Hidden Love

Kaisoo – Chansoo

Typo(s), Angst, Yaoi!

...

P.s : Terimakasih sebelumnya untuk kalian yang sudah mau membaca dan menunggu Hidden Love sejauh ini *bow

...

...

Kyungsoo berjalan gontai menyusuri lorong kampus. Keadaan cukup sepi mengingat musim libur hampir tiba. Kyungsoo datang kekampus karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan mengingat Kyungsoo yang jarang masuk mengikuti jam kuliah.

Ia merasa tak bersemangat pagi ini. Matanya sayu, pun wajahnya yang pucat. Ia tak dapat tidur dengan nyenyak selama tiga hari terakhir. Sejak Ia putus dari Kai, Kyungsoo hanya menghabiskan malam dengan termenung bersama pikiran-pikiran beratnya. Kyungsoo bahkan tak menangis. Untuk apa? Toh ia putus dari Kai juga karena dirinya sendiri. Ia begitu bodoh karena terlalu mencintai Kai. Ia terlalu bodoh karena telah menyerahkan semuanya kepada Kai. Dan sekarang, semuanya seperti debu. Hilang dalam sekejap karena tiupan angin.

Belum lagi Appa-nya yang berusaha keras membujuk Kyungsoo untuk pindah kerumah megah itu. Bukannya Kyungsoo tak mau, ia hanya belum siap. Bertahun-tahun terbiasa hidup sendiri tanpa orang tua juga saudara membuat Kyungsoo memiliki waktu sulit sekedar untuk beradaptasi. Dan pikiran-pikiran seperti itu yang pada akhirnya membuat Kyungsoo memiliki mata panda besar disekitar mata bulatnya.

"Selamat pagi, Kyungie." Kyungsoo tersentak ketika tangan besar melingkar pada lehernya.

"Ish! Bisakah kau menghilangkan kebiasaan mengagetkanku seperti itu?" Kyungsoo bersiap memukul kepala Chanyeol jika saja cengiran bodoh tak dipasang pada wajah dokter muda itu.

"Maaf. Lagipula sedari tadi ku perhatikan kau melamun disepanjang jalan. Bahkan kau hampir menabrak beberapa orang yang melewatimu. Wae? Kau sedang memikirkan seuatu?" tanya Chanyeol setelah ucapan panjang lebarnya.

Kyungsoo menghela napas, kemudian menggeleng.

"Bohong." Chanyeol mengernyit menanggapi gelengan itu.

"Memangnya begitu terlihat, ya?" Kyungsoo menghentikan langkahnya kemudian menatap wajah Chanyeol lekat-lekat.

Chanyeol memasang pose berpikir, "Tidak juga. Tapi matamu yang mengatakan semuanya."

Kyungsoo menunduk, "Begitu ya?"

Chanyeol kembali mengerutkan kening.

"Ada apa, um? Kau bisa ceritakan padaku jika kau mau." Chanyeol menuntun Kyungsoo duduk pada sebuah kursi tak jauh dari tempat mereka berdiri. Chanyeol tahu jika Kyungsoo membutuhkan teman bicara.

Kyungsoo kembali menghela napas entah untuk yang keberapa pagi ini. Ia menatap tautan tangannya diatas paha sesaat sebelum mengeluarkan suara.

"Aku sudah selesai dengan Kai."

Chanyeol terdiam, mencoba memproses kalimat yang baru saja Kyungsoo ucapkan.

"Aku menjadi pengganggu hubungan Kai bersama Baekhyun." ucap Kyungsoo bergetar.

Chanyeol menatap wajah Kyungsoo yang mulai memerah. Ia jadi tak tega. Ia juga merasa bersalah. Ia tahu hubungan Kai dengan Baekhyun, tapi ia hanya diam ketika Kai menjadikan Kyungsoo kekasihnya. Bukannya Chanyeol tak sayang pada Kyungsoo, namun bukan haknya melarang Kyungsoo melabuhkan hatinya pada Kai. Toh Chanyeol bukan siapa-siapa bagi Kyungsoo.

"Jadi kau sudah mengetahuinya?" pertanyaan Chanyeol membuat Kyungsoo mengalihkan pandangan. Ia menatap lelaki bertubuh tinggi itu penuh tanya.

"Maksudmu? Kau sudah mengetahui itu sebelumnya?" tanya Kyungsoo.

Chanyeol mengangguk membuat Kyungsoo menutup mulutnya tak percaya.

"Maaf karena aku tak memberitahumu sejak awal," Chanyeol menunduk, "Aku ingin bilang, tapi aku tak bisa menghancurkan kebahagiannmu saat itu. Kau terlihat begitu mencintai Kai."

Kyungsoo masih terdiam. Ia masih berusaha mencerna ucapan Chanyeol.

"Aku berpikir jika akan baik kalau kau mengetahuinya sendiri tanpa campur tangan orang lain."

"Seharusnya kau tetap mengatakannya padaku, Yeol."

"Aku tak bisa, Kyungie. Kau akan sedih jika aku mengatakannya."

"Dan aku menjadi semakin sedih ketika mengetahui aku menjadi sebuah boneka. Kau tahu, tapi kau diam. Kai tahu, tapi Kai diam. Kenapa? Apa karena aku sebodoh itu?"

Chanyeol menggeleng cepat, "Tidak, Kyung. Aku sama sekali tak bermaksud-"

Kyungsoo berdiri dari duduknya dengan cepat, "Aku kecewa padamu." kemudian melangkah menjauhi Chanyeol tanpa mengucapkan apapun lagi setelah itu. Kyungsoo sudah banyak menahan air matanya, dan kali ini liquid bening itu benar-benar jatuh.

'Mianhae, Kyungie'

...

...

Kyungsoo berjalan tak tentu arah. Hatinya terluka untuk yang kesekian kalinya. Ia tak mengerti mengapa takdir mempermainkannya. Apa dirinya melakukan kesalahan karena telah membuat Baekhyun terluka tanpa sengaja?

"Umma..." gumamnya lirih dengan isakan pelan mengalun kemudian.

"Kyungsoo-ssi?" Kyungsoo menghentikan langkah, menghapus lelehan airmata pada pipinya kemudian mengedarkan pandangan untuk mencari suara yang baru saja menyapa. Lalu menatap datar ketika mendapati seorang lelaki manis yang berjalan menghampirinya bersama seorang lelaki berkulit tan. Dua orang yang paling ingin ia hindari saat ini.

"Hai... kita bertemu lagi." lelaki itu melambai dengan senyum kelewat ceria.

Kyungsoo membalas senyumnya datar, melirik Kai sebentar sebelum menjawab, "Ya."

"Kau ada kelas?" tanya lelaki itu lagi.

"Um."

Baekhyun mengangguk-anggukkan kepalanya lucu. Sedangkan Kai hanya bisa menatap wajah Kyungsoo dalam diam.

Kyungsoo tak tahu harus berkata apa sekarang. Melihat Baekhyun menggandeng tangan Kai erat membuat hatinya sakit. Ternyata benar, Kai hanya menjadikannya selingkuhan.

"Kalian... terlihat serasi." Kyungsoo mencoba tersenyum. Namun senyum itu justru membuat Kai seakan tertusuk benda tajam. Mereka sudah putus, dan Kai sadar akan hal itu. Ia mencoba menjalani kehidupan normalnya tanpa Kyungsoo, meskipun melihat wajah muram lelaki itu membuat Kai ingin menyakiti dirinya sendiri. Dia begitu brengsek.

"Terimakasih." jawab Baekhyun ceria "Um, sepertinya aku harus segera pergi. Kelasku dimulai beberapa menit lagi. Kalian satu kelas kan?" Kyungsoo mengangguk untuk menjawab pertanyaan Baekhyun.

"Baiklah. Kalau begitu aku dulan, ne?" dan Baekhyun berlalu begitu saja setelah melambai pada Kyungsoo juga mengecup pipi Kai singkat membuat Kyungsoo tersenyum miring setelahnya.

Kyungsoo mendengus kasar begitu punggung Baekhyun menghilang diujung belokan. Ia mulai melangkah, dan terhenti ketika sebuah tangan besar mencekal pergelangan tangannya kuat.

Kyungsoo berbalik untuk menatap wajah Kai, "Apa?" tanyanya dingin.

"Kita perlu bicara." ucap Kai lirih.

"Untuk apa lagi? Aku rasa perkataanku tempo hari sudah cukup jelas." cecar Kyungsoo.

Kai menggeleng, "Aku perlu menyampaikan sesuatu padamu, Kyungie."

Kyungsoo menghentak tangan Kai kasar hingga pegangan itu terlepas dari tangannya.

"Namaku Kyungsoo." tegasnya.

Kai menatap sendu mata bulat yang berkilat dingin. Selama yang Kai tahu, Kyungsoo adalah sosok hangat dan menyenangkan. Tapi sekarang, Kyungsoo seolah menjadi orang berbeda. Dia bukan Kyungsoo yang Kai kenal.

"Aku mohon-"

"Brengsek!" Kyungsoo memotong ucapan Kai dengan kalimat dingin dan menusuk.

Seolah tak mendengar makian dari Kyungsoo, Kai tetap mengucapkan apa yang ingin ia katakan, "Aku mencintaimu lebih dari aku mencintai Baekhyun, Kyungie. Dengarkan aku sebentar. Kau akan tahu mengapa aku melakukan ini."

"Dan itu akan semakin membuatku sakit, Kai. Sudahlah, toh kita sudah selesai. Percuma saja kau menjelaskan."

"Tapi aku tak mau kehilanganmu."

"Wae? Agar kau bisa membohongiku lagi? Agar kau bisa membodohiku lagi? Agar kau bisa menyakitiku lagi? Tidak, terimakasih." Kyungsoo membalikkan badan, berjalan pelan meninggalkan lelaki berkulit tan yang tengah memasang wajah kecewa itu.

"Kyungie."

Plak!

Kai terdiam ditempat. Ia menatap Kyungsoo yang tengah menatapnya tanpa arti. Bahkan rasa panas yang menyapa pipinya seolah menguar begitu saja.

"Jangan mencoba menjelaskannya. Aku sudah cukup tahu." Kyungsoo berkata sambil bergetar. Hatinya begitu sakit. Ia sudah terlalu mencintai Kai. Bahkan sebelum kejadian di Gereja waktu itu. Tapi apa yang ia dapat?

"Kyungie-"

"Aku mohon, jangan lagi menemuiku." Kyungsoo menunduk, mencoba melepaskan genggaman tangan Kai dan kembali berjalan. Namun lagi-lagi Kai menariknya. Kyungsoo tak tahu mengapa tiba-tiba bibirnya terasa hangat. Ia tak tahu mengapa tiba-tiba dadanya bergemuruh kuat. Ia tak tahu mengapa matanya semakin berair ketika bibir Kai menyentuh lembut bibirnya. Yang ia tahu dirinya terpaku dalam diam.

Kai mengecup Kyungsoo lembut. Menarik pinggang mungil itu semakin mendekat kearahnya. Menekan tengkuk kyungsoo agar lumatan itu semakin dalam. Kai melumat bibir Kyungsoo dalam tangis. Ia tahu mengapa Kyungsoo seperti ini. Ia paham mengapa Kyungsoo bertingkah seperti ini. Dan ia menerima tamparan keras itu pada pipinya.

"Mengapa kau membenciku? Mengapa kau mengabaikanku dalam waktu sesingkat itu? Apa kau tak mencintaiku?" tanya Kai setelah kecupan itu berakhir.

"Karena aku takut... aku takut aku akan merebutmu dari Baekhyun."

Tak tahu saja, jika seorang lelaki mungil tengah tersenyum kecut melihat adegan didepannya. Kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menekan beberapa tombol lalu menempelkannya pada daun telinga.

"Tao-ya... aku pikir ucapanmu selama ini hanya sebuah lelucon. Dan sekarang aku sudah melihatnya sendiri."

...

...

"Sekarang kau percaya kan apa yang aku bilang." Tao, lelaki tinggi bermata panda itu melipat kedua tangannya didepan dada.

Baekhyun mengangguk pelan, memposisikan duduknya bersandar pada sofa empuk disudut kamar.

"Aku sudah sering mengatakannya padamu. Bahkan sejak pertama kali kau mencurigai Kai aku sudah mengatakan kalau ada yang tidak beres dengan anak itu. Tapi kau terus menyangkal dan mengatakan jika tak ada apa-apa." Tao memberenggut.

"Aku benar-benar tidak memiliki firasat apapun saat itu, Tao-ya." Baekhyun berkata lemas.

"Dan sekarang kau baru percaya padaku setelah sejauh ini. Itulah dirimu."

Baekhyun menghela napas dalam-dalam. Ia benar-benar dalam keadaan kacau, dan Tao tak membantunya sama sekali.

"Siapa yang menjadi ketiga diantara kalian. Berani sekali dia?" tanya Tao penasaran.

Baekhyun melirik sekilas lelaki yang sedikit lebih tiggi darinya itu, "Kyungsoo."

Tao mengerutkan kening, "Kyungsoo? Siapa Kyungsoo? Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya."

"Dia teman Kai. Mereka berada di fakultas yang sama."

"Woah, daebak. Jadi dia menyelingkuhimu dengan teman sekelasnya?" Tao menggeleng tak percaya.

Baekhyun menatap kosong langit-langit kamarnya. Bukannya ia tak bisa menangis memikirkan Kai, tapi ia mencoba berpikir dewasa. Kai melakukan itu padanya pasti memiliki alasan. Buktinya saja selama ini ia masih melakukan hubungan intim seperti biasa, ya meskipun tidak seintens sebelum-sebelumnya. Setidaknya itu sudah menjadi alasan kuat jika Kai bukan tipe lelaki brengsek yang akan meninggalkan keksihnya tanpa alasan yang jelas.

"Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kau tidak mungkin hanya berdiam diri dan melihat Kai memutuskanmu bukan?"

Baekhyun menegakkan tubuh, menatap kosong gelas berisi jus strawberry yang Tao buatkan untuknya beberapa saat yang lau, kemudian menggeleng pelan, "Untuk saat ini aku hanya akan mengawasi mereka saja. Aku ingin tahu lebih jauh tentang Kyungsoo, dan juga... alasan Kai melakukan itu padaku."

...

...

Kyungsoo menatap jengah seorang wanita yang sedari tadi berputar-putar didalam kamarnya. Tangannya yang lentik mengemas segala macam keperluan Kyungsoo kedalam koper dengan lihai. Beberapa kali wanita itu melihat list yang ia tulis disebuah kertas kecil kemudian kembali berjalan mondar-mandir mengulangi kegiatannya semula.

"Haruskah kau mengepak semuanya, Ahjumma?" tanya Kyungsoo setelah hanya terdiam dengan menyandarkan tubuhnya didekat pintu masuk kamar.

Wanita yang dipanggil Ahjumma tersenyum sebentar, kemudian menjawab, "Kalau aku tak mengepak semua keperluanmu, kau akan kerepotan nanti."

Kyungsoo menghela napas panjang. Ia tak rela jika harus pindah secepat ini. Ia belum terbiasa dengan fakta mendadak yang membuatnya berpikir keras sepanjang malam. Lagipula beradaptasi dengan lingkungan baru pasti akan sangat merepotkan.

"Selesai." ucap wanita itu riang. Mata cantiknya menatap dua buah koper besar yang berjajar rapi didepannya dengan perasaan bangga.

Kyungsoo mendekati wanita itu kemudian mendudukkan dirinya pada pinggiran ranjang.

"Aku sungguh tak ingin cepat-cepat pindah, Ahjumma. Aku masih sangat betah tinggal disini. Aku juga masih ingin merawat bunga-bunga ditokomu." Kyungsoo memajukan bibirnya kedepan, membuat wanita cantik itu gemas karenanya.

"Kau masih bisa merawat bunga ditoko meskipun kau pindah kerumah Appamu." Yoona ikut duduk ditepian ranjang, tepat disamping Kyungsoo.

"Tapi-"

"Kau tahu, Appamu sudah sangat lama mencari keberadaanmu." Yoona memotong ucapan protes Kyungsoo, dan lelaki mungil itu memilih diam setelah perkataan Yoona padanya.

"Sungguh?"

Yonna mengangguk, "Dia juga sama sepertimu. Kehilangan. Kau harus tahu betapa dirinya menyesal karena membiarkan masalalunya bergentayangan. Kalau aku tahu sedari dulu jika yang ia cari adalah dirimu, mungkin aku tak akan banyak berbohong padamu tentang kepergianku selama ini." lanjut wanita itu.

Kyungsoo masih diam, mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh Yoona. Ia pikir selama ini orangtuanya sudah meninggal. Ia pikir selama ini Kyungsoo hanya memiliki Yoona dihidupnya. Dan ia pikir tak ada yang mencari dirinya seperti itu. Tapi disisi lain Kyungsoo merasa lega dengan fakta bahwa Appanya masih hidup.

"Tentang Ummaku?" Kyungsoo bertanya ragu.

Yoona menghela napas panjang, meraih tangan mungil Kyungsoo lembut dan menatap wajah menunduk lelaki mungil itu lamat-lamat, "Lebih baik kau bertanya sendiri pada Appamu. Aku tak memiliki hak untuk menceritakannya."

...

...

Kai berjalan pelan ketika memasuki sebuah rumah besar. Kakinya membawa langkah menuju dapur-tempat yang bahkan tidak pernah ia masuki sama sekali- untuk mengambil minum. Ia merasa lelah setelah seharian mengalami kejadian yang membuat pikirannya penuh, dan 'pulang' merupakan ide yang tak terlalu buruk.

"Kau pulang?" tanya seorang lelaki berwajah tegas yang sedang duduk didepan meja makan.

"Um." jawab Kai acuh. Tangannya mengangkat gelas dan menungkan air bening kedalamnya, menegaknya pelan menimbulkan gelombang lembut disana.

"Kau tak bekerja. Tumben sekali dijam seperti ini kau ada dirumah." tanya Kai setelah meletakkan gelasnya diatas meja.

"Aku libur. Tak terlalu banyak pasien di Rumah Sakit." jawab Jongdae tak mengalihkan fokusnya pada koran.

Kai mengangguk sebentar, kemudian keningnya mengerut ketika mendapati berbagai makanan berjajar rapi diatas meja tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Siapa yang akan datang?" tanya Kai membuat Jongdae melirik arah pandang dongsaengnya itu.

"Entah. Appa tak mengatakan apapun padaku." dan suasana kembali hening, karena tak ada percakapan lagi setelahnya.

...

...

Sepasang kaki mungil menapaki halaman luas sebuah rumah mewah. Kyungsoo masih begitu mengingat bagaimana pertama kali ia melihat rumah ini. Pikirannya begitu penuh saat itu. Namun kali ini Kyungsoo merasa lebih ringan berada disana karena Yoona. Wanita cantik yang telah merawatnya sedari kecil itu tak henti meyakinkan Kyungsoo jika tinggal bersama Appanya bukan keputusan yang buruk.

Yoona menepuk pelan pundak Kyungsoo dan memberikan senyum menyejukkan bagi lelaki itu.

"Appamu tidak ada dirumah hari ini, jadi Ahjumma yang akan menemanimu membereskan pakaian dan kamar baru untukmu. Kau jangan terlalu kaku, ini adalah rumahmu, Kyungie. Mengerti?"

Kyungsoo hanya diam, namun memberikan sedikit senyuman untuk merespon perkataan wanita cantik itu. Setelahnya Yoona mulai berjalan dan Kyungsoo mengikuti dibelakang.

...

...

Ceklek!

Kai mengalihkan pandangan ketika mendengar suara pintu dibuka. Ada suara seorang maid yang mengucapkan 'selamat datang' dan menawarkan sebuah bantuan. Kai kembali mengalihkan pandangannya pada Jongdae yang juga sedang menatapnya penuh tanya.

"Apa yang datang adalah tamu wanita itu?" tanya Jongdae setelah beberapa detik.

Kai mengedikkan bahu sebagai jawaban. Dan saat matanya beralih ia melihat Yoona tengah membawa seseorang disampingnya. Kai tak dapat melihat dengan jelas siapa sosok itu karena Yoona menghalanginya.

"Hah, belum juga menjadi Nyonya tapi sudah berani membawa seseorang kerumah ini." ujar Jongdae sambil kembali fokus pada korannya.

Kai tak menanggapi ucapan Jongdae yang terkesan menyindir itu. Matanya masih tertuju pada seorang lelaki mungil yang kini tengah menaiki tangga menuju lantai dua. Ada sesuatu yang menarik perhatian Kai saat itu, karena sosok itu begitu mirip dengan Kyungsoo.

...

...

"Nah, ini kamarmu." Yoona tersenyum begitu membuka kamar yang akan menjadi milik Kyungsoo nantinya.

Kyungsoo melebarkan mata, kamar ini begitu luas dengan sebuah ranjang besar berada disebelah kanan. Pintu kaca geser yang menghubungkan dengan balkon, juga lemari berwarna coklat tua tak jauh dari sana. Nuansa biru laut mengerubungi kamar barunya, dan Kyungsoo menyukai itu.

"Bagus." ucapnya sambil tersenyum riang. Ia melangkahkan kaki menuju balkon dan matanya semakin berbinar ketika disuguhkan sebuah taman kecil yang berada tepat dibawah kamarnya.

"Kau menyukainya?"

Kyungsoo mengangguk berulang kali menjawab pertanyaan Yoona. Kyungsoo suka bunga, jadi ia langsung menyukai sesuatu yang berdekatan dengan hal-hal seperti itu.

Yoona tersenyum manis melihat lelaki mungil yang sudah ia anggap sebagai putranya itu begitu ceria. Kyungsoo belum pernah secerah ini sebelumnya. Meskipun Yoona tahu jika Kyungsoo adalah seorang yang ceria namun keceriannya kali ini begitu berbeda.

"Kyungie." panggil Yoona pelan membuat lelaki mungil itu mengalihkan perhatian padanya.

"Kau ingat dengan saudaramu?"

Pertanyaan Yoona membuat Kyungsoo mengerutkan kening.

"Saudara?"

Wanita cantik itu mengangguk, "Kau memiliki dua saudara laki-laki. Ingat?"

Kyungsoo mencoba mengingat, namun ia menggeleng karena memang tak mengingat apapun tentang masalalunya.

Yoona menghela napas pelan.

"Wae? Kenapa Ahjumma seperti itu? Kau memiliki ekspresi yang buruk saat mengatakan tentang saudaraku."

Yoona hanya menatap Kyungsoo, jika saja Kyungsoo tahu kalau kedua saudaranya tak pernah menginginkan kehadiran Yoona dirumah ini, ia yakin Kyungsoo akan sedih. Jadi Yoona memilih diam dan tak menceritakan apapun tentang itu.

"Benarkah? Mungkin aku kelelahan, makanya ekspresiku jadi terlihat seperti itu."

Tapi Kyungsoo bukan seorang bocah yang mudah dibohongi. Lelaki mungil itu semakin mendekat kearah Yoona kemudian menatap wajah cantik itu lamat-lamat.

"Wae?"

Yoona menunduk, ia tak sanggup melihat mata bulat Kyungsoo yang seperti itu.

"Apa mereka tidak menyukaimu?" tanya Kyungsoo tanpa perlu berbasa-basi. Ia cukup tahu bagaimana sikap orang terhadap orang baru yang masuk kedalam keluarga mereka. Dan mungkin Yoona tengah berada dalam situasi seperti itu sekarang.

"Mereka bukannya tak menyukaiku, Kyungie, mereka hanya belum bisa menerima kehadiranku."

Kyungsoo menghela napas. Memang wajar, tapi ia tak suka melihat Ahummanya sedih seperti itu.

"Kalau begitu kita buat mereka menyukaimu." Kyungsoo berujar semangat hingga membuat Yoona menegakkan kepala.

"Kau belum mengerti bagaimana sikap dan sifat mereka, Kyungie."

"Bukankah mereka adalah saudaraku, tentu saja sifat mereka tak jauh berbeda denganku."

Yoona menggeleng, "Mereka begitu berbeda denganmu."

Kyungsoo memudarkan senyumnya. Ia masih belum tahu bagaimana rupa saudara-saudaranya, pun ia tak pernah tahu bagaimana sifat juga sikap mereka. Jadi ia tak yakin dengan perkataannya yang terucap beberapa saat yang lalu.

Melihat raut wajah Kyungsoo berubah Yoona menjadi sedikit panik. Ia tak boleh membuat Kyungsoo merasa tak nyaman dengan perkataannya mengenai saudara-saudaranya. Kyungsoo harus merasa nyaman dengan lingkungan barunya, bukan malah menjadikan dirinya berpikir yang macam-macam.

"Sudah jangan dipikirkan. Seperti katamu, mungkin sikap mereka sama denganmu, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda. Seiring berjalannya waktu mereka pasti akan bisa menerimaku disini." ucapan Yoona lembut pun senyum manis tersungging diwajahnya.

Kyungsoo membalas senyum itu, "Lalu dimana mereka?" tanyanya kemudian.

"Mereka orang-orang sibuk, Kyungie. Mereka jarang dirumah. Mungkin nanti malam baru pulang."

Kyungsoo mengangguk mengerti, kemudian matanya kembali menatap pada taman yang berada tepat dibawah balkon kamarnya. Menatap taman itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

...

...

Waktu sudah menunjukkan pukul 7. Beberapa maid dirumah mewah itu terlihat sibuk menata makanan yang telah mereka siapkan sejak sore. Mereka tahu jika sebentar lagi Tuan besar rumah itu akan tiba, dan seperti pesannya kemarin bahwa sambutan kepada keluarga baru mereka akan dilakukan saat makan malam.

Dikamarnya, Kyungsoo tampak sudah rapi dengan kemeja putih berlengan pendek dengan celana kain selutut yang tampak begitu manis ia kenakan. Kyungsoo bukan tipe orang yang suka memakai pakaian formal dirumah, jadi ia akan merayakan sambutan makan malam atas kehadirannya dengan pakaian yang menurutnya nyaman dikenakan.

Sedari tadi Yoona Ahjumma juga sudah membantunya bersiap-siap. Memberikan penjelasan tentang beberapa kebiasaan Appa dan juga saudara-saudaranya agar Kyungsoo tak merasa kaku nanti.

Seharian ini Kyungsoo hanya istirahat didalam kamar. Ia sama sekali belum keluar untuk sekedar melihat-lihat tempat tinggal barunya. Dan kali ini ia merasa gugup. Ia seperti orang asing. Ia tak nyaman sebenarnya, tapi mau tak mau Kyungsoo harus melakukannya. Selama ini ia tinggal terpisah dari Appa juga saudara-saudaranya. Dan mungkin sekaranglah saatnya ia kembali berkumpul bersama mereka.

Kyungsoo berdiri didepan cermin besar disudut ruangan. Mengamati dirinya dalam diam. Ia tersenyum sebentar ketika beberapa kelebatan menyapa ingatannya.

"Umma... apa Umma bahagia mengetahui aku sudah bertemu Appa?" Kyungsoo bergumam lirih dengan tersenyum kecil setelahnya. Ia yakin jika Ummanya bahagia diatas sana. Ya, ia yakin itu.

"Sudah saatnya kita turun. Semuanya sudah berkumpul." ucap seorang wanita cantik didepan pintu kamar Kyungsoo. Kyungsoo menoleh dan kembali melebarkan senyumnya ketika melihat pakaian yang dikenakan Yoona. Gaun berwarna kuning lembut selutut dengan heels berwarna senada.

"Uuuh... kau terlihat cantik jika berpenampilan seperti itu, Ahjumma." goda Kyungsoo yang membuat wanita itu merona malu.

"Ish! Jangan membahas penampilanku. Ayo, kita sudah ditunggu." kemudian mereka keluar kamar berdua dengan senyum yang saling terpasang diwajah mereka masing-masing.

...

...

Diruang makan sudah duduk dua orang putra Tuan Kim, juga satu orang kepala keluarga Kim. Yang lebih tua duduk disebelah kanan Kim Yunho, sedangkan yang lebih muda duduk disebelah hyungnya. Kim Yunho nampak begitu bersemangat berbeda dengan dua orang yang hanya terdiam sambil memainkan ponsel ditangan mereka masing-masing.

Yunho semakin melebarkan senyumnya ketika mendengar suara derap langkah menuruni tangga. Pun Kyungsoo juga Yoona yang membalas senyum kepala keluarga itu dengan riang.

Lelaki mungil itu menunduk, ia gugup luar biasa ketika mendapati tiga orang yang sudah duduk dikursi makan. Ia tak berani menatap ketika Appanya memberi gestur agar ia mendekat. Kyungsoo hanya menurut, dan berdiri tepat disebelah Appanya.

"Kemarin Appa sudah bilang pada kalian jika akan ada keluarga baru, bukan?" ucap Yunho pada kedua putranya. Namun keheningan yang menjadi jawaban semakin membuat Kyungsoo gugup juga takut.

Lelai itu meremas ujung kemejanya hingga kusut, tangannya juga sudah begitu dingin dan berkeringat. Ia jadi ingat ucapan Yoona tadi pagi. Apa kedua saudaranya ini benar-benar berbeda sifat dengannya?

"Inilah keluarga baru yang Appa maksud." Yunho menggenggam tangan mungil Kyungsoo lembut, "Kyungsoo, beri salam pada saudaramu."

Dan kemudian dua manusia yang sedari tadi sibuk dengan ponsel mereka serempak menoleh pada seseorang yang tengah berdiri disamping Yunho. Kai menjadi orang pertama yang mengalami sesak pada dadanya secara mendadak. Matanya menangkap sosok mungil yang baru tadi pagi ia temui. Bagaimana mungkin?

"Anyeong." sapa Kyungsoo singkat. Ia memberanikan diri untuk mengangkat kepala, dan seketika itu juga waktu seperti berhenti berputar. Mata bulatnya menangkap sosok Kai tengah duduk diseberang meja. Dadanya bergemuruh tak karuan, darahnya seolah tak berjalan membawa oksigen pada otaknya. Kyungsoo linglung untuk beberapa saat. Pikirannya merambah kemana-mana. Apa Kai adalah saudaranya?

"Kau?" ucap Jongdae membuyarkan keadaan hening yang sempat tercipta. Kai menoleh pada Jongdae yang tengah menunjuk Kyungsoo, sedangkan Kyungsoo terbelalak mendapati dokter Jongdae disana.

"Kalian saling mengenal?" tanya Yuhno setelah sepersekian detik terjadi keheningan kembali.

"Siapa dia, Appa?" bukannya jawaban yang ia dapat, namun pertanyaan datar yang kini terucap.

Kyungsoo tak dapat melakukan apapun. Ia seakan dipatung saat itu juga. Mengapa Kai dan dokter Jongdae yang menjadi saudaranya?

"Dia Kyungsoo, saudara kalian."

Seketika ruangan menjadi hening. Atmosfer disana berubah menjadi tegang tanpa Kyungsoo ketahui sebabnya.

Kai menggeleng keras, "Tidak mungkin."

Yunho menatap Kai juga Jongdae bergantian. Ia merasa jika ada sesuatu diantara mereka bertiga, "Wae?"

"Saudara dari mana, hah? Dari wanita itu?"

Yoona menegang ditempat mendengar tuduhan itu. Yoona sudah cukup hapal, karena jika Jongdae sudah angkat bicara maka akan berakibat tak baik setelahnya.

"Bicara apa kau ini? Dia saudara kandungmu, Jongdae." Yunho berkata tegas membuat Kyungsoo semakin kaku ditempat.

Jongdae tertawa remeh, "Bukankah Appa sendiri yang bilang jika saudaraku sudah mati. Apa Appa lupa? Dan dia, anak Appa bersama wanita simpanan itu, bukan?"

"Jongdae!"

"Apa? Appa mau menyangkalnya? Brengsek!"

"Jongdae! Keterlaluan kau! Apa yang kau tahu Appamu ini hanya seorang brengsek seperti itu, hah?!" Yunho berbicara semakin keras kali ini, membuat Kyungsoo memejamkan matanya takut. Ia tak menyangka jika keadaan akan menjadi seperti ini. Ia pikir keluarganya baik-baik saja, tapi ternyata pikirannya salah besar.

Kyungsoo melirik kearah Yoona yang sudah memerah menahan tangis, ada sesuatu didalam dadanya yang terasa sesak ketika melihat seseorang yang sudah merawatnya sedari kecil diperlakukan seperti itu oleh dokter Jongdae. Kemudian tatapannya beralih pada Kai. Hatinya semakin sesak ketika mendapati tatapan kosong dari lelaki itu. Kyungsoo tak tahu mengapa namun kekecewaan jelas tercipta disana.

Tanpa berkata apapun, Kyungsoo melihat Kai meninggalkan ruang makan. Ia menatap punggung Kai hingga lelaki itu menghilang dibalik pintu yang ia yakini adalah kamar Kai. Kamar yang berada tepat disebelah kiri kamarnya.

Yunho menghela napas berat ketika melihat kepergian Kai. Itu sudah hal biasa baginya. Namun yang membuat Yunho kecewa ketika menyadari bahwa putra-putranya sudah tak ada yang menghargainya sebagai Appa.

"Terserah. Aku sudah tak peduli kau menyebut dirimu apa. Seharusnya kau segera menikah agar simpananmu tak meminta pertanggung jawaban seperti ini." kemudian Jongdae melangkah meninggalkan ruang makan, tanpa menyentuh hidangan yang sudah tersaji sedari tadi.

Dan dari itu Kyungsoo mengerti apa maksud ucapan Yoona tadi pagi.

'Jadi beginikah keadaan keluargaku? Kai...'

...

...

TBC

...

Saya baca ulang FF ini dari awal dan merasa sangat aneh. Banyak adegan yang melenceng dari aturan 'bermain'. Oke, saya tahu Hidden Love memiliki alur yang 'sangat' berantakan. Mungkin itu salah satu alasan kenapa Eonni yang request FF ini sudah tidak mengikuti jalan ceritanya lagi. Saya pengen berhenti karena pada kenyataannya sang pemilik ide sudah berhenti, tapi saya terlanjur janji sama seseorang untuk menyelesaikan HL apapun yang terjadi T_T /galau.