Kedua tangan itu saling bertautan erat. Memancing sebuah kemesraan yang sederhana. Sesekali mereka akan saling memandang dilanjutan dengan saling melempar senyum tanpa alasan. Entah sudah berapa banyak langkah kaki yang tercipta dari pasangan ini. Langkah kaki kebahagiaan karena dapat berjalan bersama dengan yang terkasih.
Sebuah status bukanlah hal penting jika perasaan mereka sudah menyatu. Itu bukanlah hal yang salah. Status bukan segalannya, tidak akan ada yang berubah selama semuanya masih sejalan dan seirama. Semuanya akan baik-baik saja. Namun bukan berarti takkan ada masalah dalam perjalanan hubungan tanpa status itu. Justru sangat banyak orang yang bisa memanfaatkan kondisi seperti ini untuk mencapai apa yang diinginkannya. Tak terkecuali bagi seorang pemuda berambut oranye yang sedang menatap sinis pada pasangan yang baru saja memasuki gerbang Universitas.
Jangan sebut dia stalker karena mengikuti mereka. Itu hanya kebetulan saja dia melihat Akabane Karma dan Okuda Manami, walaupun kebetulannya setiap hari. Salahkan saja lelaki berambut merah yang selalu menempel pada gadis berkaca mata itu. Pegangan tangannya yang erat. Tatapannya yang mengancam setiap lelaki yang melirik Okuda Manami. Kewaspadaan yang tidak pernah teralihkan oleh apapun. Sungguh overprotective, dan itu membuatnya sebal. Tapi jika dia ada di posisi Karma, mungkin dia akan melakukan hal yang sama. Namun dia tidak akan melakukan sebuah kesalahan fatal seperti lelaki itu. Dengan pasti, dia akan membuat hubungan itu memiliki status yang mutlak, bukan hubungan dengan banyak celah yang dilakukan Karma.
Yah, gosip yang kalian dengar akhir-akhir ini benar bahwa Asano Gakushu menyukai Okuda Manami. Pemuda yang mempunyai otak jenius itu bahkan tak percaya saat dia menyadari apa yang dia rasakan ada gadis itu. Selain dia jago di bidang Kimia, memang apalagi yang menarik darinya? Wajah standard, dia juga tidak tinggi, jarang bersosialisasi, culun dan dadanya–ok dia hanya menilai dari fakta yang biasa dipikirkan seorang laki-laki saat tertarik pada perempuan. Tapi mungkin karena belum mendapat jawaban itulah yang membuatnya semakin penasaran dengan Okuda Manami. Jika bisa memilikinya, mungkin saja rasa penasarannya terobati. Well, Okuda Manami itu masih tanpa status, dia masih bebas.
Bibirnya tersenyum tipis, kemudian ia mulai melangkah melewati gerbang yang sama. Dengan sebuah rencana matang yang sudah disusunnya, dia akan memberi sebuah status pada Okuda Manami.
.
.
Assassination Classroom hanya milik Matsui Yuusei, saya pinjam karakter aja, ok.
Warning: AU, TYPO, OOC, DLL.
Enjoy guys...
.
.
Karma memegang erat tangan mungil itu. Begitu erat hingga tak ada celah untuk terlepas. Sesekali dia mengeluarkan tatapan intimidasi pada para lelaki. Tatapan bersisi ancaman tak langsung–
Dekat dia kau mati!
Dan para lelaki disana sudah sangat paham betul dengan hal itu. Tanpa sudi menatap dua kali mercury itu, mereka pun langsung pergi dan sebisa mungkin jaga jarak.
"Karma-kun, kau membuatku tidak punya teman lelaki."
"Lelaki disampingmu cukup aku saja, jangan selingkuh loh." Karma memperingati dengan nada bercanda. Walaupun begitu, ucapan yang terlontar adalah sebuah kejujuran yang keluar dalam hatinya, dan Manami tahu akan itu. Violet-nya melirik sebentar untuk melihat wajah pemuda itu, lalu tersenyum tipis. Dia sangat bahagia.
Mereka masih berjalan menuju kelas masing-masing. Manami menatap pada genggaman yang belum terlepas semenjak dia keluar dari Apartemennya tadi pagi. Rasanya tidak pernah berubah, begitu kuat, bahkan kadang terlalu erat, namun di dalamnya pasti selalu ada kehangatan. Kehangatan yang membuatnya nyaman dan aman. Dia tidak mungkin bisa selingkuh dari pemuda yang sudah memberikannya banyak cinta dan perasaan nyaman. Ia sedikit terkiki geli. Mungkin dia sudah gila jika selingkuh dari Karma.
Langkah keduanya berhenti di depan sebuah ruangan.
"Sebentar lagi kelas mulai, masuklah ke kelasmu," pinta Manami pada Karma. Pemuda itu tidak suka dengan kalimat Manami. Dia menatap si gadis dengan tatapan memelas, tapi kali ini jurusnya tak mempan lagi.
"Aku sudah bolos dua kali bulan ini di pelajaran Bahasa Karma-kun."
"Berhenti saja kuliah."
"Jangan bercanda."
"Hei aku benar-benar takut tahu, bukan hanya karena gosip, tapi lelaki itu terlihat sangat menyukaimu."
"Tapi aku hanya menyukai Karma-kun."
Dan setelah kalimat itu terucap semuanya terasa hening. Karma tak lagi ngeyel dan Manami yang kini merutuki mulutnya yang keceplosan. Walau itu sebuah kejujuran tapi kan ini di depan umum. Aaaah dia merasa malu sekali, bagaimana ini? Apalagi sekarang Karma malah tersenyum puas dengan matanya yang menatap intens. Dia tidak akan mengejeknya kan?
Tak sanggup dengan rasa malunya itu, Manami langsung menutupi wajahnya dengan buku yang sedari tadi dibawanya dilengan yang lain.
"A-aku akan masuk," ucapnya tergagap sambil menahan rasa malu itu. Ia ingin segera masuk kelas untuk menghindari situasi ini, tapi Karma semakin erat memegang tangannya itu. Benarkan? Karma pasti akan mengejeknya.
Karma menyingkirkan buku itu dari wajah Manami. Dilihatnya sosok manis dengan pipi merona karena malu. Dia mendekatkan jarak wajah mereka.
"Aku tidak dengar, katakan sekali lagi."
"K-kau pasti dengar, jangan mengejekku, aku malu," kilah gadis itu. Namun pemuda itu malah semakin melebarkan senyumnya. Entah kenapa Karma semakin senang dengan situasi ini. Dia semakin mendekat.
"Kalau begitu–" Kalimatnya terhenti sejenak. Lalu dengan gerakan cepat tangannya memposisikan buku Manami yang dipegangnya menyamping, tepat menutupi wajah mereka.
Sebuah ciuman singkat terjadi dibalik buku itu. Singkat, sangat singkat, tapi deg-deg'annya itu loh yang memacu adrenalin.
"–hanya Manami juga yang aku sukai." Setelah melakukan semua itu, Karma memberikan kembali buku itu pada pemiliknya.
"Aku akan menemuimu setelah kelas selesai." Dan dengan senyum penuh kemenangan, Karma meninggalkan Manami yang masih terkejut karena kelakuannya itu.
"Sebentar lagi Dosen akan masuk ke dalam kelas, kau juga harus bergegas, Okuda –san." Suara bariton itu terdengar menyapa dirinya. penasaran dengan si pemilik suara, ia pun menengok ke asalnya. Disana berdiri seorang Asano Gakushu dengan tampang datarnya. Manami mengernyitkan dahi. Sejak kapan Asano berada disana? Tiba-tiba wajahnya memucat. Apakah Asano melihatnya dengan Karma tadi. Ah ini gawat.
Puk!
Satu tepukan di kepala mengalihkan pemikirannya. Kepalanya mendongak, itu Asano yang sudah berada di sampingnya dengan tangan berada dikepalanya.
"Kau akan terlambat jika terus mematung disini."
Sebelum Asano pergi, tangannya masih sempat mengacak sebentar surai hitam itu. Sedikit tersenyum tipis yang entah berarti apa. Manami sendiri kembali disibukkan dengan pikirannya. Sifat Asano yang barusan artinya apa? Apa dia melihat Karma menciumnya atau tidak? Batinnya.
Gadis itu tidak bisa berlama-lama memikirkannya karena Dosen yang akan menghadiri kelasnya sudah berjalan kearahnya. Dengan cepat dia buru-buru masuk dan duduk di bangkunya.
Dosen pun masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi."
"Pagi."
Sang Dosen melihat kearah siswanya. Dia menyeringai kala melihat salah satu mahasiswanya yang sedang duduk sambil mengeluarkan buku.
"Bagi yang bolos minggu kemarin, datanglah ke ruangan saya setelah pelajaran selesai. Persiapkanlah dirimu, pemalas!"
Kalimat itu membuat Manami mematung kaku, lalu menghela napas lesu. Sepertinya dia akan mendapat hukuman yang berat.
.
.
Dengan tampang bosan pemuda itu keluar dari kelasnya. Ia berjalan santai melalui koridor. Tangannya sengaja dimasukan pada saku celana, sedangkan kepalanya sedikit tertanggah ke atas. Rasanya benar-benar malas saat Manami tidak ada disampingnya. Otaknya mulai berpikir, bisakah dia mengajukan permohonan agar dia dan Manami selalu bersama dalam setiap kelas yang dihadirinya? Bibirnya sedikit terangkat, mungkin dia harus menyiapkan beberapa rencana baik supaya keinginannya tercapai.
Sebelumnya dia tidak terlalu masalah dengan dia dan Manami yang beda kelas, hanya saja gosip yang menyebar itu benar-benar menggerogoti pikirannya. Asano Gakushu. Dilihat sekilas saja, Karma tahu bahwa dia bukan lelaki biasa. Tatapan mata penuh sengit itu selalu saja menantangnya terang-terangan. Manami mungkin tak menyadarinya, tapi sebagai sesama lelaki dia tahu pasti lelaki itu menyukai gadisnya. Ketertarikannya begitu besar, tapi tentu saja dia tidak akan kalah.
Langkahnya berhenti didepan kelas Manami. Mercury- nya dapat melihat beberapa siswa yang keluar dari kelas tersebut. Kepalanya menengok sedikit kedalam ruangan untuk melihat Manami, namun matanya tak mendapatkan sosok itu berada disana.
"Apa kau melihat Okuda Manami?" tanya Karma pada salah satu siswi yang hendak keluar.
"Ah, Manami-san pergi ke ruangan Dosen bersama para murid yang bolos di pelajaran minggu kemarin."
Karma mengangguk mengerti. Ia pun pergi menuju ke ruangan Dosen yang dimaksud setelah mengucapkan terimakasih pada gadis yang ditanyainya. Sepertinya dia di hukum.
.
.
"Aku tidak menyangka tugas yang diberikan untuk hukuman banyak sekali," keluh Manami sambil mengingat kembali sang Dosen yang menceramahinya serta memberikan hadiah untuknya. Mungkin ke depannya dia akan berusaha agar tidak bolos lagi. Sementara lelaki disampingnya hanya diam mendengar keluhan sang gadis.
"Aku tidak menyangka Asano-kun juga bolos minggu kemarin," ujarnya sedikit tak percaya. Merasa namanya disebut, Asano pun mulai menimpali ucapan Manami.
"Memangnnya yang boleh bolos di pelajaran Bahasa hanya kau saja?" Gadis itu tersenyum kikuk mendengar kalimat bernada tajam yang keluar dari mulut Asano.
"Ternyata kau tidak se- pendiam ke lihatannya yah," Asano kembali berbicara. Padahal Manami baru saja memutuskan untuk diam.
"Mu-mungkin karena kau belum mengenalku saja."
"Bagaimana bisa mengenal kalau ada monster merah yang menghalangi jalannya." Lagi-lagi manami kembali tersenyum kikuk mendapat sindiran itu. Dia tahu benar siapa yang di maksud Asano.
"Tapi entah kenapa aku sangat menyukai monster merah itu," ucapnya setengah berbisik. Namun walau pelan, telinga Asano masih bisa mendengar kata-kata itu. Tangannya terulur menggapai pergelangan mungil itu. Menghentikan langkah Manami. Gadis itu menoleh,
"Mau coba selingkuh?"
"Haaah?! Apa ya–" Belum selesai memberikan protes, Asano langsung menarik tubuh manami. membawanya pada sebuah lorong yang lebih sepi. Ia pun menyudutkan Manami dengan mengunci semua gerakannya, memastikan gadis itu tak bisa kabur. Kepalanya tertunduk, semakin mendekatkan wajah mereka berdua.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Tepat seperti yang kau piki–"
Plaaak!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Asano. Meninggalkan jejak merah disana.
"A-Asano–" Suara itu bergetar memanggil nama pemuda yang baru saja ditamparnya. Manami melihat tangannya sendiri yang bergetar, tak percaya dengan spontanitas yang dilakukan oleh bagian tubuhnya.
"Ternyata kau bisa jadi gadis jahat," ucap Asano. Bukannya marah, ia malah tersenyum. Tangannya menyentuh pipinya yang sudah berwarna merah. Manami dapat melihat itu, dan karenanya ia merasa bersalah. Dalam seumur hidupnya, ini adalah tamparan pertama yang pernah ia layangkan pada seseorang.
"M-maafkan aku." Tulusnya dalam hati.
"Aku tidak akan memaafkanmu."
Ia mendongak, kembali menatap langsung pada pemuda itu.
"Aku melakukannya karena sikap Asano-kun yang seperti itu."
"Sikap seperti apa? Aku bahkan belum melakukan apapun."
Gengganman tangan itu semakin erat. Tatapan Asano pun semakin tajam.
"To-tolong lepaskan, kau boleh menamparku sebagai gantinya."
Menamparnya balik? Itu bukan hal buruk, lagi pula akan setimpal juga. Tapi tidak, Asano tidak akan melakukan hal itu. Terbukti dari seringai yang tercipta dari bibirnya. Ada hal lain yang lebih baik dari pada tamparan itu.
"Bersiaplah." Manami menutup matanya. Bersiap menerima tamparan dari pemuda itu. Namun tangan Asano tidak mendarat sama sekali dipipinya. Tangan itu malah menyentuh tengkuknya, setelah itu dia menariknya. Violet-nya langsung terbuka kala menyadari kesalahan itu. Namun semuanya terlambat. Saat matanya terbuka, yang bisa dia lihat adalah wajah lelaki itu yang begitu dekat dengan bibir mereka yang sudah menyatu. Matanya terbelalak kala melihat senyuman puas di bibir Asano. Dengan cepat Manami mendorong tubuh yang ada didepannya sebagai bentuk protes. Tapi jelas saja hasilnya gagal karena Asano tak membiarkan dia di kalahkan lagi seperti saat dia ditampar tadi. Ciuman yang tadi hanya menempel saja berubah jadi lumatan kasar dan memaksa. Karena itu manami berusaha keras untuk menghindar walau tak ada hasil. Dia benci ini. Dadanya sesak. Air matanya sudah berkumpul di kelopak mata. Hatinya terus saja menjerit, memanggil nama Karma.
Asano melepsa sejenak ciumannya itu. Dia tersenyum senang kala melihat Manami yang sedang meraup oksigen dengan rakusnya.
"Tapi entah kenapa aku sangat menyukai monster merah itu."
Dadanya kembali bergemuruh saat mengingat ucapana gadis itu beberapa waktu lalu. Dengan semua perasaan bergejolak itu, dia kembali mencium Manami. Tangannya semakin menari tengkuk gadis berkepang itu. Ciuman tadi terulang lagi. Lebih kasar, lebih memaksa, lebih mendominasinya. Dia gila, laki-laki itu gila!
"Apa yang sedang kau lakukan, Manami?"
Matanya membulat. Telinganya sangat mengenal suara itu. Tidak mungkin, tolong jangan sampai orang itu. Siapa saja asal jangan dia!
Namun semua harapannya itu hancur kala kepalanya menengok pada asal suara. Disana, dalam jarak kurang dari 10 meter, pemuda jangkung berambut merah itu sedang berdiri menatap tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya.
Tubuh kecil itu bergetar–
Dadanya sesak–
Hatinya retak–
Dan diakhiri dengan keluarnya air mata.
Apa yang sedang dipikirkan Karma sekarang?
.
.
TBC
.
.
Demi apa saya jadiin Asano orang ke tiga? Hahaha anggap saja saya gila, tapi serius saya juga suka ngeship Asano sama Manami, maaf aja kalau ada yang ga suka. Oh iya, anggap aja ini sekuel dari fanfic yang judulnya Status: Sweet Couple. Kan niat awalnya mau jadiin oneshoot tapi bakal kepanjangan banget, karena saya cepet males nulis panjang-panjang jadi yah gitu deh. Nah yang ini juga sebenarnya mau di jadiin oneshoot tapi rasanya emang kurang pas dan timingnya ga cocok, jadi di multichapter aja deh. Bagi yang belum ngerti sama cerita ini dianjurkan untuk membaca fanfic yang judulnya Status: Sweet Couple, silahkan cek profil saya.
Terimakasih untuk semuanya, dan maaf jika ada salah kata. See you next time, byeeeeeeeee...