Annyeong ~

Nah, ini cuman Kumpulan One Shot. Rated-nya beragam, trgantung mood saya wkwkwk...

DAFTAR CHAPTER (pasti selalu diupdated ^^)

1. YoonMin and NamJin: Coming Home [Rated K+] Ketika dua Uke manis yg bersikeras untuk tetap terjaga menunggu Seme mereka pulang.

2. YoonMin: At The Beach [Rated K+] Yoongi dan Jimin yg menikmati keindahan pantai.

3. YoonMin! Slight NamJin: Finally? [Rated T] Ada sesuatu yg disembunyikan Yoongi. Memandangi dr jauh dgn wajah berpikir, dan bersikap lembut ketika di dekat Jimin.

4. YoonMin: Just a Daily Squabble [Rated T] Hoseok di tengah-tengah YoonMin.

5. YoonMin: Morning Routine [Rated K+] Yoongi dan Jimin yg menyambut pagi dgn kehangatan mereka.

6. YoonMin and NamJin: Valentine [Rated T] Waktunya memberikan coklat penuh cinta untuk para Seme tersayang.

7. YoonMin and NamJin: Failed Honeymoon, Failed Doubledate 1 [Rated T] Honeymoon manis yg didambakan terpaksa dirusak oleh pihak tersisa.

8. YoonMin: Failed Honeymoon, Failed Doubledate 2 [Rated T] Acara Camping yg terpaksa membuahkan bencana bagi pasangan YoonMin.

9. NamJin! Slight YoonMin: Can you say 'it', please? 1 [Rated T] Seokjin yg merasa bahwa kekasihnya perlu untuk merasa cemburu.

10. YoonMin: Finally... [Rated M] Malam pertama YoonMin fufu~

11. NamJin: Can you say 'it', please? 2 [Rated M] Masa lalu pasangan NamJin. Ketika mereka belum mengerti perasaan masing-masing.

12. YoonMin: Pheromone [Rated T] Pasca 1st Time-nya pasangan YoonMin.

13. YoonMin: I Know You Love Me 1 [Rated T] Masa lalu pasangan YoonMin. Ketika mereka saling mengerti, namun Yoongi yg memvonis diri tak patut untuk dicintai.

14. YoonMin: I Know You Love Me 2 [Rated T]

15. YoonMin Bonus! Pregnant? [Rated M] Yoongi yg kebingungan dgn perubahan yg terjadi pada diri Jimin.

16. YoonMin: 2nd Time? [Rated T] Jimin yg brharap dapat melewati malam indah bersama Yoongi.

17. YoonMin slight Namjin: [Rated K] Bagaimana sikap Yoongi terhadap kedekatan Jimin dan Jungkook.

18. YoonMin slight Namjin : [Semi M] YoonMin yg hangat, YoonMin yg mesum haha. Plus fluffy NamJin

19. YoonMin : [Rated M] Jimin itu Uke.

20. YoonMin slight NamJin slight VKookV : [Semi M] Tujuh pemuda yg sma2 menyukai musik. Tujuh pemuda yg sma2 menyukai kebebasan. Tujuh pemuda yg sma2 menyimpang.

.

.

Selamat membaca ^^

.

.

"Seokjin-hyung?"

Langkah Jimin memelan sampai ia duduk tepat di samping Seokjin. Ia yang berpikir bahwa akan sendirian di ruang tengah dorm BTS ini menatap heran pada Seokjin.

"Jimin? Kau juga belum tidur?"Seokjin balik bertanya, menoleh pada Jimin, "menunggu Yoongi?"

Jimin mengangguk, "Namjoon-hyung juga belum pulang?"

"Ne,"cicit Seokjin lesu. Kedua matanya kembali tertuju pada layar TV, ntah memang sedang menonton acara tengah malam itu atau hanya sekedar mencari kesibukan.

Jiminpun begitu.

1. Coming Home

"Ne, Namjoonie?"

Jimin langsung melihat ke sampingnya, sudah ada saja panggilan masuk untuk Seokjin.

"Aah, benar. Hyung belum tidur, ya? Tidurlah duluan, masih banyak yang perlu aku urus."

"Tapi, kau akan tetap pulang malam ini kan?"

"Ne, Hyung. Tapi jangan menungguku ya."

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah Hyung. Aku dan Yoongi-hyung memesan restoran cina tadi."

Jimin memencet-mencet pelan bahu Seokjin, mulutnya berbicara tanpa suara.

"Namjoonie, apa kau masih bersama Yoongi?"

"Tidak, Hyung. Dia sedang di studio, aku di ruang rapat menunggu Bang Pd-nim. Jimin juga belum tidur?"

"Ne."

"Kalian berdua tidur saja duluan. Sepertinya kami masih lama. Sudah dulu ya, Hyung."

"Ne..."

"Saranghe, Hyung."

"Nado, Namjoonie."

Telpon ditutup. Seokjin mendesah cukup panjang kemudian menyadari Jimin yang sudah mengecurutkan bibir dengan wajah yang siap menangis, "Jiminie?

"Huwaaaa~"Jimin menghambur memeluk pinggang Seokjin.

"Eh? Eh? Kenapa?"

"Aku iri Hyung! Iri sekali!"rengek Jimin.

"Eh?"

"Huweee. Kenapa Yoongi-hyung belum menelponku juga? Kenapa kalian mesra sekali? Huuhuhu."

Seokjin tersenyum simpul, "kau tahu kan Yoongi orangnya memang seperti itu. Lagipula, bukannya dia sudah mengirimimu email waktu kita makan malam tadi."

Jimin melepas rangkulannya, tiba-tiba duduk tegak dengan tampang serius.

"Saranghe, Hyung,"ucap Jimin menyontoh suara berat Namjoon, "Nado, Namjoonie,"meniru irama lembut Seokjin, "iri! aku iri, Hyung!"kemudian menggeliat di atas sofa.

Seokjin tertawa kecil.

"Bahkan kemarin Namjoon-hyung membelikanmu buket bunga kan, Hyung,"sambung Jimin masih dengan nada cemburu.

"Hei, dia pernah menghadiahkanmu Rap yang sangat keren, kan,"balas Seokjin. Meski tak seromantis Namjoon hihi.

"Namjoon-hyung setiap hari tak pernah absen mengatakan 'saranghe' pada Seokjin-hyung."

"Saat kau terkena demam ringan, kau tahu kan betapa paniknya Yoongi."

Wajah Jimin kesal, jarinya menunjuk-nunjuk tangan kiri Seokjin, "kalian sudah memakai cincin couple, Hyung,"tekan Jimin.

Seokjin merona.

"Kalian,"sambung Jimin,menggembungkan pipinya lucu, "kalian juga sudah melakukan 'itu' kan."

"Eh?"

"Yoongi-hyung belum menyentuh tubuhku sedikitpun."

"Ya!"Seokjin memukul kepala Jimin, "apa yang kau bicarakan? Kau masih-"

"Aku kan sudah dewasa, Hyung,"rajuk Jimin, berpaling dari Seokjin.

"Haaah,"Seokjin menghela napas, "kau tahu Jiminie?"

"Hm?"

"Yoongi hanya memikirkan kebaikanmu."

"Maksudnya?"

"Dari kalian mulai pacaran sampai sekarang, jadwal kita benar-benar padat, kan?"

Jimin berpikir sebentar lalu mengangguk.

Seokjin mendekatkan mulutnya pada telinga Jimin, berniat berbisik, padahal hanya ada mereka berdua di sana, "pertama kali melakukannya, aku benar-benar tak bisa jalan lho. Berdiripun sakitnya minta ampun."

Mata Jimin membulat, "benar, Hyung?"

Seokjin mengangguk-angguk dalam dengan pipinya yang sudah memerah, "kau itu jangan membayangkan 'enak'-nya saja, Jiminie,"lanjutnya bernada bijak, "kau mau tersiksa saat latihan dance atau saat dipanggung?"

Jimin menggeleng polos.

"Kau mau fisik kita yang sudah kewalahan karena jadwal padat tak dapat beristirahat sedikitpun?"

Kembali Jimin menggeleng polos.

"Nah, Yoongi pasti memikirkan itu. Kau tahu kan, Yoongi itu selalu mempertimbangkan segala sesuatunya. Apalagi untuk orang yang sangat dia sayangi."

Jimin tersenyum malu.

"Tapi, yah. Sebenarnya aku juga iri lho."

"Iri kenapa, Hyung?"

"Yoongi itu terang-terangan sekali, disetiap interview, fansign dan lainnya, jika sudah menyangkut pertanyaan 'diantara member BTS...' dia selalu memilihmu kan."

Jimin terkekeh senang.

"Lagipula, kalau sedang tidak berduaan, kami tidak semesra ini kok,"lanjut Seokjin, "lalu, untuk hal-hal kecil dalam keseharian kita, kalian sering berbicara lewat tatapan saja, kan."

Senyum Jimin semakin lebar.

"Aku yakin, Yoongi itu tipikal seseorang yang tidak mau mengumbar kata 'saranghe' atau 'aku rindu' atau sejenisnya pada seseorang yang benar-benar ia cintai. Dia itu-"Seokjin berhenti mendapati wajah Jimin yang tak nyaman kepadanya.

"Dipikir-pikir, dari tadi Seokjin-hyung itu paham sekali dengan Yoongi-hyung,"Jimin menyorot Seokjin dengan padangan selidik dan penuh curiga.

"Ya! Aku hanya menyukai Namjoon! Yoongi itu sudah kuanggap seperti adikku sendiri!"

"Hehe, becanda Hyung ~"

"Dasar. Haha."

Disisi lain ternyata ada Hoseok yang berniat ke dapur, namun langsung berbalik dengan tidak semangat begitu mendengar obrolan uke-uke manis di grupnya itu. Kapan kau pertemukan aku dengan jodohku, Tuhan...

.

.

"Hyung, lihat."

Yoongi melongok dari balik tubuh jangkung Namjoon.

Kemudian keduanya mendesah bersamaan melihat dua makhluk manis tengah terlelap di atas sofa.

"Padahal sudah kusuruh untuk tidak menunggu,"keluh Namjoon, menyasak tasnya kebahu lalu bergerak hati-hati untuk mengangkat tubuh Seokjin. Sempat terdengar lenguhan tak senang dari Seokjin lalu hening kembali begitu tangannya sudah secara tak sadar melingkar erat di leher Namjoon. Namjoon tersenyum, menatap lamat wajah tidur Seokjin, padahal dia melihatnya setiap hari, tapi entah mengapa Namjoon tak pernah bosan sekalipun.

"Duluan, Hyung,"pamit Namjoon berlalu menuju kamar Seokjin.

Yoongi mendesah kasar. Jujur, ia letih sekali. Mana bisa ia seperti Namjoon yang dengan mudahnya menggendong Seokjin ala bridalsytle begitu. Sebentar ia mengelus pipi Jimin, mengecup sekilas bibir tebal itu dan berjalan gontai ke kamarnya.

Tenang, Yoongi kembali dengan membawa selimut, alas tidur dan dua bantal untuk Jimin. Perlahan ia baringkan kekasih manisnya itu, ia posisikan kepala Jimin sampai benar-benar nyaman pada bantal kemudian menyelimuti Jimin. Sedang alas tidur dan satu bantal lainnya ia taruh dulu di dekat sofa.

Yoongi mengelus pipi Jimin lagi, mengecup kembali bibir Jimin sekilas. Jika ia tidak harus mandi dulu ataupun mengantuk, mungkin dengan senang hati Yoongi akan melakukan itu selama-lamanya. Dimatanya, Jimin semakin hari terlihat semakin manis dan menggemaskan. Meskipun akhir-akhir ini imej Jimin sudah menjadi seksi, tapi tetap saja sisi imut bidadarinya itu tak memudar di hadapannya, apalagi ketika seperti ini, tertidur dengan wajah polos dan begitu manis.

Yoongi kemudian mandi sebentar. Setelah itu kembali lagi ke ruang tengah. Ia bentangkan alas tidur di dekat sofa. Tangannya perlahan menyusuri punggung dan belakang lutut kaki Jimin.

Ugh. Sepertinya Yoongi sedang kehabisan tenaga sekarang. Terangkat sesentipun tidak.

Yoongi mencoba sekali lagi.

Tidak bisa. Batin Yoongi. Pemuda pucat itu kemudian melemaskan dan memijit-mijit kedua bahunya.

Yoongi berusaha kembali.

Uuugh!

Sejak kapan dia seberat ini? Ah! Aku-nya yang terlalu lemah.

Sebenarnya Yoongi bisa saja membangunkan Jimin, tak akan jadi masalah kan. Namun ia merasa tak tega dan memutuskan untuk mencoba semaksimal dulu.

Yoongi menutup erat kedua mata. Membayangkan sesuatu yang bisa menyemangatinya. Senyuman Jimin. Tawa manis Jimin. Jimin yang sedang merajuk. Jimin yang sedang manja. Jimin yang berusaha keras agar bisa melakukan aegyo.

Tangan Yoongi menempel lagi pada Jimin. Tekadnya sudah lebih kuat, bahkan ia memakai hitungan mundur.

3 2 1. Hop!

Uuugh! Haaahhh.

Berhasil. Meski dengan pijakan yang cukup gemetar. Kini Yoongi tersenyum lembut. Ia berbaring tepat di samping Jimin, mendekatkan diri hingga tak ada jarak di antara mereka. Menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua, mengecup kening Jimin, merangkul tubuh Jimin seperti guling dan kemudian tertidur pulas.

Tanpa tahu ternyata ada Hoseok yang mencoba untuk kedua kalinya ke dapur karena tadi tidak jadi, kembali gagal, berbalik dengan lebih tidak bersemangat lagi. Tuhan, apa kau mendengarkan doaku?

.

.

-END-

.

.

Gamsahamnida! Buat yang nyempetin baca ...

Review juseyeoooo ^^ jebal...