Obsesi

Gintama dan Karakter milik Sorachi Hideaki


Shimura Shinpachi – Cherry-boy

Hari itu akhirnya datang juga.

Hari dimana Shinpachi dipaksa untuk mengakui entah-apa kesalahannya, hari dimana dia akan dipermalukan oleh jawaban jujur 'Ane-ue, demi Tuhan dan bapak-ibu kita di atas sana, aku nggak gay!'

"Bohong!" kakak perempuannya meratap pilu, wajah dibenamkan ke lengan yukata, "Lalu kenapa Shinpachi menyebut nama Gin-san saat… saat…,"

"…memainkan penismu," Gintoki menyambung kalem. Tujuannya hanya ingin menolong Otae menyelesaikan kalimatnya agar interogasi canggung ini segera berakhir. Sumpah! Demi kebaikan mereka bersama! Jadi kenapa dia masih menerima bogem mentah dari monster ini lagi?!

Shinpachi menatap Gintoki yang terkapar, lalu memandang Otae, lalu setelah terdiam selama beberapa saat dia berteriak sejadi-jadinya.

"ANE-UE! Aku tahu kalau kita tinggal bersama tapi tolong privasi!"

"Aku 'kan penasaran."

"Aku tak terima alasan itu! Apa-apaan! Jadi selama ini Ane-ue menguping, begitu?"

Otae mendelik murka dari balik lengan yukata-nya, "Haaah? Apa salahnya mencemaskan adik sendiri HAAHH?"

Shinpachi terdiam, langsung berkeringat dingin. Dia melirik obyek kebiadaban kakak perempuannya telah bangun perlahan sambil mulai mengusap memar di pipi.

"Hinpahi," Gintoki bergumam perih, "Aku nggak membenci LGBT, ah… malah mendukung L juga kok- apalagi kalau di AV," Otae berbalik mendelik galak ke arah Gintoki, yang kemudian menambahkan lagi dengan gugup, "Tapi jadi anak normal dulu kenapa? Hidupmu masih panjang. Aku tahu kalau ini cuma masa pubertas untuk lulus jadi cherry-boy, dan tak ada yang berhak melarangmu coba-coba," Otae mendengus memperingatkan, Gintoki menambahkan lagi dengan suara bergetar, "Tapi kau nggak seharusnya membuat cemas kakakmu. Aku minta maaf karena sering menggodamu… AKU MINTA MAAF! JADI TOLONG JADILAH CHERRY-BOY NORMAL, KALAU NGGAK… ADA YANG AKAN MEMUSNAHKANKU DARI MUKA BUMI INI!"

Otae sudah mulai mengangkat tangannya lagi dan Gintoki serta merta melindungi kepalanya. Namun Shinpachi mengangkat tangan, memberi tanda pada kakak perempuannya untuk menahan diri. Pemuda itu terdiam selama beberapa saat, membetulkan letak kacamatanya, lalu berdehem kalem.

"Mungkin Ane-ue salah dengar," dia berdiri menuju laci mejanya kemudian menarik majalah tertentu.

Dalam kondisi biasa, dia tak mungkin menunjukkan majalah gravure idol pada kakak perempuannya, Tak Akan Pernah! Tapi situasi kali ini sepertinya akan berakhir fatal bila dia masih berpegang pada prinsip itu. Shinpachi membuka halaman tertentu, bermuka merah, lalu menunjuk satu gambar wanita yang tengah berpose dengan judul katakana besar 'Kim Jin Sang: wajah baru'.

Dua kepala bergerak mendekat, melihat arah tunjukan Shinpachi.

Gintoki refleks berkata, "Ah... Iya. Dia memang imut. Nanti bisa pinjam, Shinpachi?"

"Boleh, tapi tolong jangan bilang siapa-siapa kalau aku mengkhianati Otsu-chan."

Otae bergerak cepat menyambar majalah laknat tersebut, menyobeknya hingga ribuan helai, mengabaikan protes Gintoki dan Shinpachi.


Tsukuyo – Kencan

"Asalkan minus sake, sebenarnya kau ini bisa jadi material kencan yang baik."

Walau diucapkan sambil lalu dengan jari mengorek hidung dan tatapan acuh, di antara teriakan preman-preman yang menganggu ketentraman Yoshiwara malam itu, Tsukuyo bisa merasakan telinga dan sesuatu di dalam dadanya memanas.

"Kalau menghajar para idiot ini berarti kencan," kapten Hyakka itu merogoh kantong kunai, memasang kuda-kuda, "… lalu kegiatan bercinta setelah kencan kau sebut apa?!"

Gintoki membuang kotoran hidungnya, mengawasi hujan kunai-kunai mengenai lawan mereka, lalu menjawab enteng,

"Secross. Ah, tapi nanti selain minus sake, juga minus kunai, ya."

"Heh. Siapa bilang aku mau sampai ke tahap itu."

[Secross = istilah 'sex as sport' di Jepang]


Hasegawa Taizou – Seppuku

Sakata Gintoki memasang pose seduktif di depan teman minumnya, mendesah-desah dengan mulut bau sake dan tatapan merana,

"Hasegawa-san… daripada ngomongin seppuku- robek perut, mending robek anuusskkh—"

Hasegawa sigap membekap mulut Gintoki setelah sebelumnya tertawa garing pada serombongan orang di meja sebelah. Orang-orang itu yang memberinya tatapan menuduh sejak Gintoki berkicau dari botol pertama mereka.

Tak peduli mabuk berdua atau di tempat umum, celotehan mesum lelaki berambut perak ini selalu membuatnya sadar dari mabuk. Mungkin Gintoki memang sengaja, supaya ada satu orang waras yang bisa mengawasi.


Toshi – Akihabara

Bila mengingat kejadian tempo lalu tentang figurine milik Sakata-shi yang disimpan Hijikata-san, Toshi membatin, dia benar-benar DT bodoh yang cuma tahu fisiologis wanita [DT= dotei, virgin, istilah untuk lelaki]. Jadi, laki-laki pun memiliki status shojou di jaman penuh kesetaraan ini [shoujo= virgin, istilah untuk wanita]. Saat ini Toshi sedang berada di konvensi doujinshi kecil-kecilan yang dikelola kelompoknya sendiri. Dia tertarik dengan satu paket doujinshi yang tertinggal di truk pengangkut.

"Gyaah~ lihat, lihat… cowok itu baca BL! Imutnyaa…."

"Kalau dilihat sih lumayan keren juga... tampangnya."

"Mana? Kyaa~ itu BL hardcore pula!"

Entah bagaimana dia mendadak jadi populer di kalangan pembeli wanita padahal hanya membalik-balik halaman bundle doujinshi itu tanpa serius membaca. Dia sudah membaca sebagian halaman dari judul pertama dan pikirannya langsung kosong, lalu kembali lagi ke tadi; soal figurine milik Sakata-shi…

"Jadi mereka berdua sudah tidak shoujo karena melakukan ini dan itu—"

"SUDAH KUBILANG KALAU ITU SEMUA LELUCON! DAN KAU! BERHENTI PAKAI TUBUHKU LAGI! PERGI KE NERAKA SANAA!"


Okita Shougo — Shoujo dan Sadis

"Hei, Cina. Minggirlah sebelum pedang ini menembus ornamen konyol rambutmu itu."

Kagura, tak mau kalah, beringsut ke belakang Okita dengan kecepatan luar biasa dan merepet tanpa memberi ruang kosong. Kagura menyeringai senang sambil menempelkan ujung payungnya tepat di belahan pantat Okita yang nyaris tak bisa bergerak.

"Hei, bocah. Belum pernah ditusuk? Oh iya, kau kan shoujo. Okita Shoujo."

[Oke Kagura, leluconmu garing, tapi penuh makna]


Hijikata Toushiro — Yoshiwara

Hijikata selalu bertanya-tanya apakah Kondou itu antara miskin atau memang berhemat. Pertanyaan itu sedikit terjawab saat komandan utama Shinsengumi ini mentraktirnya ke Yoshiwara; dia memang sedang berhemat. Hijikata diseret bukan ke sembarang rumah bordil murah, tapi tingkat atas. Dimana pelanggan dengan dompet tebal harus mengantri berbulan-bulan untuk bisa minum teh bersama salah satu Oiran mereka. Ketika Hijikata menjelaskan pada Kondou kalau hari ini bukan ulang tahunnya, dia malah mendapat teguran singkat, "Anggap saja ini ungkapan terima kasih karena kau sudah bekerja keras selama jadi anak buahku."

Hijikata mungkin akan bisa tenang dan menikmati traktiran itu kalau saja, kalau saja, si Gorila itu tidak menambahkan dengan bisikan yang mudah didengar, "Sori Toushi, aku nggak bisa membiarkan seorang homo di Shinsengumi. Terlalu berbahaya. Kau harus disembuhkan. Biarkan para Oiran-san ini menyembuhkanmu. Wanita itu harum, empuk, imut, lho Toushi… kenapa kau harus memilih laki-laki bau dengan daging alot begitu sih… kalaupun nanti kau jadi playboy pun tak apa. Kalaupun nanti aku jadi bangkrut pun tak apa. Yang penting—"

"Kondo-san. Ayo keluar, batalkan saja reservasimu."

"Tunggu… TOUSHI! JADI KAU MEMILIH JADI HOMO KARENA KHAWATIR SOAL DOMPETKU?!"

Hijikata tak menjawabnya. Dia pura-pura tak kenal dengan sosok Gorila yang tengah menggerung itu.