BLOODY DAYS
Characters by Masashi Kishimoto
Story by Tamacchi
Rated M
Naruto berdiri di balik jendela kosong milik gedung terbengkalai itu dengan rokok yang terapit erat di sela jemari tangan kirinya. Sambil sesekali diputar, ia lalu menghisapnya dengan dalam dan membuat bara apinya bersinar lebih terang. Mata sayunya memandang asap rokok yang membumbung tinggi dan perlahan-lahan menghilang diantara langit Konoha yang penuh bintang.
Gedung-gedung terbengkalai lain terhampar luas di hadapan Naruto. Sisa-sisa kekacauan yang terjadi beberapa bulan lalu. Ketika sebuah virus mulai menyebar dan membuat orang-orang berubah menjadi tak memiliki pikiran dan bertingkah ganas seperti binatang, bahkan mutasi-mutasi tak wajar pada bagian tubuh mereka. Para warga yang terjangkit pun mulai memakan orang-orang di sekitarnya. Pemerintah menyebut mereka Eater.
Kejadian itu hampir terjadi di seluruh negeri dan membawa kerusakan baik barang atau nyawa yang tak sedikit. Selama beberapa minggu, media-media menyiarkan berita ini tak henti-henti sampai akhirnya, wabah ini melumpuhkan semua aktifitas dan memaksa manusia untuk mengungsi.
Media memberitakan jika wabah ini menyebar lewat gigitan dan atau lewat cairan yang keluar dari para Eater tersebut yang kemudian tertelan. Serta media pun menyebutkan, satu-satunya cara untuk melumpuhkan mereka adalah dengan menghancurkan kepalanya.
Saat ini manusia telah berkurang cukup banyak. Dan populasi para Eater pun telah meningkat pesat. Tak ada lagi olahraga di pagi hari. Tak ada lagi piknik di taman ketika sore. Tak akan ada lagi pesta-pora yang terjadi setiap malam. Tak akan ada lagi perayaan meriah ketika malam tahun baru menjelang. Yang ada kini, hanyalah ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh orang-orang.
Suasana semakin mencekam ketika malam datang. Keheningan membuat suara-suara gaduh para Eater terdengar begitu jelas di puncak malam. Mereka berkeliaran dimana-mana, di jalan-jalan raya, di gang-gang sempit, bahkan banyak fasilitas-fasilitas publik yang sudah diambil alih oleh mereka.
Pemerintah Jepang mengira bahwa wabah ini hanya terjadi di Jepang saja, namun ternyata, wabah ini telah menginfeksi hampir semua negara-negara yang ada di dunia. Kini dunia sedang berada dalam krisis. Setiap negara berusaha mati-matian untuk menyelidiki virus penyebab Eater ini, sambil terus berupaya menanggulangi para Eater-Eater yang berkeliaran dan membunuh manusia.
Para warga yang selamat atau disebut survivor, telah mempersenjatai diri mereka dengan berbagai senjata. Ada yang memakai senjata sederhana seperti besi panjang, golok, katana, bahkan ada beberapa yang terlihat menggunakan senjata api.
Namun Naruto, ia hanya mempersenjatai diri dengan pemukul baseball yang kini tersandar di sampingnya. Sebuah pemukul baseball yang terbuat dari kayu dan dipenuhi paku-paku yang menancap tak beraturan hampir di setiap bagiannya. Bercak hitam darah masih tertinggal di beberapa paku bengkok di pemukul itu.
Sambil menghembus asap rokoknya dengan kasar, Naruto memandang bulan yang sedang penuh-penuhnya dengan fokus. Matanya memang tertuju pada bulan, namun pikirannya, entah.
"Apa yang kau lamunkan?" suara seorang pria memecah keheningan. Naruto menoleh sejenak ke arah pria itu sebelum akhirnya memandang langit lagi. Ia menggoyangkan kaki kanan dengan sedikit kasar. Membuat celana jeans biru lusuhnya yang sobek di bagian lutut, bersih dari abu rokok.
Sambil melempar pelan bungkus rokok berwarna putih dengan corak merah di atasnya, Naruto berkata dengan pelan dan sedikit serak, "Bukan urusanmu, Nara."
Orang bermarga Nara itu menangkis lemparan Naruto dengan pelan. Ia lalu berjalan mendekati Naruto dan diam di sampingnya. Ia lalu tersenyum sejenak kemudian berkata, "Kau masih punya rokok?"
Sambil menyalakan rokoknya, Naruto kemudian menjawab pelan, "Maaf, ini yang terakhir."
"Oh, begitukah, tak apa." Ia menjawab santai. "Bulannya begitu indah bukan?"
"Tak jelek," jawab Naruto. Singkat dan padat. Orang bernama Nara Shikamaru itu tak berkata apa-apa lagi. Ia akhirnya mengetahui sedikit sifat Naruto yang tak banyak bicara, semenjak bertemu pertama kali di gedung ini beberapa hari yang lalu.
Nara Shikamaru sama-sama seorang survivor. Ia adalah salah satu dari salary-man yang bekerja di sekitar wilayah ini. Ia pertama melihat wabah ini saat berada di stasiun kereta.
Mulanya, ia melihat seorang pria yang berjalan terpincang-pincang di luar pintu stasiun. Saat itu, seorang security datang menghampiri sang pria dan mencoba mengajaknya berbicara. Namun alangkah terkejutnya, saat tiba-tiba pria itu menggigit leher sang security dan membuat mereka berdua jatuh tersungkur.
Orang-orang yang melihat kejadian itu lalu menolong sang security. Ia dibawa ke kantor perusahaan kereta untuk diberi pertolongan pertama, sementara security yang lain mencoba menghentikan pria yang menggigit itu.
Saat pria penggigit itu akan dilumpuhkan, tiba-tiba saja ia bertindak lebih ganas. Ia mengamuk dan membanting barang-barang yang tak jauh darinya. Urat-urat merah terlihat di bola matanya serta jika diperhatikan, kulitnya pun agak kusam dan kering.
Tak berapa lama, segerombolan orang yang ternyata sama seperti pria penggigit itu, atau para Eater, datang menyerbu stasiun dan menyebabkan banyak orang yang terbunuh. Shikamaru yang sebelumnya melihat kejanggalan dari si penggigit, sudah terlebih dahulu pergi dan menyelamatkan diri. Itulah kali pertama ia melihat Eater.
Dan kini, entah berapa Eater yang sudah dilumpuhkannya. Senjata yang sering dipakainya, adalah sebuah kapak besar yang sering dipakai pemadam kebakaran. Ia menemukan kapak itu di gedung tempatnya bekerja, ia mengambilnya ketika para pegawai panik karena serangan Eater beberapa minggu yang lalu.
Sambil memasukan kedua tangannya ke saku jaket, ia lalu melirik ke arah Naruto. "Apa kau tahu apa yang akan terjadi dengan kita selanjutnya?"
Sambil menggosok-gosok kedua tangannya, Naruto lalu menjawab, "Jika tidak selamat, ya tentu saja mati."
Shikamaru menutup mata sambil tersenyum tipis. Ia lalu berkata pelan, "Benar. Sesederhana itu. Lalu, ketika selamat, dan wabah ini telah berhenti, apa yang akan kau lakukan?"
"Hal pertama yang akan aku lakukan adalah, " Naruto terdiam sejenak, ia memejamkan matanya lalu berkata, "Menikmati sore hari yang tenang dengan secangkir kopi dan rokok."
Shikamaru terkekeh pelan. Matanya menerawang jauh. "Sepertinya sangat menyenangkan."
Tiba-tiba gedung tempat mereka berada terguncang dan membuat keduanya terkejut. Dengan cepat mereka langsung masuk ke dalam. Mereka berlari melewati lorong-lorong gelap yang minim cahaya dan sempat beberapa kali tersandung oleh barang-barang yang berserakan.
Setelah beberapa lorong, mereka akhirnya sampai di tempat para survivor yang lain berada.
"Anko, apa yang terjadi?" seru Shikamaru. Wajahnya terlihat panik.
"Para Eater mendobrak masuk di lantai 1." Wanita bernama Anko itu terlihat tak kalah panik dari Shikamaru.
"Mereka tahu lokasi kita dari mana?" tanya Shikamaru.
"Aku pun tak tahu," jawab Anko. "Mungkin mereka bisa mencium bau kita."
Selagi Shikamaru dan Anko saling bicara, Naruto bergegas turun dari lantai tiga dan meninggalkan mereka berdua..
"Uzumaki-san, tunggu sebentar!" teriak Shikamaru. Namun Naruto terus saja melaju menuruni tangga dan tak menghiraukan panggilannya. Dengan pemukul baseball berpaku miliknya, ia terlihat begitu bersemangat.
"Mana yang lain?" tanya Shikamaru.
"Sudah terlebih dahulu ke bawah. Sebagian menghadapi para Eater, sebagian lagi mengusahakan jalan keluar."
"Kalau begitu aku akan menyusul mereka," singkat Shikamaru. Ia lalu berlari menuruni tangga sambil membawa kapak yang tergenggam erat di tangan kanannya.
XX
"Let's dance, baby!" teriak Naruto. Ia berlari dari arah tangga sambil mengayunkan pemukulnya dan mengenai salah satu Eater. Kepala Eater itu hancur berantakan dan langsung tersungkur ke lantai.
Para survivor yang lain sedikit terkejut melihat kedatangan Naruto yang berlari sambil berteriak. Melihat gaya bertarungnya yang membabi-buta dan seringkali membuatnya hampir tewas.
Dengan menyeret pemukulnya, ia lalu berlari ke arah Eater salary-man yang sedang mencoba menggigit salah satu rekannya yang terduduk di lantai.
"Ciumlah mahluk menjijikan itu, Ana!"
Dengan pukulan keras dari kedua tangannya yang memegang pemukul –yang ia panggil Ana, Naruto berhasil merobohkan Eater itu dan membuat kepalanya berlubang. Darah menetes dari pemukulnya dan membuat lantai becek oleh darah.
Tapi tak berapa lama, Eater itu berhasil bangkit. Rupanya pukulan Naruto tadi tak terlalu merusak otaknya.
Eater itu lalu berlari dan hendak menggigit kedua orang yang sedang berbicara itu. Dengan kepala berlubang dan mulut yang penuh darah, ia berlari dengan cukup cepat.
"Uzumaki-san, kita harus bergegas pergi dari gedung ini!" seru rekan Naruto. Ia bangkit dan menarik tangan Naruto.
Naruto yang masih berdiri lalu bergegas lari mengikuti tarikan tangan rekannya. Para survivor lain terlihat berlarian dan meninggalkan lantai 1 gedung itu untuk mencari jalan keluar.
Naruto dan rekannya lalu berlari melalui lorong-lorong yang minim cahaya dengan tergesa-gesa. Sebuah dispenser jatuh dengan keras setelah tertendang oleh Naruto. Air menggenangi lantai dan membasahi barang-barang yang ada. Naruto hanya menoleh sejenak saat ia menendang dispenser itu.
Para Eater rupanya tak kalah cepat dan kini telah berada di belakang Naruto. Mereka berjumlah lebih dari empat. Salah satu diantaranya berlari dengan mata yang tertusuk oleh pisau yang menancap dengan dalam. Satu diantara mereka pun ada yang bermutasi. Eater mutasi itu memliki dua kepala dan berlari dengan cukup cepat.
Naruto hanya terbelalak ketika empat Eater itu berlari di belakangnya. Tak ia kira, bahwa Eater yang sebelumnya hanya bisa berjalan dengan cukup lambat, kini bisa berlari. Sambil sesekali menoleh ke belakang, ia lalu sengaja menyenggol barang-barang yang ada di sekitarnya untuk memperlambat para Eater.
Salah satu Eater tersungkur ketika kakinya tersandung oleh alat pemadam api yang tadi dijatuhkan Naruto. Ia tersungkur dan membuat satu Eater lainnya ikut terjatuh. Setelah beberapa belokan, Naruto menoleh ke belakang dan mendapati masih ada dua Eater mengikutinya. Mereka adalah Eater dengan pisau di matanya dan si Eater mutasi.
"Uzumaki-san, sebelah sini!" suara seorang pria terdengar di ujung ruangan. Naruto lalu memfokuskan pandangannya dan mendapati Shikamaru berdiri di pintu sebuah ruangan. Tanpa pikir panjang, Naruto lalu menambah kecepatannya.
"Cepat! Cepat!" Shikamaru berteriak. Kedua Eater itu semakin dekat dengan Naruto. Hanya beberapa meter lagi, maka Naruto dan rekannya akan menjadi makan malam.
Naruto menoleh ke belakang, Eater dua kepala itu terlihat begitu ganas, matanya merah dengan gigi-gigi yang siap mencabik dan melumat dagingnya. Kukunya pun terlihat seperti terbuat dari baja dan bisa merobek daging mereka seperti merobek kertas.
Kucuran keringat mengalir bebas di pelipis Naruto. Nafasnya memburu dan membuat paru-parunya bekerja dengan begitu keras.
Sebuah tarikan di jaket jeansnya membuat Naruto hampir kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tarikan yang cukup kuat dari Eater dua kepala itu.
Naruto berlari dengan masih mempertahankan keseimbangannya dan mencoba untuk melepaskan tarikan itu. Namun ia masih tak berhasil, malahan Eater itu mendekat dan semakin dekat lagi. Naruto bisa merasakan jantungnya berdetak begitu cepat. Seolah-olah piston yang dipaksa untuk bekerja keras.
"Cepat masuk!" Shikamaru menarik Naruto dan menebas tangan Eater yang menempel pada jaket Naruto. Naruto dan rekannya langsung tersungkur ke lantai. Shikamaru dengan cepat menutup dan mengunci pintu. Suara hentakan keras terdengar dari luar pintu. Suara hentakan itu terdengar lagi dan lagi, keras dan semakin keras.
Shikamaru datang menghampiri kedua orang itu dan memeriksa keadaan mereka. "Kalian tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja," jawab rekan Naruto. Ia lalu berdiri dan berjalan ke arah para survivor yang lain. Nafasnya tersengal-sengal.
"Uzumaki-san, bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja," singkat Naruto. Ia lalu duduk dengan kedua tangan yang bertumpu ke belakang. Nafasnya tinggal satu-satu.
"Baguslah kalau begitu." Shikamaru lalu menepuk pelan pundak Naruto. "Ayo bergabung dengan yang lain."
Baru beberapa saat mereka lega, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan keras. Para Eater yang berjumlah banyak datang dan menyerbu ruangan, tak hanya dari pintu, tapi ternyata para Eater pun bermunculan dari langit-langit ruangan. Kepanikan terjadi diantara orang-orang. Mereka berteriak dan mencoba untuk menyelamatkan diri.
Setelah mengalahkan beberapa Eater. Naruto, Shikamaru dan orang-orang yang lain berlari ke ujung ruangan. Mereka terdesak oleh Eater-Eater yang datang semakin banyak dan mengepung mereka. Si kepala dua pun terlihat diantara kerumunan Eater. Ia bergerak dengan cepat diantara Eater yang lain. Dan kini ia telah berada di depan kerumunan para manusia.
Dengan mulut terbuka, si Eater kepala dua berlari dan mencoba menyerang. Naruto, Shikamaru dan orang-orang yang lainnya hanya terdiam, tak mampu untuk bergerak, apalagi diantara para Eater yang jumlahnya tak terhitung.
"Ambil barang yang bisa dijadikan perisai!" teriak seorang warga. Mendengar teriakkan ini, Naruto dan yang lainnya seolah tersadar bahwa mereka masih mempunyai harapan. Warga yang berada di belakang mulai menyerahkan barang-barang yang bisa dijadikan perisai pada orang-orang di barisan depan.
Setelah memukul si Eater dua kepala yang tadi datang dengan kecepatan tinggi dan menjatuhkannya, Naruto lalu ikut membuat barikade.
Meja, kursi, lemari kecil, apapun yang bisa menghalangi para Eater. Hantaman-hantaman keras, terdengar saat para Eater mencoba mendobrak barikade yang dibuat. Sambil mencoba memperkuat barikade dengan kursi besi yang sedang di pegangnya, Naruto terus mencari kesempatan agar bisa lolos dari pengepungan ini.
Suara isak-tangis mulai terdengar diantara para warga. Mereka sadar, bahwa harapan hidup mereka kecil. Tak mungkin mereka bisa selamat dari kepungan Eater yang berjumlah lebih dari dua puluh.
Shikamaru menusuk-nusuk para Eater dari celah-celah barikade dengan tongkat kayu. "Uzumaki-san, kau masih disana?!" teriak Shikamaru. Ia menusuk salah satu Eater tepat di matanya dan membuat Eater itu mundur beberapa langkah. Sambil menyeka keringat yang mengalir bebas di pelipisnya, Shikamaru lalu menginjak sekuat tenaga tangan Eater yang muncul di dekat kakinya.
"Ya, aku disini!" teriak Naruto dari ujung sebelah kanan. Ia tak kalah sibuk. Sambil menahan barikade dengan punggungnya, sesekali ia memukul Eater-Eater yang bermunculan di sela-sela barikade dengan pemukul yang tergenggam erat di tangan.
"Kita sudah kehabisan barang untuk menahan," teriak seorang pria paruh baya dari arah belakang.
Naruto menggigit bibirnya dengan cukup keras ketika melihat seorang ibu yang merangkul erat anaknya. Ibu dan anak itu sudah pasrah pada apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya.
Naruto memperhatikan barikade yang mereka buat. Barikade itu terlihat cukup kokoh meskipun hanya terdiri dari barang seadanya, serta delapan orang dewasa termasuk ia dan Shikamaru yang menahan. Ia yakin bahwa barikade ini akan aman. Tapi pertanyaannya, sampai kapan?
Otaknya berputar keras, ia menengok ke kiri dan kanan. Masih belum ada rencana juga yang hinggap di kepalanya. Dalam kondisi Naruto yang berpikir keras, tiba-tiba Eater dua kepala mencoba merengsek masuk ke dalam.
Barikade itu bergetar hebat. Tenaga dari si dua kepala itu begitu kuat. Detik ke detik terasa begitu lama dan menguras tenaga.
Sebuah hentakan keras terjadi dan seorang laki-laki yang berada di tengah menjerit. Dadanya tertembus oleh tangan Eater dua kepala itu dengan posisi yang masih berdiri. Darah segar mengalir dari sela-sela lukanya.
Pandangan semua orang tertuju pada laki-laki itu, tapi tak ada yang bersuara atau pun bergerak. Mereka masih takjub dengan pemandangan yang ada di depannya. Dengan sebuah adegan keji yang berlangsung begitu cepat.
Pria itu mengerang denga keras sebelum akhirnya jatuh dengan dada yang berlubang. Semua orang seketika tersadar. Seorang ibu dan anak yang tadi berpelukan, menjerit sejadi-jadinya.
Shikamaru berlari ke arah belakang dan mencoba mencari-cari alat yang bisa digunakan. Dengan nafas yang tinggal satu-satu, Shikamaru terus membuka tumpukan-tumpukan barang yang ada disana.
Ketika ia sedang asyik mencari barang. Tiba-tiba pria yang tadi mati tertusuk bergerak perlahan-lahan. Matanya melotot dengan urat-urat berwarna merah di dalamnya.
Jeritan-jeritan histeris terdengar lebih keras dari arah perempuan-perempuan yang ada disana.
Seorang laki-laki paruh baya berlari dan menahan pria yang berubah menjadi Eater itu. Ia balikan pria itu dengan posisi badan ke lantai dan mencoba menahannya dengan tubuhnya Eater itu meronta-ronta dengan keras. Pia paruh baya itu terlihat kepayahan dan mulai kehilangan tenaga.
Orang-orang di sekitarnya hanya mampu terdiam dan melihat dengan ngeri.
Pria Eater itu meronta lagi dengan kekuatan yang lebih kuat. Pria paruh baya itu memegang tangan si Eater lebih kuat lagi. Adu kekuatan terjadi selama beberapa menit sebelum akhirnya pria Eater itu membalik dan menggigit si pria paruh baya di lehernya.
Pria paruh baya itu menjerit kesakitan sambil mencoba melepaskan gigitan dengan kedua tangannya. Mereka berguling-guling dan membuat orang-orang berlarian.
Gempuran gerombolan Eater pun tak kalah sengit. Barikade itu dihantam terus menerus oleh para Eater dan mulai terlihat akan runtuh dan menimpa orang-orang setiap saat.
Naruto menelan ludah ketika melihat pergumulan si Eater dan si pria paruh baya. Ia tahu bahwa, siapapun yang menang, hasilnya tidak akan baik. Jika si Eater yang menang, tentu saja orang-orang disini akan dibunuh dalam waktu singkat. Tapi, jika si pria paruh baya yang menang, hanya tinggal menunggu waktu dia akan berubah dan membunuh mereka semua.
Berbagai macam fantasi berlarian di dalam kepalanya saat ini. Dan tak ada satu pun dari fantasi itu yang berakhir baik.
Mata Shikamaru berbinar saat menemukan sebuah tabung gas yang cukup besar diantara tumpukan-tumpukan barang bekas itu. Ia lalu menyeret tabung itu ke tengah. Suara gesekan logam dan lantai terasa mengiris-ngiris telinga yang mendengarnya.
"Uzumaki-san, bisa bantu aku!" teriak Shikamaru. Tanpa menunggu, Naruto lalu berlari mendekati shikamaru melewati pergumulan yang masih terjadi.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Naruto.
"Apa kau bisa membantuku melemparkan tabung ini ke arah kerumunan Eater itu?" tanya Shikamaru denga sorot mata tajam.
Naruto menatap tajam. "Barbeque bukan hal yang buruk."
Ketika Naruto dan Shikamaru berbicara, ternyata perkelahian antara dua orang itu telah selesai, si pria paruh baya akhirnya menang setelah menghancurkan kepala Eater itu dengan palu. Tapi itu bukanlah akhir, tinggal menunggu waktu sampai akhirnya pria itu berubah dan siklus itu terjadi lagi.
"Ikat aku! Ikat aku!" teriak pria paruh baya itu. Ia berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya. Matanya terlihat aneh, seketika berubah seperti Eater namun seketika pula seperti orang normal.
"Cepat ikat aku! Tidak, bunuh aku!" teriak pria paruh baya itu lagi.
Naruto menggigit bibirnya dan Shikamaru mengepal tangannya dengan keras saat menyaksikan pemandangan itu.
"Uzumaki-san, tunggu aba-abaku." Instruksi Shikamaru.
Naruto mengangguk tanda setuju. Dan tak lama kemudian, Shikamaru lalu memukul ujung tabung gas itu dengan palu. Aroma gas menguar di udara.
"Uzumaki-san, sekarang!" komando Shikamaru. Mereka berdua lalu melempar tabung itu ke sudut ruangan. Ketika melihat tabung itu mendarat dengan mulus, Shikamaru lalu mengeluarkan korek api dari dalam sakunya.
"Hei, kalian semua, cepat berlindung!" perintah Shikamaru. Ia lalu menyalakannya dan membuangnya ke arah kerumunan Eater itu. Api menyambar dan ledakkan besar pun terjadi.
Naruto, Shikamaru dan orang-orang di balik barikade itu terhempas dengan sangat kuat ke arah dinding di belakangnya bersama barikade yang berhamburan.
Para Eater terbakar dan mengeluarkan aroma hangus. Tak ada satu pun yang berdiri. Ruangan itu benar-benar hancur berantakan.
TBC
A/N: Gimana chapter satu ini? kurang? jelek? review atau PM aja ya...
See you next chapter :D