Disclaimer :

Diabolik Lover : Seiko Nagatsu (Anime writer)

Rejet (Developer)

Naruto : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Supranatural,

~ Bride of Vampire ~

WARNING : AU, TYPO bertebaran dimana-mana, CRACK PAIR, OOC, OC, EYD Amburadul, Penempatan tanda yang tidak sesuai dan masih banyak kecatatan lainnya.

.

.

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X0X

Hinata Hyuga hanyalah seorang gadis biasa nan sederhana, kehidupannya-pun sama dengan gadis remaja perempuan lainnya. Bersekolah, berteman dan juga jatuh cinta. Namun setelah ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun kehidupan Hinata berubah seratus delapan puluh derajat. Sang ayah tiba-tiba meminta Hinata untuk pergi dan tinggal di kediaman Sakamaki, kenalan sang ayah dan jika Hinata menolak maka keluarga Hyuga terancam bahaya.

"Ayah apa aku harus memenuhi surat wasiat ini?!" tanya Hinata ragu.

"Ya dan jika kau tidak memenuhinya, maka..." Hiashi menggantungkan kalimatnya.

"Maka apa yang akan terjadi!?" tanya Hinata penasaran.

"Akan terjadi sesuatu yang buruk pada keluarga ini," jawab Hiashi dengan raut wajah penuh kecemasan.

Wajah Hinata langsung pucat pasi dan tidak menyangka kalau keluarganya terancam bahaya jika ia tidak memenuhi keinginan sang ayah. Hal ini semakin membuat gadis pemilik surai indigo panjang ini bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Hyuga.

"Aku mohon padamu Hinata, hanya kaulah harapan ayah," pinta Hiashi dengan nada sedikit membungkukkan tubuh di hadapan Hinata, "Tinggallah di keluarga Sakami, penuhilah kewajibanmu sebagai penerus keluarga Hyuga selanjutnya," kata Hiashi penuh harap pada putri sulungnya itu.

Hinata diam menundukkan wajahnya sedikit seraya meremas erat Kimono, "Baiklah, aku akan pergi dan tinggal di kediaman keluarga Sakami seperti yang ayah inginkan," ujar Hinata sendu.

Kedua ujung bibir Hiashi terangkat dan raut wajahnya terlihat lega seperti habis melepaskan sebuah beban berat di pundaknya, "Terima kasih karena kau mau mengerti. Kalau begitu ayah akan suruh pelayan merapihkan semua pakaian juga barang-barang milikmu, karena besok kau akan pergi," kata Hiashi menjelaskan.

Kedua iris bulan Hinata melebar sesaat, "Secepat itukah? Bagaimana dengan sekolahku? Aku belum..."

"Semuannya sudah diatur dan dibereskan oleh ayah," sela Hiashi cepat.

Hinata hanya bisa diam dan tak berkata apa-apa pada sang ayah padahal baru saja ia mendengar permintaan sang ayah untuk pergi dan tinggal di kediaman Sakamaki lalu kini sang ayah memintanya besok untuk pergi dari rumah, hanya tinggal menunggu jam dirinya akan meninggalkan keluarga, teman juga cintanya pada seorang pemuda tampan bersurai kuning.

Padahal Hinata belum mempersiapkan hati untuk berpamitan pada teman-temannya juga mengungkapkan perasaan pada pemuda bermata biru safir itu.

Semalaman Hinata tidak bisa tidur dan menangis dalam diam didalam kamar. Gadis cantik bermata bulan ini merasa terbuang juga dibuang oleh sang ayah padahal selama ini ia sudah berusaha keras menjadi anak yang bisa dibanggakan tapi sepertinya semua perjuangan Hinata tidak berarti apa-apa dimata sang ayah juga keluarganya.

"Hiikshh..." isaknya lirih.

Hinata tertidur setelah lelah menangis dan paginya kedua mata Hinata terlihat bengkak serta merah. Para pelayan merasa cemas melihat keadaan serta penampilan sang Nona yang bisa dibilang berantakan tapi tidak dengan Hiashi dan sang adik, Hanabi.

Hinata hanya membawa sebuah tas besar berisikan pakaiannya sedangkan barang-barang pribadinya akan di antarkan esok harinya oleh Hiashi.

"Berikan surat ini pada keluarga Sakamaki dan apapun yang terjadi ayah mohon padamu untuk tidak pergi dari keluarga itu. Berjanjilah pada ayah," Hiashi memandang penuh harap pada Hinata karena keselamatan keluarga sedang dipertaruhkan diatas pundak Hinata.

"I-iya, aku berjanji tidak akan lari atau kabur dari kediaman Sakamaki." Sahut Hinata patuh.

Hiashi tersenyum lega, "Bagus."

GYUT~

Hanabi memeluk erat sang kakak, "Jaga dirimu baik-baik Nee-san dan jangan lupa selalu menghubungiku," ucap Hanabi.

"Ya,"

"Aku pasti akan merindukan, Nee-san," kata Hanabi dengan berlinang air mata.

Hinata tersenyum pilu melihat wajah sedih sang adik dan berusaha setegar mungkin didepannya, "Nee-san juga pasti akan merindukanmu," ucapnya dengan menahan air mata.

SRUK

Hinata membungkukkan tubuhnya pada sang ayah, "Aku pergi dulu,"

"Jaga dirimu baik-baik disana," ujar Hiashi dengan wajah datar tanpa adanya kecemasan atau raut kesedihan yang terpancar diwajahnya.

"Ya," sahut Hinata penuh hormat.

Setelah berpamitan Hinata keluar dari kediamannya dengan membawa tas besar. Berat rasanya meninggalkan rumah terlebih meninggalkan kota kelahirannya. Ketika Hinata keluar rumah sebuah mobil berwarna hitam dengan seorang supir didalamnya sudah menunggu Hinata diluar rumah.

CKELEK!

"Silahkan masuk Nona," pria tinggi ini membukakan pintu mobil untuk Hinata.

Tanpa berkata apa-apa Hinata langsung masuk dan duduk dimobil dibagian belakang dan tak lama mobil mulai berjalan membawanya jauh meninggalkan rumah, teman-teman dan orang yang dicintainya.

Hinata memandang sendu bangunan rumahnya, "Selamat tinggal semuanya." Lirihnya.

BRUUMMM!

Mobil hitam ini langsung melesat pergi dalam kecepatan tinggi. Selama didalam mobil Hinata duduk diam didepan jendela menatap pemandangan kota Konoha yang menurutnya sangat indah. Tapi sayang pemandangan ini tak akan pernah dilihat Hinata lagi mengingat ia akan tinggal di kediaman Sakami, entah dikeluarga itu dirinya akan diterima atau tidak mengingat tidak pernah sekali-pun Hinata bertemu dengan para anggota keluarga Sakamaki.

"Ibu lindungi aku." Batin Hinata.

~(-)-(-)~

Tes

Tes

Tes

Bulir-bulir hujan turun membasahi bumi.

WHUUUSSS~

Angin-pun ikut berhembus kencang disertai kilatan petir membuat suasana sedikit menyeramkan bahkan berita perkiraan cuacana di telivisi mengatakan kalau akan terjadi hujan badai. Tapi ditengah cuaca seperti ini seorang gadis bersurai indigo panjang dengan membawa sebuah koper besar berjalan menerjang hujan. Pakaian yang dikenakan gadis cantik bersurai indigo ini-pun sudah basah kuyup.

"Akhirnya aku sampai juga," ujarnya.

Setelah menempuh perjalanan selama empat belas jam akhirnya gadis cantik bermata bulan ini sampai di kediaman Sakamaki. Dan setelah sampai, supir yang mengantar pergi meninggalkan Hinata sendirian didepan gerbang masuk kediaman keluarga Sakamaki yang bangunannya berarsitek Eropa.

"Besar sekali rumah ini!" seru Hinata memandang takjub bangunan mewah nan megah didepannya.

Ditekannya tombol bel didepan pintu gerbang.

Teettt!

Suara bel masuk langsung menggema di tengah ruangan membuat para penghuni rumah yang sedang bersantai merasa sedikit terusik dan penasaran siapa yang datang kemari ditengah hujan badai seperti ini.

"Hey, Reiji coba buka dan lihat siapa yang datang," perintah Ayato seenaknya dari kursinya.

Reiji menatap tajam Ayato seraya membenarkan letak kacamatanya, "Kenapa tidak kau saja yang membukanya, Ayato," tolak Reiji ketus.

"Ck! Bukankah kau adalah orang yang mengurus segalanya dirumah ini menggantikan si pemalas itu," lirik Ayato pada pria bermata biru terang diseberang kursinya.

Shuu hanya diam dan tidak meladeni perkataan dari Ayato. Pria tampan bermata biru terang ini memilih tidur sambil mendengarkan musik klasik tanpa mau meladeni perkataan Ayato karena hanya akan membuang-buang waktu saja.

"Itu tidak ada hubungannya dengan membuka pintu gerbang, Ayato," balas Reiji sengit.

TAP

Seorang gadis bersurai kuning dengan mengenakan hiasan rambut bunga dikepalanya datang ke ruang santai setelah selesai membersihkan diri, "Siapa yang datang?" tanyanya penasaran saat mendengar suara bel.

Gadis cantik bernama Yui Komori ini menolehkan kepalanya keluar jendela di ruang santai dan mendapati kalau diluar tengah hujan badai, "Sebaiknya kalian membuka pintu gerbangnya," raut wajah Yui terlihat cemas.

"Tidak mau," tolak Ayato lalu merebahkan dirinya kembali disofa, "Kau saja yang membukanya Chichinashi," perintah Ayato.

"Baiklah aku akan membukakan pintu," sahut Yui.

SREEKK~

Reiji langsung berdiri dari posisinya, "Biar aku saja, kau duduk tenang saja disini," ujar Reiji dingin.

TAP

Reiji berjalan cepat ke pintu depan.

Tek

Pria tampan berkacamata ini menekan sebuah tombol hijau didekat pintu masuk.

SRAKKK!

Pintu gerbang terbuka dan Hinata ini langsung berlari masuk kedalam pekarang rumah. Dengan menenteng koper Hinata berdiri didepan pintu lalu mengetuknya beberapa kali meminta sang pemilik rumah membukakan pintu.

Tok

Tok

Tok

"Pe-permisi..." teriak Hinata dengan bibir bergetar kedinginan.

CKELEK!

Reiji membuka pintu dan mendapati seorang gadis bersurai indigo dengan iris seindah bulan berdiri didepan pintu dengan tubuh basah kuyup bahkan tubuhnya terlihat menggigil kedinginan.

Mata merahnya menyipit tajam, "Kau siapa? Dan ada perlu apa kesini?" tanya Reiji dingin tak membiarkan gadis cantik ini masuk kedalam rumah.

Gadis bermata bulan ini merogoh kantung bajunya dan memberikan sebuah surat yang sudah basah tentunya pada Reiji, "Na-nama..."

BRUK ~

Gadis cantik ini jatuh pingsan didepan mata Reiji membuat pria tampan bersurai ungu ini cukup kaget.

"Merepotkan sekali," dengusnya.

GREP

Reiji meraih tubuh gadis ini dan membawanya masuk kedalam rumah karena tidak mungkin ia membiarkan tubuh gadis ini tergeletak didepan rumah.

Saat Reiji datang dengan menggendong gadis bersurai indigo ini yang namanya saja belum diketahuinya, seluruh saudara laki-lakinya termasuk Yui cukup kaget melihatnya.

"Siapa dia Reiji-kun?" Yui memandang penuh arti gadis dalam gendongan Reiji.

"Entahlah aku-pun tidak tahu namanya, dia jatuh pingsan setelah memberikan surat basah ini padaku," Reiji merebahkan gadis cantik itu diatas sofa lalu memperlihatkan surat basah yang diterimanya tadi pada saudaranya.

Shuu yang sejak tadi tertidur sambil mendengarkan musik klasik langsung membuka kedua matanya. Pemuda tampan bermata biru langit itu menatap tajam dan penasaran surat basah itu, "Surat apa itu?" tanya Shuu penasaran.

"Surat ini pemberian gadis itu dan aku tidak tahu surat apa ini," jawab Reiji jujur.

TAP

Shuu berjalan mendekat lalu meraih surat basah itu lalu membukanya secara perlahan agar tidak sobek.

Iris biru terang milik Shuu membaca setiap deret tulisan bahasa asing dengan seksama dan sesaat kedua matanya melebar sempurna.

PUK

Ditaruh kembali surat basah itu keatas meja kemudian Shuu duduk kembali dikursinya dengan kedua tangan menyilang didepan dada.

"Apa yang tertulis disurat itu?" tanya Ayato penasaran.

Shuu terdiam dan malah memejamkan kedua matanya, "Kenapa kau diam saja cepat jawab aku," teriak Ayato kesal.

"Namanya adalah Hinata dan aku harus menikahinya," ujar Shuu santai tanpa ekspresi sedikit-pun.

Ayato dan yang lainnya kaget bukan main mendengarnya termasuk Yui karena tidak menyangka gadis asing itu adalah calon istri dari Shuu, sang kepala keluarga Sakami selanjutnya.

"Jangan bercanda padaku Shuu," ujar Reiji tak terima perkataan sang kakak.

"Gadis itu adalah pilihan dia," sahut Shuu dengan wajah serius.

Pemuda tampan bermata biru terang ini diam seribu bahasa dan kembali memejamkan mata. Shuu ingin sekali tertawa lebar pada sang ayah, bagaimana dengan seenaknya pria tua itu menyuruhnya menikahi seorang gadis asing. Kedatangan Yui Komori ke kediaman ini saja sudah membuat dirinya sedikit repot terlebih para saudaranya selalu ribut memperebutkan Yui dan berlomba-lomba ingin memonopoli darah gadis bersurai kuning itu, terutama Ayato.

Dan kini masalah harus bertambah lagi dengan kedatangan gadis bernama Hinata dan ia harus menikahinya. Ingin rasanya Shuu tertawa keras pada sang ayah karena sifatnya yang selalu seenaknya berbuat sesuatu, tak ingatkah kejadian beberapa bulan lalu mengenai Adam dan Eve, dimana ia dan para saudaranya harus berhadapan dengan anggota keluarga Mukami yang ternyata mereka semua adalah anak-anak yang dijadikan Vampire oleh ayah mereka. Bahkan diantara keluarga Mukami ada Edgar, teman pertama Shuu yang dipikirnya telah tewas dalam persitiwa kebakaran dan muncul dihadapan Shuu sebagai, Yuma Mukami.

"Jangan membuatku tertawa pak tua." Batin Shuu kesal.

Ayato memandang sinis Shuu karena bisa-bisanya pemuda bersurai kuning itu tidur dengan tenang setelah mengatakan hal yang membuat heboh juga syok semua orang. Dan kekesalan Ayato bertambah dua kali karena Shuu sama sekali tidak menanggapi perkataannya.

"Dasar tukang tidur!" cibi Ayato pada kepala keluarga Sakami berikutnya itu.

Pemuda bersurai merah ini menatap geram gadis bersurai indigo itu, "Ck! Dia selalu saja berbuat seenaknya," dengus Ayato kesal.

"Dia?!" Seru Yui bingung.

Gadis cantik bersurai kuning ini tampak berpikir sejenak, "Ayah kami pasti yang menyuruh gadis itu kemari, seperti kau Bitch-chan," ujar Laito dari belakang tubuh Yui membuat gadis cantik ini kaget juga takut dengan kedatangan pria tampan bersurai merah itu.

"Aaa..." pekik Yui kaget dan reflek berjalan mundur menjauh dari Laito.

Laito tertawa kecil melihat reaksi Yui, "Jadi, gadis itu adalah pengantinmu?" lirik Laito pada Shuu.

Shuu diam dan tak mau berkomentar atau-pun menanggapi pertanyaan dari Laito, "Jika kau tidak menginginkannya berikan saja dia padaku," ujar Laito yang langsung membuat Reiji naik darah.

"Jaga bicaramu, Laito!" bentak Reiji.

"Hehehehe..." Laito tertawa kecil melihat ekspresi marah Reiji.

Pemuda tampan bersurai merah ini menelusuri wajah serta tubuh Hinata dan sebuah seringai kecil menghiasi wajah tampannya, "Dia lumayan cantik dan selera pak tua itu tidak buruk juga," puji Laito pada sang ayah.

"Jangan sentuh dia," teiak Reiji.

Grep~

Reiji langsung menggendong tubuh Hinata, "Cukup Yui saja yang kau ganggu dan goda jangan gadis ini," Reiji memperingati Laito.

Pemuda tampan bersurai merah ini tertawa renyah, "Apakah karena dia adalah calon pengantin Shuu jadi aku tak boleh menggangunya," Laito menatap Reiji penuh arti, "Atau kau tertarik dengan gadis ini dan ingin menjadikannya milikmu," tuduh Laito.

"Terserah apa katamu, Laito!" sahut Reiji dingin.

Laito tersenyum penuh arti menatap pemuda bersurai ungu itu karena tak biasanya Reiji bersikap seperti itu dan sepertinya kedatangan gadis bernama Hinata Hyuga itu akan membuat suasana dirumah ini semakin menarik.

"Sepertinya aku mendapatkan mainan baru," kekeh Laito senang.

Semua orang terlihat masih kaget dan syok dengan perkataan Shuu.

Orang yang membuat heboh malah terlihat tidur tenang seraya mendengarkan musik klasik kesukaannya tanpa mempedulikan para saudaranya yang ribut membicarakan dirinya juga Hinata.

.

.

.

.

.

"Ngh..." lenguh Hinata pelan.

Tak lama kedua matanya terbuka menampilkan iris bulan yang meneduhkan hati.

Nyut~

"Akh..." lirhnya.

Hinata merasa kepalanya pusing dan berdenyut-denyut. Iris bulanya menatap sekeliling kamar yang didominasi warna putih gading ini, "Aku dimana?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kau sudah bangun," ujar Reiji yang tiba-tiba saja ada disamping ranjang Hinata.

"A-anda..." serunya gugup.

"Namaku adalah Reiji Sakamaki, putra kedua keluarga ini dan nama mu Hinata,"

"I-iya, senang berkenalan dengan anda Reiji-san,"

"Sama-sama," balas Reiji datar.

Reiji mengambil teko kecil berisikan teh yang dibawanya tadi.

Syruup~

Reiji menuangkan teh kedalam sebuah cangkir keramik merah muda polos lalu memberikannya pada Hinata, "Ini bisa membuat tubuhmu hangat dan mengembalikan tenaga,"

"Te-terima kasih," Hinata segera meminumnya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu, Hinata?" tanya Reiji dengan pandangan mata sedikit tajam membuat Hinata tak enak juga nyaman dengan tatapannya.

"Y-ya," sahut Hinata takut.

"Apakah kau dikirim kesini oleh dia?" tanya Reiji mulai menterirogasi Hinata.

Hinata menatap bingung Reiji karena menyebutkan kata 'dia' yang tidak diketahui juga dimengerti olehnya, "Ma-maksud Reiji-san, siapa?!"

Reiji menghela nafasnya cepat, "Ayah kami,"

Hinata menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan. Ayah yang memintaku untuk tinggal dikediaman ini juga menyerahkan surat pemberiannya pada salah satu anggota keluarga Sakami," jelas Hinata jujur.

"Tapi surat yang kau bawa adalah dari ayah kami," jelas Reiji.

"Begitukah? Memang apa yang tertulis di surat itu?" tanya Hinata penasaran seraya menyesap kembali tehnya.

"Kau harus menikah dengan Shuu dan menjadi pengantinnya," jawab Reiji datar.

"Uhuk.." Hinata tersedak minumannya.

Iris bulannya menatap Reiji, "Siapa Shuu? A-aku tidak tahu kalau ayah menyuruhku untuk menikah? Dan jika benar aku harus menikah, aku tidak mau menikah dengannya," tolak Hinata tegas.

Reiji berjalan mendekat pada Hinata dan sebuah seringai menghiasi wajah tampannya, "Suka atau tidak kau tetap harus menikah dengannya, karena kau dikirim kesini untuk menjadi persembahan bagi kami," ujar Reiji dingin.

"Pe-persembahan?" Hinata mengulangi perkataan Reiji.

"Ya, karena keluarga juga ayahmu mengorbankan dirimu untuk kami para Vampire demi kelangsungan keselamatan keluargamu," ujar Reiji dengan sebuah seringai kejam menghiasi wajah tampannya.

Dheg'

Kedua mata Hinata melebar sempurna dan jantungnya serasa hampir copot mendengar perkataan Reiji.

"Va-Vampire..." ujar Hinata tak percaya.

Reiji tertawa kecil melihat ekspresi wajah Hinata yang kaget juga ketakutan, sama seperti saat Yui mengetahui kenyataan kalau ia dan para saudarnya adalah Vampire.

Grep~

Reiji memegangi dagu Hinata tapi dengan cepat tangan Reiji ditepis kasar oleh Hinata, "Jangan sentuh aku," jerit Hinata takut.

DRAP

Hinata berlari cepat keluar dari kamar.

Reiji berdiri dengan menatap Hinata penuh arti, "Larilah sejauh yang kau bisa Hinata, karena dimana-pun kau bersembunyi kami pasti akan menemukanmu," desis Reiji.

Hinata berlari di lorong rumah tanpa mengenakan alas kaki dan dipikirannya saat ini adalah kabur dari kediaman ini. Hinata tidak mau menikah dengan pria bernama Shuu terlebih mereka semua adalah para Vampire mahkluk yang hidup dari menghisap darah. Hinata tak mau menjadi persembahan bagi para mahkluk haus darah itu, dirinya tidak rela jika harus mati ditangan para Vampire apalagi harus menikah dengan salah satu dari mereka. Hinata terpaksa harus mengingkari janjinya pada sang ayah untuk tidak lari dari kediaman Sakamaki apapun yang terjadi tapi jika harus berurusan dengan Vampire apalagi harus menjadi pengantin dari seorang Vampire, Hinata memilih untuk melarikan diri.

"Hiiksshhh..." Isaknya lirih.

Bukan hanya merasa takut, syok juga kaget tapi Hinata merasa sedih karena tak menyangka kalau sang ayah akan berbuat setega ini padanya. Mengorbankannya demi keselamatan keluarga Hyuga padahal nyawa Hinata menjadi taruhannya.

DRAP

DRAP

DRAP

Ditengah lorong rumah yang gelap dan hanya diterangi oleh cahaya lilin yang menempel di dinding membuat suasana rumah ini menjadi menakutkan juga menyeramkan. Hinata takut kalau Reiji mengejar dan menangkapnya.

Langkah kaki Hinata membawanya kesebuah taman bunga mawar dan tanpa sengaja kedua matanya melihat pemandangan mengerikan didepan mata Hinata. Dimana seorang pemuda bersurai kuning tengah menghisap darah seorang gadis bersurai senada dengan pria itu. Wajah gadis itu merintih kesakitan tak kala kedua taring pemuda itu menancap dalam dilehernya.

"Shuu-san..." rintih Yui.

Shuu tak mengidahkan rintihan Yui dan tetap menghisap darah gadis bersurai kuning itu.

Dheg'

Tubuh Hinata menegang dan kaku melihat adegan itu.

"Va-Vampire..." lirihnya takut.

Merasa kalau ada bahaya sedang mengancam Hinata membalikkan badan menjauh dari pemuda bersurai kuning itu tapi tanpa disadarinya kalau seorang pria bersurai merah dengan mengenakan topi berada tepat dibelakang Hinata.

BRUK!

GREP!

Laito mengurung Hinata dalam pelukan, "Kau mau kemana, Hime-chan," godanya dengan nada nakal.

"Tidak...lepaskan aku..." Ronta Hinata dalam dekapan Laito.

Hinata berusaha lepas dari dekapan Laito, saat ini dirinya benar-benar sangat takut bahkan air matanya mengalir deras dari iris bulannya.

"Hiikssh..." isak Hinata.

"Kenapa kau menangis, Hime-chan..." Laito memegangi dagu Hinata menatap gadis bermata bulan itu dengan penuh arti, "Apa kau sedih melihat calon suamimu tengah bermesraan dengan gadis lain," ejeknya.

"Ti-tidak...le-lepaskan a-aku..." isaknya lirih.

Laito mendekatkan wajahnya dan tanpa diduga kalau pemuda bersurai merah ini menjilat air mata dipipi Hinata, "Tubuhmu bergetar Hime-chan, tapi aku sangat menyukainya membuatku tergoda" bisiknya seduktif ditelinga Hinata.

Hinata mencoba menjauhkan Laito tapi pelukkan pemuda bersurai merah ini semakin erat, "Apa kau takut padaku karena aku..." Laito menggantungkan kalimatnya.

Cup'

Dikecupnya singkat leher jenjang Hinata, "Adalah Vampire," sambung Laito membuat air mata Hinata semakin deras mengalir.

Laito sudah bersiap-siap menghisap darah Hinata tepat dilehernya yang tadi dikecupnya namun aksinya terhenti saat jaketnya ditarik kebelakang oleh Shuu.

GREP

BRUK~

Shuu menghempaskan tubuh Laito ke tanah.

Awalnya Laito kaget dan marah pada orang yang sudah berani merusak kesenangannya namun saat melihat Shuu yang melakukannya, Laito tertawa lebar, "Hahahaha..."

Tubuh Hinata kaku bak patung tapi masih gemetar hebat sedangkan Yui berdiri gelisah juga takut di dekat Hinata melihat perkelahian antara Shuu dan Laito yang barus pertama dilihatnya selama tinggal dikediaman Sakami.

Shuu memandang dingin serta tajam Laito namun hal itu tak lantas membuat Laito takut sama sekali malah membuatnya terlihat senang dengan ekspresi marah yang baru diperlihatkan Shuu padanya. Padahal biasanya pemuda bersurai kuning itu selalu bersikap tenang, cuek juga apatis pada keadaan disekitarnya dan selalu tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Ini sangat mengejutkan," kata Laito dengan senyuman kecil menghiasi wajah tampannya tapi dimata Hinata itu terlihat seperti senyuman merendahkan.

"Apa kau menyukainya, Shuu," celetuk Laito.

"Tidak," balas Shuu dingin.

"Lalu kenapa kau menghalangiku bersenang-senang dengannya,"

GREB!

Shuu langsung menarik tubuh Hinata untuk mendekat padanya.

SRAAAKKK~

Dirobeknya dress panjang yang dikenakan Hinata dan memperlihatkan kedua buah payudaranya tepat didepan Laito.

"KYAAA!" teriak Hinata histeris karena pakaiannya dirobek oleh Shuu.

Kedua mata Laito menyipit tajam menatap sebuah simbol aneh ditengah dada Hinata,
Bukankah itu simbol Kekkai?"

"Itu dibuat untuk melindungi gadis ini dari Vampire seperti kita," jelas Shuu yang membuat Laito semakin bingung.

"Jika memang simbol itu untuk melindunginya dari kita. Lalu kenapa dia mengirimnya ke sini untuk menikah denganmu?"

"Akan aku jelaskan padamu tapi tidak disini, aku akan menjelaskannya pada kalian semua di ruang tengah," ujar Reiji yang tiba-tiba muncul dibelakang Laito.

Hinata duduk menangis menutupi bagian depan tubuhnya yang terekspose bebas karena ulah Shuu.

"Hiiksshh..."

Reiji melirik Hinata yang penampilannya bisa dikatakan berantakan.

Sreeekk

Tanpa di duga kalau Reiji membuka jas miliknya dan memakaikannya pada Hinata, "Yui, antarkan dia kembali kekamar," perintah Reiji.

"Ya," sahut Yui.

Yui membantu Hinata untuk berdiri, "Ayo Hinata, akan aku antar kau kekamarmu,"

Dan baru beberapa langkah berjalan Hinata jatuh tak sadarkan diri mungkin dikarenakan syok, kaget serta lelah mengingat Hinata baru menempuh perjalanan jauh untuk bisa sampai ke kediaman ini.

BRUUKK~

"Hinata-san!" seru Yui panik.

Yui merasa bingung karena tak bisa membawa tubuh Hinata ke kamar, Yui ingin meminta tolong pada salah satu diantara mereka bertiga dan tanpa di duga kalau Reiji langsung menggendong tubuh Hinata dan membawanya ke kamar.

"Aku akan membawa Hinata ke kamar dan setelahnya aku akan menemui kalian diruang tengah," kata Reiji dan tak lama ia sudah pergi menghilang dengan cepat dari hadapan Yui juga kedua saudaranya.

Laito mendesah pelan sedangakan Shuu masih dengan ekspresi datarnya tak berkomentar sedikit-pun sedangkan Yui langsung berlari cepat menuju kamar untuk menemani Hinata setelah sebelumnya berpamitan pada kedua pemuda tampan ini.

Diam-diam Laito melirik ke arah Shuu dan ia bisa menangkap raut wajah Shuu yang terlihat berbeda padahal biasanya pemuda bersurai kuning itu selalu bersikap tenang dan tak pernah memperlihatkan emosi.

"Hm, semakin menarik saja." Batin Laito senang.

TBC

A/N : Ini adalah Fic Crossover pertama saya. Mohon maaf kalau Ficnya jelek dan jalan ceritanya aneh#Bungkuk badan dalam-dalam.

Maaf kalau semua karakter di Fic ini jadi berbeda atau malah terbilang aneh dan tidak seperti anime atau manganya itu karena kebutuhan jalan cerita.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada siapapun yang sudah mau membaca Fic ini dan jika berkenan Read and Riviewnya.

Inoue Kazeka