Little Sequel of Silent and Blind

-Oh My Family-

Happy reading yeoreobun...

.

.

.

GS, OOC

DON'T LIKE, DON'T READ

NO BASH AND NO PLAGIARISM PLEASE ^^,

Sorry for typo

.

.

.

I hope you'll like my story

.

.

.

Oh My Family

Cast : Kim Jongin & Do Kyungsoo (GS)

CHAPTER 1

No! Kim Jongin!

Satu tahun setelah Jongin melamar, 9 Januari

"Jongin-ah... hen... ti... kan... hmmmpphhh."

Sekuat tenaga Kyungsoo menahan agar suara desahan tak keluar dari mulutnya dan semakin membuat Jongin menggila karena itu. Tapi, segala seuatu dalam dirinya tak sanggup menahan itu. Desahan demi desahan keluar dari mulut Kyungsoo mengikuti setiap apa yang Jongin lakukan. Sentuhan, belaian, kecupan, ciuman. Semua. Jongin benar-benar membuat Kyungsoo merasakan segala perasaan aneh.

"Teruslah mendesah, Kyungsoo-ya," racau Jongin.

"Hen... ti.. hmmmphh... kan... Jon... Ngin-ah... hmmpphhh."

.

.

.

.

Kyungsoo terbangun dengan mata yang membulat lebar. Keringat tak berhenti mengucur dari pelipisnya. Berusaha keras menyadarkan dirinya dari mimpinya yang... entahalah. Kyungsoo tidak tahu apa itu mimpi buruk atau... mungkin mimpi indah?

"Astaga ada apa denganku? Kenapa aku bermimpi melakukan-itu-dengan Jongin? Aku rasa aku sudah gila!" ucapnya.

Kyungsoo berjalan keluar dari kamarnya dengan langkah yang terasa berat. Mimpinya itu begitu nyata. Rasanya seperti dia benar-benar melakukan-itu-dengan Jongin. Kyungsoo dengan pikiran yang-masih-terasa-aneh berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air, lalu meneguknya dalam satu tegukan. Tanpa Kyungsoo sadari Sehun sejak tadi memperhatikan Kyungsoo yang berdiri di dapur. Dengan senyuman jahilnya ia mendekati kakaknya.

"Noona," panggil Sehun menyikut tubuh Kyungsoo.

Kyungsoo melirik dengan tatapan sinis, seakan berkata 'jangan ganggu aku'. Sehun terus menunjukkan senyuman jahilnya.

"Noona, kau bermimpi apa semalam? yadong?" bisik Sehun.

UHUK!

UHUK!

Kyungsoo terbatuk saat sedang minum mendengar pria berambut hitam di sampingnya.

"YA!" bentaknya.

"Benar, kan?" Sehun kembali meyakinkan.

"Tidak!"

"Aku melihat hidungmu berair dan wajahmu itu-aku-aku bisa lihat dengan jelas jika kau memang bermimpi seperti itu. Apa yang kau lakukan, hmm?"

Kyungsoo lalu mengecek apa benar hidungnya berair seperti apa kata Sehun. Dengan sangat cepat otaknya mencari alasan agar Sehun tak berpikiran aneh.

"Ini air yang baru saja aku minum!" sangkalnya.

"Aku melihatmu saat kau keluar kamar. Lagi pula aku masih ingat bagaimana kau saat pertama kali melihat video itu bersamaku dulu, lalu hidungmu berair karena itu," ucap Sehun disusul tawanya.

Kyungsoo mengumpat dalam hatinya saat Sehun mengingatkannya tentang hal itu. Apa yang Sehun katakan itu benar. Kyungsoo bersikap aneh dan seperti orang bodoh saat pertama kali melihat video 'dewasa'. Kejadian ini sudah sangat lama. Kyungsoo ingat betul, itu saat belum lama ia baru bisa melihat. Saat itu, Kyungsoo mendengar suara aneh dari dalam kamar Sehun. Sebelumnya Kyungsoo hidup sebagai seorang tuna netra, tentu saja pendengarannya sangat tajam. Dalam pikirannya bertanya apa yang adiknya lakukan saat malam hari sampai dia mendesah seperti orang gila. Kyungsoo ketuk pintu kamar Sehun tapi tak ada respon. Lalu dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Sehun. Dengan sangat santai-sangat-sangat-santai, Sehun yang tahu Kyungsoo datang, mempersilakan kakaknya masuk dan memintanya menemaninya. Tanpa curiga Kyungsoo menurut dan ikut menonton apa yang Sehun lihat sejak tadi. Video sepasang kekasih saling memeluk, mencium, meraba, dan mendesah di atas ranjang yang berdecit. Kyungsoo tak berkomentar sedikit pun. Dia terus melihat karena dia penasaran. Seorang gadis yang baru saja bisa melihat dengan matanya sendiri setelah sekian lama, melihat adegan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ada hal aneh yang terjadi pada Kyungsoo setelah selesai melihat video itu. Hidungnya tiba-tiba berair tanpa sebab. Sehun yang melihat kakaknya seperti itu hanya tertawa sejadi-jadinya karena menurutnya itu aneh. Awalnya Kyungsoo merasa itu tak aneh, tapi setelah ia kembali mengingat itu, itu memang aneh dan menurutnya itu konyol. Reaksi aneh yang ditunjukkan seseorang yang baru pertama kali melihat video sepasang kekasih 'sibuk' di atas ranjang. Penglihatannya 'ternoda' oleh kelakukan adiknya sendiri. Lalu hal itu kembali terjadi tanpa Kyungsoo sadari dan sialnya Sehun lagi-lagi yang melihat itu, dan lebih sialnya lagi adik lelakinya ini yang melihatnya seperti ini.

"Tidurku nyenyak! Tanpa bermimpi apapun!" Kyungsoo mempertegas.

"Hmmm, baiklah. Aku akan coba untuk percaya itu," jawab Sehun membuat Kyungsoo kesal.

.

.

.

.

Sudah satu tahun sejak Jongin melamarnya dengan cara gilanya. Membuat Kyungsoo seperti orang gila dengan percaya dengan semua rencananya. Siang ini Kyungsoo harus membantu Jongin membersihkan rumahnya. Kyungsoo tak sendiri, Rahui akan datang membantu. Jongin berencana untuk mengadakan pertemuan dengan tim kerjanya. Jongin terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Terlebih lagi, sekarang dia sudah mendapat posisi yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi, Jongin meminta Kyungsoo untuk membantunya membersihkan rumahnya.

Sepulang Kyungsoo selesai dengan pekerjaannya ia datang ke rumah Jongin. Sudah ada Rahui disana yang sudah mulai bekerja.

"Rahui-ya, maafkan aku terlambat," ucap Kyungsoo.

"Tidak apa-apa eonni. Aku bahkan bisa melakukan ini seorang diri."

"Eommeoni?" tanya Kyungsoo.

"Eommeoni mengijinkanku pergi dan aku membawa kunci kedai agar dia tak bisa membuka kedai saat aku tak ada."

"Bagus. Satu hari kedai tutup itu tak akan jadi masalah," tukas Kyungsoo sambil tekekeh.

Hari semakin sore. Langit biru pun mulai berubah warna menjadi jingga. Hembusan angin di musim dingin terasa sangat menusuk ke dalam tulang, meski Kyungsoo dan Rahui sedang berkeringat. Rahui duduk di sofa merebahkan tubuhnya yang lelah. Kyungsoo datang membawa dua gelas jus apel.

"Thank you, eonni," ucap Rahui lalu duduk bersila meneguk jus yang Kyungsoo bawa.

"Apa yang terjadi jika kau mengerjakan ini seorang diri, hmm?"

Rahui terkekeh.

"Padahal setiap hari aku membereskan rumah eommeoni dan kedai, tapi tetap saja ini terasa melelahkan."

"Nanti saat kau pulang, bawalah kotak makan itu. Aku membuat makanan untukmu juga eommeoni."

"Wah... eonni, memang yang terbaik," ucap Rahui sambil mengangkat kedua ibu jarinya.

"Eonni, kalau begitu aku lebih baik pulang sekarang," pamit Rahui.

"Sekarang? Tunggulah sampai Jongin datang agar dia mengantarmu pulang."

"Ah, tidak perlu. Kakiku baik-baik saja."

"Lagi pula aku tidak ingin mengganggu kalian," bisik Rahui kemudian.

"Kau ini. Memang apa yang akan aku lakukan dengan Jongin?"

"Entahlah. Aku tidak tahu. Hanya kalian yang tahu," ujar Rahui jahil.

"Kau ini!"

"Aku pulang, eonni. Sampai jumpa," Rahui pamit.

"Hmm, hati-hati. Sampaikan salamku pada eommeoni."

Kyungsoo membaringkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur Jongin. Tidur beberapa saat mungkin bisa menghilangkan rasa lelahnya. Semua tugasnya merapikan rumah Jongin sudah selesai, tinggal menunggu pangeran tanpa kudanya pulang.

.

.

.

.

"Jong-in-ah-hen... ti... kan... eunghhh."

"Teruslah memanggil namaku, sayang."

"Jongin-ah... aku... eunghhh... aku... mau... eunghhh."

Kyungsoo mencoba mengatur nafasnya dan jantungnya yang berdegup kencang. Keringat muncul di pelipisnya. Mimpi itu lagi. Kyungsoo kembali bermimpi hal yang sama seperti semalam. Dia-dan-Jongin-melakukan-itu. Dengan tangan dan kaki yang gemetar Kyungsoo berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air dan ia langsung meneguknya tak tersisa.

"Astaga, ada apa denganku? Kenapa mimpi itu lagi?"

Gadis ini memilih untuk menghangatkan makanan untuk makan malam. Kyungsoo tidak ingin dirinya terus dihantui dengan mimpinya yang-aneh-membuatnya merinding-dan-menggelitik rasa senang. Kyungsoo berdiri menunggu sup kimchi buatannya hangat. Berdiri mematung dan pikiran yang melayang entah kemana. Tiba-tiba. Tubuh Kyungsoo bergidik dan ia berteriak saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Pelakunya tak lain adalah Jongin.

"Jongin-ah, kau membuatku kaget," protes Kyungsoo.

"Apa yang kau pikirkan sampai kau melamun di dapur seperti ini, hmm?" tanya Jongin sambil mengecup kening gadisnya.

"Tidak ada. Aku baru saja bangun tidur," jawab Kyungsoo menyembunyikan apa yang ia pikirkan.

"Aku akan mandi."

"Hmm, aku siapkan makan malam untukmu."

.

.

.

.

Kyungsoo duduk bersila di atas tempat tidur Jongin sambil membaca buku. Jongin sedang sibuk bekerja di depan komputernya. Hening. Tak satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara atau memulai pembicaraan. Kyungsoo tidak mau mengganggu konsentrasi Jongin jika dia sedang bekerja. Lalu Jongin, dia tentu tidak akan mengajak gadisnya bicara jika ia sedang bekerja.

"Kyungsoo-ya, kau ingin coklat panas atau teh?" tanya Jongin.

Jongin melirik Kyungsoo. Duduk bersila dengan kepala yang terus tertunduk karena sibuk membaca buku. Gadis bermata bulat itu tidak akan mendengar apa yang Jongin katakan. Telinganya terpasang earphone. Jongin bangun dari kursinya, berjalan mendekat pada Kyungsoo. Lalu...

CHU~

Jongin mencium bibir Kyungsoo tiba-tiba. Ia lepas earphone yang Kyungsoo pakai. Tersenyum manis pada gadisnya. Memberi belaian lembut di wajahnya.

"Begitu serius kau membaca sampai tidak mendengarku memanggil namamu?"

Kyungsoo tersenyum. Lalu kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan membaca buku. Tapi, tanpa memasang earphone di telinganya. Agar ia bisa mendengar yang Jongin katakan jika dia memanggilnya lagi.

Jongin masih duduk menatap Kyungsoo dengan dalam. Sesaat kemudian dia gapai earphone yang menggantung di pundak Kyungsoo. Memasang earphone itu di telinga Kyungsoo. Mengambil buku yang Kyungsoo pegang. Ia mendekatkan tubuhnya. Membuatnya semakin tak berjarak.

.

.

.

.

"Astaga. Apa yang akan Jongin lakukan?" ucap Kyungsoo dalam benaknya.

Jongin tiba-tiba mendekat. Tubuh Kyungsoo tiba-tiba terasa panas. Dadanya berdegup kencang. Keringat tiba-tiba keluar. Satu yang terlintas dalam pikiran Kyungsoo saat ini adalah mimpinya. Ya, mimpinya yang sama tentang dia-dan-Jongin-yang-melakukan-itu. Astaga, demi apapun Kyungsoo benar-benar takut. Bukan dia tidak ingin melakukan ini tapi ini belum waktunya. Ini juga bukan karena dia tidak ingin menikah dengan Jongin. Dia ingin, sangat ingin. Tapi tidak seperti ini caranya. Suara keras musik dari earphone sama sekali tak membuat Kyungsoo merasa lebih baik. Bahkan ini membuatnya semakin buruk karena Kyungsoo tidak bisa mendengar apapun yang Jongin katakan. Dia hanya bisa melihat bibir Jongin yang bergerak tanpa tau apa yang ia katakan.

Perlahan Jongin memegang tengkuk Kyungsoo mendekatkan wajahnya pada wajah pria di hadapannya. Kecupan lembut Jongin berikan. Tiap detik kecupan itu semakin terasa nikmat? Entahlah. Kyungsoo benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi. Juga pikirannya sudah tak bisa lagi berpikir normal. Hanya satu yang bisa Kyungsoo lakukan sekarang ini. Dalam hatinya ia terus berdoa dan memohon maaf. Semua yang terjadi dalam mimpinya akan terjadi malam ini.

"Tuhan, maafkan aku jika akhirnya akan terjadi sesuatu antara aku dan pria ini disini," mohon Kyungsoo dalam hati.

Jongin semakin memperdalam ciumannya. Meraih punggung Kyungsoo dan mendekatkan tubuh Kyungsoo. Dengan mata yang terus terpejam Kyungsoo berusaha ingin menolak apa yang Jongin lakukan tapi itu sulit. Setan dalam dirinya lebih kuat membuat Kyungsoo tak ingin berhenti untuk membalas apa yang Jongin lakukan.

Jongin lalu tiba-tiba berhenti mencium Kyungsoo. Mengelus lembut wajah Kyungsoo dan mengecup kening gadisnya.

"Buka matamu. Bernafaslah. Aku tidak akan melakukan apapun padamu, cantik," ucap Jongin tenang sambil tersenyum.

Kyungsoo menelan ludahnya sendiri. Mengatur jantungnya yang berdegup entah seberapa kencang. Mengatur nafasnya yang terengah tanpa ada sebabnya. Menyeka keringat di keningnya yang muncul entah karena takut atau menikmati yang Jongin lakukan.

Jongin dengan tenang kembali menuju meja kerjanya. Kembali duduk menatap layar komputernya. Kacamatnya kembali ia pakai. Kyungsoo memandang heran. Kenapa Jongin terlihat begitu tenang? Sedangkan Kyungsoo begitu takut seperti ini?

"Kau akan pulang pukul berapa?" tanya Jongin tenang.

"Apa? Pulang? Setelah membuat jantungku berdebar kencang dia menyuruhku pulang?" pikir Kyungsoo.

Kyungsoo masih memandang Jongin lekat. Dengan semua rasa perasaan anehnya. Karena tak mendapat jawaban, Jongin berbalik dan melihat Kyungsoo sedang menatapnya tak berkedip. Jongin lalu menghampiri Kyungsoo dan duduk di hadapan Kyungsoo.

"Kau melamun?" tanyanya sambil membelai wajah Kyungsoo.

Dan itu berhasil. Membuyarkan pikiran Kyungsoo yang sejak tadi menganggunya.

"Tidak," jawab Kyungsoo singkat.

"Kau sedang memikirkan apa?"

"Tidak ada."

"Ini sudah malam. Kau pulang atau menginap disini?" tanya Jongin.

Kyungsoo terlihat berpikir. Kenapa tiba-tiba kalimat yang Jongin katakan terkesan jika dia mengusir Kyungsoo. Menginap? Dia menawarkan Kyungsoo menginap? Setelah di bersikap seperti itu tadi. Lalu mimpi Kyungsoo bersamanya. Memang banyak orang mengatakan apa yang terjadi dalam mimpi akan terjadi kebalikannya di dunia nyata. Tapi itu salah. Buktinya beberapa menit yang lalu, apa yang terjadi dalam mimpi Kyungsoo 80% akan terjadi. Menginap di rumah Jongin malam ini sama saja memberikan pria ini kesempatan 100% untuk melakukan hal yang ia inginkan.

"Aku pulang saja."

"Baiklah. Biar ku antar."

"Tidak perlu."

"Tidak perlu?" Jongin merasa heran.

.

.

.

.

Jongin berdiri menunggu kekasihnya memakai sepatunya di depan pintu. Ada pikiran heran yang ia rasa. Kyungsoo bersikap aneh. Dia-seperti-menghindar. Jongin bertanya pun gadis bermata bulat ini tak akan menjawab.

"Benar tidak perlu aku antar?" tanya Jongin memastikan.

Kyungsoo menggeleng.

"Kau baik-baik saja?" Jongin kembali bertanya.

Kyungsoo mengangguk.

"Baiklah. Hati-hati. Hubungi aku jika kau sudah sampai."

Jongin mengecup ujung kepala Kyungsoo, membelai rambutnya, memberikan senyuman terbaiknya. Tapi gadis ini tetap dingin. Jongin terus berpikir dalam pikirannya sendiri apa dia melakukan kesalahan sampai membuat Kyungsoo kesal? Tapi seingatnya dia tidak melakukan kesalahan apapun. Sejak tadi yang baru ia lakukan adalah mencium Kyungsoo. Apa-itu-membuat Kyungsoo kesal?

Setelah mengantar Kyungsoo sampai depan rumah sesuai permintaan kekasihnya. Jongin kembali masuk. Kembali menatap layar komputernya dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi sial. Pikirannya sekarang sudah penuh dengan sikap aneh Kyungsoo. Sehun. Iya, Sehun. Hanya dia yang bisa Jongin andalkan sekarang untuk mencari tahu ada apa dengan Kyungsoo.

"..."

"Bantu aku. Cari tahu ada apa dengan kakakmu."

"..."

"Jika aku tahu aku tidak akan menghubungimu untuk membantuku."

"..."

.

.

.

.

Duduk menatap jalanan yang penuh dengan lalu lalang kendaraan. Terkadang hanya sekelebat cahaya yang Kyungsoo lihat. Seperti orang bodoh ia masih terus memikirkan mimpinya. Sebenarnya bukan itu yang mengganggu. Sesuatu yang mengusik adalah, apa Jongin tidak akan tersinggung jika dia tahu tentang ini? Apa sepasang kekasih yang akan menikah harus melakukan 'itu'? Tetesan air turun satu persatu dari langit. Mulai membasahi jalanan yang sebelumnya kering. Hujan turun. Kyungsoo masih duduk termenung. Sendiri. Sudah dua bus yang lewat tak ia gubris. Sekarang pandangannya tertuju pada setiap tetesan air hujan yang turun. Sesekali ia tatap langit. Menghela nafas lalu membuangnya perlahan.

DRRTTT... DRRTTT... DRRTTT...

Kyungsoo tatap layar handphonenya. Sehun. Gadis ini tahu apa yang akan Sehun tanyakan begitu ia menerima panggilan ini.

"Ada apa?" tanya Kyungsoo lemas.

"..."

"Sebentar lagi."

"..."

"Sehun-ah," panggil Kyungsoo pelan.

.

.

.

.

"Noona, kau dimana?" tanya Sehun.

"..."

"Kau tidak akan pulang?"

"..."

"Baiklah. Cepatlah. Salju turun, aku lihat kau hari ini tidak memakai pakaian yang cukup tebal."

"..."

Kakaknya memanggil nama Sehun dengan nada aneh. Dengan cepat Sehun menangkap maksud dari nada bicara itu. Ada sesuatu yang kakak perempuannya ini pikirkan.

"Ada apa?"

"..."

Sehun dengan seksama mendengarkan setiap kata demi kata. Kalimat demi kalimat apa yang di ucapkan kakaknya di panggilan telepon. Seulas senyum muncul sesekali bereaksi dari cerita Kyungsoo.

"Astaga. Jadi karena itu? Hanya karena mimpimu itu hidungmu berair pagi ini?"

"..."

"Baiklah. Baiklah. Lebih baik kau pulang sekarang."

.

.

.

.

Jongin menunggu Sehun menghubunginya. Lima menit. Tujuh menit. Sepuluh menit. Empat belas menit. Akhirnya Sehun menghubunginya. Dengan cepat Jongin menerima panggilan Sehun. Dengan seksama Jongin mendengarkan setiap kata yang Sehun ucapkan. Tak jarang ekspresi wajah Jongin berubah karena mendengar semua itu. Ujung bibirnya menarik sebuah simpul, tersenyum geli. Kemudian keningnya mengerut merasa aneh dan heran.

"Benarkah? Karena itu? Astaga..." Jongin menggelengkan kepalanya.

"..."

"Lalu dia sekarang sudah tidur?" tanyanya kemudian.

"..."

"Huh? Dia masih di dekat rumahku?"

"..."

"Baiklah. Terima kasih Oh Sehun."

Jongin bergegas mengambil jaketnya, payung, juga kunci mobilnya. Menyusul Kyungsoo yang masih berada di halte bus. Dalam hatinya terus menggelitik, mengingat apa yang Sehun ceritakan tadi. Kyungsoo bersikap aneh hanya karena mimpi. Kekasihnya ini memang lucu. Bahkan mimpi pun yang tak benar-benar terjadi bisa membuatnya memikirkan itu seharian.

Jongin memasang matanya mencari sosok gadis bermata bulat. Hujan yang cukup deras membuat Jongin tak terlalu jelas melihat ke arah luar. Jongin menepikan mobilnya setelah melihat seorang gadis berdiri di halte seorang diri. Kedua tangannya berusaha ia gunakan untuk menutupi kepalanya dari rintikan air hujan. Jongin sedikit mempercepat langkahnya untuk mendekat.

Kyungsoo yang berniat untuk menerjang hujan yang cukup deras menuju kedai kopi di seberang jalan, batal melakukan itu saat tiba-tiba ada yang memayunginya. Berharap mendapat sedikit rasa hangat dari segelas kopi.

"Jongin-ah," ucapnya heran.

"Kau mau kemana?" tanya sang pria.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Tanpa menjawab, Jongin pakaikan baju hangat yang ia bawa di pundak Kyungsoo. Sambil tak berhenti memberikan senyuman manisnya.

"Kenapa kau selalu melakukan hal aneh? Seorang diri saat hari mulai larut seperti ini. Kau tidak takut seseorang berbuat jahat padamu?" ucap Jongin.

Kyungsoo masih berdiri terpaku tak berkata satu kata pun. Satu pelukan hangat Kyungsoo terima dari pria di hadapannya. Hangat. Nyaman. Kekasihnya ini selalu bisa membuatnya menjadi gadis paling beruntung dalam hitungan detik. Tepukan kecil Jongin berikan.

TAP... TAP...

Menenggelamkan wajahnya di dada Jongin menjadi hal menarik bagi Kyungsoo. Entah mengapa, jika dia melakukan itu seakan semua yang ia pikiran hilang dengan sendirinya. Seperti ada sihir atau semacamnya.

"Hanya karena mimpi kau seperti ini?" kata Jongin tiba-tiba.

Kyungsoo yang masih dalam pelukan Jongin dan menenggelamkan wajahnya di dada Jongin, membelalakan matanya. Jongin tahu? Tentang mimpinya? Satu orang yang langsung terlintas dalam pikiran Kyungsoo. Tak ada yang lain. OH-SE-HUN. Sesaat kemudia rasa benci pada adik lelakinya itu muncul.

Jongin melepaskan pelukannya. Menatap wajah gadis di hadapannya yang tingginya tak lebih dari pundaknya. Ia tertunduk, entah malu, entah kesal. Kyungsoo tak mau bicara.

"Lihat aku," ucap Jongin tenang.

Kyungsoo dengan ragu mengangkat wajahnya. Menatap wajah Jongin dengan mata bulatnya. Kecupan tipis di kening Kyungsoo Jongin berikan. Semoga itu bisa membuat Kyungsoo lebih baik.

"Jangan kau salahkan Sehun. Aku yang memintanya untuk mengatakan ini padaku."

"..."

"Beruntung kau seperti ini hanya karena mimpimu itu, sayang."

Kyungsoo yang heran mendengar ucapan Jongin kini menatap pasti wajah Jongin. Menuntut Jongin menjelaskan apa maksud dari kalimatnya.

"Kau khawatir aku akan melakukan hal yang salah padamu sebelum kita berstatus suami istri, iti bagus. Itu tanda kau benar-benar manyayangiku. Tidak ingin membiarkan aku, kekasihmu, melakukan hal yang salah meski kita pada akhirnya akan menikah dan saling memiliki. Aku tidak akan melakukan hal itu dan tidak akan memaksamu untuk melakukan itu jika kau tidak memberiku izin," jelas Jongin.

Setetes air mata turun dari sudut mata Kyungsoo. Tuhan benar-benar menyayanginya. Mempertemukan dia dengan pria seperti Jongin. Pria yang selalu sempurna bagi Kyungsoo. Tak ada kurang sedikit pun. Dia yang selalu bisa menenangkan hatinya dalam hitungan detik. Menghilangkan rasa takutnya dalam hitungan detik. Dia yang selalu mengerti. Tak pernah menuntut apapun. Segala rasa terima kasih Kyungsoo ucapkan karena Tuhan mempertemukan pria ini dengannya. Kyungsoo melingkarkan kedua lengannya di pinggang Jongin.

Tawa kecil Jongin berikan. Betapa lucunya sikap gadis yang sekarang sedang memeluknya erat sambil menangis. Sebelah tangannya yang tak bertugas memegang payung membalas pelukan gadisnya. Berusaha agar Kyungsoo tak lagi terisak dab membuat pakaiannya basah karena aor mata.

"Kenapa kau menangis?" tanya Jongin sambil terkekeh.

"Aku malu," ucap Kyungsoo dengan suara serak.

"Kau ingin kita basah kuyup disini atau kau aku antar pulang?"

"Aku ingin pulang," jawab Kyungsoo merengek.

"Kalau begitu lepaskan pelukanmu, masuklah ke dalam mobil lalu kita pulang."

"Aku tidak ingin kau melihat wajahku sekarang," pinta Kyungsoo masih memeluk erat Jongin.

"Baiklah. Baiklah. Aku tutup mataku lalu kau masuk ke dalam mobil, oke?"

Kyungsoo mengangguk. Jongin bisa rasakan itu karena dadanya terasa turun naik mengikuti gerakan kepala Kyungsoo. Tanpa berkomentar, Jongin melepas sebelah tangannya yang tadi memeluk Kyungsoo. Sekarang ia gunakan tangannya untuk menutup matanya. Kyungsoo melepaskan pelukannya. Jongin bisa mendengar suara pintu mobil terbuka kemudian tertutup. Itu tanda jika Kyungsoo sudah masuk ke dalam mobil.

Hal sepele dan mungkin hal bodoh yang tak harus menjdi sesuatu yang besar, membuat Kyungsoo kembali sadar jika dia memiliki seseorang yang selalu membuatnya menjadi gadis paling beruntung. Sebuah mimpi bodoh yang ia rasakan dua kali dalam satu hari, membuatnya sadar bagaimana pun dia, pria yang sedang memegang setir mobil di sampingnya ini akan selalu ada untuknya. Tak heran rasa sayangnya selalu bertambah bahkan semakin besar pada Jongin. Tak banyak yang selalu Kyungsoo pinta dari Tuhan dalam setiap harapnya. Cukup dengan melihat Jongin, pria di sampingnya tersenyum. Itu sudah lebih dari cukup.

.

.

TBC

.

.

HELLO... .

Soonil is back~~ \(^^,)/

Apa hiatusku terlalu lama? Hihihi

Maafkan... perlu sedikit waktu untuk kembali menggugah gairah yang sempat terpendam karena liburan kemarin ^^,

Sengaja author buat first chapter dari sequel Silent and Blind hanya seperti ini. Aku pengen tahu ketertarikan kalian...

Masih berkenan untuk baca fanficku atau tidak ^^ ㅋㅋㅋ

Lanjut? Leave your comment in review yeoreobun~~~

Buatlah author semangat dengan dukungan kalian ^^, Gomawo...

SARANGHAE!

*kisshug*

*XOXO*