membuka tas ransel berwarna merah muda pucat dengan perlahan. Entah apa yang ia ambil, lalu ia tutup kembali ransel tersebut. Menatap dingin gadis bersurai merah muda yang sedang terbaring tenang di atas kasur.
"Semoga harimu selalu menyenangkan."
Sosok itu pergi tanpa meninggalkan jejak di kamar itu. Meninggalkan gadis merah muda yang masih setia memejamkan kedua matanya. Sosok itu pergi dengan seringai, entah apa yang ia rencanakan, yang jelas rencana itu bukanlah rencana yang baik bagi kapten Pink Ocean yang sedang tidak enak badan itu.
.
DAY 2 – Olimpiade Nasional Jepang
Yokohama Arena Dorm
.
Pagi hari telah tiba di Yokohama, yang berarti sudah memasuki hari kedua para peserta dalam mengikuti rangkaian kegiatan Olimpiade Nasional Jepang. Dan hari ini adalah hari pertama bagi para peserta untuk mulai serius andil dalam Olimpiade Nasional Jepang, contohnya saja saat ini, para peserta sudah mulai berkumpul di lapangan besar yang ada di Arena Dorm itu.
"Ohayouuu semuanya!" suara menggelegar dari Hashirama Senju mulai menggelegar dengan semangatnya.
"OHAYOUUUU!" jawab seluruh peserta dengan keras. Membuat senyuman Hashirama merekah lebar saat melihat gairah semangat para peserta.
"Baiklah, aku akan mengumumkan sesuatu sebelum kalian benar-benar memulai kegiatan olimpiade. Waktu kalian di sini adalah 1 bulan, dan waktu kalian untuk mempersiapkan segalanya hanya 20 hari, lalu kalian akan berhadapan dengan pertarungan yang sebenarnya selama 10 hari. Aku akan mengumumkan hari ini semua jadwal yang berisi kegiatan-kegiatan, urutan ekstrakuriler, urutan tim, dan lawan-lawan kalian. Jadi, mohon dengarkan baik-baik!"
JADWAL OLIMPIADE NASIONAL JEPANG
Day 1
Karate :
Nakano Souichiro (Okinawa High School) VS Miho Miyahara (Fukuoka High School)
Ichigo Momomiya (Tokyo High School) VS Sakura Kinomoto (Teiko High School)
Wakashimatzu Ken (Konoha High School) VS Urabe Komachi (Yokohama High School)
Kenta Date (Shizuoka High School) VS Kouichiro Endo (Saitama High School)
Day 2
Fisika & Matematika :
Shinichi Kudo (Kagawa High School) VS Hajime Kindaichi (Teiko High School)
Misugi Jun (Konoha High School) VS Shinichi Akiyama (Fukuoka High School)
Chisato Jougasaki (Yokohama High School) VS Mamori Anezaki (Saitama High School)
Mako Shiraishi (Shizuoka High School) VS Sawako Kuronuma (Tokyo High School)
Day 3
Tari :
Love Live Love (Yokohama High School) VS IdolMasters (Shizuoka High School)
MaCrossover (Okinawa High School) VS AKB0045 (Kagawa High School)
Full MOON NIGHT (Tokyo High School) VS Cloud Dancer Ocean (Konoha High School)
Pretty Dream (Saitama High School) VS Aikatsu (Teiko High School)
Day 4
Seni Lukis :
Eriri Sawamura (Tokyo High School) VS Shina Mashiro (Sendai High School)
Sai Shimura (Konoha High School) VS Akashi Seijuro (Teiko High School)
Paduan Suara
K-OnBu (Saitama High School) VS Periwinkle Ocean (Konoha High School)
ReeD (Tokyo High School) VS Whisper Earth (Teiko High School)
From Us To You (Yokohama High School) VS Fate Zero (Okinawa High School)
Day 5
Sepak Bola :
Scuba Blue Ocean FC (Konoha High School) VS Shutetsu FC (Shizuoka High School)
Meiwa FC (Saitama High School) VS Toho FC (Okinawa High School)
Furano FC (Yokohama High School) VS Musashi FC (Tokyo High School)
Hirado FC (Teiko High School) VS Azumaichi FC (Kagawa High School)
Day 6
Cheerleaders :
Lucky Star (Teiko High School) VS Deimon Devil Bats Cheers (Saitama High School)
Tokyo Mew Mew (Tokyo High School) VS Girlfriends (Kagawa High School)
Shoujou Jedai (Shizuoka High School) VS Dream Girls (Okinawa High School)
Pink Ocean (Konoha High School) VS Ultra Violet (Fukuoka High School)
Day 7
Basket :
DDB (Saitama High School) VS Buzzer Beaters (Fukuoka High School)
Kiseki no Sedai (Teiko High School) VS Dears Boys (Tokyo High School)
Blue Ocean (Konoha High School) VS Dash Kappein (Okinawa High School)
Ro-Kyu-Bo (Shizuoka High School) VS Basquash (Saitama High School)
"Baik, sudah ku bacakan.. Dan pihak kami tidak menerima sanggahan atau apapun. Karena semua ini berdasarkan metode random yang dilakukan oleh pihak Dewan Kepengurusan Organisasi seluruh sekolah."
Semua peserta membatu. Meneguk air liur mereka saat mendengar bahwa keputusan itu telah mutlak, ada pula yang sedikit senang dengan hasil keputusan itu.
"Nah, itu adalah 7 hari babak penyisihan. Selanjutnya, untuk hari ke-8, 9 dan 10 ada final dari keseluruhan pertandingan. Yang akan diumumkan kembali nanti.. Ku harap kalian selalu bersiap dan selalu menjunjung tinggi sportifitas antar sesama.. Dan sekarang, semua ekstrakurikuler berkumpul dengan sesuai sekolah masing-masing di Meeting Room yang telah ditentukan.."
Mendengar itu, semua peserta ekstrakurikuler mulai berkumpul dengan tim-tim yang berasal dari sekolah yang sama dengan mereka. Termasuk juga, Pink Ocean dan Blue Ocean. Semua ekstrakurikuler Konoha High School berjalan ke meeting room mereka, yaitu Meeting Room 4.
"Baik, karena kalian semua sudah berkumpul di ruangan yang cukup besar ini. Aku, Hatake Kakashi sebagai perwakilan Dewan Kepengurusan Organisasi Konoha High School mengumumkan bahwa, selama olimpiade berlangsung, kita akan mengadakan general meeting di ruangan ini. Dan, ini berlaku untuk semua tim. Jika ada tim yang ingin mengadakan private meeting, silahkan saja jika ruangan ini tak digunakan."
Semua yang ada di ruangan tersebut mengangguk mengerti, "Baik, sekarang kalian sudah mendapat jadwal bertanding. Ku harap kalian segera bersiap, dan segera berunding mengenai apa saja yang dipersiapkan untuk pertandingan.." lanjut Kakashi tegas.
"Sekarang, Sensei?"
"Tentu saja, Naruto.."
"Hooo.. Ayo, Shikamaru, kau pasti sudah menyiapkan strategi hebat!" seru Naruto, merangkul Shikamaru dengan kencang. "Mendokusai, lepaskan!" dengus Shikamaru, sembari melepaskan rangkulan maut Naruto.
Shikamaru mengeluarkan beberapa kertas besar dan beberapa buku di atas meja yang tersedia, "Spot kami di sini ya!" ujar Shikamaru, menandai sudut ruangan paling kiri sebagai spot untuk Blue Ocean berkumpul.
Tak mau kalah, Ino langsung berlari ke sudut ruangan paling kanan sebagai spot untuk Pink Ocean. "Pink Ocean sudah ambil di sini ya, teman-teman!" sahut Ino dengan suara nyaringnya. Sedangkan, anggota-anggota Pink Ocean yang lain pun berjalan ke arah Ino.
Ruangan itu cukup besar untuk 5 tim dan 2 peserta dari Konoha High School. Semua tim telah mengadakan ajang diskusi, ada yang berada di tengah ruangan, ada pula yang di sudut-sudut berlawanan.
.
"Ayo, Sakura, kita akan bicarakan strategi dan bahan-bahan yang harus dipersiapkan untuk lomba.." ujar Kurenai, sebagai pelatih Pink Ocean. Mendengar itu, Sakura sembari tersenyum membuka tas ranselnya dan mengambil sesuatu..
"Lho.."
"Lhooo…"
"Tunggu sebentar.. Kenapa tidak ada di tasku?"
Kurenai mengernyitkan dahinya, "Apanya yang tidak ada, Sakura?"
"Strategi, list gerakan, lirik lagu, dan laptop-ku…"
Tentu saja perkataan Sakura membuat semua anggota Pink Ocean terkejut bukan main, pasalnya strategi yang seharusnya Sakura bawa ialah strategi yang sudah berbulan-bulan mereka siapkan, dan video evaluasi latihan semua ada di laptop kapten mereka..
"Apa? Kenapa bisa tidak ada?!" pekik Saara sedikit keras. Disusul Shion yang kelihatannya sangat kesal, "Apa-apaan ini? Kenapa bisa tidak ada?!"
Sakura tak mengucapkan sepatah kata pun, tangannya masih sibuk mengobrak-abrik tas ransel merah mudanya. Berharap bahwa ini adalah kecerobohannya tidak mencari dengan benar.
"Sakura-chan, jika tidak ada.. Ayo kita cari di kamar, siapa tahu kau meletakkannya di dalam koper atau di sekitar kamar.." ajak Hinata pelan kepada Sakura, Sakura mengangguk pelan.
"Iya, lebih baik kalian cari dulu di kamar kalian ya," ujar Kurenai, sembari menenangkan kecemasan yang dirasakan oleh para anak didiknya. Sakura dan Hinata pun langsung berlari meninggalkan Meeting Room 4.
Sedangkan Ino, ia masih sibuk mencari-cari di tas ransel Sakura yang terbengkalai, berharap menemukan sesuatu. Dengan tatapan kesal para anggota, tentunya. Kecuali Temari dan Tenten yang sepertinya ingin ikut membantu mencari di sekitar ruangan atau di luar ruangan.
.
"TIDAKKK ADA, HINATAA!"
"Sabar, Sakura-chan.. Tenanglah sedikit, agar bisa fokus mencari.."
Pekikan Sakura menggema di kamar 405 itu. Iris emerald-nya berkeliling tanpa henti, otaknya berusaha memutar untuk mengingat di mana ia menyimpan semua bahan pertandingan yang sangat amat penting itu.
"Tidak ada… Tidak ada… Tidak adaaaa…."
Sakura mencari di bawah kasur, di kamar mandi, di meja, di laci, bahkan ia keluarkan semua isi kopernya yang besar itu. Namun, hasilnya nihil.
"Aku harus bagaimana? Hinata, aku takutttt…" ujar Sakura nyaring, airmata mulai mengalir deras di pipinya. Sedangkan Hinata menatap iba sahabatnya, ia elus bahu Sakura pelan. "Sakura-chan, jangan menangis.. Aku akan bicara dengan Kurenai-sensei dan teman-teman.."
Sakura menggeleng pelan, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Tak perlu, Hinata.. Aku seorang kapten, aku akan terima apapun resikonya.." katanya pelan.
"Apa kau yakin sudah meletakkannya di tas atau kopermu? Tidak tertinggal di rumah?"
"Sudah, Hinata.. Aku sudah meletakkannya dengan benar.."
Hinata pun terdiam, "Hmm, coba kau telpon orang-orang di rumah.. Nenek Chiyo? Ibu-mu?"
Sakura dengan cepat mengambil handphone di kantong celananya. Berusaha menelfon sang Ibu, berharap orangtuanya sudah pulang dari luar kota.
"Halo! Ibu! Ibu dimana? Apa Ibu sudah pulang?" raut wajah kecewa Sakura mulai nampak. Sudah dipastikan sang Ibu belum pulang dari luar kota. "Baik, Bu, hati-hati.." kata Sakura sembari mematikan sambungan telponnya.
Lalu dengan cepat ia menghubungi sang Kakak, Sasori. Sasori sedang ada acara camping dari kampusnya. Dan Sakura sangat berharap bahwa acara tidak penting itu berakhir, dan Sasori sedang main game di rumahnya saat ini.
"SASORI!"
"SASORI! Oh Tuhan, syukurlah kau ada di rumah! Bisakah kau ke kamarku sekarang dan temukan kertas strategi cheerleader-ku atau laptop-ku?! Sekarang Sasori-niisan, kau harus ke kamarku sekarang! Ini sangat mendesak!"
Hinata berharap-harap cemas melihat Sakura yang sedang menelpon kakak kandungnya. "APA?! TIDAK ADA?! JANGAN BOHONG, SASORI!"
Sakura pun langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Sasori. Ia tahu Sasori tidak berbohong karena Sasori sedikit panik saat mendengar suara parau akibat tangisannya.
"Sasuke… Sasuke-kun! Aku ke sini dengan Sasuke-kun! Aku harus cek mobilnya, Hinata!" ujar keras Sakura, ia menggandeng tangan Hinata dan meninggalkan kamarnya itu.
.
Meeting Room 4
.
"Kurenai-sensei!" panggil Sakura. Matanya bisa melihat wajah datar teman-temannya yang memandang kesal dirinya saat ia sampai ke ruangan itu.
"Di kamarku tidak ada, aku juga sudah menelpon kakakku untuk memeriksa kamarku namun tidak ada hasilnya.. Aku harus memeriksa mobil Sasuke-kun, karena aku pergi ke sini dengannya kemarin."
Penjelasan Sakura membuat Kurenai mengerti. Ia mempersilahkan Sakura menghampiri Blue Ocean yang sepertinya juga sedang memperhatikan apa yang terjadi dengan Pink Ocean.
Sakura berlari menghampiri Sasuke yang sedang terduduk diam di atas sofa ruangan itu. "Sasuke-kun, boleh aku minta kunci mobilmu? Aku ingin mencari sesuatu yang penting.."
Sasuke menatap datar Sakura, ia berdiri meninggalkan Sakura tanpa menggubrisnya. "Sasuke-kun, ku mohon, bukan saatnya kau—"
"Bukankah kau ingin ke mobilku?"
"Eee—eh?"
"Sedang apa kau di situ? Ya sudah, ayo.." ajak Sasuke ketus, ia meninggalkan ruangan itu, diikuti Sakura.
Sedangkan semua orang yang ada di sana terdiam. Sejujurnya, suasana di dalam ruangan itu menjadi tegang akibat permasalahan yang terjadi dalam tim Pink Ocean.
.
Sasuke dan Sakura telah sampai di depan mobil LaFerrari Hitam milik Sasuke yang terparkir di dalam basement. Sasuke menekan tombol di kunci mobilnya untuk mematikan lock mode pada mobilnya. Dengan buru-buru, Sakura melesak masuk ke dalam mobil Sasuke, mencari-cari apa yang ia cari.
Dan parahnya, hasilnya tetap nihil.
"Oh Tuhan, apa yang harus ku lakukan?" tangisan Sakura mulai pecah kembali. Ia menangis sejadi-jadinya, tak memahami bagaimana kejadian ini bisa terjadi hari ini.
"Kau mencari apa?"
"Strategi, list gerakan, laptop, dan semuanya hilang entah kemana, Sasuke-kun.." kata Sakura pasrah, ia berusaha menutup wajahnya yang dipenuhi air mata dengan satu tangannya menutup pintu mobil Sasuke.
"Arigatou, Sasuke-kun.."
Sasuke menatap datar gadis yang sedang menangis itu. Sejujurnya, ia bingung harus melakukan apa saat ini untuk menenangkannya, karena ia sendiri tidak pernah berhadapan dengan situasi seperti ini.
"Ayo kembali ke meeting room.." ajak Sasuke kepada Sakura, Sakura hanya mengangguk pelan. Ia tundukkan wajahnya, tak henti airmatanya mengalir di kedua pipinya.
"Semua masalah ada solusinya, begitu juga tulang, jika keropos, hanya perlu kalsium."
Sakura mengangkat wajahnya sesaat mendengar kata-kata ajaib dari mulut lelaki dingin seperti Uchiha Sasuke yang berjalan di depannya.
Kata-katanya tidak istimewa, namun sedikit ampuh memberi ketenangan dalam diri Sakura. Hatinya mulai sedikit tenang mendengar kata-kata manis itu.
"Sasuke-kun.. Arigatou.."
Tangan kirinya meraih tangan besar Sasuke, menggenggamnya erat. Dan, sepertinya momen itu berlangsung cukup lama, karena Sasuke tidak melepas genggaman itu..
.
.
.
.
.
"Bagaimana, Forehead?"
Ino dan Hinata telah menunggu Sasuke dan Sakura di depan meeting room. Menantikan kabar baik datang. Sakura menggeleng pelan, membuat Ino dan Hinata menghela napas berat. Sasuke sama sekali tak menggubris kehadiran Hinata dan Ino, dan langsung masuk ke dalam meeting room tanpa permisi. Meninggalkan ketiga sekawan itu bicara.
"Aku dan Hinata masih sedikit ingat seperti apa strateginya, aku yakin kau pun juga masih ingat strateginya. Dan aku yakin teman-teman yang lain juga masih ingat strateginya.. Kita bisa susun strategi lagi, Sakura.."
Sakura mengangguk tak yakin, "Apa kau yakin teman-teman sudi membantuku?"
"Harus yakin, Sakura-chan. Kau kaptennya, kau harus percaya teman-temanmu.." jawab Hinata sembari tersenyum, tangannya menarik Sakura memasuki meeting room. Dimana Pink Ocean telah menunggu kehadirannya.
Sakura menundukkan kepalanya saat kakinya sampai di depan para anggota-nya. "TEMAN-TEMAN, MAAFKAN AKU! Aku sudah mencarinya kemanapun, namun tidak ada.. Maafkan aku, aku janji akan membuat strategi baru, dan hari ini juga akan ku selesaikan!"
Sakura terlalu takut melihat bagaimana ekspresi teman-temannya saat ini. Ia takut teman-temannya memandangnya rendah dan benci.
"Bukan kau saja, Sakura, tetapi 'kita'.."
Sakura mengangkat wajahnya, saat suara Tenten menggema di telinganya.
"Benar, Sakura, 'kita' adalah kata yang tepat.." tambah Sasame dengan senyuman khasnya. Dan pada akhirnya tangisan Sakura kembali mengalir saat teman-temannya mulai menghampiri dirinya. Kurenai hanya tersenyum haru melihat anak-anak didiknya berpelukan seperti itu.
Meski memang membutuhkan Ino untuk membuat adegan itu terjadi.
.
FLASHBACK
.
.
"Kenapa Sakura sangat tidak becus untuk menjaga sebuah kertas sih?" ketus Shion dengan pedasnya. Ia menggerutu di samping teman dekatnya, Saara, yang juga menyetujui ucapan Shion. Di tambah Sasame yang juga terlihat memasang wajah kesal, bahkan Temari, anggota tertua di tim itu juga sepertinya agak sedikit kecewa dengan sikap ceroboh Sakura.
"Kapten macam apa.." gerutu Saara, ia memanyunkan bibirnya. Sedangkan, Hinata hanya terdiam mendengarkan celotehan teman-temannya, sembari melirik Ino yang sepertinya tengah menahan emosi.
"Jika tidak ketemu, lebih baik ganti saja kaptennya.."
KREKKK!
"Sudah cukup! Apa kalian tidak ada pekerjaan lain selain mengeluh dan menyalahkan Sakura?!"
Seluruh pasang mata yang ada di ruangan itu mengarah ke gadis Yamanaka itu. "Ino-chan, sudah, sudah.. Ayo duduk lagi.." ajak Hinata, berusaha menarik tangan Ino.
"Tidak bisa, Hinata.. Mereka harus tahu.." ucap Ino dengan tegas. Ino berdiri di depan teman-temannya. Menatap tajam teman-temannya itu.
"Apa kalian bisa menghargai sesuatu yang bahkan kalian sendiri tidak tahu seberapa pentingnya itu? Tidak bisa? Maka akan ku beritahu sesuatu yang penting itu agar kalian bisa menghargainya.."
Hinata menarik tangan Ino, "Kau dan aku sudah berjanji, Ino.".
Ino menggelengkan kepalanya, "Ini lebih baik,"
Ino kembali menatap teman-temannya, "Apa kalian tahu bahwa selama ini Sakura yang sibuk mendesain kostum cheerleaders kita? Apa kalian tahu bahwa kostum cheerleaders itu dibuat oleh Ibu Sakura tanpa kita harus membayar jasanya? Apa kalian tahu bahwa selama ini Sakura yang bolak-balik ke mall untuk membeli dan membuat bahan-bahan yang akan kita gunakan untuk tampil? Apa kalian tahu semua itu ia beli dengan uang pribadinya? Apa kalian tahu Sakura… Ia kesulitan menjadi seorang kapten selama ini…" tangis Ino mengalir.
"Sudah cukup, Ino."
Hinata menghampiri Ino dan menariknya untuk duduk di sofa. Hinata bisa melihat raut wajah teman-temannya mulai berubah menjadi raut wajah menyesal.
"Maafkan kami.. Kami tidak tahu itu.." sahut Shion pelan. Hinata dan Ino sedikit terkejut, pasalnya Shion adalah orang yang paling gencar menyinyiri Sakura.
"Bukan pada kami, Shion.." jawab Hinata sambil tersenyum.
.
END OF FLASHBACK
.
.
"Pink Ocean.. Percayalah, tidak ada yang bisa merusak kalian, selama kalian saling menjaga.." ujar Kurenai, sembari tersenyum manis dari kejauhan.
.
Sedangkan Sakura..
Emerald-nya mencari sesuatu di ruangan itu. Bisa ia lihat sosok yang ia cintai sedang berbicara di depan para anggotanya dengan tegas. Tipikal seorang kapten.
Saat itu, onyx milik lelaki itu telah ditemukan oleh sang emerald.
.
"Aishiteru.."
…bisik sang emerald, saat onyx itu menatapnya.
.
.
.
.
.
"Sasuke-kun, kau baik-baik saja, sayang?"
"Ibu, aku takut.."
"Tidak apa-apa, Ibu di sini sayang.."
"Ibu… Aku benci.. Benci perempuan.."
"Sasuke-kun…"
"Aku benci perempuan."
"AKU BENCI PEREMPUAN."
"Sasuke-kun!"
.
.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
.
.
A/N :
Halo.. Ada yang masih ingat aku? Silahkan dinikmati kelanjutan dari fiksi ini. Maafkan diri ini karena selalu telat update karena urusan di dunia nyata memang tak bisa ditinggalkan sama sekali. Mohon maaf lahir batin, semuanya! Selamat berpuasa! Insyaa Allah fic ini akan tetap lanjut sampai akhir! Terima kasih bagi para readers yang setia menunggu!