NO F.U.N

Meanie Couple

Warn; Yaoi, out of character, typo(s), etc

Disclaimer ; Cerita ini sah milik saya. Begitu pula dengan Jisoo (dihajar masa!)

.

Terinspirasi dari film thailand dengan judul ATM. Tapi untuk keseluruhan berbeda.

.

Tidak suka, tidak usah baca, segara close!

.

Selamat membaca

.

.

Di ruang rapat di salah satu ruangan gedung kepolisian ini suasana sedang tegang. Seorang yang duduk ujung meja yang merupakan ketua dalam teamnya ini sedang marah jadi jelas saja kalau suasana begitu mencekam.

"Kalian tau kan peraturan tidak tertulis di sini, Soonyoung-ah, Jihoon-ah?"

Dua orang yang namanya disebut itu menunduk dalam. Sang ketua yang diketahui bernama Kim Mingyu itu menatap anggota teamnya yang lain -satu team ini berjumlah tujuh orang termasuk dirinya. "Sebutkan apa peraturan tidak tertulis itu!"

"Dalam satu team dilarang menjalin hubungan cinta." Ucap mereka (kecuali Soonyoung dan Jihoon) kompak.

Mingyu menjentikan jarinya. "Bagus sekali. Kalian kompak." Lalu ia kembali menatap dua orang di masing-masing kanan dan kirinya. "Kau dengar itu?"

"Ta-tapi ketua saya tidak punya hubungan apapun dengan Soonyoung."

Oh, hati Soonyoung sungguh sakit mendengar kekasihnya berkata demikian.

"Lalu ini apa?" Mingyu mengeluarkan satu bukti utama alasan dia menuduh keduanya menjalin hubungan. Well, bukan tanpa bukti Mingyu menuduh seperti itu.

Dengan kompak Soonyoung dan Jihoon menatap tajam seorang yang satu-satunya menyimpan photo mereka -itu photo saat mereka berpesta tanpa kehadiran Mingyu karena Mingyu sedang ada keperluan. Si pelaku yang ditatap tajam oleh kedua mata sipit itu hanya bisa nyengir bersalah.

"Jawab pertanyaanku jangan hanya diam!" Mingyu menggebrak meja yang membuat satu ruangan rapat itu terlonjak kaget.

"I-itu.. ah! Itu ada kertas yang menghalangi. Kita sedang bermain game 'mari pindahkan kertas menggunakan mulut'. I-iya, seperti itu. I-iyakan teman-teman?" Ia menatap keempat temannya yang lain dengan tatapan memohon. Mereka menangguk saja.

"Ah seperti itu. Lalu kalau yang ini?"

Mata Jihoon dan Soonyoung seketika menjadi besar.

"Apa ini juga permainan 'mari memindahkan sosis besar dengan mulut'?"

"Soonyoung hyung dan Jihoon hyung bermain memindahkan sosis?" Pertanyaan polos terdengar dari seseorang yang memiliki warna rambut warna-warni dan orang yang memiliki pipi tembam yang duduk di sebelahnya menyikutnya. "Diamlah!" Desisnya sebal.

Jihoon dan Soonyoung kembali menatap tajam satu-satunya pelaku di sini. Si pelaku itu nampak bersalah. Sungguh dia juga tidak tau kalau photo itu bisa ada ditangan ketua mereka.

"Kalian tidak bisa menjawab?"

"Maafkan kami." Soonyoung yang meminta maaf duluan yang berarti dia mengaku kalau dia dengan Jihoon ada hubungan.

Mingyu bersedekap dada, bersandar di kursi untuk menunggu kelanjutan ucapan Soonyoung dan Jihoon. Akankah ada drama picisan terjadi di depannya? Mingyu menunggu itu.

"Aku dan Jihoon memang mempunyai hubungan sejak satu bulan yang lalu dan photo itu diambil saat perayaan hari jadi kami yang sebulan. Kami mengundangmu dengan alasan aku habis memenangkan lotere namun kau tidak bisa datang lantaran ada perlu. Kita saling jatuh cinta-"

"Stop! Aku tidak butuh lanjutan ceritamu, Soonyoung-ssi. Yang aku butuhkan hanya pengakuan kalian dan ternyata benar kalian sepasang kekasih disini. Sekarang kalian pilih." Mingyu mengangkat tangan kanannya dengan jari telunjuk berdiri, "pertama, keluar dari teamku atau," jari tengah Mingyu berdiri menemani jari telunjuknya, "putuskan hubungan kalian didepanku. Tinggal pilih."

"Yach! Mana bisa begitu! Kau keterlaluan!" Jihoon jelas tidak terima.

Mingyu menatapnya dengan satu alis terangkat, ekspresi wajahnya begitu menyebalkan mengundang seseorang untuk menonjoknya.

"Kau tidak boleh seperti itu. Aku dan Soon-"

"Kita putus!"

"MWO?" Jihoon yang hendak memperjuangkan cinta mereka dibuat kaget oleh perkataan Soonyoung. Soonyoung bilang putus? Astaga, bahkan mereka belum berjuang di depan Mingyu.

"Kita. Putus." Ucap Soonyoung menekan tiap kata. Ia melihat pancaran mata terluka Jihoon bukan berarti Soonyoung tidak terluka. Ia juga terluka tapi kalau mereka melawan mencoba menentang peraturan itu maka bisa dipastikan ia dan Jihoon didepak dari team ini. Ini perkara yang buruk.

"Oke, kata putus sudah terucap. Lalu apa jawabanmu, Jihoon-ah?"

Jihoon menatap penuh luka wajah Soonyoung, dia menahan tangisnya sekarang ini. Hatinya begitu sakit dan dia butuh kamar mandi untuk menangis sepuasnya. "B-baiklah. Kita putus."

"Oke, masalah hari ini ditutup. Satu jam dari sekarang kita berkumpul lagi untuk latihan bela diri. Selamat pagi." Mingyu undur diri dari ruangan ini. Selesai keluar dari ruangan Jihoon juga ikut keluar. Dia butuh tempat untuk menangis sepuasnya.

"Jihoon-ah tunggu!" Soonyoung berlari mengejar Jihoon. Percuma, Jihoon pasti sudah terlanjur kecewa dengannya dan yang pasti hubungan mereka tidak akan tersambung lagi.

.

.

Sekarang mereka tengah berkumpul di ruangan dengan lantai kayu, yang di desain untuk latihan bela diri. Sekarang mereka akan latihan bela diri tangan kosong atau jarak dekat. Dengan pelatih mereka yang merupakan senior mereka bernama Junhui.

"Seperti biasa kalian berpasangan!"

Seperti biasa pula biasanya mereka akan berpasangan dengan orang itu-itu saja. Karena memang sudah disesuaikan.

"Hyung, boleh aku mengganti pasangan mereka?" Usul Mingyu yang membuat enam anggota lain sebenarnya kesal. Mereka sudah klop dengan pasangan mereka.

Biasanya pasangan mereka; Seungkwan x Minghao, Jihoon x Soonyoung, Wonwoo x Seokmin, dan Mingyu x Junhui (pelatih mereka).

Ah ya, aku lupa memberitahu sedikit tentang mereka. Mereka berenam termasuk ke dalam Team A yang dipimpin oleh Mingyu. Team A adalah team elit yang hanya menangani kasus kelas kakap kelas internasional. Mereka bertujuh terpilih menggunakan seleksi yang begitu ketat. Mereka harus punya otak dan otot kalau masuk team ini. Mereka merupakan team rahasia dari kepolisian Korea Selatan.

Setelah masuk team itu mereka disiapkan untuk memecahkan kasus yang berat, menangkap pelaku kejahatan internasional dan selagi tidak melakukan aksi mereka akan berlatih apapun untuk mengasah kemampuan mereka, seperti sekarang. Yang melatih mereka juga bukan pelatih abal-abal. Mereka dilatih tetap oleh senior mereka yang dipilih juga.

"Ya, kau boleh mengganti pasangannya." Ujar seniornya itu kalem.

"Seokmin-ah, kau berpasangan dengan Junhui hyung."

"Ne? Aku?" Seokmin menunjuk dirinya sendiri.

Mingyu mengangguk, "ya, kau."

Bahu Seokmin turun kebawah. Percayalah berpasangan dengan pelatih merupakan hal yang tidak enak.

"Dan Jihoon-ah, kau berpasangan dengan Wonwoo."

Tanpa protes, tanpa bertenaga, Jihoon berjalan mendekati pasangan barunya.

"Dan Soonyoung, kau berpasangan dengan ku."

Soonyoung acuh.

"Seungkwan tetap dengan Minghao."

"Baiklah karena sekarang pasangan baru kalian sudah ditentukan kita mulai pemanasan terlebih dahulu." Ucap Junhui yang langsung dilaksanakan oleh mereka.

Sedikit informasi tentang personality mereka. Kita mulai dari yang tertua.

Kim Mingyu. Dialah yang paling tua di teamnya. Diberi tanggung jawab sebagai ketua. Sifatnya kaku, menyebalkan dan lain sebagainya yang membuat urat tegang dan naik darah saat bersamanya. Terlepas dari bagaimana sifatnya yang menyebalkan itu Mingyu adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap semua anggotanya. Dia akan berdiri di depan untuk melindungi anggotanya bukan berdiri di belakang alih-alih melindungi dari belakang. Tidak, Mingyu bukan orang seperti itu. Mingyu mempunyai keahlian bertarung jarak dekat atau jauh, tangan kosong atau menggunakan senjata dan yang menjadi point plus lainnya adalah dia pintar.

Satu tahun dibawahnya ada Kwon Soonyoung.

Dia ini wakil dari Mingyu. Keahliannya lebih condong ke pertarungan jarak dekat dengan tangan kosong. Dia juga termasuk orang tercerewet di team itu. Sifatnya, asik.

Beberapa bulan setelah Soonyoung ada Jeon Wonwoo.

Ciri khasnya adalah wajah emonya itu. Saat diam dia terkesan dingin namun saat dia tersenyum bagai tersiram cokelat, manis! Dia akan diam kecuali kalau ditanya dan terkadang nyeletuk hal yang mengundang tawa. Keahliannya adalah menggunakan senjata saat bertarung dan kurang ahli saat harus bertarung tanpa menggunakan apapun.

Beberapa bulan setelahnya ada Lee Jihoon.

Dia adalah anggota yang paling mungil -memperhalus kata pendek-, berwajah imut namun juga paling galak. Dia sedikit lemah dalam hal bertarung namun saat jenius dalam hal otak. Dialah yang bekerja dibalik action teamnya. Bertarung dengan otak yang tak tertandingi di teamnya.

Masuk ke tahun berikutnya ada Lee Seokmin.

Ah, ini dia termasuk si cerewet juga. Tubuhnya tinggi menjulang, suaranya melengking tinggi dan dia lah yang paling dekat dengan Wonwoo. Keahliannya sama seperti Wonwoo ; menggunakan senjata saat bertarung dan lemah saat harus bertarung dengan tangan kosong.

Ditahun yang sama, dibulan yang berbeda ada Xu Minghao.

Keturunan China dan berotak polos. Wajahnya dan suaranya seolah iya terlalu sering mengeluarkan aegyo padahal dia memang seperti itu. Tapi saat bertarung jangan ditanya, dia akan menjadi orang kesetanan. Keahliannya memang lebih condong ke pertarungan dengan tangan kosong terlebih ia sangat jago kalau menggunakan kaki.

Ditahun berikutnya lagi ada Boo Seungkwan. Sang maknae!

Ciri khas utamanya adalah pipinya yang tembam dan badannya yang lebih berisi dari pada yang lainnya. Orang yang suka mengeluh pertama saat di suruh latihan dan yang terpenting dia itu paling lemah bertarung baik menggunakan senjata atau tidak makanya dia dipasangkan dengan Jihoon yang beraksi dibalik layar. Dia memang pintar dalam hal menganalisa. Termasuk kedalam trio S super cerewet; Soonyoung, Seokmin, Seungkwan -BooSoonSeok.

Itulah sepintas profile tentang anggota team A. Kita kembali ke mereka sekarang.

"Pemanasannya cukup. Kita langsung praktik yang kemarin. Satu lawan satu. Kita mulai dari," Junhui melihat satu persatu pasangan dan pilihannya jatuh pada. "Mingyu dan Soonyoung."

Mereka melihat bagaimana Mingyu dan Soonyoung sudah bersiap pada posisi kuda-kuda. Mereka berdiri ditengah. Pertarungan yang seru karena mereka sama-sama kuat.

Soonyoung yang menyerang duluan dan dengan gesit Mingyu dapat menghindar, begitu terus hingga puncaknya Soonyoung menendang perut Mingyu membuat Mingyu jatuh terpental kebelakang. Soonyoung langsung menyerangnya; duduk di atas Mingyu, menarik baju Mingyu dan menonjok Mingyu membabi buta.

Junhui yang mengira mereka sungguhan berlatih mulai merasa janggal. Melihat bagaimana Mingyu sudah tidak mampu melawan Junhui sadar ini sudah kelewatan.

"Yach! Yach! Hentikan!" Junhui melerai tapi sulit. Kedua orang itu punya kekuatan dan tubuh besar.

"Seokmin, Wonwoo, bantu aku!"

Yang dipanggil segera membantu Junhui. Seokmin dan Wonwoo memegang masing-masing tangan Soonyoung dan menjauhkan Soonyoung dari Mingyu.

"Yach! Lepaskan aku, bodoh! Biarkan aku membunuh orang kaku itu! Yach! Yach!" Seokmin dan Wonwoo menyeretnya keluar dari ruangan latihan.

Junhui meringis saat melihat luka yang Mingyu dapat. Wajahnya penuh lebam, sudut bibirnya berdarah -mungkin sobek. "Aku akan mengobatimu."

.

Seharian ini keadaan team begitu mendung bahkan saat jam kerja mereka habis juga keadaan masih di selimuti mendung tebal.

Jihoon, Soonyoung dan Mingyu bagaikan seorang musuh; tidak sudi untuk melirik satu sama lain sekalipun.

Satu persatu mereka mulai pulang hingga meninggalkan Wonwoo, Seokmin dan Mingyu (untuk Mingyu, dia masih sibuk dengan pekerjaannya).

"Wonwoo hyung, ayo pulang." Ajak Seokmin.

"Ah, ya. Tunggu." Wonwoo melirik ke arah ketuanya yang masih sibuk bekerja. Dalam hati dia menyemangati sang ketua.

"Wonwoo hyung, palli!"

"Ne, Seokmin-ah."

Wonwoo berlari kecil ke Seokmin. Sampai Wonwoo di sebelah Seokmin, Seokmin merangkul Wonwoo dan mereka pulang bersama.

Diruangan ini Mingyu sendirian. Tak lama berselang ponselnya berdering rupanya berasal dari atasannya; kepala kepolisian Seoul. Setelah perbincangan serius itu selesai Mingyu menaruh ponselnya dan memijat pangkal hidungnya.

Mingyu menghela nafas sebentar dan mengambil lagi ponselnya, mengetikan sebuah pesan sebelum dirinya pergi untuk menemui kepala kepolisian Seoul diruang kerjanya.

To : Nae namjachingu

Aku telat pulang karena ada keperluan penting dengan kepala kepolisian. Tidurlah lebih dulu kalau aku pulangnya lama. Saraghae.

Pesan terkirim.

Mingyu memasukkan ponselnya ke saku dan mulai berjalan ke ruang kerja atasannya.

Setelah pembicaraan serius berlangsung diruangan tertutup, Mingyu akhirnya bisa pulang. Malam sudah semakin larut dan dia baru pulang.

Mingyu memasuki apartemennya yang merupakan kawasan apartemen elit di sana. Dengan menggunakan kartu, pintu itu terbuka. Mingyu masuk dengan wajah lelahnya.

Melihat kekasihnya yang sedang asik menonton televisi tanpa menyambutnya pulang membuatnya kesal. Ia peluk kekasihnya dari belakang.

"Aigo, kau membuatku kaget!" Pekik sang kekasih seraya mempautkan bibirnya.

Mingyu terkekeh saja sambil menggesekan hidungnya ke leher kekasihnya.

"Geli, Kim Mingyu~" kekasihnya yang memiliki mata tajam itu menggeliat tidak nyaman.

Bukannya berhenti, Mingyu sesekali memberikan kecupan di sana.

"Yach! Kim Mingyu!" Pekiknya sebal.

Merasa senang membuat kekasihnya ngambek, Mingyu berhenti. "Baiklah, aku mandi dulu."

"Ya, ya, ya, mandilah yang lama kalau perlu sampai tenggelam dalam bak."

Bukannya marah, Mingyu malah tertawa memperlihatkan gigi taringnya yang begitu menawan. Mingyu merendahkan tubuhnya dan mengecup kilat pipi kekasihnya dan melesat kabur. "Aku mencintaimu, Wonwoo-ya."

"Yaich! Aku membencimu, Mingyu-ya!" Balasnya.

Ops, kalian pasti sudah mengira ini bukan?

Yap, kekasih dari seorang ketua yang kaku dan menyebalkan adalah Jeon Wonwoo, anak buahnya sendiri.

.

Mingyu tiduran di sofa panjang sebagai bantal kepalanya adalah paha Wonwoo. Ekspresi wajah Wonwoo masih datar dan fokus tayangan televisi.

Melihat kekasihnya dari bawah seperti ini Mingyu tau kalau Wonwoo masih kesal dengannya. Ia tusuk-tusuk pipi Wonwoo dengan telunjuknya.

"Ish, diamlah!" Desis Wonwoo sebal.

Bukannya merasa bersalah, Mingyu malah nyengir. Wonwoo tidak tahan untuk tidak memutar bola matanya, Wonwoo kembali mengacuhkannya dan itu membuat Mingyu sebal. Dia kerja seharian ini; latihan fisik dan otak, itu membuat badan dan otaknya lelah. Belum lagi mukanya yang lebam karena tonjokan Soonyoung. Percayalah pukulan Soonyoung sakit bukan main.

Mingyu duduk menghadap ke Wonwoo yang masih setia dengan wajah datarnya itu. Sebenarnya ia kesal dengan Wonwoo yang mendiamkannya seperti ini tapi kalau ia ikut ikutan marah seperti Wonwoo maka tidak ada habisnya. Dua tahun menjadi kekasih dari Jeon Wonwoo (sejak terbentuknya team A) sudah membuatnya hapal betul luar dalam Jeon Wonwoo.

Mingyu mendekatkan wajahnya ke pipi Wonwoo.

CHU~

"Yach!" Wonwoo mengusap (sok) jijik bekas ciuman Mingyu. Bukannya tersinggung, Mingyu malah terkekeh.

"Samarah itukah kau?" Tanyanya ditengah rasa gelinya. Sok sokan jijik biasanya juga minta ceplak ceplok atau chu chu sana sini juga, biasanya.

Wonwoo melirik Mingyu melalui ekor matanya, "menurutmu?"

Mingyu menghela nafas, "oh, ayolah. Kenapa harus semarah itu sih?"

"Kenapa harus semarah ini? Yach! Kim Mingyu! Dengar ya, kau membuat hubungan Soonyoung dan Jihoon kandas begitu saja. Kau tidak tau seberapa keras Soonyoung meluluhkan hati batu Jihoon? Sangat sulit. Saat mereka sudah bersama kau malah membuat mereka putus. Kau ini jahat sekali." Wonwoo menunduk, menarik lengan baju panjangnya sampai menutupi tangannya -kebiasaan. "Aku juga kesal dengan diriku sendiri dan merasa bersalah asal kau tau." Wonwoo kembali mendongak, menatap marah wajah Mingyu. "Kenapa kau menemukan photo itu sih?!"

Mingyu sampai tersentak kaget dengan suara Wonwoo yang tiba-tiba meninggi seperti itu. "Wow wow, wow, tenang." Bukannya tenang, Wonwoo malah seperti banteng yang siap menyeruduk. "Kau sendiri yang menaruhnya di meja sini dan ya, aku mengambilnya."

"Aku menaruhnya di situ karena mau aku berikan ke Soonyoung dan Jihoon jadi saat aku berangkat aku tidak akan lupa. Saat itu mereka asik photo menggunakan kameraku."

"Kamera kita."

"Ya, kamera kita maksudku. Ah... kau membuatku kesal." Wonwoo yang hendak melayangkan pukulan tangannya ditahan Mingyu. Well, saat sepasang kekasih ini bertengkar memang perkelahiannya sangat mengerikan. Kadang bukan adu jotos saja, menggunakan senjata pun mereka pernah. Mentang-mentang keduanya bergabung di pasukan elit yang ditakuti jadi seperti itu.

"Kau ingin menambah banyak lebam di wajahku? Oh, tidak lagi."

Wajah Wonwoo berubah sedih, tangannya jatuh terkulai saat Mingyu tidak menahan tangan Wonwoo lagi, kepalanya juga menunduk. Melihat Wonwoo yang seperti itu siapa yang tidak merasa iba?

Tangan Mingyu menangkup pipi Wonwoo, membuat Wonwoo menatapnya. "Kau kenapa?" Tanyanya. Suaranya yang lembut, sikapnya yang manis, tatapan matanya yang menatap penuh kasih sayang serta tingkah manja dan wajah imutnya yang sedang merajuk tidak ada yang bisa melihat itu kecuali Jeon Wonwoo, sang kekasih.

Bibir melengkung kebawah Wonwoo berkata, "tidak bisakah kau membujuk kepala kepolisian kita untuk menghapus peraturan tidak tertulis itu? Selain kasian dengan Soonyoung dan Jihoon aku juga kepikiran kalau seandainya kita yang ketahuan, bagaimana? Apa kita harus mengakhirinya juga?"

Ibu jari Mingyu mengusap pipi Wonwoo. "Aku sedang berusaha meyakinkan ketua kita (kepala kepolisian). Namun itu bukan perkara yang mudah, Wonwoo-ya. Sikap ketua kita itu jauh lebih keras daripada aku asal kau tau. Tadi dia memanggilku, membicarakan apa hubungan Soonyoung dan Jihoon sudah berakhir lalu aku bilang sudah. Aku pun merasa kasian dengan mereka. Kau tau bukan kalau ruangan kita tidak luput dari cctv? Hanya saja bedanya cctv di ruangan kita hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu karena alatnya yang tersambung ke ruang ketua kita. Ketua Kim sudah mengetahuinya sejak awal karena si ceroboh Soonyoung mencium Jihoon diruangan saat itu dan ketua langsung menyuruhku memisahkan mereka. Aku awalnya tidak percaya dan terus membela mereka tapi melihat cctv itu aku percaya namun aku menutupinya. Dengan mengatakan aku belum melihat dengan mata kepalaku sendiri aku tidak percaya tapi tetap saja ketua ingin mereka berpisah kalau tidak mereka akan dipindah ke devisi lain. Aku tidak mau itu terjadi aku terus mengulur waktu hingga akhirnya ketua ingin turun tangan. Kebetulan, aku mendapatkan photo itu jadi aku jadikan moment itu untuk membuat mereka berpisah daripada mereka dipindah ke devisi lain oleh ketua."

Sebenarnya Wonwoo tersentuh dengan tingkah Mingyu (selaku ketua) yang begitu melindungi Soonyoung dan Jihoon tapi tetap saja... itu merugikannya.

Wonwoo menjauhkan tangan Mingyu dari pipinya. "Tapi tetap saja, caramu yang seperti itu membuat mereka berdua berpikir aku yang membocorkannya padamu. Jelek sudah aku dimata mereka ber- ah tidak, dimata satu tim."

"Oke, aku mengaku salah. Maafkan aku memanfaatkanmu."

Wonwoo tidak memberikan jawaban. Ia tekuk kakinya lalu ia peluk kakinya dan ia tumpu dagunya diatas lutut.

Mingyu tau Wonwoo benar-benar marah dengannya. Biasanya saat digoda sebentar saja Wonwoo akan kembali biasa namun sekarang... ia diacuhkan.

"Ayolah maafkan aku." Mingyu mencolek-colek pipi Wonwoo, bibir poutnya membuat Mingyu yang biasanya bertampang dingin kini terlihat menggemaskan. Jangan berharap melihat wajah Mingyu seperti ini karena yang dapat melihat Mingyu merajuk seperti anak kecil hanya Wonwoo seorang.

Wonwoo masih mengacuhkan Mingyu.

"Jeon Wonwoo, maafkan aku~"

"..." masih diacuhkan.

"Wonwoo-ya~"

"..."

"Kim Wonwoo~"

"Margaku Jeon bukan Kim."

Akhirnya Wonwoo berbicara. Menyerah ia merajuk seperti ini. Akhirnya ia dekap tubuh Wonwoo. Wonwoo tidak protes apalagi memberontak. Dia pasrah dipeluk seperti ini.

Mingyu menumpu dagunya di atas kepala Wonwoo. "Aku tau aku keterlaluan. Maafkan aku."

"..."

Tidak ada sahutan dari Wonwoo.

Mingyu menghela nafas, ia longgarkan pelukan itu, ia tangkup kembali wajah Wonwoo. "Aku akan berusaha menghapuskan peraturan tidak tertulis itu sebelum hubungan kita ketahuan. Aku berjanji."

Ingat janji dibuat untuk ditepati dan kau harus menepati janjimu itu, Kim Mingyu.

.

.

.

To be Contiuned