"HUG"

.

.

.

Goo Junhoe x Song Yunhyeong

.

.

wafflekid present


Junhoe memutar bola matanya malas.

"Kau dengarkan, Goo Junhoe?"

Junhoe memandang guru tanpa rambut tersebut sambil tersenyum miring dan mendecih. Seakan mengatakan, apa-perduli-ku? Si rambut botak itu mengumpat melihat wajah meremehkan kesukaan Junhoe kemudian ia menghela nafas sambil menundukan kepalanya. Tak lama ia meniup rambut bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali. Tanganya ada di kedua pinggang. Benar-benar pose orang frustasi.

"KAU AKAN DI KELUARKAN!"

Si botak itu melotot kehilangan kesabaran. Goo Junhoe? Huh,

Dia hanya mengorek kupingnya.

"Sialan, kalau kau bukan siswa didikanku maka aku sendiri yang sudah mengeluarkan mu! Kau fikor kau siapa sehingga dapat..." dan blah blah blah lainnya sebelum guru Kang mengatasinya dan menarik pria tua itu pergi dari ruang guru secara paksa.

Tak lama, guru Kang kembali dengan rambut panjangnya yang diikat satu dan peringaian tegas tampak di wajahnya. Pandangan Junhoe daritadi berkisar pada ujung rok guru cantik itu, namun dehaman tegasnya membuat wajah tidak sopan itu kembali mendongak.

"Kau dengar? Kau akan dikeluarkan." Junhoe mengangguk sambil memasang wajah sedih yang meledek. Ia merasa tidak masalah jika ia di keluarkan sekalipun, ia hanya anak tanpa orang tua yang sudah sampai sebesar ini masih dihidupi oleh panti asuhan. Bahkan jika ia di keluarkan, tak akan ada yang perduli padanya. Atau sekedar memarahinya saat ia sampai di rumah.

"Aku dengar, mangkanya aku sedih." Wajah Junhoe terlihat semakin memuakan dengan mata sendu namun senyum remeh juga ikut mengiringinya. "Aku sedih berpisah dengan mu, guru Kang."

Guru Kang tampak sedikit kaget namun dengan cepat mendeham mengembalikan raut wajah tegasnya. "Sepertinya kita tidak bisa berbicara dengan baik. Aku akan mengantarmu ke ruang kesiswaan."

Guru-guru yang ada di sana hanya dapat menggeleng prihatin melihat tingkah anak itu yang semakin menjadi setiap harinya. Bahkan anak itu masih mengatakan "Guru Kang akan mengantarkanku? Wah, manis sekali." Membuat guru lainya merasa kasihan pada anak itu, terlihat benar-benar seperti anak broken home.

Guru Kang dan Junhoe sudah berada di ruang kesiswaan. Karena jam pelajaran sudah di mulai, para guru pun sedang melaksanakan tugas mengajar mereka, maka guru Kang memutuskan untuk meminta bantuan ketua kesiswaan untuk mengatasinya. Junhoe sempat mendengus melihat mereka berdua tengah berbincang sesuatu sebelum guru Kang meninggalkanya di sana sendiri.

Tidak, tapi bersama ketua kesiswaan yang sok pintar itu.

Namanya Song Yunhyeong, kalau Junhoe tidak salah. Kakak kelasnya yang tengah berada di tahun terakhirnya itu di kenal jarang sekali berbicara. Para guru juga menyukainya karena ia belum pernah sekalipun membuat masalah, bahkan ia adalah peringkat umum untuk dua tahun berturut-turut. Hanya tinggal menunggu lulusnya ia di tahun ini, mungkin ia juga akan menjabat sebagai lulusan terbaik juga. Cih, Junhoe benci orang baik-baik.

"Jadi, Junhoe –ssi, kenapa kau berkelahi?"

Junhoe bergeming menatap datar pria yang sedang mengajaknya bicara sejak beberapa detik lalu. Diam-diam Junhoe memajukan wajahnya menatap pria yang berada di depan matanya terhalang meja di antara keduanya itu.

"Jadi, kenapa kau ingin tahu urusanku, kakak kelas?"

Yunhyeong tertawa sebentar, wow, ternyata dia bisa tertawa juga. Yunhyeong balas mendekatkan wajahnya pada anak yang dua tahun lebih muda darinya itu. "Ku kira kau anti sosial, ternyata kau tahu juga aku kakak kelasmu."

Junhoe tertawa keras.

"Itu karena kau terkenal. Kau fikir aku sengaja ingin mengenalmu?"

Yunhyeong tersenyum.

"Ku kira, anak pembuat onar dua hari sekali sepertimu lebih terkenal dariku."

Junhoe terdiam.

Tidak, Junhoe bukan terdiam karena ia kehabisan kata-kata atau karena kalah. Apa kalian tahu? Saat ini Goo Junhoe sedang mengatur facial wajahnya agar terlihat biasa saja. Juga jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat tanpa diminta saat melihat senyuman kakak kelas menyebalkanya itu. Semoga saja, wajahnya tidak memerah karena kini ia sedang kepanasan.

"Kau diam? Seharusnya kau menjawab pertanyaanku. Apa alasanmu berkelahi?"

Junhoe benar-benar diam kali ini. Ia kehabisan kata-kata untuk sekedar menjawab, namun lidahnya terlalu kelu. Apalagi, untuk mengatakan bahwa "Bukan aku yang memulai perkelahian. Tapi para anak bermulut sialan itulah yang mengatakan lebih dulu bahwa aku anak haram yang membuat ayah dan ibuku membuangku. Mereka mengatakan aku hidup seperti sampah."

Oh tidak, sepertinya dia benar-benar mengucapkanya.

Yunhyeong memicingkan matanya. Junhoe membelalak menyadari ucapanya barusan. Junhoe memalingkan wajahnya ke arah samping. Menyadari Yunhyeong masih memandanginya dengan sedikit rasa penasaran membuat wajah Junhoe kembali memerah menahan amarah. Kenapa pula ia harus mengatakan alasanya? Biasanya juga ia hanya akan diam.

"Kau sedang tidak berbohong, kan?"

Junhoe masih memalingkan wajahnya ke samping. Enggan menatap Yunhyeong yang ada di depanya. Mengingat para siswa sialan yang sudah memancing emosinya kemarin membuatnya sangat marah. Ia marah, sangat marah.

Junhoe melebarkan matanya saat ia menyadari Song Yunhyeong sedang menangkup wajahnya dengan kedua tangan sang ketua kesiswaan itu. Pria manis itu masih menatap Junhoe dengan pandangan yang sulit di artikan membuat Junhoe tak bisa berkutik barang sedikitpun.

"Kau baru mengatakan ini untuk pertama kalinya?"

Junhoe masih tak bergeming. Namun, saat Yunhyeong melepaskan kedua telapak tangannya dari wajah Junhoe, jujur, pria pembuat onar itu sedikit merasa sedikit kehilangan setelahnya. Junhoe menghela nafas berat saat melihat Yunhyeong pergi dari kursinya, Entah untuk melakukan apa. Namun, ia kembali tersentak saat sepasang tangan yang terlingkar dari belakang.

Song Yunhyeong, memeluknya.

Junhoe masih diam saja, merasa ia akan menyesal jika kehilangannya lagi. Yunhyeong menaruh kepalanya di bahu Junhoe membuat yang di peluk memejamkan matanya. Keduanya terjebak dalam keheningan yang cukup nyaman.

"Aku mengerti." Lirih Yunhyeong setelah keheningan panjang antara mereka. Junhoe menundukan kepalanya, merasa rasa pilu itu hampir datang lagi. Entah kemana perginya sifat keras, kasar, dan menyebalkan seorang Goo Junhoe. Yang ada kini hanya Junhoe yang rapuh dan hanya dapat tenggelam dalam diam.

"Tapi, kau tidak harus membalas mereka dengan berkelahi. Kau bisa membalas mereka dengan belajar sungguh-sungguh dan menunjukan kepada mereka bahwa kau lebih baik daripada mereka." Ucap Yunhyeong masih memeluk tubuh yang lebih tinggi itu. "Aku bisa membantumu."

Junhoe mengerjap satu kali, masih memikirkan ucapan sang kakak kelasnya itu.

Benarkah? Jika ia mengikuti saranya ia dapat membalas anak-anak sialan itu?

Saat perlahan Yunhyeong mulai melepaskan pelukannya dari leher Junhoe, tangan panjang anak itu segera menahannya sehingga Yunhyeong tetap dalam posisi yang sama.

Yunhyeong mengeryit bingung dan sedikit terkejut.

"Apa yang-"

"Jangan di lepas."

Ucapan dingin itu membuat Yunhyeong menurutinya dengan mudah. Agak aneh memang, namun Yunhyeong juga merasa nyaman saat memeluk yang lebih muda seperti itu.

Tanpa ada yang menyadarinya, Junhoe bangun dari duduknya dan membuat pelukan Yunhyeong terlepas. Namun, anak itu malah berbalik menghadap Yunhyeong dan berbalik memeluk leher pemuda manis di hadapanya. Yunhyeong melebarkan matanya. Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini?

"Jangan bergerak. Aku menyukainya."

Yunhyeong mati kutu setelah sebelumnya ia hampir memindahkan kedua tangan itu dari lehernya. Kini posisi sudah benar-benar berbalik menjadi kepala Junhoe yang di tempatkan di bahu pemuda kelas tiga itu.

Setelah cukup lama dengan posisi seperti itu, Junhoe mengangkat wajahnya dan memandang wajah kosong di depannya. Junhoe terkekeh melihat ketua kesiswaan yang awalnya terlihat sangat menyebalkan di matanya –ya, hanya awalnya.

"Kau yang memulainya, kakak kelas!"

Yunhyeong mengerjap bingung. "Apa?"

Junhoe tersenyum kecil melihat ekspresi yang masih kosong itu. Sanggat menggemaskan dan lucu di saat yang bersamaan.

"Kau yang memelukku duluan. Bagiku, itu artinya kau menyukaiku."

Junhoe semakin mendekatkan wajahnya pada yang lebih tua, saat wajahnya hanya berjarak satu senti saja, tiba-tiba telapak tangan hinggap di wajahnya dan membawanya menjauh. Setelah telapak tangan itu lepas, barulah Junhoe dapat melihat wajah kakak kelasnya yang sedang diriasi warna merah di pipinya, hanya sedikit sih.

"B-bagaimana bisa, memeluk artinya menyukai?"

Ucapnya sambil mengipasi wajahnya dengan telapak tanganya sendiri.

"Mengapa tidak bisa?"

Yunhyeong memandang Junhoe dengan pandangan perpaduan antara horror dan bingung. Namun setelahnya, pria manis itu memutuskan untuk berbalik dan melangkah keluar dari ruangan panas itu.

"Hukumanmu adalah membersihkan toilet sekolah selama satu minggu." Ucap Yunhyeong final sebelum ia melangkah keluar pintu.

Namun, teriakan santai Junhoe membuat Yunhyeong nyaris terjatuh dari tempatnya berdiri. Bahkan Junhoe sempat tertawa saat melihat kakak kelasnya melotot –sok menyeramkan padanya.

"OY KAKAK KELAS, KAU HARUS JADI KEKASIHKU!"

Dan pintu ruangan pun di tutup dengan sempurna.


FINAL


.

.

.

Well, ini apa?! LOL

aku bahagia banget loh ff sebelumnya ada yang komen lagi (mulai termehek) dan buat ffkmjx thanks ya kamu selalu review pertama dan buat aku terharu(?) aniway, apa aku sekalian buat kumpulan ff oneshoot junhyeong aja ya? any recomendation?

with lav!