Sungmin menunduk, kepalanya terasa di pukul oleh palu yang beratnya berton-ton. Di tambah suara yang ramai memenuhi gendang telinganya membuat kepalanya seakan bisa pecah kapan saja.

"Sungmin-ah, gwenchana?"

Sungmin mendongak, mendapati raut khawatir dari kakak iparnya, Ahra. Ia tersenyum. "Ne, aku baik-baik saja Noona. Mungkin sedikit pusing."

Ahra menghembuskan nafasnya. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang tak jauh dari tempatnya berdiri, lalu mengusap peluh yang membasahi dahi pria manis yang bersetatus adik iparnya. Sungmin bergumam terima kasih.

"Biar ku bantu." Ahra mengambil paksa sarung tangan yang akan Sungmin gunakan untuk mencuci piring-piring yang kotor. Sungmin terkekeh. Ia menyandarkan tubuhnya ke lemari pendingin. Karena pekerjaannya di ambil alih oleh Ahra, Sungmin hanya perlu menunggu untuk meletakkan piring-piring bersih itu ke tempatnya.

Sungmin memandang mertua, orang tuanya, suami Ahra lalu berakhir pada suaminya, Kyuhyun. Ia terkekeh melihat Kyuhyun sedikit kewalahan mengasuh dua putra kembar Ahra yang berumur 4 tahun, Noe dan Noah. Keponakan Kyuhyun itu memang selalu menempel pada suaminya saking dekatnya mereka.

Kyuhyun yang merasa di perhatikan menoleh kesana kemari. Kyuhyun tersenyum lebar saat menyadari jika Sungmin yang sedari tadi memperhatikannya. Pria berumur 27 tahun itu melemparkan flying kiss pada Sungmin membuat istrinya itu berdecih dengan wajah merona. Sedangkan kedua keponakan Kyuhyun saling cekikan geli.

Ahra sudah selesai dengan cuciannya. Sekarang bagian Sungmin yang bekerja. Pria manis itu membawa beberapa piring yang sudah di cuci. Sungmin hendak menyimpan piring-piring itu di lemari bagian atas saat tiba-tiba pening melanda dan tubuhnya menjadi sangat lemas.

Prang!

Piring-piring tersebut berjatuhan. Sontak saja semua orang yang berada di sana terlonjak kaget namun bukan hanya itu, mereka semakin terkejut saat tubuh Sungmin limbung dan menghantam lantai.

Bruk!

"Sungmin-ah" jerit histeris semua orang.

.

.

I'am Sorry

Disclameir :

Ini hanya FF, sebuah karya fiksi yang terlahir dari otak sederhana saya. Jangan bash cast yang saya pakai karena mereka tidak tahu apa-apa. Saya hanya pinjam nama saja. V cinta damai chingu ^_^

Cast : KYUMIN and Friends ^^

Waning : YAOI, Typo(s), OOC, M-Preg

Chapter 1

.

.

Sungmin perlahan membuka mata. Kelopak matanya berkedip beberapa kali untuk mendapatkan pengelihatnya yang sedikit buram agar fokus kembali. Remasan pada tangannya yang di genggam oleh seseorang membuat Sungmin menolehkan kepalanya, ia menarik sudut bibirnya saat melihat Kyuhyun duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya.

"Hei, bagaimana perasaanmu?" Kyuhyun mengelus pipi sedikit chubby milik Sungmin. "Masih pusing?"

Sungmin mengangguk. "Sedikit."

"Yeey, Sungmin Imo sudah sadallll." Noah berseru senang. "Noah, ayo belitahu yang lain," ajak Noe. Kedua anak kembar itu langsung berlarian keluar. Kyuhyun dan Sungmin terkikik geli melihat tingkah lucu mereka. Sebenarnya Sungmin sedikit risih dengan panggilan yang dilayangkan si kembar untuknya, Imo. "Harusnya kan samcon bukan imo." gerutu Sungmin.

Pria manis itu mengedarkan pandangannya kesegala arah. Ruangan serba putih dan bau obat di mana-mana. "Aku di rumah sakit ternyata."

"Ya. Kau telat menyadarinya."

Sungmin memeletkan lidahnya. "Aku ingin duduk." dengan sigap Kyuhyun membantu istrinya. Menumpuk dua bantal di belakang punggung Sungmin hingga kini Sungmin sudah nyaman duduk sembari bersandar.

Pintu terbuka. Orang tua Sungmin dan orang tua Kyuhyun masuk di ikuti Ahra dan Suaminya tak lupa si kembar yang berada di gendongan orang tuanya. Para orang tua bernafas lega melihat Sungmin siuman.

Sungmin menampilkan deretan giginya. "Maaf membuat kalian semua khawatir"

"Tidak apa-apa, sayang." Hangeng tersenyum tipis pada Sungmin. Ayah mertuanya itu memang paling tenang. "Jangan di ulangi lagi ya, sayang. Jika pusing atau tidak enak badan langsung katakan saja, hm!" peringatan itu keluar dari mulut Heechul, ibu mertuanya. Sungmin terkekeh lalu mengacungkan ibu jarinya.

"Kau hampir membuat kami jantungan." Jung soo mengecup kening putra tunggalnya itu. Sungmin bergumam minta maaf. "Noe juga ingin di cium," rengek si sulung Noe meminta pada Ibunya untuk mengecup keningnya. Persis seperti apa yang Sungmin dapatkan dari Jung soo.

"Noah juga, Ayah ppopo," rengek Noah pada Ayahnya langsung saja sang Ayah mengecup gemas kening putranya.

Kangin menghampiri Sungmin. Ia mengelus helaian rambut anaknya. "Appa." kata Sungmin. Kangin tersenyum. "Kau juga hampir membuat suamimu menangis."

Sungmin menoleh seketika pada Kyuhyun yang berada disampingnya. Namun Kyuhyun langsung memalingkan wajahnya pura-pura tidak mendengar percakapan Sungmin dengan Ayah mertuanya.

"Benarkah?" goda Sungmin sembari terus menatap genit pada Kyuhyun. "Hm. Ya Tuhan. Harusnya aku kasihan melihat suaminya tapi aku malah ingin tertawa di buatnya." Kangin menambahkan.

"Sungmin-ah bangun sayang. Sungmin-ah!" Heechul dengan semangat menirukan Kyuhyun saat panik tadi. Semua orang tertawa. Sedangkan Kyuhyun hanya terpengkur diam dengan wajah merona, malu.

Saat dua keluarga itu bersenda gurau, pintu kamar rawat Sungmin di ketuk. Ternyata Dokter dan satu susternya. Kyuhyun mempersilahkan Dokter itu untuk memeriksa Sungmin.

"Semuanya baik. Mungkin nanti malam Sungmin-ssi akan deman. Tak perlu khawatir cukup meminum obat dan mengompresnya, saya jamin besoknya Sungmin-ssi sudah sehat kembali." jelas Dokter.

"Dokter saya sakit apa?"

Dokter itu menatap Sungmin. "Anda belum di beritahu?" tanyanya balik. Sungmin mengerut tidak mengerti. Apa keluarganya tahu dia sakit apa, namun tidak memberi tahunya?

Dokter itu seakan mengerti situasi yang terjadi. Ia tersenyum pada Sungmin. "Anda bisa tanyakan pada suami Anda, Sungmin-ssi." Dokter itu membaca dokumen laporan tentang pasiennya -Sungmin. "Anda bisa pulang jika cairan infusnya sudah habis," ujarnya lagi. Dokter itu tersenyum pada semuanya. "Saya permisi."

Setelah kepergian Dokter. Sungmin menatap Kyuhyun penuh rasa penasaran. "Aku sakit apa?"

Kyuhyun melirik Ayah mertuanya. Kangin mengangguk, meyakinkan Kyuhyun. Pria kelahiran Februari itu menatap Sungmin. Ia menggengam tangan Sungmin. "Kau tidak sakit apapun."

Sungmin memiringkan kepalanya. "Lalu apa?"

Kyuhyun tersenyum. "Kau hamil, sayang."

Sungmin membulatkan matanya. Dirinya seakan tersengat sebuah racun yang membuatnya tidak bisa bergerak. Sungguh, perkataan suaminya membuat dirinya bingung. "Apa kau bercanda?" tanya Sungmin setelah mendapat kesadarannya lagi.

Suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit mencekam. Ahra pamit dan keluar dari ruangan bersama suami dan kedua putranya.

"Tidak sayang. Kau memang hamil."

Sungmin menggelengkan kepalanya. Entah mengapa emosinya seakan naik kepermukaan. "Kyuhyun. Ini tidak lucu. Bagaimana kau bisa mengatakan aku hamil sedangkan aku adalah seorang pria. Seorang pria!"

"Dengarkan dulu penjelasanku. Kau-"

"Kyuhyun-ah" sebelum Kyuhyun menyelesaikan kalimatnya. Kangin menyela. Kyuhyun tahu jika mulai dari sini, Ayah mertuanya yang akan menjelaskan.

Kangin duduk disisi ranjang, menghadap Sungmin. Ia mengelus kepala putranya lalu mulai berbicara. "Apa yang di katakan suamimu benar, Sungmin-ah. Kau hamil."

"Appa, aku seorang pria bagaimana bisa aku hamil. Menggelikan!"

"Kau memiliki rahim."

Sungmin terkejut. "Apa?" lirihnya. Ia menggeleng kepalanya kuat. "Bagaimana bisa?"

"Awalnya kami pun terkejut namun kami menyadari jika kelainan itu adalah sebuah keistimewaan yang Tuhan berikan padamu." Jung soo menghampiri Sungmin. Ia mengelus lengan putranya. "Maaf, kami baru memberitahu ini padamu sekarang."

Sungmin merasa pening menyerangnya. Hamil? Memiliki rahim? Ini gila. Ia bahkan tidak membalas genggaman tangan Kyuhyun. Dirinya terlalu pusing memikirkan bagaimana kedua hal yang menimpanya itu bisa terjadi. Kepadanya!

"Kau masih ingat saat kau menjalani oprasi usus buntu ketika kau duduk di kelas 1 SMP?" Kangin kembali berbicara. "Saat itulah kami mengetahuinya. Dokter mengatakan kasus seperti ini adalah hal yang langka, terhitung satu berbanding seribu –anio bahkan berbanding seratus ribu."

Kyuhyun menatap Ayah mertuanya, berusaha berkata lewat tatapannya jika penjelasan ini sudah cukup namun Kangin menggeleng, ini harus diselesaikan sekarang juga. Kyuhyun tidak punya pilihan lain. Yang ia lakukan terus menggengam tangan Sungmin dan memperhatihan setiap raut wajah istrinya.

"Saat kau memutuskan untuk menikah. Ayah memberitahu kelebihanmu pada Kyuhyun." Sungmin menatap Kyuhyun dengan tatapan yang sulit Kyuhyun artikan. Marahkah? Kecewa? Entahlah!

"Pembuahan lewat 'belakang', bisa di katakan mustahil. Karena itu, baik Ayah maupun Kyuhyun tidak berharap lebih. Namun, keajaiban itu sekali lagi datang. Kau hamil, sayang."

Sungmin memejamkan matanya. Jujur saja, kepalanya terasa berat sekali. Kyuhyun dan yang lainnya memandang Sungmin khawatir.

"Sungmin-ah"

Sungmin menggeleng. Lalu bergumam. "Ini gila!"

Ucapan Sungmin barusan membuat kesimpulan akhir. Sungmin tidak bisa menerimanya.

.

.

I'am sorry

.

.

Setelah sampai dirumah mereka. Sungmin langsung keluar dari mobil. Dengan langkah lebar Sungmin segera masuk rumah. Ia ingin berbaring dan tidur, berharap apa yang ia dengar hari ini tidak pernah terjadi.

"Sungmin-ah!"

Sungmin terus berjalan mantap. Hingga saat di ruang tengah, Kyuhyun berhasil mencekal lengannya.

"Lepas," seru Sungmin, memberontak. Kyuhyun tidak mendengarkan, ia malah semakin mencekal lengan Sungmin lebih kuat. "Lepas Kyu. Aku bilang lepas," jerit Sungmin frustrasi. Dengan mata berlinang, Sungmin menatap Kyuhyun.

Tentu saja Kyuhyun tak kuasa melihatnya. Ia menarik tubuh Sungmin hingga istrinya kini sudah berada di dekapannya bersamaan dengan isakan yang keluar dari bibir kecil Sungmin.

"Apa kau tidak senang? Dua kenyataan itu adalah anugrah bagi kita Sungmin."

Sungmin berontak. Ia mendorong tubuh Kyuhyun hingga suaminya mundur beberapa langkah. Sungmin menatap Kyuhyun dengan sorot penuh amarah. "Anugerah? Itu bencana."

"Tidak, kau salah." Kyuhyun hendak mendekapnya lagi. Namun Sungmin sudah lebih cepat melangkah mundur. Sungmin menggeleng. "Aku seorang pria, Kyu." Sungmin menundukan kepalanya. "Aku tidak bisa menerima ini," gumamnya pelan yang terdengar oleh Kyuhyun.

"Apa maksudmu?" Kyuhyun menatap Sungmin dengan wajah gusar.

Sungmin mencoba mengatur nafasnya, ia menatap Kyuhyun. "Aku ingin tidur." Sungmin berbalik. Meneruskan langah kakinya menuju kamarnya. Dirinya sungguh lelah.

Kyuhyun menatap nanar punggung kecil istrinya. Mendesah pelan, Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya pada single sofa. Getaran di saku celananya membuat Kyuhyun sedikit terkejut. Ia mengeluarkan ponselnya, sebuah panggilan dari Ayah mertuanya.

"Bagaimana?"

"Sungmin masih tidak bisa menerimanya."

"Sudah aku duga. Sungmin mempunyai harga diri tinggi. Bagaimana perasaanmu?"

Kyuhyun terdiam. "Senang dan juga sedih dalam waktu yang sama," jawabnya.

"Aku mengerti. Aku mohon bersabarlah, nak."

"Ya, Aboji. Terima kasih."-plip.

Panggilan itu terputus. Kyuhyun mengambil sebuah foto berlapis figura di atas nakas. Ia mengelus wajah Sungmin yang tersenyum lebar, foto itu di ambil saat bulan madu mereka 3 bulan yang lalu.

"Aku harap kau bisa menerima calon anak kita sayang," gumam Kyuhyun.

.

.

Sungmin mengutuk dirinya sendiri yang lupa peringatan Dokter jika dirinya mungkin akan mengalami demam. Pantas saja, saat ia membersihkan diri, tubuhnya menggigil hebat. Buru-buru Sungmin menyampirkan handuk lalu keluar dari kamar mandi.

Tangannya dengan cekatan mengambil sepasang piyama berwarna pink kesukaannya. Dengan tangan bergetar Sungmin segera memakai celananya. Ia hendak memakai baju, langsung terhenti saat ia melihat pantulan tubuhnya dari cermin.

Tanpa sadar, tangannya bergerak menuju perut datarnya. Ia kembali bertanya-tanya apa benar disana ada calon janinnya?

Bulan demi bulan kedepannya, perutnya pasti membuncit. Sungmin menggeleng. Pride nya sebagai seorang Pria berteriak tidak terima. Sungmin memakai piyama dengan cepat lalu naik ke atas ranjang tak lupa menyelimuti tubuh menggigilnya dengan selimut.

Inginnya, Sungmin langsung tertidur. Namun mata rubahnya masih terbuka sempurna. Menatap langit-langit kamar, pikirannya jauh melayang.

Apa yang harus aku lakukan? Itulah gumaman Sungmin.

Air matanya mengalir begitu saja. Bohong jika ia tidak melihat sorot kecewa dan pengharapan dari kedua orang tua dan mertuanya. Bohong jika ia tidak melihat sorot sedih dan terluka dari manik hitam suaminya.

Tapi sungguh, Sungmin sangat sulit menerima kenyataan ini. Otaknya menolak. Sungmin menyerah, untuk hari ini sudah cukup. Sungmin menutup matanya yang terasa memanas. "Kyu," lirihnya. Sungmin terus bergumam nama suaminya hingga ia tertidur.

.

.

Kyuhyun menyimpan sebaskom kecil air hangat di atas nakas. Ia mencelupkan handuk putih pada air hangat itu lalu memerasnya. Dengan perlahan, Kyuhyun menyibakkan poni Sungmin lalu meletakan handuk itu dikening istrinya.

Sungmin mengerjap merasa terusik, ia membuka matanya mendapati Kyuhyun yang tengah mengusap jejak air mata di pipinya. "Aku membangunkanmu?"

Sungmin menggeleng. Ia menatap Kyuhyun yang sibuk mengusap pucuk rambutnya sesekali suaminya itu memijit punggung tangannya yang berhasil membuatnya rileks. Kyuhyun menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis. Ia mengelus pipi Sungmin, sedari tadi istrinya itu menatapnya. "Tidurlah lagi."

Bukannya menurut perkataan suaminya, Sungmin malah terisak. Kyuhyun yang panik langsung mendekap Sungmin. Membisikan kata-kata penenang namun isakan Sungmin semakin keras.

"Maaf," gumam Sungmin parau.

"Ssshhh... cobalah tidur lagi." Sungmin menggeleng. Ia mengeratkan lengannya di leher Kyuhyun. "Maaf."

"Hm.. kenapa terus meminta maaf? Tidurlah sayang. Jika begini terus, demammu tidak akan sembuh." Kyuhyun hendak menjauhkan kepalanya namun Sungmin tidak mau melepaskannya.

"Maaf." Sungmin mengigit bibir bawahnya. "Aku, sungguh tidak ingin hamil."

Deg!

Kyuhyun membulatkan matanya mendengar penuturan Sungmin. Apa maksudnya? Apa itu sama artinya dengan Sungmin...

tidak menginginkan

calon anak mereka?

.

.

.

.

.

TBC?

Holaaaa.. ini dia ff baru ku, yaoi heheh mpreg juga. Okedeh aku ga bakal banyak chit chat hehehe.. mind to review? And see u, 7 hari depan ya :D