"Kau tidak akan pantas menggantikan eonni. Aku heran kenapa oppa bisa suka padamu. Apa kau mengguna-gunanya? Cih."
Changmin mendorong bahu Jaejoong kasar. Sedangkan yang didorong hanya menunduk sambil sesekali menatap nanar pada Changmin.
"Jangan pernah lagi kau mencoba mendekatinya. Jauhi dia! Atau kau akan tahu akibatnya." Ketus Changmin.
Seusai mengatakannya, Changmin berbalik dan melangkah. Sebelum benar-benar meninggalkan atap kampus tersebut, Ia berbalik lagi dan menatap tak suka pada Jaejoong.
"Kau harus tahu, kalau sesungguhnya kau itu tak lebih baik dari wanita penggoda di luar sana. Apa kau tak tahu kelaminmu sendiri? Heh."
Jaejoong mendongakkan kepalanya ketika Changmin sudah benar-benar meninggalkan atap tersebut. Tetesan air mata jatuh membasahi pipinya yang kemudian diusapnya dengan kasar.
IF IT WAS ME
JungYunho x KimJaejoong
ft. ShimChangmin (GS)
YAOI !
Sepenuhnya cerita adalah milik saya.
Jika ada kesamaan dalam cerita itu merupakan ketidak sengajaan
warning! alur kecepetan._.
Yunho menggapai lengan kecil milik seseorang yang sedang berjalan memunggunginya. Membuat sang pemilik lengan tercekat dan terhenti di tempat. Senyuman ceria terpasang di muka Yunho. Ia segera menarik lengan tersebut dan membalikkan badannya.
"Hei?" Ia terkekeh melihat wajah lucu sang kekasih. Sedangkan yang ditatap hanya menunduk dalam diam.
"W-wae? Ada yang salah?" Tanya Yunho dengan sedikit khawatir. Perlahan, Jaejoong—kekasihnya—menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa jawabannya adalah 'tidak'. Yunho masih sedikit khawatir tentang nya, namun Ia menepis semua itu. Kemudian Ia menggenggam tangan sang lelaki.
"Aku memutuskan untuk kita berkencan hari ini. Oke?"
Di luar dugaannya, Jaejoong malah menjauhkan tubuhnya dari Yunho dan menghentakkan lengannya sehingga tautan tangan mereka terlepas. Itu semua membuat Yunho mengernyitkan keningnya tak mengerti. Sebenarnya ada apa dengan prianya ini?
Belum sempat Yunho bertanya, Jaejoong sudah lebih dulu melenggang pergi dari hadapan Yunho. Tak memberi kesempatan bagi Yunho untuk bertanya bahkan mencegatnya. Sebenarnya Yunho sangat ingin mencegat pria mungil-nya satu itu. Setidaknya seperti itu sebelum seorang gadis menghampirinya.
"Oppa, ayo pulang bersama. Eomma bilang kalau keluarga Junsu eonni akan datang mengunjungi." Ucap Changmin sesampainya di hadapan Yunho.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung sempit Jaejoong yang semakin lama semakin menghilang dalam ratusan orang yang berlalu-lalang di koridor kampus, Ia menganggukkan kepalanya. Meskipun Ia sendiri tak mendengar apa yang Changmin ucapkan padanya.
kau itu tak lebih baik dari wanita penggoda di luar sana.
Jaejoong mengusap air matanya. Sampai sekarang, Ia masih saja berada di kampus. Di samping semua itu, Ia hanya terus teringat pada ucapan yang Changmin katakan padanya di jam istirahat sebelumnya. Ini juga yang membuatnya menolak ajakan Yunho untuk berkencan. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Apa Ia salah untuk menjadi tidak normal? Ah, tidak. Jaejoong tidak merasa jika dia tidak normal. Manusia berhak merasakan cinta, bukan? Bahkan kebanyakan orang selalu mengatakan bahwa cinta itu buta. Jadi apa salahnya?
Ia tahu. Bahkan sangat tahu jika sebelum ini Yunho sudah pernah merasakan jatuh cinta. Pada wanita. Dan itu belum terlalu lama. Kira-kira 1 tahun yang lalu wanita itu meninggalkannya karena penyakit yang dideritanya. Sebelum itu, Jaejoong belum menaruh perasaan pada Yunho. Jaejoong sadar, Ia hanya-lah seorang gay kesepian dulunya. Entah bagaimana caranya bisa Yunho tiba-tiba jatuh pada pesonanya.
Bersampingan dengan itu semua, Ia juga sangat tahu jika adik kandung dari Yunho, yaitu Changmin, sangat tidak menyukainya. Itu semua terlihat dari pandangan dingin menusuk yang selalu diberikan Changmin padanya. Dilengkapi dengan perlakuan kasar tanpa memikirkan perasaan Jaejoong. Kadang Jaejoong sering menyalahkan dirinya, mengapa dirinya menanggapi Yunho saat pria itu mengatakan jika Ia telah jatuh padanya? Harusnya Ia menolak mentah-mentah Yunho saat itu.
Namun Jaejoong tetap pada pendiriannya. Bahwa cinta itu buta dan setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai. Ia lalu mengusap air matanya dengan kasar dan menghela napasnya berat, sebelum uluran tangan berada di hadapannya.
"Tepat sudah satu tahun Junsu meninggalkan kita." Lirih Tn. Kim. Semua orang tertunduk di ruangan itu. Suasana sedih meliputi ruangan dengan nuansa mewah tersebut. Termasuk Yunho yang larut dalam mengingat memori lamanya dengan sang kekasih tercinta. Setidaknya begitu sebelum senyum seorang Kim Jaejoong selalu terngiang di dalam pikirannya.
"Aku harap.. Yunho tak terlalu tertekan lagi dengan ini semua." Tuan Kim memberikan senyum tipis nya pada Yunho, yang dibalas senyuman tipis juga olehnya. Bohong jika Ia bilang Ia masih bertahan pada kesedihan yang mendalam dengan mendiang Junsu. Buktinya, jika Ia masih mencintai Junsu, apa maksudnya dengan mengencani Jaejoong?
Sementara Yunho yang larut dalam pikirannya, Changmin juga mengumpat dalam hatinya. Tentu saja Ia tak terima mengingat Oppanya yang telah berkencan dengan orang lain selain mendiang Junsu yang sangat Ia sayangi. Terlebih, orang tersebut adalah pria. Sebenarnya Changmin tak habis pikir dengan keputusan Yunho untuk mengencani Jaejoong. Ia menghela napasnya.
"Kalau begitu, tak usah berlama-lama, ayo kita pergi mengunjungi Junsu." Suara bass tuan Jung menggema di penjuru ruangan.
"Yoochun?" Jaejoong mengernyitkan keningnya. Untuk apa Yoochun ada disini? Ia melirik arloji yang melingkar dengan pas di pergelangan tangan kirinya. Sudah 2 jam berlalu setelah bel pulang berbunyi. Ia akhirnya menerima uluran tangan Yoochun dan berdiri di sampingnya.
"Ah, aku baru saja menyelesaikan laporanku. Hukuman terlambat." Kekehnya. Jaejoong sedikit tersenyum. Ia ingat kalau Yoochun tadi sempat diminta Dosen Lim untuk menemuinya di ruang kesiswaan. Ia mengangguk tanda mengerti dengan jawaban Yoochun.
"Kenapa tak pulang?" Tanya Jaejoong sembari menggunakan tas ranselnya dan mengajak Yoochun untuk melangkah pulang bersama. "Hm, aku tadi melihat seperti bayangan seseorang di tangga. Jadi, sebelum aku pulang kuputuskan untuk mengeceknya." Yoochun tersenyum. Ia memang tak terlalu dekat dengan Jaejoong. Jadilah percakapan mereka hanya sebatas seperti ini saja. Tak ada yang spesial.
Jaejoong sedikit menghentikan langkahnya. "Apa kau.. mendengar suara orang menangis tadi?" tanyanya dengan hati-hati. Melihat Jaejoong yang menghentikan langkahnya, otomatis Yoochun juga menghentikan langkahnya lalu menatap 'ada-apa' pada Jaejoong.
"A-ah, itu, tidak. Aku tidak mendengarnya. Memangnya ada apa?" tanya Yoochun. Jaejoong kemudian tersenyum tipis. "Ahaha, tidak apa-apa. Aku hanya memastikan saja." Ujarnya sambil menatap ke Yoochun yang masih menatapnya dengan pandangan heran. Sejujurnya Jaejoong cukup geli melihat tatapan Yoochun padanya. "Sudahlah, ayo pulang!" Seru Jaejoong kemudian menarik Yoochun untuk pulang bersamanya. Pria bertubuh mungil itu berjalan mendahului Yoochun. Yoochun hanya tersenyum kecil melihat Jaejoong yang berjalan dengan semangat menuju gerbang kampus. Ia hanya mengikuti langkah kecil Jaejoong.
Memang benar jika mereka tidak terlalu dekat. Tapi, apakah salah jika Yoochun menginginkan untuk semakin dekat dengan Jaejoong?
To be continued
