BI sequel

Ch. 3

Jungkook

Jimin

Suga

And other

===BI===

===BI===

===BI===

Sudah satu jam lebih suga berdiam didalam mobilnya, dan matanya tak lepas dari sebuah rumah yang berada tak jauh di depannya, menunggu seseorang membuka gerbangnya. Rasa ingin tahunya membuat suga nekat meninggalkan studio musiknya, meninggalkan lagu-lagunya yang belum selesai meskipun ia memang sedang mengambil cuti .

Beberapa saat kemudian, seseorang yang ia tunggu akhirnya keluar dari gerbang rumah, suga tidak tau harus berkata apa saat melihat 'jimin' dengan mata kepalanya sendiri, orang dengan penampilan dan rupa yang sama, suara yang sama bahkan hingga namanya, jika memang dia adalah 'jimin' nya, lalu siapa sosok yang terkubur dalam tanah itu? Suga melihatnya sendiri saat peti mati jimin menyatu dengan tanah. Sosok yang berada tak jauh darinya itu benar-benar terlihat sama, tak ada satupun yang kurang.

Suga merasa ragu ketika tangannya hendak membuka pintu mobil, entah mengapa meskipun sosok itu terlihat sama tapi hatinya berkata ada yang berbeda, dan suga tak tau apa itu, jadi ia hanya diam saja didalam mobil, mengawasi sosok itu hingga menghilang di persimpangan jalan.

===BI===

"waah, kau terlihat keren dengan seragam itu jungkook ah"

Jungkook tersenyum melihat jimin yang terlihat lebih senang saat melihatnya memakai seragam sekolahnya yang baru, ia baru saja membelinya, dan jimin terlihat begitu bersemangat saat jungkook menunjukannya, jimin menyuruhnya cepat-cepat memakainya dan jimin terlihat sangat menyukainya.

"kau menyukainya?"

Tanya jungkook, jimin mengangguk dengan semangat, ia beranjak dari duduknya dan menghampiri jungkook, tangannya bergerak merapikan dasinya dan tersenyum senang saat jungkook menatapnya.

"belajarlah dengan rajin, jangan melawan sunbaemu, dan jangan pernah membolos untuk hal-hal sepele, sekolahmu itu sangat bergengsi, aku saja iri denganmu"

Selalu, jimin selalu memberinya nasihat meskipun ia sudah hafal dengan apa yang dikatakan oleh jimin, jimin mengatakan itu juga semalam, jungkook rasa jiminlah yang paling excited disini, padahal ia biasa-biasa saja.

Jungkook melingkarkan tangannya disekitar pinggang jimin dan menariknya, membuat tubuh mereka menempel satu sama lain bahkan wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja, jimin sudah terbiasa dengan perlakuan jungkook yang tiba-tiba, tapi tetap saja ia merasa malu saat mereka sedekat ini, ia tak yakin wajahnya baik-baik saja sekarang.

"wajahmu merah hyung kau malu eoh?"

Jimin memajukan bibir bawahnya, jungkook sedang menggodanya sekarang dan dia tak tau harus bagaimana, karena jimin memang merasa malu sekarang.

Dan bagi jungkook, sangat menyenangkan bisa melihat wajah memalunya jimin yang menggemaskan itu, ia selalu tak tahan untuk menciumnya kalau sudah seperti ini, jadi ia menghujami wajah jimin dengan ciuman-ciumannya dan berakhir dangan memeluknya dengan erat.

"kau memelukku terlalu erat jungkook"

Meskipun begitu, jimin hanya membiarkannya dan tetap berada diposisinya hingga jungkook sendiri yang melepasnya nanti.

===BI===

Jungkook menghela nafasnya, setiap kali melihat seragam sekolahnya yang dulu ia selalu mengingat memory itu, jimin yang sangat menyukainya tapi kini sudah ia tanggalkan seragam itu, mungkin jungkook sudah membuatnya kecewa. Hanya saja, kembali kesekolah mengingatkannya pada jimin. Bagaimana saat jimin disakiti, dibully, bahkan dibuang oleh mereka.

Jungkook memang tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya, ia menyadari bahwa dirinya adalah salah satu penyebab Jimin menderita selama ini, jadi menghakimi mereka sama saja dengan menghakimi dirinya sendiri. Lagipula, Jimin tidak akan pernah kembali lagi meskipun Jungkook melindunginya, semuanya sudah terlambat.

===BI===

"kau sudah merasa lebih baik?"

Taehyung duduk disamping jimin dan memberikan kaleng cola yang ia beli, jimin menerimanya namun tak langsung membuka, ia hanya memegangnya.

"euhm"

Taehyung menghela nafasnya, seharian ini jimin menjawab semua pertanyaannya dengan pendek, bahkan jimin tak akan bicara sampai taehyung sendiri yang berbicara padanya, taehyung tau jimin pasti merasa sedikit depresi, tapi jimin yang diam seperti bukan jimin yang ia kenal.

"hahh… bukankah sangat luar biasa jimin ah?"

Tanya taehyung, ia meletakkan kaleng cola yang ia minum dan memandang lurus kearah sungai han, jimin menoleh dan menatapnya, menunggu taehyung kembali bicara.

"kau dan hyungmu itu, kalian memiliki wajah yang sama, penampilan yang sama, bahkan nama kalian pun sama, jadi sebenarnya siapa itu park jimin? Kau atau dia?"

Jimin sudah tau pasti taehyung akan menanyakan ini, setelah ia diam-diam mengetahui dan menyelidiki 'jimin', ia baru bertanya pada orang tuanya semalam dan jawaban mereka sendiri sudah bisa ia terka sebelumnya, jimin hanya ingin tau mengapa ia bisa berpisah dengan hyung kembarnya itu selama lebih dari 14 tahun dan ia tak diberi tau apapun, bahkan hanya sekedar foto.

"kau tidak ingin mencari taunya? Tempatnya tinggalnya dan keluarga mana yang mengasuhnya?"

Tanya taehyung lagi, jimin tak kunjung menjawab, ia menunduk, bagaimanapun ia sudah kehilangan sosok yang bahkan belum ia temui lagi itu, hyungnya sudah menyatu dengan tanah tanpa ia tahu sebelumnya bahwa ia memiliki seorang adik kembar.

Mengingat itu sama saja ia mengingat bagaimana hyungnya hidup selama ini, taehyung mencari tau kehidupannya saat masih hidup dan kenyataan yang ia dapat membuatnya merasa marah dan juga menyesal, orang-orang tak berperasaan itu mengabaikan hyungnya, mencelanya hanya karena sebuah kesalahan, dan mengucilkannya seperti seorang penjahat, mereka tak berhak apapun atas hidupnya.

"dan idolamu itu… bagaimana reaksinya saat melihatmu nanti?"

===BI===

Suga tersenyum melihat jungkook didepannya sudah memakai seragam sekolahnya yang baru, anak itu terlihat tak nyaman, mungkin karena dipandangi suga terus sejak tadi membuatnya merasa aneh sendiri, suga juga tak mengatakan apapun tentang penampilannya, ia hanya memperhatikan jungkook dari ujung kaki hingga kepala.

"waah, sudah lama aku tak melihatmu memakai seragam"

Suga beranjak berdiri disamping jungkook, ia lalu merangkulnya dan membawanya ke ruang tengah dan berhenti tepat didepan foto jimin.

"jimin, kau lihat? Jungkook akan sekolah lagi hari ini"

Suga menoleh pada jungkook

"kali ini dia harus lulus, seperti yang kau inginkan jimin"

Jungkook memandang foto itu, ia mendengarkan kata-kata suga yang juga sering ia dengar dari jimin dulu.

"ya, aku sekolah lagi hari ini hyung…"

"ayo, kau harus sarapan dan segera berangkat"

===BI===

Jimin diam, matanya terus melihat ponselnya dan mengabaikan taehyung sejak tadi. Setelah beberapa saat, jimin menghela nafasnya dan meletakkan ponselnya dimeja.

"ya..cepat atau lambat kau pasti bertemu dengannya, ah..kurasa dia sudah mengetahui tentangmu"

Ujar taehyung, jimin tersenyum. Ia menoleh pada taehyung yang sejak tadi terus membaca buku didepannya. Hasil audisi sudah keluar dan mereka berdua diterima sebagai trainee. Tapi tak seperti lainnya, taehyung dan jimin tak terlihat terlalu antusias dengan hasilnya.

"berhentilah berpura-pura, aku tau kau tidak suka membaca"

"begitukah? Kau sadar juga rupanya… daripada aku diam melihatmu diam juga"

Mereka saling melempar senyum satu sama lain, taehyung menutup bukunya dan menatap jimin.

"setelah kalian bertemu, apa yang akan kau bicarakan dengannya? Apa kau akan langsung bilang kalau kau adalah adik 'jimin'? atau kau berpura-pura tak mengenalnya? "

Tanya taehyung

"Ah, tidak mungkin…kau ini fansnya, pasti matamu menunjukkan dengan jelas…ah, atau kau akan bilang 'annyeong suga sunbae, namaku adalah park jimin dan aku adalah fans beratmu' setelah kau mengatakan itu dia pasti akan sangat bingung"

Jimin membiarkan saja taehyung bicara sesukanya, ia tak terlalu menganggap serius ocehannya. Lusa, mereka berdua akan mulai training dan pastinya akan bertemu dengan suga. Memang benar kalau jimin adalah fans beratnya, jauh sebelum dia tau kalau suga ternyata memiliki hubungan dekat dengan jimin hyungnya.

Sekarang ini, ia hanya harus menyiapkan jawaban apa yang harus ia katakan kalau suga bertanya siapa dirinya. Mengatakan kalau dia adalah adik kembar jimin hyungnya mungkin akan membuat suga shock, merahasiakannya juga percuma, jimin tau suga akan mencari tau tentangnya.

===BI===

Setelah mengantar jungkook kesekolah barunya, suga membawa mobilnya ke sebuah panti asuhan. Seperti informasi yang dia dapatkan, disanalah jimin tinggal sebelum akhirnya diangkat oleh keluarga park. Suga sendiri awalnya tidak tau kalau ternyata jimin hanya anak angkat, karena jimin tak pernah memberitaunya, atau mungkin jimin tak mengingatnya.

Suga masuk kedalam mobilnya setelah ia mendapatkan informasi yang diinginkkannya, dan membuka map cokelat yang diberikan kepala panti padanya. Ada beberapa foto jimin saat kecil dan juga beberapa lembar informasi didalamnya.

Suga memperhatikan bangunan didepannya agak lama sebelum dia pergi dari panti itu. Jadi inikah tempat tinggal jimin sebelum dia menjadi anak keluarga park? Kenapa hal sepenting ini saja suga tak mengetahuinya, padahal suga selalu berpikir kalau dia sangat mengenal jimin, dan tau apapun rahasianya. Apa jungkook juga tidak tau?

"seseorang mengantarkannya 14 Tahun lalu, pertama kali dia kemari, dia tak mengingat apapun. Dia hanya menyebut nama jimin berkali-kali, jadi kami pikir itu adalah namanya dan memanggilnya jimin"

"setahun kemudian keluarga park datang dan mengadopsinya, aigoo…jimin adalah anak yang ceria dan juga baik, saya tidak menyangka dia meninggal diumur yang masih muda"

Suga menghela nafasnya, jika memang jimin tinggal dipanti asuhan saat kecil, ada kemungkinan dia memiliki keluarga. Tapi karena jimin tak mengingat apapun, ia bahkan tak tau siapa namanya saat itu, apalagi mengenai keluarganya. Dan sosok yang sama sepertinya, suga pikir mungkin dia adalah kembarannya jimin. Semua ini hanya dugaannya saja, suga rasa ia harus bertemu dengan 'jimin' secepatnya dan menanyakan apa yang menjadi sebab kerisauannya selama ini.

===BI===

TBC

Udah mulai jelas belom?

Yang pada bingung, di chap ini sedikit penjelasan kenapa nama dua orang kembar itu sama – sama jimin

Hehe, atau masih bingung juga?

Mau lanjut?

Beri saya alasan untuk melanjutkannya