Narutoo disclaimer Masashi Kishimoto

Date a Live/デート・ア・ライdisclaimer Tachibana Kōshi

The Judgement

Summary: Kemenangan Naruto dalam perang Dunia Shinobi ke 4 harus dibayar mahal dengan kematian Hyuuga Hinata dan Uchiha Sasuke.akhirnya para bijuu memutuskan untuk memberi 50% cakra milik mereka dan mentransplantasi mata Sasuke kepada Naruto guna untuk mengirimnya kemasa lalu guna merubah takdir, akan tetapi dirinya malah terjebak di dimensi yang penuh dengan Spirit, dikarenakan akibat kegagalan perpindahan dimensi.

Bagaimanakah keputusan Naruto menghadapi semua yang dialaminya?

Char : Naruto , FemShido(Shiori), Tohka

Rated : M

Genre : Romance, Sci-fi, Hurt/Comfort

Warning : Ooc, Semi canon, tidak suka tidak usah dibaca

Maaf kalau ada kesamaan cerita dengan fic lainya atau kesalahan penulisan karena fic ini karena setiap manusia tak lepas dari kesalahan.

RnR please .. hehehehehe


Arc One : Dead End Tohka

Chapter 1 : An Early and Meetings

Prologue

Tiga puluh tahun yang lalu fenomena aneh yang disebut "spacequake" menghancurkan pusat Eurasia, yang mengancam kehidupan 150 juta orang. Sejak itu, wabah spacequakes kecil selalu datang.

Spacequake adalah gempa luar angkasa , gempa ini disebabkan oleh kekuatan Spirits. Spirit adalah suatu bentuk kehidupan,atau lebih tepatnya sesosok manusia yang berbentuk layaknya gadis manusia biasa . Tidak ada yang tahu darimana mereka berasal ataupun apa alasan mereka berada didunia ini . Mereka juga diberkahi dengan kekuatan yang sangat besar dan salah satunya adalah memunculkan suatu distorsi ruang yang bisa menyebabkan gempa yang dapat membuat kerusakan yang cukup parah . Fenomena tersebut sering kita sebut sebagai'Spacequake'.Keberadaan spirit sendiri hanya diketahui oleh pemerintah dan dirahasiakan keberadaannya dari masyarakat luas . Guna melenyapkan bencana-bencana yang disebabkan oleh para spirit,pemerintah berupaya keras mencari cara untuk melenyapkan ataupun menyegel spirit .

Dan akhirnya ditemukanlah dua cara untuk menghadapi mereka,yang pertama adalah dengan menggunakan'Realizer'sebagai armor dan senjata untuk melawan spirit,yang biasa digunakan oleh AST (Anti Spirit Team),Tim khusus berisikan orang-orang terlatih yang bertugas untuk bertempur melawan spirit demi menjaga ketentraman . Dan cara untuk melawan spirit yang kedua dikembangkan oleh Ratatoskr,yaitu perusahaan pengembang Realizer lain seperti DEM . Berbeda dengan DEM yang menyuplai Realizer kepada AST untuk bertempur,Ratatoskr menggunakan cara lain untuk menghadapi spirit.

Yaitu dengan mengajaknya berkencan,membuat Ia percaya padamu lalu menyegel kekuatannya.

Prolougue end


Naruto Pov

Saat ini Naruto tengah berdiri di atas tanah yang menjadi medan perang dunia shinobi keempat. Namun ia berdiri dengan tubuh yang terikat pada sebuah tiang kayu dengan berbentuk salib. Lalu di hadapannya kini terdapat orang yang sangat disayanginya dan dicintainya Hyuuga Hinata. Dan di depannya ada sebuah wanita paruh baya yang benama Kaguya Otsusuki yang sedang menghunuskan sebuah pedang kearah leher Hinata

" ha..ha..ha…, hei Kyuubi No Gaki, lihatlah ini gadis yang kau cintai. Bukankah dia adalah orang-orang yang kau sayangi? Namun aku akan memberi tahumu satu hal yang pasti." ucap Kaguya.

' jleeeeb … jleeeeb … jleeeeb …' kini dihadapan Naruto tedapat pemandangan yang membuat dirinya meneteskan air mata pada orang yang dicintainya Hyuuga Hinata tertusuk katana tepat di jantungnya

"Hinataaaaaaaa….!" Teriak naruto.

" Sampai kapanpun kau tidak akan bisa melindunginya , bahkan kau saat ini sudah tak berdaya,Kau tidak akan bisa menciptakan perdamaian. Kau tidak akan bisa menciptakan perdamaian, karena perdamaian hanyalah ilusi yang tidak akan pernah ada di dunia ini." ucap Kaguya.

"Kau salah Kaguya, akan akan menciptakan perdamaian, aku memang tidak bisa menciptakan perdamaian di dunia shinobi tadi didunia ini aku akan mencipatakan perdamain" ucap Naruto dengan tegas.

"Benarkah? Kalu begitu Apakah kau bisa melindung mereka berdua?" ucap Kaguya. Kini Kaguya mengangkat kembali katananya, sedangkan tepat di hadapannya terdapat dua orang yang membuatnya berada di dunia Minato dan Kushina

"Tunggu, hentikan Kaguya..! Jangan kau lakukan hal itu. ayah dan Ibuku!." teriak Naruto, kini air mata mulai mengalir deras dari matanya.

"Aku sudah mengatakannya kepadamu bahwa kau tidak akan bisa melindungi orang yang kau sayangi." , ucap Kaguya.

Lalu kemudian Kaguya mulai mengayunkan katananya dan 'Crassshh… Crasssshhh….'Kini kepala dari Minato dan Kushina telah terpenggal dan terpisah dari tubuhnya, kemudian menggelinding ke bawah kaki Naruto.

"Ayaaaah…., Ibuuuuu…." , ucap Naruto terbata. "Tidaaaaaaaak!" Teriak Naruto

Kringggggggg…..!

"Huaaahhhh..." pekikku

Aku terbangun dari mimpi burukku karena akibat suara alarm jam yang begitu memekakan telinga kedua telingaku . 'Mimpi itu lagi' ucapku dalam batin sambil mengingat-ingat mimpi tadi . Akupun menghela nafasku dan mengingat-ingat sejak kapan mimpi ini mulai menghiasi malam-malamku . Yah,sejak Kematian wanita yang aku cintai. Mimpi buruk itu selalu menghantuiku.

Ah ya, perkenalkan namaku Uzumaki Naruto saat ini aku berusia 17 tahun. Saat ini aku tinggal sendirian di sebuah apartemen di Tengu city. Tidak besar memang, tapi cukup nyaman untuk kutinggali. Selain itu aku juga seorang pelajar di SMA Raizen di Tengu city. Yah sebenarnya aku sangat malas bersekolah kembali akan tetapi ada sebuah Alasan yang memaksa aku harus bersekolah. Yah pada waktu itu pada saat aku pertama tiba di Tengu city, aku malah terkena Razia Petugas sosial Tengu City. Karena aku berkeliaran diluar jam pelajaran sekolah. Sialnya lagi Mereka menceramahiku habis-habisan. Kerena Program Gratis wajib belajar 12 tahun di Tengu City. Akibatnya aku harus bersekolah kembali. Haahhh benar-benar merepotkan. Selain bersekolah aku juga Bekerja part time disebuah kedai ramen di Tengu city. yah aku bekerja tentunya untuk memenuhi kebutuhan hidupku disini.

Sudah 1 tahun aku tinggal disini sejak perang Dunia Shinobi ke empat diduniaku dulu. Lalu mengapa aku bisa disini mungkin akibat kegegalan perpindahan dimensi Amenotetjikara milik mata Rinnegan sahabatku. Saat itu aku hanya ingin kembali ke masa lalu untuk mencegah kematian Hyuuga Hinata, Gadis yang aku cintai sejak Invasi Pain kekonoha. Akan tetapi aku malah terdampar di dimensi aneh ini.

Sejak saat itu aku terdampar di Tengu city. Untung saja berkat cakra para Bijuu aku berhasil selamat dari Riak Dimensi ruang dan waktu, kalau tidak mungkin saja aku sudah jadi partikel abu di Dimensi ruang dan waktu. Lalu bagaimana aku bisa memiliki mata Rinnegan Choku Tomoe dan Ethernal Mangekyou Sharingan sahabatku Uchiha Sasuke.

Pada waktu penyegelan Kaguya kami terkena serangan miliknya, akibat kedua mataku menjadi buta tapi untungnya Kaguya berhasil tersegel. Lalu keadaan Sasuke juga sangat buruk, dia sekarat akibat serangan terakhir milik Kaguya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi kedua matanya kepadaku. Awalnya aku menolak, akan tetapi Sasuke bersikeras. Dia berkata kepadaku "Dobe,kau harus menerima mataku. Jika tidak jiwaku akan menghantuimu selamanya. Lagipula mata ini tidak berguna jika dibawa ke alam sana".

Pada akhirnya aku terpaksa menerima pemberian mata milik Sasuke. Berkat transplatasi mata miliknya aku bisa melihat kembali. Ajaibnya mataku bisa normal sediakala, aku masih bisa memiliki mata blue shaphire milikku. Kata Kurama sih berkat kemampuan khusus klan Uzumaki, mata milik sahabatku bisa beradaptasi dengan tubuhku bahkan sistem saraf matanya beradaptasi dengan sistem saraf tubuhku. Setelah aku mentransplantasi mata Sasuke, para bijuu akhirnya memutuskan untuk memberi 55% cakra mereka kepadaku agar aku bisa menggunakan nya untuk perjalanan dimensi ruang dan waktu. Yah walau aku sangat sedih Kurama tidak bisa ikut bersamaku, katanya jika salah satu mereka ikut bersamaku tentunya akan mengakibatkan ketidakseimbangan di masa lalu. Jadi aku terpaksa meninggalkan Kurama. Setelah itu aku pun menggunakan Jikukan Ninjutsu milik Sasuke untuk ke masa lalu. Akan tetapi aku mengalami kegagalan perpindahan ruang dan waktu. Akibatnya aku malah terdampar di dimensi lain. Sebuah dimensi yang katanya sering terjadi Fenomena alam yang aneh yaitu "Spacequake".

Oh ya,ngomong-ngomong soal Spacequake,itu adalah fenomena dimana terjadi gempa diluar angkasa . Yang terjadi dari ketiadaan dan menghancurkan segala sesuatu yang dihantamnya. Dan sampai saat ini belum diketahui apa penyebabnya. Spacequake sendiri menurut catatan sejarah terakhir terjadi 50 tahun yang lalu. Tapi, beberapa bulan belakangan ini, terjadi serangkaian Spacequake .

Yah,walaupun tidak terlalu besar tapi tetapkan akan berbahaya jika terjadi didaerah padat penduduk . Perlahan kualihkan pandanganku kearah jam yang berada diatas meja belajar yang terletak disampingku . 'pukul 06.30 masih satu setengah jam lagi sekolah masuk' pikirku ketika melihat jam itu . perlahan kurenggangkan tubuhku,melepas semua rasa berat dan jemuh yang masih menempel padaku . mengambil handuk,akupun beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk memulai ritual pagiku.

Naruto P.O.V End


Shiori Pov

"haaaahhhhhhhh..."

Perasaan saat bangun tidur memang benar-benar yang terburuk.

Lagipula, ketika kau terbangun dan menemukan adikmu sedang semangat menari samba sambil menginjak-injak perut atau dada atau kepalamu, selain sekelompok orang-orang tertentu, siapapun tidak akan menyenanginya.

10 April xxxx, Senin.

Kemarin adalah hari terakhir libur musim semi, jadi hari ini masuk sekolah.

Sambil mengusap matanya yang masih mengantuk, Aku berkata dengan suara yang direndah-rendahkan:

"Ahh, Kotori. Imoutoku yang lucu." Ucap aku

"Ohhhhh!?" gumam Kotori

Saat itulah dia akhirnya menyadari kalau aku sudah terbangun. Sang imouto dengan kaki yang masih menginjak perutku Kotori, membalikkan kepala sambil merapikan seragam SMP-nya.

Rambut panjangnya, terbagi menjadi dua ikatan, berayun-ayun, selagi dia memandangku lewat mata bundarnya yang sebesar biji ek.

Anehnya, meskipun dia baru saja tertangkap basah menginjak seseorang di pagi-pagi buta, ia tidak membalas dengan "Sial!" atau "Ah ketahuan!". Malah kelihatannya, dia terang-terangan terlihat gembira karena Aku telah bangun.

"Ada apa? Onee-chan yang lucu!" tanya Kotori

Kotori menjawab, tanpa sedikitpun niat untuk memindahkan kakinya.

Kalau kalian penasaran, sebenarnya menurutku ini tidak lucu.

"Eh, pergi dari atasku. Berat." ucap Aku

Kotori mengangguk dalam-dalam dan melompat dari tempat tidur.

Perut Shiori terkena hantaman seperti terpukul benturan tubuh.

"Gfhu!"

"Ahahaha, gouf! Itu kan Mobile Suit tipe darah. Ahahahaha!" pekik Kotori

"..."

aku sambil terdiam menarik selimut ke atas kepalanya.

"Ahh! Hei~! Kenapa tidur lagi!?" teriak Kotori

Kotori mengeraskan suaranya, pelan-pelan menggeser-geser tubuh Shiori.

"Sepuluh menit lagi..."

"Gaak boleeh! Cepat bangun!"

Setelah duduk dan meringis karena rasa pusing setelah menggelengkan kepalanya, aku membuka mulutnya sambil mengerang.

"C-Cepat Lari..."

"Eh?" pekik Kotori

"... sebenarnya, aku sudah terjangkit 'Virus kalau aku tidak tidur selama 10 menit lagi aku akan menggelitiki imouto-ku tanpa ampun', nama lainnya. T-virus..."

"A-Apa!?"

Kotori sama terkejutnya dengan orang yang baru saja menemukan pesan rahasia dari alien.

"Lari... selagi aku masih bisa mengendalikan diri..."

"T-Tapi, bagaimana dengan onee-chan!?" tanya Kotori

"Jangan khawatirkan aku... selagi kau aman-aman saja..."

"Gak mungkin! Onee-chan!" ucap Kotori

"Gaaaahh!" pekik aku

"Kyaaaaaaaaaaa!" pekik Kotori

Aku pun menyibak selimutku, dengan liar menggerakan kedua tangannya dan meraung, membuat Kotori kabur sambil berteriak ketakutan.

"... hah"

Sambil menghela nafas, ia menyelimuti dirinya lagi. Ia melihat jam, masih belum pukul enam.

"Masih jam segini sudah membangunkan..."

Saat aku menggerutu, ia tiba-tiba mengingat sesuatu.

Pikirannya yang setengah tertidur perlahan-lahan tersadarkan, muncul ingatan dari malam sebelumnya.

Kedua orangtuanya telah berangkat melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis kemarin.

Karena itulah aku untuk sementara bertanggung jawab atas urusan dapur, maka dari itu Aku, yang susah bangun tidur, meminta Kotori untuk membangunkannya.

"Ah..."

Yah aku merasa bersalah, seakan sudah melakukan sesuatu yang jahat, aku pun terburu-buru bangkit dari tempat tidur.

Merapikan rambutnya yang acak-acakan dan menahan kantuk, Aku dengan lesu berjalan keluar dari ruangan.

Pada saat itu, cermin kecil yang tergantung di dinding menarik perhatiannya.

Seorang anak gadis dengan rambut biru sepanjang punggung dan poni yang hampir menutupi pandanganku, menjatuhkan pandangan bodoh pada Aku.

"..."

Berbarengan dengan penglihatannya yang semakin kabur, wajahnya juga terlihat sedikit menua. Sambil mengeluh, ia menuruni tangga dan memasuki ruang tamu.

"... huh?"

Pemandangan yang sedikit lain dari biasanya menyambutnya.

Meja kayu yang ada di tengah ruang tamu sekarang dimiringkan ke samping, seperti menjadi barikade. Di baliknya, terlihat kepala dengan twin-tail yang sedikit gemetaran.

"..."

Melangkah diam-diam, Aku mendekati sisi meja.

Pastinya, Kotori sedang duduk di situ memeluk lututnya dan gemetar ketakutan.

"Graaaaahh!" teriak aku

"Kyaa! Kyaaaaaaa!" pekik Kotori

Saat Aku memegangi bahunya, Kotori meneriakkan pekikan putus-asa bersamaan dengan melemasnya kaki-tangannya.

"Tenang, tenang! Ini diriku yang biasa." ucapku

"Gyaaaa! Gyaa... ah? O-onee-chan?" pekik Kotori

"Yap, yap." Ujar aku

"Kamu... Gak seram lagi?" tanya Kotori

"Udah gak apa-apa sekarang. Aku, teman Kotori." Ucap Aku

"Oh, ohhhhhh." Gumam Kotori

Setelah Aku berbicara dengan nada lucu, wajah tegang Kotori perlahan-lahan rileks.

Bagaikan tupai rubah liar yang telah membuka hatinya.

"Maaf, maaf. Aku akan membuat sarapan sekarang."

Setelah melepas tangan Kotori dan berdiri, Aku menaruh meja kembali ke posisi asalnya dan pergi menuju dapur.

Karena bekerja di perusahaan elektronik besar yang mereka bangun bersama, kedua orang tuaku sering bepergian dari rumah.

Pada saat-saat itulah, Aku selalu bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan, jadi ia sudah terbiasa. Malah kenyataannya, aku yakin aku dapat menggunakan peralatan memasak lebih baik dari ibuku.

Ketika aku sedang mengambil beberapa telur dari kulkas, ia mendengar suara TV dari belakang. Sepertinya Kotori sudah menenangkan diri dan menyalakan TV.

Kalau dipikir-pikir, sepertinya Kotori punya kebiasaan harian, makan sambil menonton pojok horoskop atau ramalan.

Yah, kebanyakan acara ramalan biasanya muncul di akhir acara utama, dan tentu saja hanya spekulasi belaka. Setelah memeriksa seluruh channel, Kotori mulai menonton sesuatu yang sepertinya sebuah acara berita yang membosankan.

「—Pagi hari ini, di pinggiran Tenguu city—」

"Nn?"

Tidak sengaja ia mendengar isi acara berita yang biasanya tak berguna dan sekadar BGM saja, aku hanya mengangkat sebelah alis mataku. Alasannya sederhana. Dari suara jernih sang penyiar, ia mendengar nama jalan yang tidak asing.

"Nnn? Tempat itu lumayan dekat. Ada kejadian apa?"

Mencondongkan badan dari balik counter, ia menyipitkan mata dan menatap TV. Di layar, tampil gambar jalan yang hancur bukan main.

Gedung-gedung dan jalanan telah kandas menjadi puing-puing. Kehancuran itu menyaingi benturan sebuah meteorit, atau bahkan serangan udara.

aku mengernyitkan alisnya, dan melepas nafas yang ditahannya lalu berkata:

"Ahhhh... Spacequake ya."

Seakan sudah jenuh mendengarnya, aku hanya menggelengkan kepala.

'Gempa ruang dan waktu' mengacu pada fenomena berguncangnya sebuah daerah luas.

Itu adalah istilah umum yang diberikan pada letusan, gempa, kelenyapan, dan hal lainnya yang terjadi tanpa alasan jelas pada waktu dan tempat yang tidak pasti. Seperti halnya monster raksasa, menghancurkan jalanan untuk alasan yang tidak jelas, fenomena-fenomena yang tidak masuk akal.

Peristiwa pertamanya terjadi sekitar tiga puluh tahun lalu. Terjadi tepat di tengah-tengah Eurasia—daerah yang memuat banyak negara seperti Uni Soviet, Cina, dan Mongolia terhapus dalam satu malam.

Bagi generasi tingkatanku, hanya melihat gambar-gambar di textbook saja sudah merasa risih. seakan-akan semua yang ada di permukaan tanah dikorek lepas, tanpa meninggalkan sisa apapun.

Korban jiwa tercatat sekitar 150 juta orang. Itu adalah bencana terbesar dan paling mematikan dalam sejarah manusia. dalam 6 bulan berikutnya, insiden-insiden serupa terjadi dengan skala yang lebih kecil di seluruh penjuru dunia.

Aku sih tidak dapat mengingat jumlah kejadian pastinya, tapi sekitar lima puluh kali.

Di pedaratan, kutub, samudera, bahkan di pulau-pulau kecil, kasus-kasus seperti itu sudah dikonfirmasi.

Tentu saja, Jepang bukan pengecualian.

Enam bulan setelah Bencana Langit Eurasia itu, daerah dari Tokyo bagian Selatan sampai Perfektur Kanagawa telah berubah menjadi lingkaran daratan hangus, seolah dihilangkan dengan sebuah penghapus.

Benar—termasuk daerah yang aku tinggali sekarang.

"Tapi dulu sempat berhenti terjadi untuk sementara, kan? Kenapa jumlah kejadiannya bertambah lagi?" tanya ku

"Akupun mau tahu..." gumam Kotori

Pada pertanyaanku, Kotori, masih menatap TV, memiringkan kepala.

Setelah kejadian di Kanto Selatan sebelumnya, spacequake sempat tidak terdeteksi untuk sementara.

Akan tetapi, lima tahun lalu, dimulai dari pinggiran Kota Tenguu yang baru dibangun ulang, fenomena misterius ini kembali bermunculan di sana-sini.

Tambah lagi, kebanyakannya terjadi—di Jepang.

Tentu saja manusia tidak duduk diam saja tanpa melakukan apapun selama selang dua puluh lima tahun itu.

Dimulai tiga puluh tahun lalu dari daerah-daerah yang telah selesai dibangun ulang, shelter bawah tanah telah tersebar dengan laju yang luar biasa cepat.

Bersamaan dengan adanya kemampuan untuk mengamati pertanda akan terjadinya spacequake, sebuah tim penanggulangan bencana dari Pasukan Bela Diri yang berlisensi telah terbentuk.

Tujuan mereka adalah untuk bepergian ke daerah-daerah bencana dan membangun kembali fasilitas dan jalan-jalan yang hancur, tapi cara kerja mereka hanya dapat dijelaskan sebagai sihir.

Bagaimanapun juga, jalan-jalan yang hancur lebur, dalam jangka waktu yang sangat singkat, dapat dipulihkan seperti keadaannya semula.

Pekerjaan mereka digolongkan sebagai Top Secret sehingga tidak ada informasi yang disebarkan ke publik, namun ketika kau melihat gedung runtuh dibetulkan hanya dalam satu malam, mau tak mau kau akan merasa seperti baru melihat trik sulap.

Akan tetapi, biarpun perbaikan tersebut dapat terselesaikan dengan sangat cepat, bukan berarti bahaya yang ditimbulkan spacequake itu kecil.

"Bukankah kelihatannya di daerah sekitar sini banyak terjadi spacequake? Terutama tahun lalu." tanyaku

"... hmm, kelihatannya begitu, huh. Mungkin sedikit terlalu cepat..."

Kotori bergumam, sambil menyandarkan tubuhnya ke lengan sofa.

"Terlalu cepat? Apa yang terlalu cepat?" tanyaku

"Nnn..., gak kenapa-kenap kok ahaha." Jawab Kotori

Kali ini Dirikulah yang memiringkan kepalaku

Bukan karena apa yang Kotori katakan, namun karena setengah kalimatnya terdengar sedikit tidak jelas.

"..."

Diam-diam, ia memutari counter, dan berjalan menuju sisi sofa yang disandari Kotori.

Mungkin Kotori telah menyadarinya, selagi Aku mendekat, dia perlahan-lahan memalingkan wajahnya.

"Kotori, coba lihat ke arah sini sebentar."

"..."

"*Tei!*

"Guhh!"

Kotori memegangi kepala dengan tangannya, dan berbalik tersentak. Suara yang aneh terdengar dari dalam mulutnya.

Melihat apa yang ada di dalam mulutnya seperti yang ia kira, aku hanya mengeluh pendek, "Sudah kuduga".

Meskipun saat itu tepat sebelum sarapan, Kotori sudah menikmati permen favoritnya, Chupa Chups, di mulutnya.

"Hey! Aku sudah bilang kan jangan buka permen sebelum makan?" ucap aku sambil memperingati Kotori

"NNNnnn! NNNnnnnn!"

Ia berusaha merebut permennya dengan menarik stiknya, ia lihat Kotori mencoba melawan sambil memasang muka masam.

Wajahku menegang sambil melihat-lihat tempat yang harus ia pukul, karena ia sebenarnya benar-benar tidak ingin memukul orang dengan wajah semanis itu.

"... benar-benar deh. Sebaiknya kau habiskan sarapanmu!"

Pada akhirnya Akulah yang mengalah. Ia mengelus kepala Kotori, dan kembali ke dapur.

"Ohh! Aku sayang Onee-chan!"

Aku hanya membalasnya dengan ayunan tangan dan kembali pada pekerjaannya.

"... kalau dipikir-pikir, hari ini upacara pembukaan SMP-mu, kan?"

"Yap betul"

"Berarti kau pulang saat makan siang, ya... Kotori, kau minta apa untuk makan siang?"

Setelah Kotori berpikir sejenak "Hmmmm", ia menggelengkan kepala, lalu tiba-tiba berdiri.

"Deluxe Kids Plate!"

Itu adalah nama menu makan siang untuk anak-anak yang ditawarkan di restoran keluarga dekat situ.

Aku pun menegakkan badan, dan setelah itu, menunduk menyesal.

"Toko ini tidak menyediakan itu."

"Ehh~"

Sambil menghisap lolipop, Kotori menyahut dengan suara kecewa. Aku hanya mengeluh keras-keras lalu mengangkat bahunya.

"Ya sudah lah, kesempatan ini cuma sekali-kali saja jadi ayo kita makan siang di luar."

"OHHHH! Benarkah!?"

"Ya. Kalau begitu, kita bertemu di restoran keluarga yang biasa sepulang sekolah."

Aku berkata, dan Kotori mengusap-usap kedua tangannya dengan bersemangat.

"Jangan menarik kata-katamu! Janji! Kamu harus ada disana meskipun ada gempa bumi atau kebakaran atau terjadi spacequake atau bahkan kalau restoran itu diduduki teroris!"

"Tidak. Kalau ada teroris di sana kita tidak bisa makan." Ucap Aku

"Kamu harus ada di sana!" pekik Kotori

"Iya, iya, aku tahu." Ucap aku

Mendengar Aku mengatakan hal itu, Kotori dengan bersemangat mengangkat kedua tangannya ke atas sambil berteriak "Whoooo~"

Aku bahkan tidak pikir-pikir lagi apakah ia terlalu royal atau tidak. Yah, untuk hari ini saja.

Dari malam ini kedepannya mereka harus menyantap makanan di rumah untuk sementara, tapi hari ini adalah perayaan pembuka untuk mereka berdua. Berfoya-foya sedikit seharusnya tidak masalah.

Yah, lagipula menu lunch anak-anak seharga 780 yen tidak bisa dibilang foya-foya juga.

"Nnnnn..."

Aku sedikit meregangkan badannya, dan membuka jendela kecil di dapur.

Langit sudah cerah. Sepertinya hari ini akan jadi hari yang menyenangkan.

Shiori pov end


Normal Pov

Seorang pemuda dengan surai pirang jabrik terlihat berjalan dengan sebelah tangan dimasukkan kedalam saku. Bukan karena tanpa alas an Ia melakukannya, mengingat minggu ini baru memasuki musim semi, dan hawa dingin masih menyelimuti daerah Tengu, hal yang wajarkan untuk mencari sedikit kehangatan. Ia menggunakan seragam khas SMU Raizen yang disertai dengan blazernya. Di genggamannya terlihat tas yang Nampaknya berisi buku-buku pelajaran.

"Huaahhhh harusnya aku membawa syalku saja" gumam Naruto

Naruto terus berjalan gontai tanpa semangat kehidupan, orang-orang pun hanya melihat ia bagaikan sebuah pepatah kuno 'Hidup segan mati pun tak mau' . ck dasar Naruto benar-benar pemalas.

Ditengah perjalanan. Tampak dua gadis di arah perempatan kiri jalanan, mereka pun menyebrang menuju arah Naruto. Gadis pertama memiliki rambut biru sepanjang punggu dan tergerai bebas. Yah dia bernama Itsuka Shiori dan gadis kedua lebih muda, memiliki rambut merah panjang dan diikat dengan pola Twin tail. Yah dialah Itsuka Kotori.

"Ohayou Naru" ucap Shiori

"Huaahhhh.. Ohayou Shiori-chan" ucap Naruto dengan nada malasnya

Sedangkan Shiori dan Kotori hanya jawdrop melihat Naruto bagaikan orang tak punya Kehidupan.

"Hei semangatlah sedikit Naru. Hari ini hari pertama kita masuk sekolah ditahun kedua" ucap Shiori menyemangati Naruto

"Hahhh kamu tahu sendiri Shiori-chan. Kalau aku terpaksa bersekolah, kamu juga tahukan dengan program gratis belajar 12 tahun itu memaksaku untuk belajar lagi. Hah benar-benar merepotkan" ucap Naruto

Lagi-lagi sikap pemalas Naruto membuat kedua Itsuka bersaudara itu jawdrop ditempat.

'Orang ini benar-benar tak punya semangat kehidupan' pikir Shiori dan Kotori

"hmm lalu bagaimana dengan adikmu Shiori-chan, kudengar hari ini pertama kalinya adikmu juga masuk SMP?" tanya Naruto

"hehehe begitulah Naru, hari ini adikku pertama kalinya masuk sekolah" ucap Shiori

Naruto, Shiori dan Kotori terus berbincang didalam perjalan mereka, suasana begitu hangat diantara mereka, Naruto terkadang selalu bertingkah konyol saat berinteraksi dengan kedua Itsuka bersaudar itu membuat mereka tertawa begitu lepas. tak terasa waktu pun menunjukan pukul 07.45 yang artinya sekolah akan masuk 15 menit kemudian.

"Onee-chan ingat janji kita tadi pagi yah, walau ada Spacequake Onee-chan harus datang okey" ucap Kotori

"yah yah, Imoutoku yang manis Onee-chan janji kok" ucap Shiori sambil mengelus kepala adiknya itu

"yah sudah Kotori pergi dulu yah, Ja nee Onee-chan, Onii-san" ucap Kotori berpamitan dengan Naruto dan Shiori untuk pergi menuju sekolahnya

"yah hati-hati" ucap kompak Shiori dan Naruto.

Kotori pun menghilang di arah yang berbeda. Yah bisa dibilang arah sekolah kotori berbeda dengan SMA raizer jadi pada akhirnya mereka pun berpisah

"Nee, Shiori-chan apa nanti kita akan sekelas yah?" tanya Naruto

"aku sih gak tahu, itu sih terserah sekolah sih. hehehe tapi kalau kita gak sekelaskan, kita masih masih bisa berjumpa Naru, kan kita satu sekolah" ucap Shiori

"oh yah hehehehe aku lupa" ucap Naruto sambil cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu

"Hmm tapi mungkin aku sih merasa lebih beruntung kalau aku bisa sekelas dengan gadis manis sepertimu Shiori-chan, hehehehe" gumam Naruto

Mendengar perkataan Naruto, Shiori hanya merona merah karena dirinya dipanggil gadis manis oleh teman akrabnya itu, sedangkan Naruto melihat Shiori merona merah hanya bereaksi bagaikan laki-laki yang tidak peka dengan keadaan sekitarnya

'Kyaa dia bilang lebih beruntung sekelas dengan gadis manis sepertiku.' Ucap batin Shiori

"Hoi, Shiori-chan kenapa kamu melamun?" tegur Naruto sambil melambaikan tangannya kearah Shiori, setelah ditegur Naruto, Shiori tersentak dan sadar dari lamunannya itu

"Ah..., tidak-tidak kenapa-kenapa kok" ucap gugup Shiori sambil menujukan muka memerah

Naruto memperhatikan muka Shiori yang memerah itu. 'apa dia sakit yah' pikir Naruto. Kemudian dia pun menempelkan telapak tangannya didahi Shiori

"Eh" pekik Shiori melihat tingkah Naruto yang tiba-tiba menyentuh dahinya itu.

"tidak panas, Shiori-chan apa kamu baik-baik saja?" tanya Naruto kembali sambil melepaskan sentuhannya didahi Shiori

"Ah, anu aku tidak apa-apa kok" ucap Shiori dengan nada gugup dan kaku

"Ah baguslah, aku sempat Khawatir denganmu Shiori-chan, tadi kamu tiba-tiba melamun terus wajahmu malah memerah, yah tadi aku pikir kamu terkena demam hehehe" ucap Naruto sambil cengengesan

"Eh. Benar Naru, aku tidak sakit kok" ucap Shiori yang masih gugup

Naruto kemudian tiba-tiba memegang pundak Shiori, kedua wajah itu kemudian bertemu dalam satu arah, mata blue Shapire itu bertemu dengan mata permata berwarna coklat itu, sontak suasana itu membuat Shiori gugup bukan main

"Nee, Shiori-chan. Kamu harus lebih berhati-hati yah, kamu tahu didekat daerah tempat tinggalmu sekarang banyak terjadi Spacequake, aku takut kamu malah terluka nantinya" ucap Naruto

'eh Naru betul-betul khawatir kepadaku, oh Kami-sama aku sangat bersyukur sekali' ucap batin Shiori

"Shiori-chan, Shiori-chan, hey shiori-chan" tegur Naruto sambil menggoyangkan bahu Shiori

Shiori pun sadar dari lamunannya itu "eh, iah-iah aku janji akan lebih berhati-hati kok" ucap Shiori

"Bagus kalau begitu, sebagai teman aku sangat Khawatir kalau kamu terluka jadi jaga dirimu baik-baik yah oke" ucap Naruto

'eh sebagai teman yah, aku pikir kamu mengucapkan itu lebih dari teman,padahal aku sangat ingin kamu itu bisa menjadi lebih dari teman untukku Naru' ucap batin Shiori sedih mendengar kata teman

Shiori begitu sedih mendengar perkataan Naruto yang hanya menganggap dia sebagai teman padahal dirinya begitu mencintai Naruto sejak mereka bertemu pertama kalinya di masa Orientasi siswa, atau bisa dibilang Shiori jatuh cinta pandangan pertama pada Naruto, disaat dia pernah menolongnya dari hukuman para murid senior pada saat masa Orientasi siswa.

'Aku gak boleh menyerah, aku masih bisa berjuang mendapatkan cinta Naru' ucap batin Shiori menyemangati dirinya untuk lebih berusaha keras menggapai cintanya itu

"Ah, iah aku janji kok Naru" ucap Shiori sambil menunjukan senyum manisnya, sedangkan Naruto hanya tersenyum kecil melihat reaksi dari teman akrabnya itu.

"bagus, kalau begitu ayo kita harus lebih cepat melangkah sebentar lagi waktunya masuk sekolah" ucap Naruto

"ah yah ayo Naru" ucap Shiori


Skip Time

Raizen Senior High School

Akhirnya mereka berdua pun sampai disekolah tercinta mereka SMA Raizen, naruto dan Shiori kemudian melihat papan penguguman untuk melihat dimana mereka mendapatkan kelas untuk tahun kedua. Shiori sangat antusias melihat nama-nama siswa dipapan pengumaman itu, sambil berharap ia bisa sekelas dengan Naruto tentunya. Dan binggo akhirnya harapan nya terkabul. Rupanya dirinya satu kelas dengan Naruto di kelas 11-4

"yatta, kita sekelas Naru" pekik Shiori

"ah,yah benar kita sekelas" ucap Naruto

"ayo Naru, kita pergi kekelas kita" ucap Shiori sambil memegang tangan Naruto dan melangkah dengan terburu-buru tentunya, akibat Naruto hampir saja kehilangan kesimbangannya karena melangkah terburu-buru

"hei-hei Shiori-chan bisa pelan-pelan dikit, aku hampir saja terjatuh tahu" gerutu Naruto

"Mou kalau kita santai sepertimu yang ada kita malah terlambat" ucap Shiori sambil menggembungkan pipinya

Naruto hanya terkekeh melihat reaksi Shiori, dirinya begitu gemas melihat wajah Shiori

"eh apa ada yang lucu Naru?" tanya Shiori melihat reaksi Naruto

"tidak, tidak Cuma wajahmu itu kalau seperti tadi begitu menggemaskan tahu, rasanya pengen sekali mencubit wajahmu tadi hehehe" ujar Naruto

"Mou Naru, jangan bercanda disaat seperti ini" gerutu Shiori sambil meninggalkan Naruto

"eh tunggu, Shiori-chan.., yah dia malah pergi" ucap Naruto sambil meratapi nasibnya ditinggal pergi begitu saja


Skip time

Dan sampailah mereka di SMU Raizen, sekolah tercinta mereka . Merekapun masuk dan menuju kelas mereka, kelas 11-4.

"Ohayou minna." Sapa mereka berdua bersamaan dengan ekspresi yang Berbeda. Naruto dengan senyum sehangat mataharinya, dan Shiori dengan senyum manisnya.

Beberapa orang tampak membalas, dan beberapa yang lain tampaknya tidak mendengar karena sibuk dengan dunianya sendiri. Berjalan menuju mejanya, dan melatakkan tasnya diatas meja, Ia pun mendudukkan dirinya dikursinya.

Selang beberapa detik setelah mendudukkan dirinya diatas kursinya, datanglah salah seorang sahabatnya. Orang itu memiliki ciri-ciri seorang pemuda dengan kulit putih, rambut hitam dan sebuah jambul diatas kepalanya. Yah dia bernama Tonomachi

"Yo, Naruto, sepertinya kita ditakdirkan satu kelas lagi" ucap Tonomachi

"ah yah begitulah" ucap Naruto dengan nada malas

"jadi bagaimana liburanmu?" tanya Tonomachi

"yah begitulah, aku Cuma menghabiskan waktuku dengan bekerja part time selama liburan" ucap Naruto

"Hooo, terus bagaimana dengan Shiori-chan, apa kamu tidak berkencan dengan nya selama liburan sekolah?" tanya selidik Tonomachi

"Hoi, apa maksudmu dengan kencan hah!, sudah kubilang berapa kali pun aku tak ingin melakukan hal merepotkan itu, lagi pula aku dan Shiori-chan hanya berteman saja" ucap Naruto

"Hooo begitukah?" tanya Tonomachi

"yah begitulah" ucap Naruto dengan nada malas

Crinnggggg

Tiba-tiba suara aneh itu mengganggu obrolan kedua sahabatnya itu, rupanya suara smartphone milik Tonomachi

"oh maaf Naruto, ini dari pacarku" ujar Tonomachi

"Hooo, sejak kapan kau punya pacar Tonomachi?" tanya selidik Naruto

"jangan salah aku sudah sejak lama punya pacar, tidak sepertimu yang dirumorkan tidak memiliki rasa suka terhadap gadis" ujar Tonomachi

"Hoi, apa maksudmu tadi, aku masih normalah...!, lagi pula bukan nya aku tidak ingin punya kekasih, akan tetapi yang namanya kekasih itu merepotkan kau tahu itu kan" bantah Naruto

"ah yah sudah, Naruto perkenalkan inilah pacarku" ucap Tonomachi sambil menunjukan sebuah aplikasi Gagle miliknya ( Gagle: aplikasi pacar virtual dalam sebuah smartphone)

"Hah kau ini masa berpacaran dengan gadis virtual, ck ada-ada saja kau ini " ujar Naruto

"heh jangan salah Naruto, di aplikasi ini kita diajarkan yang namanya kencan, menggombal cewe, dan cara berinteraksi yang baik dengan cewek, aplikasi ini bahkan lebih baik dari penduan buku kencan" ujar Tonomachi

"Hah yah yah, kau dan aplikasi bodohmu itu" ujar Naruto dengan nada malas

Ditengah obrolan mereka tiba-tiba ada suara gadis yang memanggil Naruto

"Uzumaki Naruto kah?" tanya sesosok gadis itu

"Huh...?" pekik Naruto

Ia tidak mengenali suara itu. Penasaran, iapun berbalik.

Seorang gadis yang ramping berdiri di sana. gadis itu memiliki rambut yang pas mencapai bahu serta wajah seperti boneka. mungkin tidak ada orang yang lebih cocok dengan deskripsi 'seperti boneka' selain dirinya.

Meski dia terlihat berwibawa layaknya makhluk buatan yang dibuat sedemikian tepatnya, pada saat yang sama, wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun.

"Eh...?" pekik Naruto

Naruto kemudian melirik-lirik ke sekelilingnya, lalu memiringkan kepalanya.

"... aku?" ucap Naruto

Ia tidak menemukan Uzumaki Naruto yang lain di sekitarnya, jadi ia menunjuk dirinya sendiri.

"Ya." Ucap datar gadis itu

Tanpa ada emosi tertentu, gadis itu langsung menjawab, sedikit mengangguk ke arah Naruto.

"Ke, kenapa kau tahu namaku...?"

Naruto bertanya, dan gadis tersebut, seraya bingung, memiringkan kepalanya.

"Kamu tidak ingat?"

"... um." ucap aku sambil mengiyakan pertanyaan gadis itu

"Oh." Ucap Gadis itu

Naruto dengan ragu-ragu menjawab, dan gadis tersebut, kelihatannya sangat kecewa, memberikan komentar pendek dan berjalan ke arah bangku di dekat jendela.

Setelah itu, dia duduk di bangku tersebut, mengambil sesuatu yang terlihat seperti buku petunjuk teknis yang tebal, dan mulai membaca.

"Sebenarnya... apa yang terjadi?" tanya Naruto menggaruk wajahnya dan memberengut.

Bagaimana Naruto tidak mengenali gadis itu coba, dirinya merasa tidak pernah berjumpa dengan gadis misterius itu.

"Hei Tonomachi, siapa dia sebenarnya ?" tanya Naruto sambil berbisik ke arah Tonomachi

"Hei masa kau tidak tahu Naruto, dia itu si super jenius, Tobiichi Origami" ucap Tonomachi

"Are,Tobiichi Origami?" gumam Naruto

"hah kau ini mangkanya sekali-kali update info dong , Tobiichi Origami si superjenuis dia termasuk tipe gadis yang sangat ingin aku kencani, lalu soal kepintarannya memang diatas rata-rata dari jenius bahkan pada waktu Ujian nasional tingkat SMP dirinya pernah mendapatkan peringkat 1 se nasional" jelas Tonomachi

"Huh, kenapa dirinya bisa masuk kesini?" tanya Naruto

Tonomachi hanya mengernyitkan bahunya seakan-akan dirinya menjawab 'aku tidak tahu' begitulah isyaratnya

Obrolan merekapun berlanjut dengan diringi canda dan tawa sampai guru yang mengajar tiba untuk melakukan tugasnya. Merekapun kembali kemejanya masing-masing.

Naruto hanya memandang keluar jendela, sama sekali tidak ada niatan untuk memperhatikan pelajaran yang sedang diberikan oleh gurunya. Ia menghela nafas, Ia bukan hanya memikirkan mimpi buruknya yang semalam itu akan tetapi ia juga tengah memikirkan nasib Dunia shinobi setelah dirinya meninggalkan Dunia itu. Tak terasa jam pelajaran dari Tamae-sensei sudah usai. Dan selanjutnya adalah pelajaran dari Sakumo-sensei, guru mesum dan tukang terlambat yang mengajar sejarah. Bagaimana tidak mesum, Ia dengan santainya membaca Icha-Icha Paradise, yang sudah dinobatkan sebagai buku termesum sepanjang masa didepan umum.

Dan jangan lupakan sifat telat waktunya itu yang tidak tanggung-tanggung. Dua jam setelah bel masuk pelajarannya, dia baru akan masuk kekelas, dan alasannya terlambat juga selalu tidak logis, seperti 'Aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan'atau 'Maaf tadi ada kucing hitam yang menghalangi jalanku jadi aku harus memutar untuk menghindari kesialan'. Dirinya heran, mengapa guru berambut uban jabrik itu masih berada disekolah ini, dirinya juga berpikir masih ada juga reinkarnasi gurunya di team 7 dahulu yaitu Hatake Kakashi dan dirinya juga bepikir kenapa Sakumo sensei tidak pernah mendapat surat peringatan atau bahkan dipecat. Dan seperti yang diduga, guru itu telat selama 2 jam dan pada akhirnya murid-murid sibuk dengan urusannya sendiri termasuk dirinya yang kembali merenung sembari menerawang keluar jendela.

Tak terasa waktu pelajaran habis, kini waktunya para murid untuk pulang kerumah

"Yo, Shiori-chan, kita pulang bareng yuuk" ajak Naruto

"Ah gomen Naru, aku sudah janji sama adikku untuk makan siang bersamanya" ujar Shiori

"Ah, yah gak apa" ujar Naruto

"kalau begitu aku..." ucapan Shiori tiba-tiba terputus setelah terdengar suara

UUUUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu—

"Huh!?" gumam Naruto dan Shiori

Jendela-jendela di ruangan kelas bergemeretak diiringi suara sirene yang tidak enak didengar yang bergaung di seluruh jalanan.

"Apa-Apa yang terjadi?" tanya murid-murid dikelas

Naruto kemudian membuka jendela dan melihat keluar. Dikejutkan oleh bunyi sirene tersebut, burung-burung gagak yang tak terhitung jumlahnya terbang ke langit.

Murid-murid yang tinggal di ruangan kelas semuanya menghentikan pembicaraan mereka dan menatap, dengan mata terbelalak.

Mengikuti sirene tersebut, suara mekanis yang memiliki jeda setelah setiap kata, mungkin agar lebih mudah dimengerti, berbunyi.

"Ini bukan, latihan. Ini bukan, latihan. Gempa pendahulu, telah terdeteksi. Diperkirakan, terjadinya, Spacequake. Penduduk sekitar, harap bergerak, ke shelter terdekat, secepatnya. Diulang kembali—" ucap suara mekanik Sirine pringatan Spacequake

Seketika itu, ruangan yang diam membatu terisi dengan suara terkejut para murid.

Peringatan Spacequake.

Dugaan mereka semua telah dipastikan.

"Minna-san, cepat pergi keruang evakuasi, tanda sirine peringatan Spacequake sudah berbunyi" ucap Tamae-sensei memberi instruksi kepada muridnya agar menuju ruang Evakuasi

"Ayo cepat kita pergi keruang evakuasi Shiori-chan" ajak Naruto sambil menggemgam tangan Shiori

"eh tunggu Naru" ucap Shiori


Diruang Shelter

Perasaan tidak enak pun menyelimuti benak Shiori, dirinya bertanya apa adiknya akan baik-baik saja, apa dia akan pergi menuju ruang evakuasi, apa adiknya sudah aman disana. Semua itu masih menggelayuti benak pikiran Shiori tentunya

'aku tidak boleh khawatir, setidaknya Kotori pasti berlindung dari Spacequake, tapi aku masih tetap saja khawatir, sebaiknya aku memastikannya dulu' ucap batin Shiori

Dan kemudian, Shiori mengingat sesuatu, mencari-cari di kantongnya dan mengambil handphone-nya. sambil menghindari pertanyaan tersebut, ia memilih nama 'Itsuka Kotori' dari call history dan menghubunginya.

Namun—tidak tersambung. Setiap kali ia mencoba, hasilnya sama saja.

'.. sial. Apa dia berhasil evakuasi?' pikir Shiori

Kalau dia masih belum meninggalkan sekolah mungkin akan baik-baik saja. masalahnya bisa jadi dia sudah meninggalkan sekolah dan sedang berangkat menuju restoran keluarga.

Sebenarnya, pasti ada shelter umum di dekatnya, jadi seharusnya tidak akan ada masalah... tapi untuk alasan tertentu Shiori tidak dapat mengabaikan firasat buruknya.

Entah mengapa dalam benaknya tiba-tiba muncul bayangan sosok Kotori yang sedang menunggu Shidou seperti anak anjing penurut, tanpa mengindahkan kenyataan bahwa peringatan telah dibunyikan.

Di dalam kepalanya, kata-kata Kotori, "Janji!" berputar-putar dan bergema.

'M-memang kami sudah berjanji pasti akan bertemu di sana biarpun Spacequake sekalipun terjadi, tapi... dia sekalipun tidak mungkin sebodoh itu... Oh, iya, aku punya itu.' pikir Shiori

Handphone Kotori seharusnya punya layanan GPS yang terpasang.

Mengutak-atik Handphone-nya, ia menampilkan peta kota di layar, di mana terlihat ikon penanda berwarna merah.

"..."

Setelah melihatnya, tenggorokan Shiori terasa tersumbat.

Ikon yang menunjukkan lokasi Kotori tepat berada di depan restoran keluarga yang dijanjikan.

"hiks dasar adik bodoh..." gumam Shiori sambil menahan isak tangisnya

Dengan sumpah serapah itu ia menutup cell phone-nya tanpa mengembalikan layar ke keadaan semula, dan keluar dari barisan murid yang berada didalam Shelter

"Itsuka-chan mau kemana jangan pergi!" ucap Tamae-sensei

"aku pergi sebentar Tamae-sensei" ucap Shiori sambil mengindahkan peringatan Tamae-sensei

Naruto kemudian mendengar suara Shiori, lalu dia pun melihat barisan antrian perempuan dan dirinya begitu tercekat melihat dibarisan perempuan Shiori tidak ada disana, Naruto kemudian bergegas menuju pintu keluar shelter, disana Tamae-sensei pun berdiri di pintu keluar. Kemudian Naruto berinisiatif bertanya kepada Tamae-sensei untuk mengetahui keberadaan Shiori

"Tamae-sensei, sebenarnya Shiori-chan kemana?" tanya Naruto

"ibu juga tidak tahu, katanya dirinya pergi keluar sebentar" ujar Tamae-sensei

"Bodoh!" gumam Naruto mendengar perkataan senseinya bahwa Shiori malah pergi keluar menuju shelter

Tanpa aba-aba kemudian Naruto pergi menuju keluar Shelter perlindungan

"Uzumaki-kun, mau kemana, jangan pergi dari sini!" ucap Tamae-sensei

Akan tetapi Naruto tetap saja berlari menuju keluar dan tidak memperdulikan ucapan Tamae-sensei


Tengu City, Spacequake disaster affected area

Tap... tap.. tap...

Shiori buru-buru berlari keluar menuju arah petunjuk lokasi adiknya berada. melewati gerbang sekolah, ia jatuh menuruni bukit di depan sekolah.

"... kalau sudah begini, seharusnya kita evakuasi seperti biasa saja...!"

Berlari sekencang yang ia bisa, Shiori berteriak keras. Terhampar di pandangan Shiori sebuah pemandangan yang sangat menyeramkan. Jalan raya tanpa mobil yang bergerak, sebuah kota tanpa adanya tanda-tanda manusia. di jalanan, di taman, bahkan di toserba, tidak ada satu orangpun yang tertinggal.

Masih tertinggal jejak keberadaan orang-orang yang tadinya ada di sini sampai beberapa waktu yang lalu, namun sosok nyata orang-orang tersebut telah menghilang. Bagaikan adegan dari film horor.

Semenjak bencana tiga puluh tahun lalu, kota Tengu inilah yang dengan hati-hati dibangun ulang sembari menangani spacequake dalam kegelisahan. Jangankan tempat umum, bahkan persentase keluarga biasa yang memiliki shelter adalah yang tertinggi di seluruh negeri.

Karena spacequake yang sering terjadi belakangan ini, orang-orang dengan cepat ber-evakuasi.

Tapi meski begitu...

"hiks Kenapa si bodoh itu bersikeras menunggu di sana...!" gumam Shiori

Shiori melepaskan teriakan memanggil adiknya, lalu membuka handphone-nya masih sambil berlari. Ikon yang menunjukan posisi Kotori tetap berada di depan restoran keluarga itu.

Sambil memutuskan bahwa hukuman untuk Kotori adalah serentetan sentilan jari di dahi, ia lanjut menggerakkan kakinya dengan kecepatan tinggi menuju restoran keluarga tersebut.

Ia tidak mengatur nafasnya atau semacam itu. Ia hanya berlari tanpa henti menuju restoran keluarga secepat yang ia bisa.

Kakinya sakit, dan ujung-ujung jarinya mulai mati rasa.

Kepalanya terasa pusing, tenggorokannya mulai terasa lengket, dan suara gemeretak dapat terdengar dari dalam mulutnya.

Akan tetapi, Shiori tidak berhenti. Hal-hal seperti bahaya atau keletihan tidak menemukan jalan menuju pikirannya, yang telah terisi dengan satu pikiran akan keinginan untuk tiba ke tempat Kotori berada.

Tapi—

"...?"

Saat berlari, Shiori melirik ke atas. Ia pikir ia melihat sesuatu yang bergerak di ujung penglihatannya.

"Apa... benda-benda itu..."

Shiori pun mengernyitkan alisnya.

Ada tiga... atau mungkin empat. Di langit, benda-benda yang terlihat seperti manusia sedang melayang.

Tapi, Shiori langsung berhenti mempedulikan hal itu.

Alasannya—

"Kyaaaaaaaaaaa…..!?"

Shiori secara naluriah melindungi matanya. jalanan di depannya tiba-tiba diselimuti cahaya menyilaukan. yang diikuti oleh ledakan yang memekakkan telinga, dan gelombang udara yang dahsyat menerpa Shiori.

Bllllaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...


A few Minutes Ago

Naruto kini sedang berusaha mencari keberadaaan Shiori, dirinya benar-benar merutuki Shiori yang malah berkeliaran bebas di area rawan bencana ini, dirinya tak habis pikir kenapa Shiori begitu nekat pergi keluar dari shelter. Dirinya pun terus mengikuti arah GPS dimana lokasi Shiori berasal.

Akan tetapi firasatnya mengatakan sebentar lagi bencana itu akan datang.

'Sial tidak ada waktu lagi, sebaiknya aku harus bergegas sebelum Shiori terkena efek Spacequake' pikir Naruto

Naruto kemudian mengaktifkan kemampuan Dojutsu miliknya,kedua matanya pun berubah menjadi pola Riak air dengan enam Tomoe dimata kirinya (bentuk Rinnegan Sasuke) dan pola Hexagonal bewarna merah disertai garis Trigonal hitam di pupil mata kanannya itu (bentuk EMS Sasuke). Dirinya kemudian memilih mengaktifkan Perfect Susanoo miliknya untuk bergerak cepat menyelamatkan Shiori.

"Susanoo"

Dengan sekejap sebuah makhluk Astral berwarna Ungu pun muncul dari tubuh Naruto, badannya berbentuk Tengu lengkap dengan Armor zirah perang miliknya, tinggi mencapai 200 meter. Tentu saja ini akan menarik perhatian para penduduk jika dalam kondisi Normal, akan tetapi dirinya tidak mempedulikan hal itu.

Wussssshhhhhhhhhhhhh...

Susanoo Naruto pun melesat cepat diudara menuju lokasi Shiori berada


Fraxinus Plane

Tittt..Tittt...Tittt...

"Komandan,dalam radar ada manusia begerak menuju pusat Spacequake selain itu ada objek tak dikenal melesat cepat menuju arah yang sama" ucap Shiizaki

"apa maksudmu bukannya Area sudah steril dari aktivitas penduduk? Lalu apa maksudmu dengan objek yang tak dikenal itu?" tanya Komandan itu

"aku tidak tahu, akan tetapi dilihat dari gambar ini seperti monster raksasa siluman Tengu berwarna ungu, dan aku mendapat info dari sinyal GPS bahwa manusia yang sedang menuju pusat Spacequake adalah Itsuka Shiori" ujar Nakatsugawa

'apa...!, sial apa mungkin dia berpikir bahwa kordinat GPS milikku berada disana' ujar Komandan Fraxinus itu dalam batinya

"kalau begitu kita awasi dulu pergerakan objek tak dikenal itu" perintah Komandan Fraxinus

"Haiii" ucap para anak buahnya


Tengu City, Spacequake disaster affected area

Present Time

Shiori pun tersadar kini dirinya berada didalam sebuah Aura ungu, dirinya betul-betul tak mengenali dirinya berada. Dirinya merasa bingung, padahal tadi dirinya terkena ledakan Spacequake yang begitu hebat. Dirinya memandang sekitar hanya ada Aura ungu menyelimutinya.

"Kau baik-baik saja Shiori-chan?" tanya sosok itu

Shiori pun kaget mendengar suara yang begitu familiar baginya, dirinya pun menoleh kearah Suara itu, dirinya mendapat Naruto sedang bersamanya, dan yang lebih mengejutkannya lagi dirinya melihat pola mata Naruto yang berubah menjadi Riak air dengan enam tomoe dimata kirinya dan pola Hexagonal merah dan trigonal hitam pada pupil mata kanan pemuda tersebut.

"Naru... Ughhh" ucap lirih Shiori

Karena tak kuat menahan sakit Shiori pun pingsan. Sedangkan Naruto hanya tersenyum melihat Shiori masih dalam keadaan baik-baik saja, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk membuat bunshin untuk membawa Shiori menuju rumahnya.

"Kamu antar dia, pastikan dia baik-baik saja" perintah Naruto

"Siap Oyabun" ucap bunshin itu

Setelah Bunshinya pergi, Naruto kemudian menonaktifkan kembali Susanoo miliknya

Lalu masih ditempat yang sama Naruto kemudian melihat sekililingnya. Bagaimanapun juga, jalanan tepat di hadapannya sesaat yang lalu, dalam waktu yang singkat ketika Spacequake terjadi di area itu tanpa sisa sedikitpun, telah 'lenyap'.

"Ap-apa ini, apa yang sebenarnya terjadi, ini..." gumam Naruto

Ia bergumam, kebingungan.

Tidak peduli metafora apapun yang kau gunakan, itu tidak akan menjadi sebuah lelucon.

Seakan-akan sebuah meteorit baru saja jatuh mendarat. tidak, lebih tepatnya, seakan-akan semua yang ada di permukaan tanah telah lenyap sepenuhnya.

Jalanan di hadapannya telah terkorek keluar menyerupai bentuk mangkok dangkal. Dan, di pinggiran jalan yang telah menjadi seperti sebuah kawah— dan sesuatu seperti bongkahan logam yang muncul ke permukaan.

"Apa... itu?" gumam Naruto

Karena pengaruh jarak, ia tidak bisa mengamati detail kecilnya tapi—ia melihat sesuatu yang menyerupai bentuk singgasana yang biasa diduduki raja dalam game-game RPG.

Namun, bukan itu yang penting.

Di sana ada gadis yang memakai gaun aneh, yang kelihatannya sedang berdiri di singgasana dengan kakinya di atas sandaran lengan.

"Gadis itu kenapa dia ada di tempat seperti itu?"

Ia hanya dapat melihat samar-samar, tapi ia dapat memastikan rambut hitam panjangnya dan rok yang memancarkan sinar misterius. Ia sepertinya tidak salah memastikannya sebagai seorang gadis.

Gadis itu sambil lalu mengamati lahan tersebut, lalu tiba-tiba berbalik menghadap Shidou.

"Un...?" ucap sosok Gadis itu

Dia menyadari keberadaan Naruto... Mungkin. Masih terlalu jauh jadi Naruto tidak bisa memastikannya.

Selagi Naruto ragu-ragu akan hal tersebut, gadis itu membuat gerakan lebih lanjut.

Dengan gerakan mengayun, dia terlihat mengambil pegangan yang terlihat dari balik singgasana, dan perlahan-lahan menariknya keluar.

Benda itu adalah—dengan bilah yang lebar, sebuah pedang besar.

Menyemburkan sinar bagaikan ilusi layaknya pelangi, atau layaknya bintang, sebuah pedang yang aneh.

Gadis itu mengayunkan pedangnya, dan jejak jalur yang dilaluinya meninggalkan sedikit berkas cahaya.

Dan kemudian—

"Eh...!?" ucap Naruto.

Gadis itu menghadap Naruto, dan disertai suara gemuruh, mengayunkan pedang itu secara horizontal. Dan mengarahkan Ayunan pedangnya menuju Arah Naruto dan hasilnya

Crasssshhhhhhhhhhhhhhhhhh...

Ayunan Pedang tersebut mengikuti jalur yang melewati tempat dimana kepala Naruto tadinya berada.

Tentu saja, itu bukan jarak yang secara fisik dapat dijangkau pedang tersebut.

Namun, hal tersebut benar-benar— hampir memotong kepala Naruto, jika ia tidak menghindar menggunakan Amonetetjikara miliknya

"...api itu, seranganya kenjutsunya—" gumam Naruto

Dengan mata terbuka lebar, Naruto membalikkan kepalanya ke belakang.

Rumah-rumah, pertokoan, pohon-pohon di sisi jalan, marka jalan dan semuanya yang ada di belakang Naruto dalam sekejap diratakan pada ketinggian yang sama.

Sedetik kemudian, bergema suara kehancuran bagaikan gemuruh guntur dari jauh.

"Hiiii kenjutsu nya mengerikan...!?" gumam Naruto

Hal tersebut telah berada di luar pemahaman Naruto. Dirinya belum melihat sebuah jurus Kenjutsu sedahsyat ini.

'Apa maksud semua ini?' pikir Naruto

Satu-satunya hal yang ia mengerti adalah jika saja ia tidak menggunakan Amonetetjikara miliknya, sekarang ini ia sudah senasib dengan pemandangan di belakangnya, terpotong rata.

"Ja-jangan bercanda...!" ucap Sosok gadis itu

Bagaikan menyeret tubuh yang seakan terpotong di pinggangnya, Naruto. Dengan cepat melompat jauh, sejauh mungkin,

'aku harus menghindari serangan kenjutsunya.! ' pikir Naruto

Akan tetapi.

"—Kau juga... ya" gumam sosok perempuan itu

"...!?"

Suara penuh kejemuan terdengar dari atas kepalanya.

Pandangannya, yang sesaat lebih lambat, mengikuti arah pikirannya.

Di depan matanya berdiri seorang gadis yang sampai sesaat yang lalu tidak ada di sana.

Benar, gadis yang sama dengan yang berdiri di tengah-tengah kawah barusan.

"Ah—"

Tanpa sengaja, Naruto bersuara.

Dia kira-kira seumur Naruto, atau mungkin sedikit lebih muda.

Dibalik rambut lavendernya yang mencapai lutut adalah wajah yang memiliki baik kecantikan dan wibawa.

Di tengahnya, sepasang mata yang memancarkan sinar misterius, hampir seperti kristal-kristal yang merefleksikan berbagai sinar berwarna ke segala arah.

Dia berpakaian aneh sekali. Menyerupai bentuk seperti gaun seorang putri, terbuat dengan material yang tidak jelas apakah dari kain atau logam. Tambah lagi, celah jahitan, bagian dalam, rok dan sebagainya, tersusun dari lapisan cahaya misterius yang tidak terlihat seperti materi fisik.

Dan di tangan itu, dia sedang memegang pedang besar yang panjangnya kira-kira menyamai tingginya sendiri.

Kejanggalan situasi tersebut.

Keanehan penampilannya...

Keunikan dari keberadaannya ...

Yang manapun dari hal-hal tersebut sudah cukup untuk menarik perhatian Naruto.

Tapi...

Ya, akan tetapi...

Yang mencuri pandangan Naruto tidak mengandung ketidak-murnian seperti hal-hal tersebut.

"—"

Seketika itu.

Rasa kewaspadaanya seketika telah ia lupakan, selagi matanya terpaku pada sang gadis.

Seluar-biasa itulah kiranya.

Gadis tersebut, sangat luar biasa... cantik.

"—Siapa..."

Terkesima, Naruto berbicara untuk pertama kalinya. meski kelancangan Naruto ini akan membuat suara dan matanya hancur, itu pikir Naruto.

Gadis itu perlahan mengalihkan pandangannya turun.

"... namamu?"

Suaranya, memuat pertanyaan tersebut dari lubuk hatinya, bergema di udara.

Namun.

"—Aku tidak punya hal semacam itu"

Dengan tatapan sedih, gadis itu menjawab.

"—"

'Tatapan itu, seolah-olah dirinya sangat merasa kesepian?, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengannya?, apa dia sama sepertiku?' ucap batin Naruto yang penuh tanda tanya.

Setelah itulah. Mata Naruto dan sang gadis bertemu untuk pertama kalinya.

Pada saat bersamaan, sang gadis tanpa nama, dengan kemurungan yang sangat, sambil membuat ekspresi yang seakan ingin menangis, menarik pedangnya lagi dengan suara 'kachiri'.

"Tunggu, tunggu, tunggu!" pekik Naruto

Karena bunyi kecil tersebut, Naruto mumutuskan untuk berbicara lebih lanjut denganya. tapi gadis tersebut hanya melemparkan pandangan kebingungan pada Naruto.

"... apa?" gumam Naruto

"..." gadis itu tidak menjawab pertanya Naruto

"A-Apa yang kau rencanakan...!?" tanya Naruto

"Tentu saja membunuhmu secepatnya.!" Ucap Gadis itu sambil menatap tajam ke arah Naruto dan menodongkan pedang miliknya kearah Naruto.

To be Continued...

Yosh akhirnya selesai juga Chapter 1 . awal dari sebuah kisah Naruto dalam menentukan nasibnya dan yang berharga baginya , jadi ikuti terus cerita ini jika anda penasaran. maaf yah mungkin terlalu pendek , typo . dan banyak kekurangan lainya.

Silahkan RnR Minnaa...