REMAKE fanfiction from The Half Blood Vampire - karya TaniaMs
Cast : Shim Changmin, Cho Kyuhyun, and others
Warning : GS, Typo(s), Rate T
a/n: Fanfic ini merupakan karya milik TaniaMs. Saya hanya meREMAKE dan sedikit merubah tempat, nama serta mengurangi atau menambah kata seperlunya untuk keperluan cerita.
.
.
.
Mr. Park masih terus menerangkan materi kuliah sambil menuliskan kata-kata penting di whiteboard. Tapi sungguh, aku tak menyimak materi yang disampaikannya bahkan satu katapun.
Aku lebih tertarik untuk memperhatikan seorang pria berambut hitam di dekat jendela. Posisinya menyerong (?) Dari tempatku duduk, jadi aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Aku baru satu tahun duduk dibangku kuliah ini. Pada semester pertama, aku tak terlalu memperhatikan sikap atau tingkah laku teman sekelasku. Tapi setelah memasuki semester kedua ini, aku jadi memperhatikan seseorang. Aku ingin membuktikan perkataan Kibum, (Kim Kibum, sahabatku) tentang sikap salah seorang teman sekelasku yang katanya aneh.
Oh ya, kenalkan, namaku Cho Kyuhyun. Tapi aku biasa dipanggil Kyuhyun oleh teman-temanku, dan Kyunnie oleh keluargaku. Aku anak kedua dari keluarga Cho. Kakakku bernama Cho Donghae. Dia biasa ku panggil Hae oppa. Saat ini, dia sedang menjalankan salah satu perusahaan keluarga kami. Usia Kami berbeda tiga tahun.
Oke, back to story.
Aku tidak tahu apa maksud Kibum dengan kata 'aneh' yang dia ucapkan. Sejauh ini, aku tidak melihat keanehan pada dirinya. Kecuali wajahnya yang terlihat datar, sehingga membuatnya menjadi misterius, juga... Dingin. Jujur, Aku tak suka kata yang terakhir.
Tiba-tiba dia menggerakkan kepalanya menatapku.
bluuush!
Dengan cepat, aku menatap Mr. Park yang masih menyampaikan materi di depan kelas. Wajahku memanas karena aksi ku ketahuan. Aku yakin, wajahku memerah. Dia bertahan menatapku untuk berberapa detik yang kurasa sangat lama. Saat dia mengalihkan wajahnya, aku menghembuskan nafas lega. Sungguh, aku takut. Pandangannya begitu menusuk, seolah menelanjangiku.
.
.
Aku menyeruput capuccino yang kupesan, sambil terus membalik halaman buku kuliahku yang cukup tebal.
Saat ini, aku sedang berada dikantin. Tidak terlalu banyak orang, tapi tetap saja kantin terasa ramai. Tak apa, aku lebih suka di tempat ramai.
"hei, mian aku terlambat." ucap seseorang.
Aku tersenyum menatapnya. "Gwenchana."
Dia adalah Eunhyuk, sahabatku selain Kibum. Aku dan Eunhyuk berbeda Fakultas. Karena kami memang berbeda minat.
"dimana Kibum?"
"oh, dia sedang ke..."
"i'm here!" Kibum duduk dihadapanku.
"kau dari mana?" tanya Eunhyuk.
"bertemu Prof. Jung." ujarnya setelah menyeruput capuccino ku.
Eunhyuk mengangguk mengerti.
"Kibum, ku rasa, namja itu tak aneh seperti yang kau katakan. Yaa walaupun wajahnya terlihat misterius." ucapku.
Kibum memandangku. "tak aneh bagaimana? Apa kau pernah melihatnya bergabung dengan para namja dikelas kita?"
Aku menggeleng.
"apa kau pernah melihatnya datang ketika Fakultas kita mengadakan acara?"
Aku menggeleng lagi.
"apa menurutmu itu hal wajar? Kita sudah sekelas selama satu semester. Kurasa, itu bukan waktu yang sebentar."
Aku mengangkat bahu. "entahlah. Mungkin dia tipikal orang yang pendiam."
"pendiam yang wajar itu seperti Ryeowook. Walaupun pendiam, dia tetap hadir jika kelas kita melakukan acara. Atau setidaknya, dia selalu menyapa kita."
Kami sama-sama terdiam. Aku membaca buku di hadapanku, Eunhyuk bermain dengan I-phone nya. Kibum memegang punggung tanganku tiba-tiba.
"Ommo." desisnya.
"Wae?" tanyaku dan Eunhyuk bingung.
"kurasa, dia sedang menatap kita. Arah jam empat mu."
Perlahan, aku memutar tubuhku kearah jam empat. Deg! Kudapati namja itu tengah menatapku. Kali ini, pandangan yang penuh selidik. Saat mataku bertemu dengan mata hazel miliknya, dia segera memalingkan wajahnya. Aku kembali menatap Kibum.
"biarkan saja." ujarku berusaha tenang.
'jika tahu begini, aku tak akan memperhatikannya.'
.
.
Author Pov
Sambil berjalan menuju perpustakaan, Kyuhyun membalas pesan dari Kibum dengan I-phonenya. Setelah pesannya terkirim, ia kembali memasukan i-phonenya kesaku celana jeans yang ia gunakan.
Saat ia mengangkat kepalanya, ia mendapati Changmin yang sedang berjalan kearahnya. Tentu saja dia dari perpustakaan. Karena ruangan yang ada dilantai tiga ini hanya perpustakaan. Itu adalah penyebabnya mahasiswa jarang ditemukan dilorong lantai tiga itu.
Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri saat Changmin semakin dekat padanya. Ya, Changmin adalah namja yang beberapa hari yang lalu ia perhatikan dan memperhatikannya balik. Nama lengkapnya adalah Shim Changmin. Ibunya seorang desainer yang cukup ternama di Seoul, kotanya saat ini. Sedangkan ayahnya, entahlah.
"Annyeong Changmin." Kyuhyun memberanikan diri menyapa.
Langkah Changmin terhenti. Ia menatap Kyuhyun tajam. Seolah-olah Kyuhyun baru saja melakukan kesalahan. "jangan sok dekat denganku. Aku tak suka."
Kyuhyun menelan ludahnya sendiri.
Changmin pun berlalu.
'aku kan hanya ingin menyapa. Dasar aneh!' batin Kyuhyun.
"jangan sembarangan men-judge orang!" ujar Changmin.
Kyuhyun langsung memutar tubuhnya. Ia mendapati Changmin tengah berdiri menatapnya. "apa maksudmu?"
Changmin mengangkat bahu. "kau tahu maksudku, Nona Cho."
'astaga! Cara bicaranya berlebihan sekali! Memanggilku Nona Cho! Huh!' gerutu Kyuhyun saat Changmin membalikkan tubuhnya.
"memangnya kenapa jika aku memanggilmu Nona Cho?" tanya Changmin tanpa membalikkan tubuhnya.
'Di...dia.. bisa.. membaca pikiranku?' tanya Kyuhyun tak percaya.
"Kalau iya, memangnya kenapa?"
Kyuhyun tergagap. "Tidak. Tidak apa."
"Baguslah. Lebih baik kau tak usah sok akrab denganku jika ingin kehidupanmu baik-baik saja."
"Kau mengancamku?" tanya Kyuhyun semakin takut.
"Ani. Hanya ingin mengingatkanmu saja."
Kyuhyun mendengus pelan.
'Dia pikir dia itu siapa? Beraninya mengancamku!' batin Kyuhyun saat Changmin sudah hilang diujung koridor.
Kyuhyun pun membalik kan tubuhnya ingin memasuki perpustakaan. Saat akan menggerakan tangannya menyentuh kenop pintu, seseorang menyentuh pundaknya. Ia memutar tubuhnya kembali.
"Chang..min?" ucapnya tergagap.
Changmin menatapnya sinis. "it's me. Waeyo? Terkejut?"
"Kenapa kau bisa disini, bukannya kau tadi sudah turun?"
"Aku kembali naik. Saat mendengar suara pikiranmu itu."
Kyuhyun merasa semakin takut saat mata hazel Changmin berubah menjadi warna kuning seperti mata kucing. "ka...au itu sebenarnya siapa?"
Changmin tersenyum, memperlihatkan gigi taringnya yang panjang. "Menurutmu?"
"Vam..vampire?"
Changmin tertawa. "Bingo nona Cho!"
Kyuhyun menggeleng. "Tidak mungkin!"
"Kenapa tidak mungkin? Apa kau pikir taringku ini palsu, hm?"
Kyuhyun tutup mulut.
Changmin menyibakkan rambut coklat panjang Kyuhyun yang menutupi leher yeoja itu. Ia pun mendekatkan wajahnya ketelinga Kyuhyun. "kau pasti ingin mencoba gigiku ini." bisiknya.
Kyuhyun bergidig saat hembusan nafas Changmin mengenai kulitnya.
Ia merasakan sesuatu yang tajam menembus kulitnya. Sakit!
"AAAAARRGGHH!" pekik Kyuhyun.
.
.
Kyuhyun membuka mata. Ia mendapati dirinya berada suatu ruangan. Bukan kamarnya, Seperti ruang kesehatan kampus. Kyuhyun segera memegang lehernya. Tidak ada apapun.
Ia pun bangkit lalu berjalan menuju sebuah kaca yang ada diruangan itu. Ia memperhatikan lehernya melalui cermin. Benar-benar tidak ada bekas apapun.
"Jadi itu mimpi? Tapi kenapa terasa begitu nyata?" gumam Kyuhyun.
Pintu ruang kesehatan terbuka. Masuklah Kibum dan Eunhyuk dengan wajah cemas.
"Baguslah kau sadar." ucap Eunhyuk.
"Me-memangnya aku kenapa?" tanya Kyuhyun.
"Kau ditemukan pingsang di lorong perpustakaan." jelas Kibum. "Apa kau sakit? Wajahmu tak terlihat pucat."
Kyuhyun bergumam. Ia saja tak tahu apa yang terjadi padanya. "Aku tidak sakit."
"Lalu kenapa kau bisa pingsan di sana?"
"Aku..."
Kyuhyun hampir saja mengatakan kalau dia bertemu Changmin disana. Dia kembali teringat kata-kata Changmin yang terdengar mengancam itu.
"kau?" Kibum dan Eunhyuk menunggu penjelasannya.
"aku belum sarapan. Jadi, mungkin itu penyebab aku pingsan." ujar Kyuhyun.
"tidak biasanya kau belum sarapan. Bukannya setiap hari kau harus sarapan bersama oppamu itu?" tanya Kibum.
Memang! "Hari ini tidak, karena Hae oppa keluar kota." ucap Kyuhyun asal. "oh ya, memangnya siapa yang menemukanku?"
"Changmin!" ucap Kibum dan Eunhyuk bersamaan.
"Dia juga yang membawamu kesini."
"aku tak menyangka, ternyata dia orang yang baik..."
Kyuhyun merasa jantungnya berhenti berdetak saat nama Changmin disebut. Namja itu yang menemukannya? Apa maksud nya? Apa mimpi itu nyata?
.
.
.
Sesekali Kyuhyun tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan Eunhyuk.
Saat itu, mereka sedang berjalan menuju parkiran kampus karena mereka sudah tak punya jadwal kuliah.
Tiba-tiba saja Kyuhyun melihat sosok Changmin sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Semenjak beberapa hari yang lalu -saat ia pingsan-, ia tak pernah berbicara dengan Changmin. Bahkan tidak untuk mengucapkan terima kasih sekalipun. Ia selalu berusaha tidak melakukan kontak mata dengan Changmin, karena mimpinya itu terus menghantui pikirannya. Mimpi yang terasa sangat nyata.
"Annyeong, Changmin!" sapa Kibum.
Changmin tersenyum.
Kyuhyun tertegun. Changmin tersenyum pada Kibum?
'Apa maksudnya tersenyum pada Kibum? Pada saat aku menyapa, dia malah mengancamku. Dia memang namja aneh!' gerutu Kyuhyun.
"ehem, Kyuhyun."
Mereka bertiga berhenti melangkah, lalu memutar tubuh menatap Changmin. Wajah mereka terlihat bingung, terutama Kyuhyun.
"Ne?" tanya Kyuhyun takut-takut.
"Jadi begitu caramu mengucapkan terima kasih pada orang yang sudah membantumu?" tanya Changmin seraya mengangkat sebelah alisnya.
Kening Kyuhyun berkerut samar. "Apa maksudmu?"
"Astaga Kyuhyun..."
" Aku sudah menolongmu, tapi kau malah mengatakanku namja aneh. Dimana pikiranmu?"
Kyuhyun menelan ludahnya sendiri.
Kibum dan Eunhyuk menatap Kyuhyun tak mengerti.
Changmin bisa membaca pikirannya, sangat persis seperti yang ada dalam mimpinya.
'Kau membaca pikiranku?' Kyuhyun mengetes Changmin.
"kenapa kau diam?" tanya Changmin.
Kyuhyun menggeleng. "Aku...mian. Aku tak bermaksud mengatakanmu aneh." Kyuhyun menarik nafas. "Gomawo karena sudah menolongku."
Changmin mengangkat bahu. "Cheonma."
Mereka kembali melanjutkan langkah. Namun Kyuhyun merasa, kalau Changmin benar-benar bisa membaca pikirannya.
'Berbaliklah jika kau mendengarku.' Kyuhyun membatin.
Dalam hati ia berharap, agar Changmin tidak berbalik. Ia pun berhenti berjalan, lalu menoleh kebelakang.
Deg!
Changmin sedang menatapnya. Sungguh, matanya sangat tajam menusuk. Ia tersenyum. Namun senyum itu hanya dibibir, membuat bulu kuduknya berdiri.
"Kenapa kau berhenti?" tanya Eunhyuk.
Kyuhyun kembali menatap sahabatnya yang sudah keduluan beberapa langkah. "Aku..." ucapannya terputus saat ia sudah tak melihat Changmin. Kemana namja itu?
"Kau mencari siapa?" tanya Kibum bingung.
Dengan kaku, Kyuhyun menggeleng. "Bukan siapa-siapa."
.
.
Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Kyuhyun berjalan menuju meja riasnya. Saat tiba disana, ia meletakkan handuknya dikursi, lalu mulai menyisir rambutnya.
Ketika tengah menyisir, matanya menangkap bayangan seseorang didalam kacanya. Seseorang yang belakangan ini mulai dihindarinya. Changmin.
Changmin tersenyum padanya, sembari memperlihatkan taringnya yang panjang. Dalam satu detik ia sudah tiba didekat Kyuhyun. Langsung saja ia mendekatkan wajahnya keleher yeoja itu, bermaksud mengisap darahnya hingga habis tak tersisa.
"AAAAARRGGHH!" Kyuhyun berteriak sekencang mungkin, lalu mengibaskan tangannya sehingga mengenai kepala Changmin. Kyuhyun langsung berjongkok dan membenamkan wajahnya pada lutut.
Seseorang menyentuh pundaknya, membuat air matanya langsung mengalir.
"jangan bunuh aku!" pinta Kyuhyun terisak.
"hei, Kyunnie. Ini aku, Donghae. Mana mungkin aku membunuhmu." ujar Donghae.
Kyuhyun mengangkat kepalanya, lalu menatap HAE dengan wajah penuh air mata. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menghambur dalam pelukan HAE. "Hae oppa, aku takut..hiks.."
"tak usah takut. Aku ada disini oke?"
Kyuhyun mengangguk dan semakin mempererat pelukannya. "malam ini, aku ingin tidur dengan oppa."
"kenapa?"
Kyuhyun kembali menangis.
"oke. Kau boleh tidur denganku, meskipun aku tak tahu apa yang sedang kau alami." Donghae mengelus rambut panjang coklat milik Kyuhyun, agar yeoja itu tenang.
.
.
.
Kyuhyun mengeratkan pelukannya pada Donghae saat pria itu sedikit bergerak. Ia benar-benar takut, menyebabkan ia tak tidur semalaman. Saat matanya hampir terpejam, Donghae bergerak sedikit dan membuatnya kembali bangun.
Donghae membuka matanya perlahan. Ia mendapati Kyuhyun tengah tertidur dalam pelukannya. Tidurnya tadi malam benar-benar tidak nyenyak. Saat ia bergerak sedikit, Kyuhyun langsung memeluknya. Bukannya puas istirahat, tubuhnya malah bertambah pegal.
Ia pun menggeser pelan tubuh Kyuhyun, karena ia ingin segera mandi untuk pergi ke kantor. Baru saja ia mengangkat tangan kanan Kyuhyun yang melingkar diatas perutnya, yeoja itu sudah mengerang pelan dan kembali merapatkan pelukannya.
Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Kyuhyun tak pernah seperti ini. Kecuali saat itu. Saat Kyuhyun masih duduk dibangku JHS. Ia mengalami mimpi buruk. Selama seminggu, Kyuhyun tidur dikamarnya persis seperti sekarang ini.
"jangan tinggalkan aku." ujar Kyuhyun.
"kau sudah bangun?"
Kyuhyun mengangguk dalam pelukannya.
"tapi aku harus bekerja. Kau juga harus kuliah."
"aku tidak mau kuliah."
"Wae?"
Kyuhyun menggeleng.
Donghae mendorong Kyuhyun, agar dia bisa melihat wajah adiknya itu. "kau tidak tidur semalaman?"
Lagi-lagi Kyuhyun menggeleng. "aku tidak bisa tidur. Ku mohon, oppa jangan bekerja ya."
Donghae mendesah. "aku harus bekerja, sweety." Ujarnya sambil mencium puncak kepala Kyuhyun.
"pokoknya oppa tidak boleh bekerja!" bentak Kyuhyun dengan mata berkaca-kaca.
Donghae mendesah. "baiklah. Aku tidak akan bekerja, dan kau tidak akan kuliah. Otte?"
Wajah Kyuhyun berubah cerah. Ia mengangguk senang. "Ne."
"sekarang kau tidur. Kalau kau tidak tidur, aku akan pergi ke kantor." ancam Donghae.
Kyuhyun mengangguk lalu mulai memejamkan matanya.
Ia -Donghae- memang tidak bisa menolak permintaan dongsaeng satu-satunya itu. Ia terlalu sayang, sehingga ia memanjakan Kyuhyun. Apapun keinginan Kyuhyun, ia pasti akan berusaha mengabulkannya. Bahkan orangtua mereka pun tak memanjakan Kyuhyun seperti yang ia lakukan.
Saat Kyuhyun sudah mulai terlelap, Donghae melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun untuk mengambil ponselnya. Ia menghubungi sekretarisnya, bahwa ia tak bisa datang. Untunglah hari itu tak ada meeting.
Baru saja memasuki alam mimpi, Donghae sudah dibangunkan kembali oleh ketukan pada pintu kamarnya.
"masuklah." ucapnya.
Pintu pun terbuka. Masuklah Mr. Dan Mrs. Cho yang merupakan ayah dan ibunya.
"Kyunnie?" tanya Mrs. Cho tak percaya.
Donghae mengangkat bahu. "aku tidak tahu. Tadi malam dia berteriak histeris, lalu meminta untuk tidur denganku."
"mimpi buruk?" kali ini Mr. Cho yang bertanya.
"Tidak appa. Setahuku dia baru selesai mandi." jelas Donghae. "dia baru tidur, 15 menit yang lalu. Semalaman ia tak tidur." ujar Donghae saat Mrs. Cho akan mencium Kyuhyun.
"baiklah." Mrs. Cho mengurungkan niatnya.
"jadi, karena ini kau tidak masuk ke kantor?"
Donghae mengangguk.
"kau tahu, aku sudah mempercayakan sebuah perusahaan padamu. Tapi kenapa kau lalai? Harusnya kau berada di kantor, bukannya menjaga Kyuhyun yang sedang tidur."
"tapi, dia memintaku untuk tidak kekantor. Dan dia juga tak mau kuliah. Aku khawatir, appa."
"kau memenuhi permintaannya konyolnya itu?" tanya Mr. Cho tak percaya. "oh Tuhan. Hae, itu Kyunnie sudah besar. Kenapa kau masih saja memanjakannya? Kau sudah seperti ayahnya saja." gerutu Mr. Cho.
"adikku..."
"kan hanya Kyuhyun." sambung Mrs. Cho. "selalu itu yang kau ucapkan. Lihatlah, lama-lama dia memintamu untuk menjadi pembantu pribadinya." sungut Mrs. Cho.
Donghae hanya bisa tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
"sepertinya, kau juga kurang tidur." ucap Mr. Cho. "tidurlah. Saat makan siang nanti, aku sudah melihat kalian berdua di ruang makan."
Donghae mengangguk. Dan orangtuanya pun keluar dari kamarnya.
.
.
.
Kyuhyun merentangkan tubuhnya, lalu menguap lebar. Perlahan, ia membuka matanya. Ia mendapati dirinya, tertidur di atas ranjang Donghae.
"siang sweety!" Donghae mencium keningnya lembut.
Kyuhyun menatap Donghae yang tengah bersandar pada sandaran kasur. "jam berapa?" tanya Kyuhyun parau.
"masih jam 1 siang lewat sedikit." jawab Donghae santai.
"Mwo? Kenapa kau tak membangungkanku?!"
"tidurmu itu nyenyak sekali. Aku tak mungkin membangunkanmu."
"lalu, kau belum mandi?"
Donghae menggeleng.
"Mwo? Hae oppa, kau ini kenapa? Membangunkanku tidak, mandi pun tidak. Lalu apa yang kau lakukan?"
"menemanimu." jawab Donghae. "kau sendiri yang memintaku agar tidak kemana-mana."
Kyuhyun berpikir sejenak. Benar juga.
"Kyunnie, jawab oppa. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Donghae serius.
Kyuhyun menjadi gugup karena ditatap seperti itu. "ti..tidak ada apa-apa."
Donghae memperdalam tatapannya. "jangan berbohong Kyunnie. Aku tak suka, dan kau tahu itu."
Kyuhyun menelan ludahnya sendiri. "tentu saja aku tahu. Aku tak mungkin berbohong." Kyuhyun meyakinkan Donghae.
"lalu apa maksud mimpimu? Tadi kau mengigau. Kyunnie, jebal. Cerita padaku."
"me...ngi..gau?"
"kau menyebut-nyebut ... Vampire." saat Donghae mengucapkan kata terakhirnya, suaranya memelan.
"mungkin itu efek karena aku menonton film vampire, siang kemarin."
Donghae terus menatap Kyuhyun. Ia tahu adiknya itu sedang berbohong. "ya sudah."
Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar. Suara Mr dan Mr. Cho.
"umma sudah pulang?" tanya Kyuhyun.
Donghae mengangguk. "mereka tiba tadi pagi. Tak lama setelah kau tidur."
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. "apa mereka marah karena kau tidak ke kantor?"
"tidak. Mereka hanya sedikit kesal karena kau tidak kulah." sahut Donghae. Berbohong.
"kau berbohong."
Donghae mengacak poni Kyuhyun. "ayo kita keluar. Kita belum makan dari pagi, ingat?"
"lalu bagaimana dengan umma dan appa?" tanya Kyuhyun takut.
Donghae tersenyum. Ia pun menarik Kyuhyun keluar kamar.
Kyuhyun berjalan dibelakang Donghae karena takut melihat wajah Mr dan Mrs. Cho, orangtuanya. Donghae menarik pelan tangan Kyuhyun, agar adiknya itu berjalan disampingnya. Mereka pun duduk berdampingan.
"maaf kami sedikit lama." ujar Donghae.
Mr. Cho melirik Kyuhyun yang menunduk.
Sadar di perhatikan, Kyuhyun mengangkat kepalanya. Matanya langsung bertemu dengan Mr. Cho. "Mianhe appa. Kami terlambat."
Mr. Cho tersenyum. "Gwenchana. Ayo, saatnya makan."
Kyuhyun bersyukur, karena Mr. Cho tidak menceramahinya sebelum makan. Biasanya, jika ia bolos, atau menyuruh Donghae bolos, atau melakukan keduanya sekaligus, ia pasti akan di omeli hingga perutnya kenyang, dan akhirnya ia tak jadi makan.
"Kyunnie, kau sudah besar. Kau pasti sudah tau apa salahmu. jadi, appa tak perlu mengingatkanmu tentang kesalahanmu itu." ucapan Mr. Cho membuyarkan lamunannya.
"Ne appa. Aku tahu, dan aku tak akan mengulanginya." ucap Kyuhyun. "tapi, aku benar-benar takut. Bahkan aku tidak tidur semalaman. Dan, kalau boleh, nanti malam aku tidur bersama Hae oppa lagi."
Mrs. Cho terkikik. "astaga, Kyunnie. Apa yang kau takutkan? Kau pasti habis menonton film horor lagi. Ya kan?"
Kyuhyun terpaksa mengangguk.
Ia tak mungkin mengatakan pada keluarganya, kalau di kelasnya, ada seseorang bernama Shim Changmin. Namja itu sangat misterius, dingin, acuh. Kenyataan yang membuatnya semakin bergidik, Changmin adalah seorang vampire. Namja itu selalu menghantuinya belakangan ini sejak mereka bertemu di lorong menuju perpustakaan.
Kalaupun ia mengatakannya, apa keluarganya akan percaya? Mereka pasti berpikir kalau dia sudah gila. Dan tentu saja, ia punya resiko yang besar jika ia berani mengatakan semua itu. Sungguh, ia masih menyayangi nyawanya.
"Ne, kau boleh tidur denganku. Tapi jangan memelukku terlalu erat, kau membuatku tidak bisa bergerak, dan susah bernafas." Donghae mengajukan syarat.
Setelah membasuh wajahnya, Kyuhyun keluar dari kamar mandi, lalu berjalan menuju meja rias. Perlahan, ia menatap bayangan dirinya pada cermin.
Tidak ada siapapun, hanya dia. Benar. Hanya ada Cho Kyuhyun disana. Mungkin, yang tadi malam hanya halusinasinya saja, karena terlalu takut pada Changmin.
"hanya halusinasi." Kyuhyun meyakinkan dirinya sendiri.
Tanpa mengalihkan pandangannya, ia mengambil bedak. Namun ia merasa pergelangan tangannya di genggam seseorang. Tangan orang itu terasa sedingin es. Saat menatap pergelangan tangannya, tidak ada siapapun, tapi genggaman itu masih terasa.
Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya.
"ku mohon, jangan ganggu aku." lirih Kyuhyun.
Genggaman tangan itu mengendur. Secepat kilat, Kyuhyun berlari menuju pintu kamarnya, namun terkunci. Padahal ia tak menguncinya sama sekali.
Sebuah sentakan kasar, membuat Kyuhyun barbalik. Namun tetap saja orang itu tak terlihat. Ia mulai menangis.
"jangan ganggu aku." isak Kyuhyun.
"aku tidak mengganggumu, sayang. Aku hanya ingin menikmati darahmu." ujar suara itu.
Kyuhyun merasa lehernya ditusuk dua benda tajam. Perih.
"AAAAARRRGGGHH!"
TBC