Jadi, akhir-akhir ini mood nulis hilang. Dan sulit banget untuk mengembalikan mood itu.

Err... Chapter ini saya rasa aman... No sex scene, No vulgar words #or yes.


Masashi Kishimoto's

AU. OoC. Typo (s). Short. Etc... kpoponly's


The end of the Mess.


Pipiku bengkak dan merah, mataku memar lebih dari itu leherku masih terasa sakit.

Aku merasa sulit bernafas. Ada bekas darah mengering di sepanjang kakiku.

Tiba-tiba aku memikirkan banyak hal. Aku menanyakan banyak hal.

Ini baru hari pertama. Bagaimana keadaanku setelah hari ini? Setelah tigapuluh hari kemudian, limapuluh hari yang akan datang, lebih buruk dari itu... duaratus hari kehidupanku bersama Sasuke?

Bagaimana penampilanku setelah program gila ini berakhir? Apakah aku bisa melakukannya sampai akhir hidup bersama Sasuke?

Bahkan setelah Sasuke menatap frustrasi, menjambak rambutnya berkali-kali lalu memberiku pandangan memohon.

Aku tidak peduli.

Meskipun dia seorang psikopat pun, ada beberapa hal yang mengendalikan perbuatannya. Policy of term. Huh?

Sasuke mencoba meraihku. Tatapannya yang masih kebingungan, serta ketidak berdayaannya melihat situasiku.

Siapa sangka orang yang ada di depan ku adalah orang yang sama?

Jika orang yang menemuiku di hari pertama adalah orang yang mengagumkan, tampan dan tidak terduga, dan orang yang menunjukan siapa dirinya di hari pertama adalah orang yang brengsek dan nyaris ku sebut kriminal, orang ini, nampak seperti orang bodoh.

Dengan masih ketakutan aku menarik selimutku bersamaku,

Aku pikir dia akan mengikutiku. Tapi tidak. Dia tetap duduk memandangi bercak darahku di seprai putih ranjangnya.

Bahkan aku yakin dia tetap berada di sana saat aku keluar dari neraka itu.

.

.

.

"Onee-san, apa seseorang memukulmu?" Hanabi yang tidak tahu apa-apa bertanya.

Tanganku memegang tangan mungilnya. Aku tidak memiliki kekuatan lagi untuk sekedar menjawab pertanyaan Hanabi.

Tapi dia begitu aktif.

Bahkan saat aku mendiamkannya.

Dia tetap mengoceh. Menanyakan hal yang sama dan membuatku kesal.

Ini bukan waktu yang tepat, Hanabi.

Dan kau tidak mungkin mengerti apa yang aku katakan.

Apa aku harus bilang semua yang terjadi adalah kesalahan ibumu? Kesalahanmu?

"Tangan onee-san memar, pipi onee-san juga. Lalu leher onee-san seperti dicekik, lalu kenapa mata onee-san bengkak? oh... bibir onee-san berdarah, tangan onee-san terluka. Siapa yang melukai onee-san? Onee-san kenapa tidak menjawab pertanyaan Hanabi?" Hanabi membuat kepalaku sakit.

Pertanyaannya tidak akan pernah habis sampai aku menjawabnya.

Di hari biasa mungkin aku masih bisa menanganinya.

Tapi tidak hari ini. Saat seluruh tubuh dan mentalku kesakitan.

Hanabi tidak bisa dikendalikan.

Aku akhirnya berhenti dan menatapnya.

"Bisakah kau diam? Aku sangat lelah Hanabi." Aku berusaha untuk tidak berteriak.

Semakin aku bersikap tidak menyenangkan, aku tahu Hanabi akan lebih susah di kendalikan. Aku mencoba tersenyum.

Meskipun mukaku terasa sakit saat melakukannya.

Hanabi akhirnya menurut. Dia sedikit tenang.

Seperti biasa aku membuatkannya sarapan, memandikannya, lalu menidurkannya.

"Apa onee-san sakit?" Hanabi belum tertidur. Dia menatapku.

Mata besarnya yang bulat meneliti setiap sudut pada diriku.

"Apa kau menangis?"

"Siapa yang memukulmu?"

"Apa seseorang memukul mata onee-san?"

"Kenapa bibir onee-san berdarah?"

"Kenapa tangan onee-san terluka?"

"Onee-san aku ingin tahu siapa yang melukai onee-san.!"

"ONEE-SAN JAWAB AKU!"

"SIAPA YANG MELUKAI ONEE-SA -

"DIAM! DIAM ! SHUT THE FUCK UP! AKU HANYA INGIN BERISTIRAHAT! JADI BISAKAH KAU DIAM?!" Aku mulai kehilangan kesabaranku.

Aku sudah berusaha menahan emosiku dan menahan diriku untuk tidak berteriak.

Aku melempar botol plastik kosong. Sedikit mengenainya.

Aku benar-benar tidak bermaksud melukainya. Ini hanya emosiku.

Tapi dengan begitu, Hanabi diam. Dia menatapku dengan pandangan ketakutan.

Tapi sedetik kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan menatapku kesal.

Aku tahu ini tidak akan lantas membuatnya diam.

Hanabi adalah Hanabi. Dia akan membuat neraka lainnya untukku.

Ini adalah pertama kalinya aku membentak Hanabi lagi.

Jangan salahkan aku sepenuhnya. Aku bukan seseorang yang penuh kesabaran.

Milikku sangat sakit dan mataku bengkak sampai aku tidak bisa melihat dengan jelas.

Aku merasa mengantuk sekali karwna aku rerus menangis.

Aku sangat lelah dan emosiku tidak bisa ku kontrol. Aku tidak tahan dengan sikap anak ini.

Ah... aku seharusnya tidak meneriakinya.

Itu akan membuatnya lebih buruk dan aku lupa bahwa anak ini selalu ingin tahu segala hal dan selalu merasa benar.

"KAU BERBICARA KASAR!"

"KAU MELUKAIKU!"

"IBU GURU BILANG HURUP 'F' ITU TIDAK BAIK, JADI MINTA MAAF SEKARANG JUGA!"

"MINTA MAAF PADAKU ONEE-SAN!"

"KAU TIDAK BOLEH BERBICARA KASAR. KAU TIDAK BOLEH MELUKAI SESEORANG!"

"KAU HARUS MEMINTA MAAF!"

Hanabi mengikutiku samapai keruanganku. Bahkan saat aku menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut tebal, dia tidur di sampingku dn menggoyang-goyangkan tubuhku.

Tidak ada waktu untuk istirahat. Aku semakin terbebani. Aku menangis.

Aku terus menangis dan tersedu-sedu di bawah selimut, menangisi semua hal.

Tidak hanya hari ini. Aku menangis untuk hal yang telah terjadi.

Aku menangis untuk satu tahun lalu. Saat ayahku mencuri uang negara dan di penjara.

Saat dia membunuh dirinya sendiri sebelum di eksekusi.

Aku menangis saat ibuku kehilangan kewarasannya.

Aku menangis saat harus mengurus adikku yang sangat spesial saat aku hampir sekarat mengurus diriku sendiri.

Aku menangis karena aku menjadi pelacur seharga satu miliar dollar yang diperlakukan seperti bukan manusia.

Aku menangis terutama saat Hanabi tidak mau berhenti menggangguku ketika satu hal yang ku inginkan adalah beristirahat.

"BICARA PADAKU!"

"JANGAN MENGABAIKANKU!"

"KAU MELUKAIKU, ONEE SAN!"

"KETIKA KAU MELUKAI SESEORANG, KAU HARUS MINTA MAAF! KAU BERBICARA KASAR KAU MEMUKULKU! MINTA MAAF!"

Ya Hanabi, ketika kau melukai seseorang, kau harus meminta maaf.

Sasuke bahkan tidak meminta maaf. Tapi, kenapa dia harus meminta maaf?

Jika Sasuke meminta maaf setiap kali dia melukaiku, bukankah tidak akan ada percobaan ini?

"Minta maaf saat kau melukai seseorang! KATAKAN MAAF-"

"HANABI KUMOHON !" Aku berteriak, aku melihat tepat ke wajahnya.

Lalu aku melihat semuanya. Hanabi begitu tidak berdosa dan penuh pertanyaan. Kemarahanku berkurang.

"Maafkan aku karena telah berbicara kasar. Aku minta maaf.

Aku minta maaf untuk yang kedua kalinya. Aku minta maaf untuk yang ketiga kalimya. Aku minta maaf karena telah melukaimu.

Aku meminta maaf untuk mengabaikanmu. Juga..."

Saat ini, aku melihat Hanabi. Dia sepertinya sudah tenang. Aku menatapnya terus dan aku merasa sedikit tenang. Hanabi mendengarkanku.

Dan secara ajaib aku juga merasa tenang. Karena seseorang mendengarkanku.

"Seseorang melukaiku... Dia adalah pria yang tidak kau kenal, dan dia melukaiku."

"Kenapa dia melukai onee-san?"

"Karena dia spesial sama sepertimu. Dia tidak bisa menahannya. Itu sudah bawaannya dari lahir."

"Jadi, apa aku juga melukai onee-san? Apa onee-san juga menangis karena aku?"

Ya. "Tidak."

"Kalau behita kita tidak sama. Aku tidak ingin melukai onee-san. Aku sayang onee-san," Hanabi memelukku.

Ah.. betapa manisnya. Semuanya menjadi sulit untukku tetap marah.

"Tidak, kau memang tidak sama dengannya. Aku bilang bahwa kalian berdua... spesial. Dalam hal yang berbeda."

"Jauhi pria itu. Dia akan melukaimu lagi. Tinggallah dengan Hanabi. Hana tidak akan pernah menyakiti Hinata nee-san."

Ya. Aku harus menjauh darinya. Sebelum terlambat.

Setelah setengah jam... akhirnya Hanabi tidur.

Aku akan mengatur alarm saat aku melihat belasan panggilan tak terjawab. Paman Hizashi dan istrinya.

Tentu saja Sasuke akan melapor pada mereka.

Hubungi kami...

.

.

Kau harus melaporkan semuanya, Hinata. Katakan bagaimana hari pertama kau bekerja disana?

.

Bagian terburuk sudah kau lalui. Percayalah. Kau hanya perlu menerima apa yang terjadi di hari pertama. Dan hari selanjutnya akan lebih mudah.

.

.

Aku tidak menjawab. Tapi kepalaku kembali mengingat persetujuan itu.

Dan saat ini aku menjawabnya dengan yakin.

Apakah aku mampu melakukannya? Tidak.

Maukah aku menelan seluruh harga diriku untuk diperbudak oleh Sasuke untuk semwntara waktu? Tidak.

Haruskah aku melanjutkannya? Tidak.

Ring. Ring. Ring.

Nomor tidak dikenal.

Aku yakin paman memberikan nomorku pada Sasuke.

Apakah aku harus menelan harga diriku?

Ring. Ring. Ring.

Aku membiarkannya terus berdering, sampai deringannya berhentu, lalu berdering lagi, lagi, dan lagi.

Siapapun yang menelepon saat ini adalah orang yang sangat keras kepala.

Ring. Ring-

"H-hallo?"

"Maafkan aku. Aku tidak tahu bahwa itu adalah kali pertamanya untukmu. Hal itu tidak ada dalam buku, dan mereka tidak mengatakannya padaku. Jika aku tahu bahwa kau masih perawan, aku tidak akan melakukan hal yang sudah kulakukan di hari pertama. Aku menyesali semuanya. Aku harap kau bisa memaafkanku."

Nyatanya, keperawananku adalah satu dari banyak hal yang dia tidak tahu dalam program ini.

"Aku benar-benar sangat menyesal, Hinata."

Sasuke terdengar begitu tulus, aku nyaris saja mempercayainya.


Sekarang apalagi?

.

.

.

Guess what. This is the safest chapter beside chapter one ofc. Lol.

Dan yah... ini boring. Tapi ya sudah lah ini kan bagian dari cerita juga.

Well... so sorry for the late updates. I wont promise the empty promise. Jadi... chapter depan masih ada di kepala saya.

Karwna chapter depan mungkin akan terasa perbedaannya.

Terimakasih buat yang baca, review, fave, follow,

Ja nee-