Mrs. Bangtan Diary

Namaku Bang Tania. Usiaku baru menginjak empat puluh tahun. Namun aku sudah punya tujuh orang anak, dan mereka semua LAKI-LAKI!

Orang-orang bilang aku seperti baju anti peluru. Walaupun diterjang banyak masalah, aku tidak akan pernah tumbang. Itulah kenapa mereka memanggilku Nyonya Bangtan.

Ku beritahu, ya. Mengurus tujuh orang anak laki-laki seorang diri bukanlah hal yang mudah bagiku. Mereka memiliki sifat dan masalah yang berbeda-beda. Tidak mudah mengendalikan mereka untuk berjalan kearah yang aku inginkan. Karena memiliki arah mereka masing-masing. Aku bahkan tidak sempat pergi spa atau hanya sekedar memakai make up karena masalah-masalah yang mereka timbulkan.

Bukannya mengeluh. Aku hanya ingin bercerita tentang kisahku besama ketujuh putraku. Agar kalian semua tahu bagaimana rasanya mengurus tujuh orang anak laki-laki yang memiliki banyak masalah dalam mencari jati diri mereka.

.

Putra pertamaku bernama Seokjin. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan bahu yang lebar. Wajahnya sangat tampan dan sangat kekinian. Dia sangat sempurna sebagai remaja seusianya. Jika saja aku bukan ibunya, mungkin aku akan jatuh cinta padanya. Hahahaha...(Maaf).

Mimpinya adalah menjadi seseorang yang populer seperti aktor atau idol. Dia ingin sekali muncul ditelevisi. Tak jarang dia mengikuti audisi pencarian bakat disetiap kesempatan. Dia berlatih akting didepan cermin setiap hari. Aku berharap suatu saat nanti, cita-citanya akan terwujud. Aku bangga padanya.

Dia merawat tubuhnya dengan baik. Saat aku ingin membangunkan dia diapagi hari, dia selalu nampak sedang berdiri didepan cermin sambil memakai banyak krim untuk wajahnya. Aku bahkan tidak memakai krim sebanyak itu untuk wajahku. Pasti kulitnya lebih halus dari kulitku. Anak-anak jaman sekarang memang luar biasa.

Pada ulang tahunnya yang kedua puluh. Aku membelikan sebuah mobil truk yang dia inginkan. Walaupun aku tidak tahu kenapa dia lebih memilih mobil seperti itu ketimbang mobil keluarga yang mungkin bisa mengangkutku dan saudara-saudaranya. Kami sempat memperdebatkan itu, karena mobil pilihan Seokjin hanya memiliki empat kursi didalam dan bak dibelakang mobil. Meman dia pikir dimana adiknya akan duduk? Tapi tak kusangka adik-adiknya justru malah senang dengan pilihannya. Dan akhirnya aku lah yang mengalah. Selama mereka bahagia, aku juga bahagia.

Tapi..

Sebagai putra tertua. Seokjin tidak menunjukkan sikap seperti posisinya. Dia tidak pernah memperhatikan adik-adiknya. Seokjin selalu sibuk sendiri dengan latihan dan workout nya.

Dan setiap pulang kerumah dia hanya diam dikamarnya. Sesekali keluar hanya untuk makan atau kekamar kecil. Sebagai ibunya aku merasa sedih karena tidak bisa saling bertukar pikiran atau bertanya sesuatu yang lebih dalam selain basa-basi yang biasa kami lakukan setiap bertemu.

Apalagi saat dia mulai beradu mulut dengan adik bungsunya. Mereka saling ngejek satu sama lain walaupun kenyataan mereka bersaudara. Tidak ada yang mau mengalah sebelum aku pisahkan keduanya. Aku hanya berharap dia bisa menjadi pengganti sosok ayah yang tidak pernah ada dirumah ini. Aku ingin dia lebih perhatian kepada adik-adiknya. Bukannya sibuk sendiri mengambil foto dirinya sendiri. Apalagi foto hidangan setiap kali dia makan. Astaga!

.

Aku selalu berpesan pada semua putraku, bahwa mereka harus bersikap dewasa. Setidaknya bertanggung jawab atas masalah yang mereka timbulkan sendiri. Karena aku tidak selamanya bisa mendampingi mereka.

.

1