.
Song: Feelings - Lauv
.
Uchiha Sasuke disambut oleh sisi kanan kasurnya yang kosong pada keesokan harinya. Matanya memicing, melihat jam yang terletak di atas nakas. Waktu masih menunjukkan pukul 04:00 pagi dan Sakura, istrinya sudah tidak ada di sampingnya.
Sejujurnya, tak banyak terjadi tadi malam setelah Sakura menciumnya. Perempuan itu bersembunyi di balik selimutnya dan sama sekali tak bersuara. Karena tak mau membuat segalanya semakin canggung, Sasuke pun hanya diam—menunggu istrinya kembali mengajaknya berkomunikasi.
Bohong jika Sasuke bilang tidak merasakan apa-apa saat Sakura memberikannya a little peck tadi malam. Meskipun wajahnya tidak menampilkan emosi yang berarti, sesungguhnya ia sampai takikardi. Padahal tadi malam air conditioner di kamar Sakura bekerja dengan baik tapi hawa di sekitar terasa tidak dingin. Siapa yang menyangka bahwa kecupan kecil itu mampu memberikan rasa hangat pada sekujur tubuhnya?
Sasuke membangkitkan tubuhnya, ia berjalan ke luar kamar Sakura dan mendapati istrinya sedang tertidur di meja makan. Ia juga melihat gelas bekas susu cokelat di meja makan tersebut. Sakura nampak tidur dengan lelap. Mungkin karena terlalu banyak menangis membuat energinya keluar banyak.
Sasuke nampak menimbang-nimbang, haruskah ia membawa Sakura kembali ke kamar? Tapi kalau ia memindahkan dan mengangkat Sakura, ia takut Sakura akan terbangun. Mengingat kondisi Sakura yang sepertinya baru bisa terlelap, sepertinya memindahkan perempuan itu bukanlah solusi yang baik.
Keputusan laki-laki itu akhirnya membiarkan Sakura tetap tertidur di kursi ruang makan. Ia mengambil selimut agar membuat tubuh istrinya tetap hangat. Ia pandangi sejenak sosok perempuan itu, sebelum akhirnya melanjutkan acara tidurnya tepat di samping Sakura.
Disclaimer: All of the characters and Naruto itself are Masashi Kishimoto's but this story is purely mine. Saya tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apa pun selain kepuasan pribadi x')
Warning: Slight SasuKarin, AU, OOC, typo(s), dan jauh dari kata sempurna ;)
Rate T semi M untuk bahasa dan beberapa pembahasan—such as mental illness (which leads to suicide attempt and such) yang mungkin bisa membuat kurang nyaman atau terpicu.
.
.
Responsible
9. Eternal Gratitude
.
.
Mebuki hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kedua anaknya tertidur di ruang makan. Wanita itu pikir, memangnya ada apa dengan kamar anaknya? Pendingin ruangannya rusak, mungkin?
"Atau jangan-jangan ini permintaan calon cucuku di dalam perut?" Mebuki mengeluarkan salah satu isi pikirannya.
Sakura ingin mengelak tapi tak mampu melemparkan argumen. Bagaimana bisa ia mengatakan alasannya tidur di luar karena manghindar dari suaminya atas insiden bodoh yang ia lakukan tadi malam?
Sakura memamerkan senyum awkward. "Mungkin...?" balasnya mengikuti alur sang ibu.
Kedua mata Mebuki memicing, ia melayangkan pandangannya menuju perut Sakura. "Memangnya, berapa usia kehamilanmu?"
Oh, shit.
Lalu skill cepat mengarang bebas secara asal ia lontarkan. "Memasuki usia delapan minggu, Bu." Ekspresinya dibuat datar dengan suara lantang, supaya terlihat meyakinkan.
Sementara Uchiha Sasuke yang berdiri di sebelah Sakura pun ikut memasang wajah papan. Ia hanya mengikuti plot cepat made by Uchiha Sakura.
"Hebat juga, kau, Sakura. Dulu saja Ibu terkena hiperemesis gravidarum saat memasuki kehamilan usia segitu."
Hiperemesis gravidarum, singkatnya adalah karena perubahan hormon yang tidak stabil di awal usia kehamilan membuat ibu yang mengandung terus-menerus mual dan muntah sampai tak bisa mengkonsumsi apapun. Baru mengingatnya saja sudah membuat Mebuki ikut lemas. Masih sangat segar dalam ingatannya saat ia mual dan muntah terus-menerus sampai tidak bisa makan dan tidak bisa berbuat apa-apa selain berbaring di bed rumah sakit selama hampir seminggu dan mendapat perawatan intensif waktu itu.
Lagi-lagi, Sakura hanya tersenyum canggung. "Mungkin belum...?"
Yang segera disambut oleh pukulan keras Mebuki di lengan Sakura. "Ya, jangan sampai lah, Bodoh!"
Sakura mengusap-usap lengannya yang menjadi bulan-bulanan ibunya. "Sakit!"
Mebuki mendelik, "Dasar manja," desisnya sewot. Kemudian Mebuki mengambil tas tangan produksi kenamaan Coco Chanel berwarna hitam dengan logo dua huruf C saling membelakangi berwarna gold dari atas meja makan.
Perasaan Sakura mendadak tidak enak, jantungnya langsung berdebar. Perempuan itu harap ibunya tidak—
"Aku harus keluar menemui client. Mungkin pulangnya bisa sedikit terlambat atau lebih cepat."
Oh, shit.
Tidak, tidak. Ini tidak boleh! Ibunya tidak boleh meninggalkannya hanya berdua dengan Sasuke setelah apa yang Sakura lakukan tadi malam. Pokoknya tidak boleh!
"Biarkan aku ikut, Kaasan!" Sakura berseru, memasukkan sinyal pertolongan pada tiap kata yang diproduksi.
Sasuke melirik istrinya yang gelagatnya sudah mulai jelas kalau sedang menghindar. Mebuki pun melirik anak semata wayangnya tajam.
Setelahnya, ibu tunggal itu tersenyum, sangat manis. "Tentu saja..."
Bug!
Ia menghadiahi Sakura dengan serangan pukulan tas mahalnya. "Tidak boleh! Masa iya suaminya mau ditinggal sendirian?!" Lalu melenggang pergi sembari ngedumel.
Sakura menggigit mukosa bibir bawahnya. Ia hanya bisa mengusap-usap lengan kanannya yang lagi-lagi menjadi sasaran ibunya. Perempuan itu belum mampu menatap langsung iris jelaga sang suami. Ia sudah memasang kuda-kuda untuk melarikan diri tapi lengannya langsung ditahan lebih dahulu oleh Sasuke.
Sakura membeku dibuatnya.
Apalagi saat laki-laki itu menggulung lengan pakaiannya sampai ke atas siku.
Sudah Uchiha Sasuke duga, aksi heroik Sakura pada saat menyelamatkan anak kecil di basement kemarin membuat tangannya terluka. Memar dan luka yang kemerahan menyambut jalur visual Sasuke. Ia hendak menarik Sakura, membawa perempuan itu untuk mengobati lukanya tapi Sakura segera menarik tangannya cepat.
Emerald milik perempuan itu menatap lantai rumahnya. "Aku bisa mengurusnya sendiri," ucapnya dengan suara yang pelan dan cepat nyaris tidak jelas.
Dan sebelum tiga tulang rawan telinga Uchiha Sasuke berhasil memroses gelombang suara yang Sakura berikan, perempuan itu sudah menghilang dan melarikan diri menuju kamar ibunya.
.
;;;;;
.
Sasuke merasa sangat bosan. Tur ulang di sekitar kediaman Haruno? Check. Menjelajah tuntas seluruh isi kamar istrinya? Check. Melihat-lihat seluruh foto yang dipajang di rumah? Check. Oh, sekarang Sasuke sudah mahir jika ditanya soal seluk-beluk rumah Sakura. Meskipun ada beberapa ruangan yang tidak berani ia masuki karena takut terkesan lancang, sih.
Matahari sudah semakin tinggi tapi belum ada tanda-tanda Sakura akan menampakkan batang hidungnya. Apa hari Minggu-nya akan habis begitu saja? Sasuke lapar dan benar-benar bosan.
Jangan kalian kira bahwa Uchiha Sasuke tidak melakukan apapun. Mengetuk kamar ibu mertuanya sudah dilakukan tapi Sakura sama sekali tidak menjawab, apalagi membukakan pintu.
Lagipula, memangnya menciumnya tadi malam adalah sebuah dosa besar? 'Kan tidak! Entah kenapa, mengingatnya membuat Sasuke jadi sebal sendiri. Mana yang katanya mau berbagi tanggung jawab kalau sekadar menatapnya saja tidak mau!
Laki-laki itu mengurut pangkal hidungnya. Sial. Kenapa hal seremeh ini dapat membuatnya sekesal ini?
Uchiha Sakura yang masih mengurung diri dalam kamar ibunya masih setia mengutuk perbuatannya tadi malam. Memang, iya tidak salah sih, tapi...! Sebentar. Kata siapa tidak salah? Ini jelas salah!
Mari pikirkan kemungkinan yang bisa saja akan terjadi.
Yang pertama, bagaimana kalau melakukan hal tersebut membuat Sasuke membencinya? Ayolah, Sakura memang menyukai suaminya tapi tidak dengan suaminya, 'kan?
Lalu yang kedua, bagaimana kalau melakukan hal tersebut membuat Sasuke tidak nyaman? Mereka bisa saja sampai bercerai karena Sasuke tidak nyaman berada di dekat Sakura!
Kemungkinan ketiga, sebuah kemungkinan yang amat sangat mustahil ciptaan dari serpihan harapan Sakura. Kalau ternyata ... Uchiha Sasuke juga menyukainya?
Sakura langsung menggeleng cepat saat kemungkinan ketiga itu singgah dalam pikirnya. Mana mungkin. Ia tersenyum hambar, jantungnya berdebar dan ngilu itu menyebar. Ia menghela napas dengan gencar.
Kemungkinan dengan nilai ekspektasi terlampau tinggi hanya akan menyakitinya. Dari awal bukankah ia sudah berusaha menahan perasaannya? Ingat, Uchiha Sasuke, laki-laki baik itu sudah cukup terjerat rantai tanggung jawab. Mengganggu laki-laki itu dengan perasaannya hanya mampu menambah bobot dari rantai tersebut.
Bagaimana dengan Uzumaki Karin?
Katanya ingin membantu tapi kenapa Sakura justru semakin membuatnya rumit?
Kepalanya semakin panas, helaian rambutnya nampak memberontak menarik-narik kulit kepalanya sampai terasa berdenyut. Ia mengacak-acak rambutnya frustrasi. Padahal ia sudah mandi dan membasahi rambutnya tapi kenapa kepalanya masih terasa penuh?
Prang!
Suara barang yang dipecahkan terdengar nyaring, membuat Sakura terlonjak dari atas kasurnya. Apa yang baru saja terjadi? Uchiha Sasuke ... suaminya tidak apa-apa 'kan? Tidak ada pencuri yang berusaha masuk dan membahayakannya 'kan?!
Sakura jadi sangat khawatir. Ia membuka pintu kamar ibunya dengan buru-buru, lalu menjulurkan kepalanya berusaha menilai keadaan sekitar.
Kedua matanya membulat saat mendapati piring keramik pecah di depan pintu kamar ibunya dan suaminya yang menatap tajam dirinya.
Sakura mendekat ke arah Sasuke, "Apa kau baik-baik saja? Ada yang terluka? Apa yang terjadi?"
Laki-laki itu memeluk istrinya dengan erat. "Aku menangkapmu, meski piring ibumu yang harus menjadi korban," ucapnya dengan suara bariton yang terdengar sangat nyaman di telinga.
Sakura rasa jantungnya bisa meledak saat ini juga. Ia masih terdiam, membiarkan debaran yang menggila itu memenuhi rongga dadanya. Membiarkan sepasang lengan kokoh suaminya merengkuh kuat dirinya.
Sasuke berbisik rendah, "Kalau tidak begini, kau tak akan keluar." Tentu saja hal ini mengacu pada tindakan konyolnya yang memecahkan piring keramik di depan pintu kamar ibu mertuanya. Silakan hujat Uchiha Sasuke sepuasnya, karena ia hanya terpikirkan cara ajaib yang satu ini untuk memancing istrinya keluar dari sangkar zona nyamannya.
Kini laki-laki itu melepaskan pelukannya. Tangannya berpindah, menangkupkan kedua pipi Sakura. Jelaga miliknya mencari-cari giok yang masih berusaha menghindarinya.
Sakura akhirnya memejamkan kedua matanya erat. Wajahnya sudah sangat merah—apalagi ingatan soal tadi malam dengan kurang ajarnya kembali terputar di dalam kepala. Sakura rasanya ingin melarikan diri lagi tapi saat merasakan hembusan napas lawan bicaranya mendekat ia langsung refleks membuka kedua matanya.
Dalam jarak yang sedekat ini, Uchiha Sasuke menyambut Sakura dengan smirk sangat tampan miliknya. "Akhirnya kau melihatku juga, Sakura."
Lalu setelahnya ia mempertemukan bibirnya, mengecup ringan bibir sang istri.
Sakura rasa ia bisa berhenti bernapas saat ini juga. Perempuan itu langsung kembali menutup kedua matanya rapat-rapat.
Kecupan ringan tadi berubah menjadi pagutan lembut pada bibir atas dan bawah Sakura secara repetitif, bergantian. Seolah tidak pernah cukup, belum nampak adanya tanda bahwa laki-laki itu akan berhenti.
Sempat sepersekian detik Sasuke melepaskan tautan bibirnya, sekadar memberikan ruang untuk Sakura bernapas tapi sebelum Sakura mengisi penuh cadangan oksigennya, suaminya kembali menyerangnya.
Sasuke menahan tengkuk Sakura, memperdalam ciuman mereka sementara lengan kirinya memeluk kuat pinggang istrinya. Karena setelah berhasil menangkapnya, Sasuke tak mau melepaskannya lagi.
Perasaannya sudah meledak, tumpah keluar. Mengikuti alur suaminya, Sakura membalas pagutan suaminya. Cukup rakus dan ceroboh. Jantungnya berdebar sangat kuat, perutnya terasa geli karena ratusan kepakan sayap dari kupu-kupu virtual yang tinggal di sana bertingkah.
Cukup lama, mereka menyalurkan keinginan hati yang sempat tertahan. Jalur visual Sasuke disambut oleh wajah Sakura yang sangat memerah dan napas perempuan itu yang cepat tak beraturan. Onyx-nya menyelami emerald yang akhirnya membalas pandangannya. Ia menghadiahkan satu kecupan ringan pada kening istrinya.
"Jangan kabur lagi," perintahnya kemudian.
Sakura mengulum senyum sebelum akhirnya terkekeh, "Ayo bereskan bekas piring yang kau pecahkan sebelum Kaasan pulang."
Setelah mereka membersihkan kekacauan kecil yang dibuat oleh Sasuke, mereka menghabiskan sore itu dengan mengisi perut mereka yang kosong lalu beristirahat sambil mengobrol di sisa hari Minggu mereka.
.
;;;;;
.
Kondisi makam yang bersih dan tanah yang basah ditambah dengan satu buket hydrangea menyambut jalur visual Haruno Mebuki. Oh? Sepertinya sudah cukup lama semenjak wanita itu melihat bunga ini.
Sejak delapan belas tahun yang lalu, hampir setiap hari peringatan meninggalnya Haruno Kizashi tiba, Mebuki akan selalu disambut oleh kondisi makam yang bersih dan hydrangea di atas tanah tersebut. Tapi beberapa tahun terakhir orang dengan bucket hydrangea ini sempat menghilang. Maka dari itu, saat ia kembali bertemu dengan bucket indah ini ... ia cukup terkejut.
Mebuki memang penasaran, siapa dan apa alasan orang ini begitu telaten dalam hal mengurus makam suaminya. Sesungguhnya, ada apa dengan orang ini?
Tadi single mom itu habis menemui client yang membeli salah satu gedung pertokoan. Client-nya meminta untuk mengurus berkas di salah satu private restaurant yang kebetulan dekat dengan makam suaminya.
Karena jaraknya dekat, Mebuki jadi sekalian menghampiri tempat peristirahatan terakhir suaminya. Berbekal satu bucket chrysantemum putih, single mother itu tanpa sadar menyunggingkan seulas senyum. Ia meletakkan bucket bunganya tepat di sebelah sang hydrangea.
Wanita itu menarik napas, senyumnya merekah lebar membuat kerutan di wajah karena usia semakin nyata. "Selamat sore, Anata..."
Semilir angin musim gugur menjelang salju menggoda lapisan epidermis kulitnya. "Tidak kusangka bahwa hari di mana aku mulai bisa bernapas lega akan datang. Dulu sekali kupikir hari itu tidak akan pernah datang tapi sekarang ... kurasa semuanya akan berakhir." Ia menatap langit sore yang kelabu.
"Terima kasih telah membantuku selama ini. Jangan pernah berhenti untuk terus mengirimkan kekuatan, ya, Anata."
.
;;;;;
.
Sakura mengambil beberapa kaleng minuman dari kulkasnya. Tak lupa, ia juga menyambar beberapa kudapan asin dan makanan yang Sasuke sebut sebagai sampah dari dapurnya. Ia menatanya di atas meja ruang tengah rumahnya.
Senyuman manis perempuan itu torehkan saat ia melemparkan pandangannya pada suaminya yang sejak tadi mengekor pergerakannya sambil menopang dagunya di atas sofa.
"Tanganmu?"
Sakura secara refleks menggulung lengan pakaiannya. Kedua alisnya mengerut. "Lumayan sakit sih tapi tidak apa-apa."
Suaminya menggelengkan kepalanya sembari mengirimkan sinyal kontra secara maksimal. Ia bangkit dari sofa. Memberikan tanda pada istrinya untuk duduk dan menunggunya. Tapi baru saja sekitar tiga langkah, pergerakannya terhenti.
Refleks Uchiha Sakura yang sedari tadi menunggu apa yang akan suaminya lakukan adalah memiringkan kepalanya. Heran.
Uchiha Sasuke menoleh pada Sakura. "Di mana letak kotak obatmu?"
Lalu secara resmi, Uchiha Sakura membiarkan kekeh tawanya memenuhi ruang tengah. Ia tersenyum sangat ayu. "Sudah, Sasuke-kun. Kau duduk di sini saja—dan aku sama sekali tidak apa-apa. Lagi pula 'kan tadi pagi sudah kuobati sendiri..." Perempuan itu menepuk-nepuk space kosong di atas sofa.
"Aku yang tidak." Ia menolak dengan jelas pernyataan baik-baik saja dari Sakura. Meskipun kecil itu 'kan tetap luka. Rasanya pasti tetap saja sakit.
Balasan dari suaminya berhasil membuat Sakura mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ini bukan kali pertama suaminya memberikan perhatian padanya tapi yang membuatnya terasa berbeda adalah karena sekarang Sakura tahu bahwa ternyata perasaannya terbalas...? Ah, entahlah. Ia senang.
Sasuke berusaha mengalah. Ia menghempaskan badannya di atas sofa, di sebelah istrinya. Tapi tetap saja, sebelum memastikannya dengan kedua matanya sendiri, ia belum mau terima.
"Berikan tanganmu," titahnya dengan penekanan.
Sakura pun akhirnya ikut mengalah. Ia menjulurkan tangannya pada suaminya.
Setelah menginspeksi lengan Sakura yang kondisinya memarnya semakin berubah warna dan lecetnya sudah sedikit kering, ia menarik napas sebelum kembali buka suara, "Selanjutnya, tolong lebih hati-hati."
Sejujurnya, ini adalah permintaan yang lebih terdengar seperti permohonan. Suara laki-laki itu terdengar pelan lantang tapi di sisi lain juga terdengar rapuh.
Akhirnya, Sakura pun menganggukkan kepalanya menatapi sisa-sisa abrasi yang ukurannya tidak besar di lengan. Ia menatap balik onyx yang lekat-lekat memandanginya. "Kau juga, selanjutnya tolong lebih hati-hati."
Selama sepersekian detik, suaminya nampak bingung.
"PTSD-mu. Kemarin sore kambuh 'kan? Bagaimana perasaan Sasuke-kun saat ini?" Sakura kembali mengalunkan suara lembutnya, tanpa menuntut sarat akan spektrum perhatian.
Uchiha Sasuke bahkan sampai melupakan bahwa kesadarannya nyaris hilang kemarin sore akibat diambil alih oleh traumanya. Sejujurnya, semuanya terjadi secara beruntun menyerangnya tanpa ampun dan menolak memberikannya waktu untuk berpikir secara santun.
Isi kepalanya akhir-akhir ini sangat dipenuhi oleh berbagai hal. Mulai dari Karin, ucapan ibu mertuanya serta ... istrinya. Sejak kemarin, fakta mencengangkan yang dibeberkan oleh Uchiha Sakura membuat Sasuke kalut setengah mati. Khawatir itu secara posesif mengambil alih raganya.
Perempuan itu, Uchiha Sakura, istrinya adalah seseorang yang sangat-sangat baik. Apa ia pantas bersanding di samping perempuan itu? Apa Sasuke bahkan layak mendapatkannya? Kenapa perempuan itu terus menghujaninya dengan perasaan tak terbatas padahal Sakura sendiri perempuan yang kekurangan kasih sayang.
Dan di detik di mana Sasuke mendengarkan pemaparan narasi memilukan dari istrinya, ia menciptakan sebuah determinasi. Bahwa ia akan melindungi perempuan yang bersedia berbagi beban dan tanggung jawab dengannya. Bahwa ia akan, dan harus mengembalikan lebih dari yang Sakura berikan.
"Aku sudah tidak apa-apa." Ia menjawab, memberikan senyuman tipis.
Tapi tentu saja Uchiha Sakura tidak menerimanya semudah itu. "Aku yang tidak."
Mendengar ucapan Sasuke sendiri dikembalikan oleh Sakura, laki-laki itu nyaris terkekeh. Mereka berdua saling melempar senyuman kala emerald dan onyx mereka bersirobok.
Sebelum akhirnya Sakura memecah momen tersebut. "Pokoknya kau harus tetap menghubungi dokter jiwamu untuk konsultasi. Aku akan menemanimu," sahut Sakura lagi. Kali ini ia kembali melebarkan lengkungan sudut bibirnya, memformasikan senyuman manis.
Setelahnya, pasangan suami istri itu kembali memperbincangkan hal-hal remeh sembari menunggu Haruno Mebuki sambil menyantap kudapan di ruang tengah.
Well, seseorang pernah berkata, jika rasa sakit dan menderita itu sudah puas menyiksa maka yang selanjutnya datang adalah rasa senang ringan dan bahagia. Bertahun-tahun menanggung beban tiada akhir sendirian, Uchiha Sasuke merasa bahwa hari ini bebannya berkurang bobotnya sampai setengah. Seolah Uchiha Sakura memiliki abilitas untuk menghisap bebannya, berada di samping istrinya adalah pilihan yang sangat tepat. Diam-diam Uchiha Sasuke tidak menyesal sama sekali karena menahan perempuan itu untuk pergi dari sisinya. Egois? Tentu. Tapi untuk pertama kalinya ia menutup mata rapat-rapat.
Seolah belum cukup, satu bahagia itu kembali menyapa. Uchiha Sasuke segera memeriksa ponselnya saat dirasakan vibrasi yang diikuti dengan datangnya sebuah pesan dari sana memanggil. Tanpa sadar air wajahnya melembut.
.
Aniki
Message
Today
Tadaima, Adik.
Aku tidak sabar untuk bertemu dengan adik iparku :)
.
.
.
.
tbc
.
a/n: Hmm, asik. Bye. Maaf hyung saya anak baik jarang bikin kiss scene—semoga tidak fail WKWKWK /menanges. Oh, iya. Aku tetep masih bingung mau ditaro di rate apa jadinya ;-; masih di T plus-semi M sih. Semoga aja masih aman untuk ditaro di situ u,u
Anyway. Aku mau curhat kalo aku lagi super capek, haha. Real life-ku minggu ini kacau banget—too much pressure dan kepalaku rasanya pengen meledak. Semoga nggak memengaruhi tulisanku di beberapa part, ya.
Okedeeh. Makasih banyak buat yang udah mampir. Semoga kalian sehat-sehat terus, ya! x)
AKHIRNYA AKU BISA ISTIRAHAT-MAU HIBERNASI DULU DI HARI MINGGU. THX ALL BYE /rim.
.
.
Balesan review chapter 8 (dan chapter lain(?)):
reevrsh: Awkwkwk mangstap kalo gitu xD seiring bertambahnya chapter juga akan semakin kebukaa. Moho ditunggu, yaa supaya rasa penasarannya bisa cepet kekuras awkwk x")
AngelDewi: OMAYY T_T sorry-eh tapi flashback itu juga pas aku ngetik juga mewek kook. Syukurlah feel-nya kenaa! Kamu abis nangis jangan lupa rumus cangtip-minum air putih, makan dan tidur xD Hehehe kudu ada yang nyela supaya asik xD /rim. Terima kasih karena udah nunggu, yaa! x)
Nurvieee96: HAII! Waaa leganyaa feel-nya kena x") Hehehehe bukan di chapter ini sih-tapi pertanyaanmu bakal kebuka satu-persatu x) mohon ditunggu, yaa! x) Kamu juga, sehat-sehat terus, yaa!
Guest (29/9/2020): Aku no comment xixixi. Wah? Ini yang INFJ kemaren atau bukan, yaa? xD wkwkwk iya manusia langka kita tuuh-auto heboh ketemu yang sama xD
ft-fairytail: Hahaha no comment xixixi.
chilled potato: HAII! IH AKU DIMAMPIRINN-Makasiiih x")) problem yang manatuuh (dia ngetik dia yg lupa wkwk). KANNN AKU TEH MASIH BINGUNG ;-; Mungkin kalo makin-makin bakal naik rate keknya mah ;-; makasiiih, syukurlah feel-nya hit, hehe. Sorry! Aku juga mewek si pas ngetik ;-; abis nangis langsung banyak minum, terus makan dan bobo aja biar enak ;-;)b btw soal es krim-IYALAH AKU AJA YANG JELAS PUNYA PONAKAN TAK COLONGIN DARI FREEZER APA LAGI YG NGANGGUR KEK GITU :) /jebol.
cherryandara: HAIII! Terima kasih banyakk! Seneng banget tau kalo feel-nya kena x"))) JADI SEMANGAT DOONG TERIMA KASIH BANYAK ;-;)bb
IndahDwiNR: *gelar karpet merah* WAHAHA MAKASIH BANYAK MAMPIR DI 2 TEMPAAT X"D Sudah dilanjut, ya x)
.
Special thanks for: reevrsh, AngelDewi, Nurvieee96, Guest (29/9/2020),ft-fairytail, chilled potato:, cherryandara, IndahDwiNR
.
.