Title: My Love for You (sequel of A Gift to You)

Author: Besajoy

Disclaimer: The casts belong to God and this story is mine.

Genre: Romance, Friendship, AU, a bit family LOL

Rating: T

Cast:

- Main Cast: Cho Kyuhyun, Lee Sungmin.

- Supported Cast: Find by yourself.

Summary: Ketika Kyuhyun menyesali perbuatannya yang telah membuat sahabatnya sendiri menderita walaupun secara tidak sengaja, mampukah ia meraih kesempatan untuk bisa memperbaiki kesalahannya itu?

Warning: GS a.k.a Gender Switch. This changes uke's gender to girl.

If you don't like genderswitch fanfiction, go away. Thank you.

Clue: jangan mikir kejauhan, alurnya sederhana kok. Cuma emang dasar authornya aja yang gak bisa bikin FF pendek.

Alurnya pake alur maju mundur cantik yah jadi bacanya mesti diperhatiin baik-baik

Dan authornya baper gara-gara nulis FF ginian, jadi maklumin yah kalau bahasanya lebay dan menjijikkan.

—o0o—

10 years ago… The last time we meet…

"Ah, itu hanya perasaanmu saja, Kyu."

"Hanya kau saja yang boleh tahu isi kado itu."

"Di mana pun nanti kau kuliah, kau harus sukses di sana."

"Kau harus hadir di pernikahanku nanti."

"Tolong jangan pernah melupakanku ya Kyu. Aku mohon, jangan lupakan aku…."

Time flies so fast… But my love for you is still the same. It's even more deep and deep…

I know this is my fault… My fatal fault… It's been so long since you gave me that love letter. It made me realised that you are the best person that I ever meet in my life…

Has it been so late to give my love for you?

—o0o—

Sebuah cangkir berisi kopi yang jumlahnya tinggal setengah serta seonggok laptop hitam menemani waktu sore Kyuhyun di balkon apartemennya. Kedua mata elangnya menatap layar laptop yang menyala dengan rasa terperangah yang tak kunjung hilang sejak tiga puluh detik yang lalu, saat dia membuka salah satu surat yang masuk ke dalam e-mailnya. Padahal tadi ia berniat untuk merelakskan diri sejenak usai menyelesaikan pekerjaan kantor pada laptop itu dengan membuka e-mail dan mengecek isinya. Akan tetapi ketika ia menemukan surat itu dan membuka isinya, sepertinya niat itu langsung enyah begitu saja. Jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

Ada reuni SMA dua minggu lagi.

Reuni SMA… Reuni SMA…

Kyuhyun mengambil cangkir kopi yang tergeletak di atas meja yang juga menjadi tempat bertumpu laptopnya, kemudian meminum isinya lagi untuk mengurangi kadar ketegangannya. Hasrat untuk menghadiri reuni itu seketika membuncah di benaknya. Namun di saat yang bersamaan pula ia sadar akan kedudukannya yang begitu penting di kantornya, yaitu sebagai pemilik kantor itu sendiri. Ia menghela napas.

Bisakah?

Bukankah seorang bos memiliki hak untuk mengatur jadwal sesuka hati?

Kepalanya menggeleng keras. Tidak. Ia bukan orang yang mau berbuat seenaknya tanpa pikir panjang.

Tapi bahkan kau dulu bertindak seenaknya dengan mempermainkan hati seorang wanita sesukamu tanpa pikir panjang, Cho Kyuhyun…

Raganya tersentak begitu suara hatinya berbisik. Ia menggigit bawah bibirnya, menahan rasa sakit di ulu hati yang kembali memerih.

Lee Sungmin…

Memori yang ada di pikirannya kembali membuka bayang-bayang tentang isi surat itu. Seberapa lama wanita itu mencintainya. Dan itu sukses membuat kedua manik matanya mendadak terasa panas.

"Aku sudah tidak kuat lagi menyimpan rahasia itu. Aku tahu aku kurang ajar. Bahkan aku sudah memiliki rasa ini jauh sebelum kita menjadi sahabat. Bahkan ketika kita masih menjadi bocah, atau tepatnya ketika kita masih berada di bangku sekolah dasar."

Kyuhyun berusaha mendinginkan kedua matanya yang panas itu dan berhasil. Ia mengutuki dirinya sendiri mengapa ia menjadi begitu cengeng dan sensitif layaknya banci sejak surat itu mendarat padanya, walaupun ia sendiri tahu bahwa penyebab terbesarnya adalah karena ia menyadari bahwa ia begitu bodoh. Sangat bodoh hingga ia baru sadar bahwa wanita itu begitu berharga. Sudah bertahun-tahun wanita itu menemani hidupnya, merupakan waktu yang paling terlama dibandingkan dengan teman-teman wanitanya yang lain, dengan sifat lembut yang dimiliki oleh wanita itu namun tahan akan sifat dan sikap dirinya terhadap wanita itu, yang ia sadar sudah sering menggores hati lembutnya itu.

Lalu ia tersadar bahwa kesempatan emas sudah datang kepadanya untuk bisa bertemu dengannya. Wanita spesialnya. Hatinya seakan berteriak bahwa ia harus mengambil kesempatan itu atau kesempatan tidak pernah datang lagi. Sekali pun seandainya ternyata masih ada kesempatan lagi apabila ia tidak mengambilnya kali ini, tapi tetap saja rasa rindunya sudah meluap-luap akan wanita yang sangat disayanginya itu dan ia harus menuntaskannya.

Pada akhirnya ia menyerah. Ia memutuskan untuk bersikap egois kali ini dengan mengabaikan pekerjaannya untuk menghadiri reuni itu. Ia harus bertemu dengan Sungmin.

Cairan kopi dalam cangkir yang tinggal sedikit itu Kyuhyun minum hingga hanya tersisa ampasnya saja. Lumayan berefek juga untuk menenangkan sejenak hatinya. Jemari telunjuk tangan kanannya lalu menari di atas trackpad laptopnya untuk menggeser tanda panah pada layar laptop dan menutup e-mail yang tadi ia baca. Ia pun menutup akun e-mail dan berikutnya menutup jendela internet google chrome di dalam layar laptopnya itu. Terpampang di sana foto wallpaper laptopnya. Foto yang diambil ketika jam pelajaran kosong, self-camera-nya bersama Sungmin di mana ia merangkul Sungmin yang berada di samping kanan dan Sungmin tersenyum lebar sehingga menampakan deret gigi putihnya yang rapi sementara ia sendiri hanya tersenyum biasa. Manis sekali wanita itu, membuat hatinya selalu menghangat melihatnya.

Akan tetapi, di saat yang bersamaan pula ia selalu teringat akan kebodohannya yang baru menyadari bahwa wanita itu begitu cantik, imut, dan manis ketika mereka berdua telah berpisah jauh. Ketika ia tidak bisa lagi melihat sosok wanita mungil namun memiliki segala kelebihan itu, entah itu dari segi fisik, otak, maupun kepribadian—oh dan jangan lupakan kesetiaannya.

Ia harus memiliki Sungmin sebelum hati wanita itu pindah kepada orang lain, begitu pula dengan sosoknya yang pindah ke hati orang lain.

Namun tiba-tiba saja hatinya menjadi berkabut. Bagaimana jika dua hal terkutuk itu telanjur terjadi? Karena ia tahu bahwa pria-pria di benua Eropa sana mempunyai potensi besar untuk memikat hati para wanita dalam segi apa pun, entah itu dari segi fisik, materi, kepintaran, maupun sikap.

Tapi ia segera menggelengkan kepala begitu mengingat suatu fakta. Sungmin sudah mencintainya sejak sangat lama—catat, SANGAT—dan itu menggambarkan betapa setia wanita itu. Walaupun ia sudah menyakiti hati Sungmin sedemikian banyaknya tapi ia tetap setia berada di hati wanita itu. Walaupun ia masih ingat bahwa di surat itu Sungmin mengatakan bahwa ia masih berusaha untuk menyingkirkannya dari hatinya, namun entah mengapa ia yakin bahwa sampai sekarang wanita itu masih mencintainya.

"Aku juga tidak tahu bagaimana rasa ini bisa tumbuh. Aku juga sudah mencoba untuk menghilangkan rasaku yang sudah di luar batas persahabatan ini bahkan sudah bertahun-tahun aku berusaha, tapi belum berhasil juga. Tapi tenang saja, aku masih berusaha sampai sekarang. Jadi, abaikan saja rahasiaku yang satu ini. Anggap saja rahasia ini tidak pernah ada, seperti yang kautahu selama ini."

Karena Sungmin pun sudah mencoba melakukan hal itu selama bertahun-tahun namun belum berhasil juga. Seperti yang tertulis di surat itu pula.

Hatinya kembali terasa nyeri yang berakibat suhu pada kedua matanya mulai meningkat kembali. Lagi-lagi perasaannya begitu sensitif. Ia tahu betul bahwa penyebab dari hal itu adalah karena rasa penyesalan atas dirinya sendiri. Selama ini ia hanya bisa merasa sedih sekali karena tim bola kesayangannya kalah dalam pertandingan, bahkan ketika orang tuanya dipanggil ke sekolah atas tindakan criminal yang ia lakukan, ia hanya merasa bersalah. Ketika ia putus dengan mantan terindahnya pun ia tidak pernah sampai ingin menangis seperti ini. Akan tetapi sekarang wanita itu mampu meluluhkan hatinya yang sekeras baja itu sehingga ia menjadi lembek seperti ini.

"Tolong jangan pernah melupakanku ya Kyu. Aku mohon, jangan lupakan aku…"

Permintaan Sungmin di saat-saat terakhir mereka berpisah sebelum masa kuliah mereka dimulai pun sampai saat ini masih setia bergaung di otaknya. Bahkan pikirannya masih segar untuk mengingat bagaimana Sungmin meraih kedua tangannya dan mengenggamnya dengan sedikit getaran seolah wanita itu benar-benar takut kehilangannya dan bagaimana kedua mata foxy-nya berkaca-kaca seolah ingin menangis padahal sinar matanya itu jarang terlihat sedih. Rasanya Kyuhyun merasa bertambah sedih karena membuat Sungmin berpikiran negatif tentang dirinya sehingga wanita itu menjadi begitu rapuh. Padahal walaupun mereka sempat menjauh selama beberapa periode dan walaupun setelah mereka pisah negara Kyuhyun tidak pernah menghubungi wanita itu lagi lewat e-mail walaupun akun e-mailnya itu sering ia buka, namun fakta membuktikan bahwa ia tidak melupakan wanita itu sampai saat ini. Bahkan sosok itu sekarang sudah tertancap keras di pikiran serta hatinya.

Helaan napas yang keluar dari hidung mancung Kyuhyun merupakan pertanda bahwa ia sudah mengakhiri galau sesaatnya dan ia memutuskan untuk mematikan laptop itu. Kemudian sembari menenteng laptop di tangan kirinya serta satu cangkir yang berisi ampas kopi itu di tangan kanannya, ia beranjak dari kursi dan masuk ke dalam kamarnya yang memang memiliki satu pintu dengan balkon apartemennya. Kedua kakinya melangkah mendekati meja kerja—yang sebenarnya sangat jarang dipakai untuk kerja mengingat ia lebih suka mengetik berbagai keperluan kerjanya di bangku balkon yang tadi—dan menaruh laptop itu di atasnya. Setelah itu ia berjalan menuju dapur untuk meletakkan cangkir yang kotor itu di wastafel. Ia melirik sejenak ke arah wastafel itu dan ternyata sudah ada beberapa peralatan makan yang sudah kotor. Maka ia pun memutuskan untuk mencuci semuanya. Memang ia hanya tinggal sendiri di apartemen ini karena dulu apartemen ini dekat dengan kampusnya sementara rumah kedua orangtuanya cukup jauh dari sini beserta tempat kuliahnya itu dan ia pun merasa begitu sendirian, walaupun kadangkala suka ada teman-teman yang hilir mudik ke dalam apartemennya.

Ia merasa tidak sesendiri ini dulu saat masih ada Sungmin yang menemaninya.

Ah Sungmin…

Memang mereka berdua hanya duduk bersebelahan selama setahun dalam pertemanan mereka yang lamanya delapan tahun dan persahabatan mereka yang berlangsung selama dua tahun itu, yaitu pada saat kelas dua belas. Namun, ia merasa benar-benar kehilangan Sungmin sekarang.

Ia jadi teringat bagaimana pertemuan mereka dulu saat masih bocah-bocahnya.

Dari saat sekolah dasar. Saat ia baru pindah ke sekolah Sungmin ketika ia menginjak bangku kelas dua. Saat ia mengetahui bahwa Sungmin merupakan murid yang terpintar pada saat itu dan ia berusaha mengalahkannya namun gagal lalu pada akhirnya mereka menjadi rival sampai mereka lulus pada jenjang pendidikan itu. Namun justru status itulah yang mendekatkan mereka karena mereka jadi berinteraksi lebih sering.

o

o

On the first period…

o

o

Hari itu merupakan hari di mana rapor sekolah akan diserahkan kepada orang tua masing-masing murid di sekolah agar bisa dilihat bagaimana perkembangan anak mereka selama di sekolah. Suasana di sekolah Kyuhyun sudah begitu ramai ketika ia bersama sang ibunda datang untuk mengambil rapor. Tak dapat dimungkiri bahwa ia merasa begitu gugup saat ini. Sebagai anak yang baru beberapa bulan menjadi murid di sekolah ini dan tergolong lebih baru daripada murid yang lain karena ia baru masuk saat kelas dua semester awal, tentu ia ingin tahu ia mendapat peringkat berapa di sekolah barunya ini. Di sekolahnya yang terdahulu, ia menjadi murid terpintar. Semoga saja di tempat ini pun begitu.

Ternyata di depan kelas teman-temannya sudah banyak yang datang juga mengikuti orang tua mereka ke sekolah, baik sesama maupun lawan jenis. Sementara ibunya masuk kelas, Kyuhyun bergabung bersama mereka untuk bermain sembari menunggu sang ibu keluar membawa rapor miliknya.

Setelah bermenit-menit berlalu, akhirnya sosok yang ditunggu-tunggu Kyuhyun datang juga. Dengan cepat ia menghampiri sang ibu.

"Bagaimana hasilnya, Bu?" tanya Kyuhyun penasaran.

Raut wajah sang ibu menunjukkan aura yang tidak mengenakkan. "Ternyata di sini kau mendapat peringkat dua. Turun," ucap beliau sembari menghela napas kecewa. Membuat Kyuhyun tertular melihatnya. "Maafkan aku…," ucapnya sedih.

Menangkap reaksi sang anak yang menurut ibu Kyuhyun begitu menggemaskan membuat beliau tak kuasa untuk menghibur sang anak. "Jangan sedih. Kyunnie masih kelas dua. Tapi lain kali belajarnya harus lebih semangat lagi," ucap beliau seraya menepuk-nepuk pelan pucuk kepala anaknya. Bocah kecil beliau itu memang cerdas termasuk dalam menangkap situasi bahwa beliau begitu kecewa dan ia pun juga cerdas dalam bereaksi sehingga ia ikut kecewa, tidak hanya dari segi akademis.

"Siapa peringkat satunya, Bu?" tanya Kyuhyun lagi. Tiba-tiba saja sebuah misteri melintas di kepala Kyuhyun yang membuat ia ingin memecahkannya. Orang yang membuat predikat si pemegang ranking satu miliknya itu hangus.

"Dia perempuan, Kyu. Mungil sekali, tapi dia pintar. Namanya Sungmin. Tadi ibu sempat bertemu ibunya dan anak itu dikenalkan kepada ibu. Mana ya orangnya," perkataan ibu Kyuhyun terhenti karena beliau segera mempekerjakan kedua mata beliau untuk menemukan sosok yang ia maksud.

Begitu kedua indera pendengaran Kyuhyun menangkap nama seorang teman kelasnya itu disebut-sebut, ia membelalakan mata karena terkejut. Ia tahu Sungmin karena selama beradaptasi di lingkungan sekolah ia berusaha untuk menghafal nama semua teman-teman kelas dan ia berhasil. Kemudian kedua matanya ikut mencari orang itu dan dengan cepat ia temukan. Perempuan itu sedang duduk di samping koridor sekolah dengan kalem bersama dengan beberapa teman-teman di samping kanannya berhubung ia duduk di pojok kiri, di sekitar lingkungan ia bermain tadi juga, sehingga mukanya terlihat cukup jelas. Memang mungil dan imut, bahkan menurut Kyuhyun lebih imut dibanding teman-teman perempuannya yang lain. "Yang itu, Bu. Di sebelah sana," sahut Kyuhyun seraya menunjuk ke arah Sungmin nun jauh di sana.

"Jadi kau sudah tahu orangnya, Kyu?" tanya sang ibu seraya memandang Kyuhyun dengan terkejut. Rupanya anaknya itu cepat beradaptasi. Mungkin karena faktor jenis kelamin juga.

"Dia itu teman kelasku, tentu saja aku tahu," jawab Kyuhyun jengah. Ibunya ini menanyakan hal yang menurut ia tidak penting.

"Ternyata kau sudah mengenali teman-teman kelasmu dengan baik, ya. Perkembangan yang bagus," sang ibu melontarkan komentar beliau seraya tersenyum senang. Lalu tiba-tiba beliau melihat ada bocah laki-laki lain sedang berlari ke arah beliau dan Kyuhyun. Sepertinya itu teman Kyuhyun.

"Hei, Kyu!" ucap bocah laki-laki itu seraya menepuk pundak Kyuhyun, membuat yang ditepuk merasakan rangsangan itu dengan terkejut sehingga refleks ia menghadap ke asal suara itu. "Bagaimana rapormu?" tanya anak itu.

"Lumayan," jawab Kyuhyun seraya tersenyum meski sedikit dipaksakan karena sejujurnya hatinya masih mendung karena peringkatnya turun.

"Siapa namamu, nak?" tanya ibu Kyuhyun dengan nada sehalus mungkin kepada bocah yang sudah bisa teridentifikasi statusnya dengan Kyuhyun sebagai apa.

"Eh, ibu…," sapa bocah yang tadi dilempari pertanyaan ringan oleh ibu Kyuhyun. Ia lalu mencium tangan beliau. "Saya Choi Siwon, panggil saja saya Siwon. Saya teman kelasnya Kyuhyun, Bu. Hehehe…," bocah yang ternyata memiliki nama panggilan Siwon itu barulah menjawab pertanyaan yang barusan, seraya cengengesan khas anak-anak.

"Oh…," ibu Kyuhyun mengangguk. Dugaan beliau benar. "Dapat ranking tidak?" tanya beliau dengan nada yang senada seperti saat beliau melempar pertanyaan yang pertama tadi pada teman anaknya itu, agar tidak menyinggung perasaannya.

"Dapat, Bu. Peringkat delapan, hehehe," jawab Siwon yang juga kembali mencengirkan gigi. "Kyuhyun sendiri dapat tidak, Bu?" tanyanya balik.

"Dapat. Puji Tuhan peringkat dua," jawab ibu Kyuhyun seraya memamerkan cengiran cantik ala beliau. Meski beliau merasakan sedikit kesedihan karena sang anak tidak mampu mempertahankan peringkat yang didapatnya dulu, namun beliau tetap merasa bersyukur melihat perkembangan kecerdasan anaknya masih cukup bagus di usia yang masih sangat muda.

"Waaah! Selamat, Kyu!" ucap Siwon yang senang mengetahui temannya mendapat ranking yang bagus. "Terima kasih, Won," balas Kyuhyun yang ikut senang karena mendapat ucapan selamat dari teman sesama jenisnya itu.

"Ayo, Kyu, main," ajak Siwon seraya menarik tangan Kyuhyun.

"Kau mau main dulu atau pulang, Kyu?" tanya ibu Kyuhyun pada sang anak.

"Main!" seru Kyuhyun senang. Mendapat tawaran bagus seperti itu tentu saja ia memilih untuk melakukan kegiatan yang ia sukai lebih dulu.

"Ya sudah. Ibu pulang dulu. SMS kalau sudah selesai. Ibu akan menjemputmu," ujar sang ibu seraya menepuk pelan pucuk kepala jagoan kecilnya itu.

"Baik, Bu!" seru Kyuhyun mengiyakan. "Ayo, Won," lanjutnya seraya menoleh ke arah Siwon seakan sudah menyerahkan diri kepadanya untuk dibawa. Mereka berdua lantas pergi meninggalkan ibu Kyuhyun ke arah kerumunan teman-teman kelasnya.

"Teman teman! Anak baru kelas kita ini dapat peringkat dua, lho!" mulut ember Siwon beraksi, meneriakkan kabar mengenai teman yang dibawanya itu kepada yang lain, sehingga membuat yang merasa mempunyai ciri-ciri yang tersebut itu terkejut dan risih. "Siwon! Apa-apaan kau—"

"Wah, cieee!"

"Selamat, Kyu!"

"Selamat!"

"Cie selamat ya!

Kyuhyun yang mendapat sorakan pujian serta ucapan selamat dari teman-teman yang lain pada akhirnya tidak dapat menampikkan rasa tersanjungnya. "Hahaha. Terima kasih ya, teman-teman," ucap ia seraya terkekeh.

"Selamat ya, Kyuhyun," tanpa disangka ternyata sang peringkat satu yaitu Sungmin rela untuk berdiri dan memberanikan diri untuk memajukan tangan kanannya sebagai ajakan untuk berjabat tangan seraya tersenyum tulus, membuat Kyuhyun terperanjat. "Terima kasih, Sungmin. Kau juga," balas Kyuhyun seraya meraih tangan Sungmin dan membalas senyumnya. Mereka pun berjabat tangan untuk sesaat.

"Nah, Kyu. Itu dia si peringkat satunya. Sainganmu. Anak berotak alien yang mendapat peringkat satu dari kelas satu," ujar Siwon sambil menepuk bahu Kyuhyun.

"Jangan berlebihan seperti itu, Won. Aku juga masih belajar," ucap Sungmin yang merasa tidak enak karena mendengar kalimat yang menurut ia kurang enak untuk didengar di hadapan Kyuhyun.

Memang benar ternyata. Ucapan Siwon itu membuat Kyuhyun tersadar bahwa perempuan mungil berwajah imut itu mempunyai otak yang membahayakan sehingga bisa membuat prestasinya turun dan ia pun harus waspada.

o

o

End.

o

o

Bagaimana sikap Sungmin terhadap Kyuhyun yang tidak sungkan menyalaminya saat memberi ucapan selamat padahal dia berada di posisi yang lebih baik membuat Kyuhyun cukup terkesan sehingga ia masih mengingatnya sampai sekarang. Padahal dulu ia tidak pernah mengingat masa-masa ketika masih berada di bangku sekolah dasar itu, namun setelah surat itu datang, entah mengapa memori lamanya itu kembali terbuka, bersamaan dengan memorinya yang lain. Bahkan ketika kegiatan mencuci piring yang ia lakukan sudah selesai dan tinggal membersihkan wastafel, memori itu masih terus berputar. Ia teringat bahwa dulu ia sempat sungkan bergaul dengan Sungmin karena sifat dia yang berbeda dengan sifatnya. Sedari dulu ia adalah perempuan yang lugu dan kalem, berbeda dengan dirinya yang tengil dan beringas. Hanya di depan orangtua ia bisa bersikap lugu dan kalem, bahkan di hadapan kakaknya ia tidak bisa bersikap seperti itu. Akan tetapi semenjak ia mengunjungi rumah Sungmin untuk melihat Sungjin—adik lelakinya—bersama sang ibu, ia jadi tahu ternyata ada sifat Sungmin yang mirip dengannya.

o

o

Next time when…

o

o

Kyuhyun kecil terheran-heran ketika mendapati sang ibu sedang memoleskan bedak pada wajah cantik beliau dan berpakaian sudah rapi. "Ibu mau ke mana?" tanyanya seraya mem-pause permainan yang ia mainkan pada PSP miliknya.

"Ibu mau ke rumah Sungmin teman kamu itu. Ibunya baru saja melahirkan dan baru balik ke rumah," tutur sang Ibu seraya menoleh ke arah bocah kecil beliau yang berdiri di ambang pintu kamar beliau. "Ayo ikut nak. Siap-siap dulu sana," titah beliau.

"Malas, ah. Di sini saja," balas Kyuhyun seraya pergi ke ruang tamu kemudian tiduran santai di kursi sofa dan meneruskan permainan di PSP hitamnya yang sempat terhenti.

"Hei kamu ini," ucap ibunya dengan volume suara yang keras. "Ikut saja, adik barunya itu laki-laki. Kamu tidak mau melihatnya, Kyu?" tanya beliau lagi, berusaha membujuk.

"Ah, ibu!" gerutu Kyuhyun yang malah menggulingkan tubuhnya menghadap senderan kursi sofa dan masih asik bergelut dengan benda elektronik kesayangannya itu.

"Kyu, kak Ahra sebentar lagi pulang. Kalau kamu tidak berantem dengannya selama ibu pergi ibu tidak apa-apa kamu di sini," ucap sang ibu yang sudah berada di ruang tamu dan memandangi anaknya dengan rasa harap yang masih tersisa akan keikutsertaannya.

Seketika Kyuhyun termenung.

Ahra, sang kakak perempuan yang memiliki selisih usia delapan tahun dibanding dirinya sebentar lagi akan pulang dari kegiatan ekstrakurikulernya di SMA. Bisa dipastikan hidupnya di rumah tidak akan tentram apabila sang kakak sudah berada di rumah bersamanya. PSP kesayangannya itu bisa dengan semena-mena direbut oleh sang kakak. Apalagi tanpa kehadiran sang ibu, habislah ia.

"Ah, baiklah baiklah," Kyuhyun akhirnya menyerah. Usai mem-pause kembali game, ia lalu duduk di sofa dan menghadap kepada sang Ibu yang ternyata sudah rapi dengan pakaian kemeja lengan panjang warna krem serta celana bahan panjang warna coklat tua. Beliau pun sudah menenteng parsel berisi buah-buahan yang entah dari mana itu datangnya. "Tapi izinkan aku membawa ini," pintanya seraya menunjukkan PSP yang ia pegang.

"Baiklah. Ayo," ajak sang Ibu. Mereka berdua lantas melesat menuju rumah Sungmin dengan menggunakan mobil. Untung saja Kyuhyun sudah mandi tadi.

o

o

o

o

Bahkan hingga ia selesai membersihkan wastafel dan melangkahkan kaki menuju ke kamarnya kembali, pikirannya masih melayang ke mana-mana. Beruntunglah lobus oksipitalis otaknya masih bisa mengontrol indera penglihatannya untuk tetap bisa melihat ke arah jalan sehingga ia tidak tertabrak walaupun pikirannya masih dipenuhi oleh nostalgia semasa dulu.

Bahkan hingga sekarang ia yang baru memasuki kamar dan dihadapkan oleh jendela kamar yang masih terbuka dan minta sekali untuk ditutup, memori semasa dulu masih terus terputar.

o

o

Flashback again…

o

o

Dua mata onyx Kyuhyun memperhatikan tampak luar rumah Sungmin dengan saksama. Rupanya rumah Sungmin tidak sebesar rumahnya, walaupun sama-sama berlantai dua. Begitu pula halaman rumah. Namun keadaan rumah ini tetap terlihat asri. Ia bersama sang ibu segera berjalan menuju ke depan pintu lalu sang Ibu bersiap untuk menekan bel rumah Sungmin.

Seorang bocah kecil berwajah oriental dengan bermata foxy bulat serta berambut lurus panjang yang digerai muncul usai pintu rumah terbuka. "Eh tante, eh Kyuhyun. Mari masuk," ucapnya ramah seraya memberi jalan bagi kedua tamunya untuk masuk.

"Terima kasih, Sungmin," balas ibunda Kyuhyun dengan hangat. Mereka berdua kemudian berjalan memasuki rumah.

"Tante, Kyuhyun, duduk dulu. Biar Sungmin siapkan minum," ucap Sungmin seraya menunjuk kursi sofa ruang tamu rumah dengan setengah membungkuk sopan.

"Eh, tidak usah, Sungmin," larang ibunda Kyuhyun seraya duduk pada kursi yang disediakan. "Tante hanya ingin melihat ibumu dan adik kecilmu itu," lanjut beliau seraya menaruh parsel yang ia bawa di atas meja tamu besar yang berada di depan beliau.

"Eh?" Sungmin mengerjap-erjapkan mata lucu. "Sungmin bilang mama Sungmin dulu ya, tante," ucapnya. Dalam sekejap ia pun menghilang dari mereka.

"Lucu ya anak itu," ujar ibu Kyuhyun seraya menatap ke arah jalur Sungmin pada saat berjalan pergi beberapa detik yang lalu dengan senyum kagum. "Baru kelas tiga SD tapi ia sudah tahu bagaimana caranya menerima tamu dengan sopan. Pakai acara menawar minum segala, memangnya anak sebesar itu bisa membuatnya?" gumam beliau.

"Ya kalau membuat teh saja bisalah, Bu," balas Kyuhyun ringan seraya menyalakan kembali PSP dan bersender santai di kursi sofa. "Begitu saja mudah. Pasti diajarilah bagaimana cara menerima tamu seperti itu."

"Kamu lihat bagaimana cara dia menerima tamu tadi, bukan?" tanya sang ibu pada anaknya yang masih asik dengan PSP. "Kamu juga harus bisa mempraktikkannya nanti di rumah ya, Kyu," titah beliau.

"Hm," balas Kyuhyun malas tanpa mengalihkan perhatiannya sedikit pun.

Tak lama kemudian Sungmin muncul kembali. "Ayo, tante. Sungmin antar ke kamar mama di atas. Mama sedang mengurus dede bayi," ucapnya di depan ibunda Kyuhyun dengan senyum imutnya. Ibu Kyuhyun pun berdiri lalu mengikuti ke mana Sungmin pergi seraya membawa parsel yang dibawa beliau. Kyuhyun sendiri tetap bertahan di tempatnya.

"Kyu, kau tidak ikut ibumu ke dalam?" tanya Sungmin kepada Kyuhyun usai mengantar sang ibu dari orang yang ia tanya itu ke kamar ibunya.

"Tidak," jawab Kyuhyun dengan tak acuh.

Sungmin mengerjapkan mata melihat PSP yang dimainkan Kyuhyun. Ia paham mengapa bocah laki-laki itu tidak mau berpindah tempat. Ia hanya merasa tidak enak meninggalkan tamunya itu di lantai bawah. "Ayolah, sebentar saja. Adik bayiku itu lucu, lho. Laki-laki. Ayo…," ajak Sungmin seraya menarik pergelangan tangan Kyuhyun.

Namun Kyuhyun tetap bergeming.

"Ih, Kyuhyun… Ayo ke atas... Kau bisa memainkan PSP itu di sana," Sungmin mulai memaksa. Ia terus menambah kekuatannya untuk menarik tangan Kyuhyun agar ia bergerak.

"Huh! Iya, iya," pada akhirnya Kyuhyun merasa terganggu juga. Ia pun memutuskan untuk memberhentikan sebentar keberlangsungan jalan game pada PSP dan membiarkan tangan Sungmin menarik pergelangan tangannya dan membawa raganya untuk pergi ke lantai atas.

o

o

o

o

Tiba-tiba saja kedua tangan Kyuhyun serasa mendadak kaku untuk menggerakan gorden terakhir jendela yang akan ditutup saat membayangkan kejadian itu. Kejadian di mana Sungmin berani memegang tangannya untuk yang pertama kali, yang bahkan ia belum pernah menyentuh perempuan itu sekali pun. Mengingat hal itu Kyuhyun merasa malu sendiri. Ia menepis rasa malu itu dengan menggerakkan tangannya untuk menutup gorden.

Bahkan sampai se-detail itu…

o

o

Flashback again…

o

o

Sungmin benar-benar menggeret Kyuhyun sampai ke kamar sang mama. Di dalam sana sudah ada ibu Kyuhyun bersama ibunya yang sedang menggendong seorang bayi.

"Eh, ada Kyuhyun. Halo…," sapa mama dari Sungmin dengan ramah.

"Eh, tante," balas Kyuhyun dengan kikuk karena tidak tahu harus bersikap seperti apa. Paras ibu Sungmin benar-benar mirip seperti anaknya. Kemudian mata Kyuhyun berpindah pada seorang bayi yang sedang digendong beliau, yang membuat ia tergerak untuk mendekatinya.

"Wah lucu sekali…," ucap Kyuhyun seraya mencubit pelan pipi adik Sungmin. Ia merasa begitu gemas saat melihat wajah gembul adik bayi itu berikut dengan kedua mata bulatnya yang berkilau indah seperti berlian dan juga pipinya yang sangat tembem.

"Hahaha. Kubilang juga apa," ucap Sungmin seraya terkekeh di belakang Kyuhyun.

"Sepertinya Kyuhyun ingin punya adik itu, Bu," ujar ibunda Sungmin pada ibunya Kyuhyun.

"Alah. Mengurus Kyuhyun dan Ahra saja sudah susah," celetuk ibunda Kyuhyun seraya menatap lawan bicara beliau.

"Siapa namanya, tante?" tanya Kyuhyun ingin tahu yang masih gemas memandangi adik bayinya Sungmin.

"Namanya Lee Sungjin," jawab ibu Sungmin seraya menatap anak barunya itu juga.

"Hai Sungjin. Ucu ucu ucu," Kyuhyun masih asik bermain dengan wajah gembul Sungjin, seakan sudah terhipnotis akan lucunya bayi itu. Ia pun semakin terhipnotis ketika melihat sang bayi tersenyum lebar padanya.

Sungmin mulai merasakan bahwa alarm merah di kepala ia berbunyi "Hei, jangan ganggu adikku, Kyu," larangnya seraya menarik lengan atas Kyuhyun sebelah kiri.

"Habis, adikmu itu lucu sekali, Min. Menggemaskan," tutur Kyuhyun yang mulai memegangi tangan kecil Sungjin yang terbungkus sarung.

"Ih Kyuhyun ayo keluaaar," Sungmin kembali memberi perintah secara paksa, seraya menarik lengan Kyuhyun dengan lebih keras.

"Ah kau ini. Pemaksa sekali," sepertinya Kyuhyun harus mengalah. Ada ibunya pula yang sedang mengawasinya. Bisa gawat nanti urusannya kalau sampai ketika ia dan sang ibu sudah kembali ke rumah beliau memarahinya karena bersikap memalukan di depan umum.

Karena menganggap bahwa Kyuhyun sudah punya kemauan untuk menuruti perintahnya, Sungmin melepas kaitan tangannya pada lengan Kyuhyun dan berjalan keluar. Rupanya benar, Kyuhyun pun mengekorinya dari belakang.

"Duduk di situ dan main sepuasnya sambil menunggu ibumu selesai berbicara dengan ibuku," titah Sungmin sembari menunjuk ke arah sofa ruang keluarga pada Kyuhyun yang masih berjalan mengikutinya. Dengan acuh tak acuh Kyuhyun pun bergerak menuju sofa yang Sungmin tunjuk dan duduk di sana. Game yang ia pause pun di-play-nya lagi.

Beberapa saat setelah bermain PSP lagi, Kyuhyun tak kunjung mendapati Sungmin beranjak dari ruang keluarga itu dan terus memandanginya di depan. "Apa lagi, hah?!" tanyanya yang mulai merasa risih akan anak perempuan itu. Sudah cukup ia digalaki sedari tadi dan sekarang ia harus balik menggalaki.

"Ih, galak sekali. Aku 'kan hanya ingin lihat," Sungmin bersungut-sungut di tempatnya. Bibir mungilnya mengerucut lucu.

"Kau juga tidak akan mengerti game yang seperti ini," ucap Kyuhyun yang masih asik berkutat dengan PSP-nya tanpa sudi melihat ke arah perempuan itu.

Namun perempuan itu justru duduk di sebelahnya. "Siapa bilang? Itu PSP, bukan?" tanyanya seraya menatap PSP hitam yang sedang dimainkan itu.

"Iya," jawab Kyuhyun singkat. Sejujurnya ia mengutuki posisi anak perempuan itu yang bukannya menjauh tapi justru mendekat.

"Kalau aku adanya game boy. Tetangga sebelah yang punya PSP. Biasanya aku suka meminjamnya," tutur Sungmin seraya terus memandangi benda kesayangan Kyuhyun itu dengan pandangan tertarik.

"Eh?" Kyuhyun barulah sudi menoleh ke arah Sungmin ketika baru mengetahui sebuah fakta yang belum ia ketahui sebelumnya. "Kau punya game boy? Sungguh?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang besar. Apa benar anak perempuan yang genius macam Sungmin ini punya alat game semacam itu?

"Sungguh. Memangnya kenapa?" Sungmin menjawab sekaligus bertanya balik dengan heran, seolah-olah memiliki game boy adalah suatu kesalahan. "Makanya aku ingin tahu kau main apa," lanjutnya yang kembali menatap PSP itu usai menatap sang pemilik.

"The Sims 2," jawab Kyuhyun akhirnya. "Aku kira kerjamu hanya belajar dan belajar saja. Bukannya game boy itu untuk laki-laki?" tanya Kyuhyun balik. Tangannya masih terus mengutak-atik tombol-tombol PSP.

"Enak saja. Aku bahkan tidak pernah belajar. Belajarnya di sekolah saja," tutur Sungmin dengan polos. "Dan semua teman-temanku di kompleks ini punya game boy, bukan cuma laki-laki tapi perempuan juga. Setiap hari kami semua bermain bersama di rumah salah seorang tetanggaku. Beberapa orang punya PS dan kadang-kadang aku dan teman-temanku bergantian mengunjungi rumah-rumah temanku yang memiliki PS. Ada juga yang punya PSP dan bahkan Nintendo DS, dan kadang-kadang ada saat di mana kami semua bergantian meminjam kedua alat itu dari temanku. Jadi kerjaku di rumah, ya hanya main," lanjutnya.

Sejujurnya Kyuhyun kaget ketika tahu bahwa Sungmin ternyata tidak selugu yang ia kira. Anak perempuan mungil ini ternyata merupakan seorang gamer juga, sama seperti ia. Padahal di sekolah dia begitu kalem dan selalu terlihat serius.

"Aku mengerti itu bagaimana cara main The Sims 2. Bisakah aku meminjamnya sebentar?" pinta Sungmin. Ia kemudian mengaitkan tangannya pada lengan kanan Kyuhyun dan memasang muka memohon. "Ayolah…," bujuknya seraya mengapit lengan Kyuhyun.

"Aduh kau ini," ucap Kyuhyun pasrah. Lagi-lagi ia dipaksa seperti ini. "Punyaku namanya Jack. Tadi baru saja aku belikan kompor baru yang lebih elite. Sekarang dia sedang lapar. Sebentar, ke rumah dulu ini Jacknya," tuturnya seraya mengutak-atik sebentar barulah beberapa saat kemudian ia baru menyerahkan PSP kepada Sungmin. "Ini."

"Terima kasih, Kyu," ucap Sungmin seraya menyambut hangat PSP yang telah diberikan oleh sang pemilik. Jari-jemarinya pun mulai menekan tombol-tombol PSP untuk mengatur permainan di dalamnya.

"Tapi—serius itu kau tidak pernah belajar?" tanya Kyuhyun, masih ragu-ragu.

"Kalau dipaksa belajar ya aku terpaksa belajar," jawab Sungmin ringan. "Tapi aku tidak pernah belajar secara mandiri. Sebetulnya aku ini pemalas sekali. Apalagi teman-teman kompleks ini tukang main semua, ya sudah, aku tertular."

Ternyata sifat Sungmin diam-diam ada kemiripan dengannya. Ia tidak menyangka.

o

o

End.

o

o

Hingga tak terasa Kyuhyun sudah selesai menyikat gigi di dekat wastafel dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar tidurnya. Ia menatap bayangan dirinya yang tegak, maya, dan sama besar yang terpantul pada cermin datar yang berada di depannya. Menatap wajah tampannya yang sudah semakin menua. Namun pikirannya akan berbagai kenangan bersama orang yang dicintainya itu seperti tak termakan oleh waktu. Bagai disimpan dalam lemari kokoh yang walaupun sudah usang namun tetap tersimpan dengan utuh. Hal itu semakin menyesakkan dada mengingat ia begitu bodoh. Ia begitu bodoh sehingga ia terlambat untuk menyadari bahwa wanita yang terbaik baginya selain ibu dan kakak perempuannya adalah Sungmin, wanita yang entah masih di Inggris atau sudah melalang buana entah ke mana.

Sudah cukup. Ia harus menghentikan jalan pikirannya yang sedari tadi terus berjalan mundur ke masa yang sudah lampau sekali itu, sebelum berjalan lebih jauh lagi dan semakin membuat ia tersiksa.

Kyuhyun lantas melanjutkan aktivitas selanjutnya dengan kesadaran yang sudah kembali utuh. Ia mencuci tangan dan kakinya pada keran kamar mandi yang tersedia, kemudian keluar dan mendekati ranjang tempat tidur untuk merebahkan di sana. Setelah merasakan empuknya spring bed, ia pun menghadapkan tubuhnya ke arah lemari kecil yang berada di samping tempat tidur serta sebuah lampu tidur yang berada di atasnya. Arah pandangnya tertubruk ke arah sebuah figura yang berlindung di bawah lampu tidur yang menyala itu. Terpampang di sana foto di mana Sungmin beserta sang ibu berfoto bersama sang kakak serta ibunda layaknya seperti satu keluarga. Foto yang dibidik oleh ia sendiri ketika Sungmin beserta sang ibu sedang mengunjungi rumahnya semasa SMA dalam rangka acara tatap mata antar sesama ibu.

Tanpa sadar ia mengukir senyum. Ia tidak menyangka berawal dari hubungan antara dirinya dan Sungmin yang menjadi rival semasa sekolah dasar berujung pada lekatnya hubungan antara keluarga mereka. Gadis yang pada akhirnya benar-benar menjadi sahabatnya di masa remaja itu benar-benar menemani hidupnya sedari kecil. Seolah-olah saling membantu membangun hidup mereka satu sama lain meski lewat suatu persaingan.

o

o

When the ride was on fire…

o

o

Pada saat kelas empat sekolah dasar, ada sebuah tradisi khas yang hanya dilakukan pada kelas Kyuhyun dan Sungmin berada dari dua kelas yang ada, yaitu melakukan kegiatan mencongak matematika pada pagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Usai berdoa, semua murid yang ada di kelas itu pasti segera menyiapkan sebuah buku tulis kecil yang dipakai untuk mencongak. Sekitar sepuluh menit kemudian kegiatan tersebut sudah dimulai. Setiap sepuluh soal, biasanya kegiatan mencongak berhenti sejenak untuk menghitung skor sementara, dan biasanya kegiatan mencongak berlangsung selama sepuluh sesi.

"Dua belas dikali lima belas."

"Sebelas kali tiga belas."

"Dua puluh satu dikali sebelas."

"Tiga puluh lima dikali dua puluh dua."

Sang guru membacakan soal perkalian satu per satu hingga sepuluh soal pertama habis. Beliau membacakan soal-soal tersebut dengan cepat dan hanya memberi sedikit jeda per soal untuk memberi waktu bagi anak murid mengerjakan soal itu. Usai melakukan kegiatan sesi pertama, beliau menghentikan sejenak kegiatan selama dua menit dan pada saat itulah kelas mendadak ricuh meributkan skor masing-masing.

Dengan kepala yang sudah berasap padahal baru sesi pertama kegiatan berlangsung, Kyuhyun menghitung skor awal. Ia merasa kurang puas karena ia masih belum menjawab banyak. Ia pun penasaran berapa skor yang didapatkan oleh saingannya yang duduk dua tingkat di serong kanan depannya. "Sungmin, kau dapat berapa?" tanyanya.

Sungmin menengok dengan cepat. "Sembilan, kau?" jawab sekaligus tanyanya balik.

"Aish! Delapan," jawab Kyuhyun seraya mengutuk dirinya sendiri yang masih belum mampu membalap si peringkat satu itu.

"Hahaha. Semangat!" seru Sungmin seraya mempersembahkan sebuah cengiran manis kepada Kyuhyun, sebelum ia berbalik kembali ke arah depan.

Sesi berikutnya kembali dimulai. Kali ini Kyuhyun dapat mengerjakan soal lebih baik dari pada yang tadi. Ia pun kembali memanggil Sungmin dengan pertanyaan serupa seperti tadi. "Sungmin, sekarang skormu berapa?"

"Delapan," jawab Sungmin yang tampak kecewa. "Kau?"

"Sembilan!" seru Kyuhyun puas. Akhirnya ia bisa melampaui sang saingan.

Namun Sungmin justru ingin terkekeh. "Hahaha. Terbalik sekarang."

Sesi berikutnya dimulai lagi. Setelah beberapa sesi terlewati akhirnya panas juga mesin otak para murid yang mengikuti kegiatan mencongak ini, termasuk Kyuhyun. Ia merasa puas ketika mengetahui dirinya dapat mengerjakan soal dengan maksimal.

"Kyu, skormu berapa?" kini giliran Sungmin yang menoleh ke belakang dan bertanya kepada Kyuhyun terlebih dahulu.

"Sepuluh!" jawab Kyuhyun seraya tersenyum lebar. "Kau?" tanyanya balik.

"Sama!" dan rupanya Sungmin pun mendapat skor sempurna. Tanpa mereka duga mereka pun terkekeh secara bersamaan atas kedudukan mereka yang sama kali ini.

o

o

End.

o

o

Dulunya dianggap sebagai sebuah kenangan picisan, namun sekarang bahkan kenangan picisan itu dianggap sebagai sebuah gula yang manis dicicip.

Sekarang tugas oa adalah bertemu kembali dengan orang yang sudah membuat gula-gula kenangan itu menempel di otaknya.

Ah, sudahlah. Kelopak matanya sudah meronta-ronta ingin segera menutup bola mata Kyuhyun sekarang juga. Tangan kanan Kyuhyun pun menarik tali lampu tidur untuk mematikan lampu dan akhirnya ia pun menarik selimut dan bersiap untuk pergi ke alam mimpi.

o

o

Something kinda crazy…

o

o

"Sungmin! Kau sudah selesai mengerjakannya?" tanya Kyuhyun sembari berkutat dengan buku dengan kening yang sudah berkerut. "Bantu aku, tolong!" serunya kemudian. Ia benar-benar pusing mengerjakan soal matematika kelas lima ini. Memang kebetulan sekali ia sedang mendapat sial pada pelajaran yang biasanya ia sukai ini. Ada sebuah soal yang sedari tadi ia selalu salah mengerjakannya sehingga ia harus bolak-balik ke meja guru untuk memeriksa jawaban dari soal tersebut namun tak kunjung benar.

"Aish kau ini! Kerjakan sendiri!" seru Sungmin yang baru saja duduk di kursinya yang berada di depan Kyuhyun usai memeriksa pengerjaan soalnya dan ternyata sudah benar semua. "Bukankah kau pintar huh?!" lanjutnya seraya mendekatkan posisi kepalanya ke arah Kyuhyun untuk melihat buku yang sedang dicoret-coret oleh sang pemilik.

"Ayolah, Min. Sekali saja. Lama-lama aku bisa gila mengerjakan dua soal ini," seloroh Kyuhyun yang sudah putus asa. Otaknya sudah terasa seperti terbakar bara api.

Lama-lama Sungmin kasihan juga melihat Kyuhyun yang sudah berkeringat seperti itu hanya karena matematika. Apalagi biasanya laki-laki itu tidak seperti ini. "Sini, coba kulihat," ucap ia seraya berpindah ke samping Kyuhyun yang memang kebetulan kosong namun tasnya masih ada itu—entah kemana perginya orangnya. Ia mengambil buku tulis matematika Kyuhyun dan melihat cara pengerjaan lelaki itu dengan teliti. "Aish. Pantas saja kau salah. Kau sudah salah dari sini. Dari awal. Bukan seperti ini caranya," ucap ia seraya memandang ke arah Kyuhyun.

"Lalu apa?! Bantu aku, Sungmin. Tolong…," pinta Kyuhyun yang berusaha membentuk puppy eyes pada matanya namun gagal. Namun justu hal itulah yang membuat Sungmin sebagai orang yang melihatnya merasa bahwa hal itu merupakan suatu pemandangan yang lucu dan hatinya pun luluh juga. Tidak ada salahnya membantu teman kalau bukan sedang di waktu ulangan. "Baiklah. Seperti ini caranya," Sungmin kemudian mengambil sebuah pensil yang berdekatan dengan tempat di mana bolpoin yang sedari tadi digunakan Kyuhyun untuk menulis itu tergeletak. Ia pun menjelaskan kepada Kyuhyun seraya menulis cara pemecahan jawaban soal matematika dengan saksama serta mengawasi perhatian Kyuhyun tetap terfokus pada buku tulisnya.

"Kau mengerti?" tanya Sungmin seraya tersenyum setelah selesai mengerjakan soal. Mirip sekali dengan cara guru aslinya mendidik.

"Oh iya! Terima kasih, Sungmin!" jawab Kyuhyun girang. Ia pun tersenyum lebih lebar kepada Sungmin.

"Hahaha, sama-sama," Sungmin tak kuasa terkikik melihat Kyuhyun yang merasa terbantu karenanya. Kyuhyun kemudian menghapus coret-coretan Sungmin dan menulis ulang caranya dengan menggunakan bolpoin.

"Sana, kumpulkan dulu, sebentar lagi jam pelajaran matematika selesai," suruh Sungmin begitu ia melihat Kyuhyun sudah selesai mengerjakan soal.

"Oh iya," Kyuhyun pun segera melesat kembali ke meja guru setelah Sungmin memberi jalan dengan berdiri sejenak dari kursi yang ia tempati. Begitu pula saat Kyuhyun kembali ke tempatnya, Sungmin memberi jalan kembali. "Bagaimana?" tanya Sungmin ketika ia berdiri dan berhadap-hadapan dengan Kyuhyun.

"Benar!" jawab Kyuhyun seraya berseru senang. "Terima kasih. Kau baik sekali," lanjut ia seraya mencubit pipi tembem Sungmin gemas.

"Aw! Sakit, Kyu!" gerutu Sungmin seraya mengelus-elus pipi yang dicubit oleh tangan iseng Kyuhyun dan mengerucutkan bibirnya.

"Hahaha. Sering-sering ya bantu aku seperti tadi," pinta Kyuhyun seraya terkekeh.

"Heh! Maunya!" Sungmin memukul pelan lengan Kyuhyun yang membuat Kyuhyun beranjak pergi ke tempat duduknya untuk duduk kembali. "Ampun, nona."

o

o

And then…

o

o

Hari itu merupakan hari di mana kertas jawaban ulangan yang beberapa hari yang lalu diisi oleh para murid itu dibagikan oleh sang guru di kelas, dengan nilai-nilai yang tercantum di sana. Seluruh murid yang berada di dalam ruangan itu pun merasa deg-degan dan penasaran akan nilai mereka, termasuk Kyuhyun yang memiliki predikat terpintar kedua di kelas—dan tidak pernah turun ataupun naik sampai sejauh ini. Perhatiannya teralihkan sejenak ke arah Sungmin yang tepat memunggunginya. Semoga saja ia bisa mengalahkan bocah perempuan mungil namun berotak encer itu kali ini.

Tiba saatnya di mana hasil ulangan dibagikan. Satu per satu murid mulai disebut namanya oleh sang guru. Jantung Kyuhyun berdegup kencang menunggu namanya dipanggil. Dan ternyata nama Sungminlah yang dipanggil lebih dulu meski secara urut absen posisi Kyuhyun berada di atasnya. Rasa ingin tahu Kyuhyun mendadak membumbung tinggi begitu melihat Sungmin sudah kembali ke tempat duduknya dengan membawa selembar ulangan yang sudah dipastikan dimiliki oleh Sungmin.

"Dapat berapa nilaimu, Min?" tanya Kyuhyun dengan segera.

Sungmin mengatur posisi badan agar bisa menghadapkan kepalanya ke arah Kyuhyun dan kemudian duduk di bangkunya. "95."

Kyuhyun membelalakkan mata sejenak. Lagi-lagi bocah kecil yang satu ini menunjukkan kebolehannya, membuat ia semakin ingin nilainya lebih tinggi setidaknya hanya satu digit. "Hah. Tidak mencapai seratus," ucap ia dengan nada meremehkan seraya memasang senyum miringnya. Kyuhyun tidak mau terlihat kalah di depan perempuan yang satu ini.

Bibir Sungmin mengerucut lucu pertanda kekecewaannya. "Jangan seenaknya bicara kau! Kau bisa atau tidak?!"

"Kita lihat saja," ucap Kyuhyun singkat. Sebenarnya dalam hati ia merasa sedikit pesimis mengingat selama ini ia jarang sekali mengalahkan Sungmin dalam segi nilai. Namun, jarang bukan berarti tidak pernah. Masih ada peluang untuk ia agar bisa melampaui hasil yang diperoleh Sungmin.

Baik Sungmin maupun Kyuhyun kini sama-sama mengarahkan tatapan mereka ke arah guru mereka, menunggu saat di mana nama Kyuhyun dipanggil, tanpa mengubah posisi tubuh mereka. Hingga pada akhirnya waktu itu datang, Kyuhyun beranjak dari bangkunya dengan perasaan gugup yang besar.

Begitu Kyuhyun mengambil kertas ulangannya dan melihat nilai yang ia peroleh, hati Kyuhyun senang bukan main. Ia melangkahkan kaki kembali ke bangkunya dengan tempo yang lebih cepat daripada tadi, sebagai efek akan rasa senangnya yang membumbung tinggi.

"Berapa nilaimu?" tanya Sungmin begitu Kyuhyun sudah berada di dekat bangkunya dan terus berjalan menuju tujuannya.

"98!" seru Kyuhyun seraya tersenyum lebar ke arah Sungmin. "Aku berhasil mengalahkan si peringkat satu kali ini," lanjut ia dengan bersenandung, sembari duduk di bangkunya. Ia tahu Sungmin begitu kecewa dan ia puas sekali melihatnya.

o

o

But at the random time…

o

o

"Kyu, kau putus lagi?"

Kyuhyun mendadak mendapat sebuah pertanyaan dari seseorang yang berada di depannya usai ia menyelesaikan proses menguap. Ia menatap orang yang melontarkan pertanyaan tersebut, dan ia memergoki Sungmin sedang melempar pandangan ingin tahu ke arahnya sebagai sang pelaku pelempar pertanyaan. Lalu Kyuhyun menatap sejenak tempat duduk sebelahnya dan juga sebelah Sungmin. Rupanya teman-temannya yang duduk di sana sudah pergi entah ke mana. Cepat sekali hilangnya padahal sang guru baru saja keluar beberapa saat yang lalu. Pantas saja Sungmin berani bertanya hal yang bersifat pribadi seperti itu.

"Kau tahu dari mana?" tanya Kyuhyun balik dengan sedikit terkejut. Pasalnya masalah percintaannya ini belum ia ceritakan langsung padanya.

"Hahaha. Tahulah," jawab Sungmin seraya terkekeh seolah menganggap hal itu sebagai sesuatu yang remeh. Seperti ia tidak tahu saja fakta bahwa gosip akan menyebar cepat kalau pelaku penyebar gosip itu adalah perempuan. "Kenapa putus?" tanya ia kemudian, penasaran.

"Bosan," jawab Kyuhyun ringan.

"Bo-san," ulang Sungmin dengan intonasi yang lebih ditekan. "Kalau begitu kenapa kau berpacaran dengannya, huh?" tanyanya yang tidak habis pikir akan otak anak yang satu ini. Ia pintar dalam berbagai hal kecuali masalah percintaan ini.

"Kau sendiri kapan punya pacar?" Kyuhyun malah menimpali. Ia terlalu malas untuk menjawab pertanyaan Sungmin yang terakhir.

"Belum waktunya, Kyu," jawab Sungmin seraya menggeleng dengan senyum. "Dari pada kau. Masih SD sudah koleksi mantan. Mau jadi apa kau kalau sudah dewasa nanti?" ia berusaha menimpal balik Kyuhyun.

"Terserah akulah," jawab Kyuhyun santai. "Dari pada kau. Kalau kau berpacaran dengan buku terus, lalu kapan kau bisa berpacaran dengan manusia sungguhan? Mau jadi apa kau kalau sudah dewasa nanti? Perawan tua?" ia justru menimpal balik lagi dengan kata-kata yang sengaja ia pertajam.

Hal itu berakibatkan pada sebuah pukulan yang mendarat di badannya. "Heh! Sembarangan kau bicara!" seru Sungmin usai memukul Kyuhyun dengan tempat pensil Kyuhyun yang tergeletak di atas meja tempat duduknya.

o

o

End.

o

o

Seketika kedua mata Kyuhyun kembali melek ketika memori itu terputar di pikirannya.

Ia baru saja teringat kalau ia pernah mengatakan kata-kata yang pasti terdengar menyakitkan untuk didengar oleh orang yang mencintainya.

Tiba-tiba saja hatinya berdenyut perih. Sangat perih. Hingga ia tak mampu untuk menahan setetes air mata yang jatuh padahal ia sudah memejamkan mata kembali untuk menahannya.

Ia takut kalau ternyata kalimat menyakitkan itu terus-menerus terngiang di benak Sungmin hingga ia dewasa.

Betapa kejamnya ia pada wanita itu. Wanita itu sedari dulu terus berusaha untuk menguatkan hatinya walaupun terluka karena ia. Akan tetapi dengan tega ia terus saja menggoreskan luka pada hatinya itu. Luka yang tergores berkali-kali wajarnya membuat kulit menjadi terasa sangat perih bahkan sampai bernanah, begitu pula dengan hati. Akan tetapi bahkan menjelang perpisahan mereka sepulang dari ulang tahunnya selepas kelulusan SMA wanita itu masih sanggup menahan tangis. Betapa kuatnya wanita itu berjuang atas dirinya. Kini saatnya ia yang harus berjuang sampai ia mendapatkan wanita itu.

Sudah setengah jalan ia lewati. Sudah bertahun-tahun ia berhasil menaruh hatinya pada Sungmin sejak surat itu mendarat padanya. Kini ia harus berusaha untuk benar-benar mendapatkan wanita itu sampai seutuhnya. Ia benar-benar berdoa, berharap semoga Tuhan benar-benar menakdirkan ia untuk bisa bersama dengan wanita itu selamanya.

TBC