Married? What?!

.

.

BL/Yaoi / Namjin - Namjoon x Seokjin / dldr.

.

.

.

Suara derap langkah kaki menggema di dalam ruangan persegi yang berukuran cukup besar itu. Seorang lelaki yang merupakan pemilik kamar bernuansa baby blue perpaduan merah muda itu kini mondar mandir dan tampak menyusun beberapa benda untuk dimasukkan ke dalam tas nya yang diletakkan di atas tempat tidur. Usai memasukkan semua yang dipikirnya cukup, lelaki itu berdiri dengan memangku dagu pada tangan kanannya. Memastikan sekali lagi keperluannya sudah lengkap.

Lelaki itu mematut diri di depan cermin, diam-diam memuji dirinya sendiri yang memang benar good looking. Wajah oval dengan pipi tembam, kulit putih mulus seperti bayi, bibir gendut yang menggoda iman -jangan lupakan warnanya yang semerah strawberry-, mata bulat, tubuh ramping tinggi semampai, dan senyum manis. Deskripsi itu cukup untuk menyatakan betapa cantiknya seorang Kim Seokjin. Dan ia adalah seorang laki-laki. Catat itu.

Seokjin meraih dua buah buku yang lumayan tebal dan menyampirkan tas punggungnya sebelum beranjak pergi meninggalkan kamarnya. Hari ini lelaki cantik itu hanya ingin menyelesaikan beberapa tugas di perpustakaan sebelum berangkat ke Anyang untuk menghabiskan waktu libur Imlek nya bersama sang ibunda. Sudah lama ia tidak pulang. Seokjin tersenyum - senyum sendiri membayangkan harinya yang menyenangkan di kampung halamannya.

.

.

.

.

"Ya! Kim Namjoon apa kau gila?"

"Jika menurutmu aku sudah gila, maka aku tidak akan keberatan jika itu memang bisa membebaskanku dari pernikahan konyol itu."

"Jadi apa yang akan kau lakukan? Yoongi mana?"

"Tch!" Namjoon mendecak. "Itu masalahnya, aku tak bisa menhubungi ponselnya, sial." Lelaki tampan berkulit tan itu mengusap wajahnya dengan kasar. Kedua lelaki itu kini berada di balik pintu gereja tempat lelaki yang bersurai merah muda itu akan menikah. Dadakan.

"Jadi bagaimana?"

"Mana kutahu, kuda! Aku sudah meminta bantuannya kemarin dan si Mini itu hanya menyetujuinya."

Hoseok -lelaki yang baru saja disebut kuda oleh Namjoon- menendang tulang kering Namjoon. "Ya! Bersyukurlah aku memban-.."

"Permisi, Tuan. Bisa kita mulai sekarang?"

Ucapan Hoseok terpotong oleh seorang pria paruh baya yang menghampiri mereka berdua. Namjoon tersenyum pada sang pendeta. "Maaf calon istri saya belum datang. Sebentar lagi, akan saya jemput dia sudah ada di depan."

"Silahkan." Pria paruh baya itu tersenyum hangat mempersilahkan Namjoon -sang mempelai pria-.

Namjoon segera berlari begitu saja, meninggalkan Hoseok dengan rahang terjatuh tak habis pikir dengan Namjoon. Apa yang akan dilakukan sepupu gilanya itu? Hoseok hanya bisa berdoa semoga apapun yang dipikirkan Namjoon sekarang bisa masuk akal.

.

.

"Sial. Terkutuk kau Min Yoongi!"

Mengumpat. Namjoon memutar otak cerdasnya untuk mencari jalan keluar. Berhubung Yoongi yang awalnya akan menjadi istrinya tidak menampakkan diri bahkan sejengkal pun jadi yaah.. Namjoon akan melakukan sesuatu. Apapun itu. Termasuk dengan...-

"Hei. Ikut denganku sekarang."

...- menyeret seseorang entah siapa yang ditemukannya di pinggir jalan. Apapun. Asalkan ia bisa menikah hari ini juga.

.

.

.

.

.

Dari pada naik bus Seokjin lebih memilih berjalan kaki saja, lagi pula tidak buruk sekalian sambil melihat-lihat, mungkin saja ada yang menarik. Kedua tangannya mendekap erat buku tebal yang dibawanya. Lalu matanya tertuju pada sebuah gereja yang lumayan besar di dekatnya. Melihat ada beberapa mobil yang terparkir sepertinya ada yang sedang menikah. Aah, Seokjin juga jadi ingin rasanya. Lekaki cantik itu terkikik kecil membayangkan jika dirinya sudah menikah nanti. Kakinya melangkah sambil otaknya terus berkhayal ria. Belum cukup sepuluh langkah jarak antara dirinya dan gereja itu tiba-tiba saja Seokjin terperanjat saat seseorang menariknya begitu saja.

"Hei. Ikut denganku sekarang."

Seokjin melongo. Sebelah tangannya dengan susah payah menahan buku tebal agar tetap berada dalam dekapannya. Sementara yang sebelah lagi jangan ditanya, sudah berada di genggaman seseorang. Seokjin hanya memandang punggung tegap berbalut jas hitam itu menariknya begitu saja. Dan Seokjin hanya terlalu shock untuk bereaksi.

.

.

.

Dua lelaki yang tengah berlari itu kini sudah tiba di dalam sebuah gereja yang cukup besar. Disambut oleh kumpulan orang yang duduk rapi mengisi barisan kursi jemaat. Dan pria paruh baya yang sudah berdiri tegak di altar.

Namjoon mengatur napasnya. Memposisikan lelaki yang entah siapa itu disampingnya. Lelaki itu hanya diam saja sedari tadi dengan wajah datar, melongo, bingung atau apapun itu. Dalam kesempatan yang sempit Namjoon melirik buku tebal milik calon istrinya yang sudah tergeletak di kursi jemaat paling depan. Mata sipitnya menangkap tulisan 'Kim Seokjin' di sisi buku itu.

Well, tidak lucu kalau Namjoon bahkan tidak mengetahui nama istrinya, 'kan?

"Maaf atas keterlambatannya. Bisa dimulai sekarang." Sambungnya mantap.

.

.

.

Seokjin seperti orang mati. Diseret begitu saja oleh seseorang yang tidak diketahuinya ke.. Gereja? Yang dilewatinya tadi?

Seokjin mengedarkan mata bulatnya, mengamati setiap sudut bangunan tempatnya berada sekarang dengan mulut yang sedikit terbuka, seperti orang idiot. Otaknya bekerja tidak seharusnya sekarang, mungkin efek shock. Hingga tidak mendengarkan baik-baik kalimat panjang nan lebar yang dialunkan oleh sang pastor.

"...- jadi, saudara Kim Seokjin. Apakah anda bersedia?" Pertanyaan itu terdengar samar oleh indra pendengarannya. Sampai sebuah cubitan di pinggangnnya membuatnya terkejut. Dan refleks berkata..-

"EH! YA?"

Lelaki cantik itu mengerjap lucu.

.

.

.

"Sekarang kalian sah sebagai sepasang suami-istri. Selamat menempuh hidup baru dan selamat berbahagia."

Kata-kata itu diiringi dengan riuh ucapan dari orang-orang yang berada di ruangan itu. Dan Seokjin baru sadar sekarang. Oke, saatnya untuk berteriak.

Namjoon yang melihat Seokjin baru saja akan membuka mulutnya, refleks mencium sang istri untuk meredam apapun yang akan terjadi berikutnya. Namjoon melakukannya dengan mendekap erat Seokjin agar lelaki yang sudah resmi menjadi istrinya itu tidak berontak. Ciuman yang cukup lama sampai-sampai Hoseok yang berada paling dekat dengan mereka berteriak.

"Dude, get a room please!"

.

.

.

Seokjin ditarik, lagi. Tapi kali ini bukan ke gereja. Melainkan ke sebuah mobil yang terparkir di depannya.

"Aku pinjam dulu." Namjoon dengan cuek merampas kunci mobil dari salah satu pria yang berjaga di dekat pintu. Dan tanpa banyak bicara langsung memasukkan Seokjin ke dalam mobil dan membawanya lari. Ngga, ding. Melajukan mobil sport hitam yang hanya bisa diisi oleh dua orang itu.

.

.

.

Blank. Seokjin blank. Ciuman itu.. ciuman pertamanya. Si cantik menyentuh bibirnya perlahan. Berharap semuanya hanyalah mimpi. Tadi dia baru saja dicium, bung. Di bibir.

Seokjin mencubit, menarik, hingga menampar pipinya sendiri. Mengundang lirikan bingung dari lelaki disebelahnya, suami sahnya, ekhem.

'Apa yang dilakukannya?' Namjoon bertanya sendiri. Istrinya itu terlihat aneh.

Belum puas dengan apa yang dilakukannya, Seokjin menoleh ke samping menemukan lelaki bersurai merah muda. Lama hanya memandang, hingga keberanian untuk menjambak helaian rambut berwarna lembut itu timbul. Menurut Seokjin sekarang, jika lelaki itu berteriak berarti semua ini nyata. Dan pelakunya adalah orang gila ini.

.

.

Ckiiiiiiit!

"AWW! Ya! YAA!" Tarikan keras di rambutnya membuat Namjoon refleks menginjak rem dengan kuat. Sepasang suami istri baru itu hampir saja terantuk.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Namjoon tidak terima dengan pergerakan tak terduga Seokjin.

"..." Tak ada jawaban.

Seokjin hanya menatapnya lucu. Diam.

.

.

'Dia bersuara. Bersuara!' Heboh Seokjin dalam hatinya. Berarti ini semua... Nyata? Tidak mungkin!

Sedetik kemudian teriakan melengking Seokjin menggema memenuhi seluruh ruang di dalam mobil.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Seokjin berteriak panjang, menutup kedua mata dan telinganya.

Sementara Namjoon yang di sebelahnya terkejut bukan main. Mata sipitnya melebar, panik. Seokjin tiba-tiba saja berteriak. "Hei, ya! Ya! Jangan berteriak. Hei!" Namjoon meraih tangan Seokjin yang menutup telinganya.

Lelaki cantik itu berhenti. Membuka matanya hanya untuk menemukan wajah Namjoon yang langsung di hadapannya. Kaget. Seokjin berteriak, lagi.

"AAAAAAAAAAAAAAA..- mmmph! Mmmmphh! Mmph!" Tak ada cara lain selain membekap orang yang kini sudah menjadi istri sahnya. Namjoon menghela napas lelah.

"Diam atau kuperkosa kau sekarang." Suara berat, datar, dan terucap dingin terkesan mengintimidasi seketika menghentikan semua pergerakan dan pemberontakan Seokjin.

Ingatkan Hoseok nanti untuk mengajari Namjoon menggunaan ancaman yang sedikit lebih sopan.

.

.

.

.

"Masih mau berteriak?"

Seokjin cukup sadar posisi dirinya sekarang ini. Alarm di dalam otaknya memberikan sinyal bahaya. Lelaki cantik itu mengangguk kecil. Dan setelah kedua tangan besar Namjoon melepaskan bekapan menjeratnya, Seokjin bisa bernapas lega.

Keduanya kini berhadapan di dalam mobil. Hening mengisi waktu selama beberapa saat sampai suara Seokjin memecah. "Si..siapa kau?" Tanyanya waspada, memundurkan tubuhnya hingga hampir menempel pada kaca mobil.

Namjoon menjawab ringan. "Suamimu."

"A-apa?" Tolong yakinkan Seokjin jika yang di dengarnya ini salah.

"Suamimu, sayang. Kau istriku."

Apa-apaan ini?! Seokjin menolak keras jawaban itu. "Tidak! Tidaak. Tidaaaaak. Jangan mempermainkanku. Dasar orang gila!" Jelas Seokjin tak terima pada Namjoon sambil menunjuk-nunjuknya dengan telunjuk.

"Hei beginikah caramu memperlakukan suamimu?" Kesabaran Namjoon sudah hampir menyentuh batasnya. Istrinya ini benar-benar.

"Tidak. Tidaaaak. Turunkan aku sekarang. Orang gila, penculik mesum. Penjahat turunkan aku!" Seokjin terus memberontak heboh seperti gadis yang diculik. Dengan seluruh adu lengan dan badan dengan Namjoon yang tubuhnya cukup besar akhirnya Seokjin berhasil membuka kunci otomatis dan melarikan diri.

"Orang gila sialaaaaan! Jahaaaat!" Umpatnya berteriak keras sambil berlari.

Sementara Namjoon hanya mengusap wajahnya lagi. Lelah.

.

.

.

Namjoon melajukan mobilnya kembali ke gereja untuk menemui Hoseok. Lelaki manis berwajah lonjong itu menunggunya di sana.

"Namjoonieee!" Hoseok berlari dan menangkap lengan Namjoon untuk dipeluknya. "Mana istrimu? Siapa tadi itu namanya...?"

"Seokjin. Kim Seokjin."

"Ah ya! Itu! Mana dia?" Hoseok menoleh kebelakang, mencari seseorang yang sudah menjadi istri sah sepupunya. Tapi tidak ada siapapun di sana.

"Kabur." Jawab Namjoon santai.

"Hah?!" - ini Hoseok.

.

.

.

.

Sungguh Seokjin tidak pernah sekalipun membayangkan dirinya akan menikah hari itu juga. Usai melarikan diri dari orang yang mengaku suaminya -dan memang benar suaminya, karena Seokjin baru menyadari kalau tadi ia memang sudah menikah dengan orang itu, sah-, Seokjin menyegerakan diri untuk berangkat ke Anyang. Saat itu juga.

Selama diperjalanan Seokjin merenung. Memikirkan sebenarnya apa dosa yang ia perbuat? Lelaki cantik itu akui kalau dirinya tadi berharap untuk menikah, tapi tentu tidak dengan cara seperti ini. Apakah berdoa dan mengharapkan pernikahan itu adalah sebuah dosa?

Seokjin ingin mengubur dirinya sekarang.

"Haaaah.." Menghela napas. Seokjin hendak mengambil bantal kecil yang bisa dipakainya dileher, namun saat ingin membuka tas mata bulatnya menangkap cincin berbahan titanium putih yang melingkar di jari manisnya. Batal sudah niatnya untuk tidur.

Seokjin menatap cincin yang diakuinya pasti tidak murah. Mengembalikan semua memorinya dengan kejadian yang dialaminya tadi.

Tugas tak ada yang selesai.

Bukunya yang entah dimana sekarang.

Ciuman pertamanya direnggut.

Dan sekarang sudah menikah? Dengan...-

Tunggu, Seokjin bahkan tidak mengetahui nama suaminya. Yang benar saja?!

Seokjin mengacak rambut berwarna senada rumput lautnya. 'Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa! Aku bisa gila!' Dan Seokjin melewati waktunya begitu saja hanya dengan menggerutu plus meratapi nasibnya.

.

.

.

.

.

.

Selamat menempuh hidup baru Namjin #tebar bunga #kabur

Cuap cuap dikit ah. Ngga nyangka banyak yang suka Fragile Sight hiks, bentar nangis dulu :(

Haaaaaiiiiii semuanya, kecup sayang dari saya untuk semuanyaaa :*

Kalau ada yg tercekat, sebel, emosi, gemess, ya maap aja itu tanda sayang saya sama kaliaaaaan *hati*

Tapi jangan begal sy dulu, sadar kok kalau itu gantung, yg diotak sy emang masih ngegantung segitu X'D *diblender

Udah biarkan otak sy masi mikir dulu, dan ohya, sy suka sama yang capslock capslock itu lho :3 cinta kalian ~