"Surat"
Vampire Night © Hino Matsuri
Surat © Suki Pie
Warning : ooc, demi apa :"D
.
"Saya tidak mendapatkan keuntungan komersil macam apapun atas pembuatan fanfiksi ini."
.
.
.
For my dear, Kiryuu.
(jangan tanya kenapa aku menulisnya seperti itu, Yuuki yang memaksaku).
Terima kasih telah lahir di dunia ini.
Bernapas hingga kini, dalam menit ini, dan detik yang tidak akan pernah berhenti.
Terima kasih kuucapkan juga pada Kaien Cross, yang dengan senang hati membesarkanmu sampai kau tumbuh dewasa. Meskipun sifat sinis dan dinginmu itu memang menyebalkan, terutama saat aku berusaha agar kau melihatku, tidak apa-apa. Kau tetap manis di mataku. (Darahmu, sebenarnya. Mana ada wajah komite disiplin bisa dikatakan manis. Kecuali Yuuki, tentunya).
Juga kepada Yuuki, adikku, yang akan selalu dan selalu menganggapmu seorang kakak. Maaf (dan ketahuilah, seorang Kuran tidak akan pernah sudi mengatakan maaf. Tapi karena—sekali lagi—Yuuki memaksaku, jadi aku menulisnya), aku tidak bisa memberikan Yuuki untukmu. Bukan karena aku terlalu protektif padanya, tapi karena perasaanku jauh lebih besar darinya.
Tidak, jangan menyangkal.
Ini cara bagaimana seorang Kuran mengungkapkan—apa itu? Sesuatu yang disebut manusia dengan perasaan? Tunggu, memang kau punya perasaan? Aku ragu.
Dan jangan tertawa.
Aku melihatmu, Kiryuu. Jangan buat aku mendatangimu sekarang juga.
… (dan aku serius).
Oh, baiklah, lupakan saja.
Lalu …
… kepada Shizuka.
Aku tahu, ya, kau membencinya. Kau—sangat—membencinya sepanjang hidup dan matimu, Kiryuu. Tapi, ketahuilah, aku sungguh berterima kasih pada gadis itu. Karena tanpanya, mungkin aku tak akan pernah mengenalmu. Mengetahui kau siapa sebenarnya, dan dengan sukarela memberikan darahku hanya untuk seorang vampir rendahan level E semacam kau, Kiryuu.
Tapi, sekali lagi, aku sangat berterima kasih kepada Shizuka. Tanpanya, Kaien tidak akan menemukanmu. Tanpanya, Yuuki tidak mungkin mengenalmu.
Dan tanpanya, mungkin aku tidak akan bisa bertemu denganmu bahkan mencintaimu sebegini besarnya.
Terakhir, terima kasih kukatakan padamu, Kiryuu. Berbangga hatilah karena kau sudah bisa membuatku menulis kata laknat seperti 'terima kasih' dan 'maaf' yang seharusnya tidak pernah sudi aku katakan sampai mati sekali pun (jika aku memang bisa mati).
Dan paksaan Yuuki untuk menulis surat bodoh ini, sedikitnya.
Yang jelas, kau selalu ada. Di sini, di sampingku. Sampai kapan pun.
Selamanya.
(kalau kau rela menjadi seseorang yang abadi karena darahku).
.
—Kuran. K—
.
.
.
Kertas putih itu terselip di bawah bantalnya.
Ketika dini hari tiba dan Zero terjaga dari alam mimpinya. Saat itu, satu tangannya yang tidak bisa diam sempat menepis bagian samping bantalnya, cukup keras. Sampai selembar putih mudah dirobek itu keluar dan melayang hingga membentur dinginnya lantai.
Sekarang, kertas itu diremasnya tanpa sadar.
Zero mengerang frustasi, lalu mengacak rambut peraknya asal. Terus terang saja, semua ini membuatnya depresi. Ada getar di sana, entah sejak kapan, merayap perlahan di sudut hatinya. Dan dentuman tak tentu yang terjadi pada denyut jantungnya; dua kali lebih cepat.
Sial. Zero merasa mata dan pipinya panas.
Ini memalukan, astaga.
"Aku bunuh kau, Kuran."
end
A/N : haloo~~
udah lama gak mampir ke fandom ini :"D dan pertama kalinya mampir, baru inget kalo review di fanfic "Valse" belum dibales sama sekali (mana udah lama banget) :"" maafkan Q/\Q pokonya, makasih banget yang udah review di-fanfic Valse *bow* buat fave dan reviewnya juga. Maafkan kelupaan Suki :"D/dibuang.
Dan makasih juga udah baca fanfic ini yaa~