Chanyeol tidak tahu pasti kapan tepatnya ia sudah jatuh cinta pada pria Byun itu.

Yang ia tahu, ia suka saat melihat Baekhyun senyuman di mata Baekhyun.

Jantung nya seperti dipaksa terpompa dengan beat cepat yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara mengendalikanya. Dadanya kembang kempis sendiri dan ia bahkan tidak sadar ia sedang menggigit bibir bawahnya –tegang.

Mata Chanyeol mencuri lirik pada pria pencuri hatinya yang sedang berada tepat di samping kirinya. Mata sipit itu, hidung mancungnya, bibir merah mudanya, dan poni nya yang terkadang ikut terbang tertiup angin membuat wajah Chanyeol memanas. Ia mengalihkan pandangan nya ke arah kanan. Jika bisa, ia ingin membuka jendela bus saat ini juga. Hanya melihat pemandangan pohon-pohon, tidak bisa membuat detakan jantungnya menjadi sekedar normal.

Sekali lagi, ia mencuri pandang orang di kursi sebelahnya. Tapi sial, sepertinya saat ini ia tertangkap! Chanyeol berdeham dan menegakan pandangan nya ke depan. Ia tidak mau malu. Tapi, sekali lagi, ia melirik sebelahnya.

"Kau siswa baru?"

Chanyeol tersentak karena langsung di buahi pertanyaan oleh orang di sebelahnya itu. Dengan perasaan tak karuan pria tinggi itu mengangguk dua kali. "Y-ya."

"Hm, pantas aku baru melihat wajahmu."

Perhatian orang itu kini sudah kembali pada buka yang ia baca sebelumnya. Mata indah itu menulusuri setiap kata yang ada dalam buku. Terkadang wajah itu menampilkan senyuman kecil meski hanya sesekali. Entah kenapa melihat hal sekecil itu saja membuat hati Chanyeol menjadi teduh.

Chanyeol sendiri menoleh ke arah jendela dengan senyumanya. Pikiranya mulai mendatangkan berbagai pertanyaan. Orang seperti apa dia? Apa dia sudah punya kekasih? Apa Chanyeol bisa dekat denganya? Bahkan hal kecil seperti 'mengapa dia tahu bahwa Chanyeol adalah wajah baru di sekolahnya' sempat mengganggu pikiranya.

Terlalu lama larut dalam pikiranya sendiri, Chanyeol sedikit tersentak merasakan gerakan aneh dari sebelahnya. Penasaran, ia menoleh. Dan hanya untuk mendapati siswa di sebelahnya itu sedang menunduk kehilangan kesadaran. Bisa di bilang, Baekhyun tertidur.

Tentu saja hal itu membuat senyuman Chanyeol semakin melebar.

Dengan gerakan perlahan, Chanyeol menggunakan tanganya yang sedari tadi hanya ia simpan untuk menyentuh kepala Baekhyun yang menunduk. Di angkat nya kepala itu sampai ia menaruhnya di bahunya sendiri. Setelah mencuri sentuhan di rambut orang itu sebentar, Chanyeol kembali pada posisi awalnya –terdiam. Hanya saja bedanya, senyuman nya sekarang semakin lebar. Membuatnya malah terlihat menyeramkan.

Lagi. Chanyeol mencuri pandang. Ia baru sadar bahwa amat sangat disayangkan jika ia tidak bisa melihat wajah Baekhyun lebih jelas dalam jarak sedekat ini. Jadilah ia menuntaskan keinginanya yang satu itu.

Wajah itu terlihat begitu tenang. Chanyeol meneguk air liurnya kasar. Bagimana mungkin ada seorang pria yang wajahnya secantik ini? Chanyeol tidak habis pikir mengenai hal ini. Tapi ia tidak sadar, tidak sadar bahwa ternyata ia membawa wajahnya semakin dekat pada wajah Baekhyun. Tak membuatnya sadar bahwa kepala Baekhyun masih bersandar di bahunya. Jadi, saat ia membawa dirinya semakin maju –untuk melihat wajah Baekhyun, kepala Baekhyun pun kehilangan kesadaran.

CUP~

Chanyeol terkejut. Mata nya semakin membulat ketika ia melihat mata Baekhyun terbuka. Pria yang lebih pendek sama terkejutnya ketika mendapati bibirnya menempel di pipi kiri yang lebih tinggi. Pipinya, Chanyeol menegakan tubuhnya reflek sambil memegang pipi kirinya yang baru saja di-

"Aw!"

Chanyeol menoleh. Ia semakin terkejut melihat kepala Baekhyun yang terantuk kursi di depanya. Ah, ia lupa...

"G-Gwaenchana?"

Baekhyun terlihat kesakitan saat mengusap keningnya. Tapi pria itu menggeleng sambil tersenyum paksa. "Gwaenchaneunde."

"Ah, kenapa pula aku tertidur."

Chanyeol menggaruk tengkuknya canggung. Ia bingung harus melakukan apa saat ini. Yang ia tahu, pemberhentian bus masih sedikit lama dan mereka malah terjebak dalam situasi yang canggung.

Baekhyun tidak lagi membaca bukunya. Pria itu sibuk menatap pemandangan di depan tanpa bicara sama sekali. Chanyeol sendiri sama sibuknya memperhatikan pemandangan di sisi kananya sambil sesekali melirik Baekhyun. Wajah anak itu sedikit memerah. Disana, benar-benar canggung sampai suara Chanyeol yang membuat Baekhyun kembali menoleh ke arahnya.

"Chanyeol imnida."


"Neighbor Complex"

.

.

.

Park Chanyeol – Byun Baekhyun

Chapter 2


Baekhyun sudah mulai belajar menulis sejak ia berada di kelas dua SMP. Bukan, bukan menulis abjad Korea. Tapi menulis sebuah cerita. Cerita sekali duduk, novel, bahkan artikel. Ia akhirnya dapat bersujud syukur bersama keluarganya saat ada perusahaan yang mau menerimanya menjadi penulis. Setelah magang tiga bulan, akhirnya ia menjadi pegawai tetap selama hampir tiga tahun. Dan ia baru saja berpelukan dengan bahagianya bersama Sehun saat ia mendapat kabar bahwa ia di promosikan sebagai ketua editor dalam tim nya.

Tapi karena pria setinggi tihang listrik di depan nya itu, ia harus mulai sedikit membenci posisinya.

"Chanyeol imnida."

Pria yang baru saja membungkuk hormat itu, mendapati begitu banyak tepukan tangan dari para pegawai lainya. Khususnya wanita. Wajah Baekhyun memerah karena kesal. Demi apapun Baekhyun benci pria tinggi itu.

Apalagi saat Chanyeol mengganti senyuman nya dengan sebuah dengusan saat tidak sengaja beradu pandang denganya. Rasanya neraka baru saja mendatanginya.

Baekhyun mendudukan tubuhnya di kursi baru tempat dimana ini adalah hari pertamanya menjabat sebagai ketua tim. Harusnya ia bahagia, tapi kali ini yang terlihat hanya wajah kusutnya.

"Baekhyun, kau terlihat kusut."

Itu Luhan, penulis dari China yang seangkatan denganya –namun tertinggal selangkah darinya.

"Jangan bicara padaku, Luhan."

Luhan mengeryit kebingungan. Pikirnya, Baekhyun akan tersenyum sepanjang hari hari ini mengingat dirinya baru saja naik pangkat. Bukanya mengusak wajahnya frustasi dan tenggelam dalam lipatan tanganya di meja.

"Kau sedang bermasalah, ya? Apa alasanya?"

Baekhyun tak menjawab. Ia hanya memandangi papan meja barunya tanpa kata. Peralihan pandangan dari siapapun yang berada dalam ruangan kala itu tiba-tiba berpindah pada seesorang yang baru saja membuka pintu.

Sosok tinggi dan rupawan, dengan jas biru tua dan rambut kecoklatan yang diberikan jel pada poninya menyapa indera penglihatan setiap orang, termasuk Baekhyun.

"Selamat datang, Direktur Park."

Ya, itulah alasan Baekhyun terlihat kusut saat ini.

.

.

.

~555~

.

.

.

"Hamburger, juseyo!"

Tertegun. Sang pelayan sedikit tertegun ketika mendengar dua suara dengan dua orang dari dua direksi.

Beakhyun menautkan alisnya bingung. Ia menoleh, hendak protes pada pria itu. Tapi ia malah semakin jengkel dibuatnya saat tahu siapa orang yang mencuri antrean itu. Bukan hanya Baekhyun, Chanyeol sendiri mendengus saat mendapati Baekhyun lah yang berdiri di sana.

"Hamburger, Juseyo!"

Dan keduanya lagi-lagi saling berpandangan sengit saat tak sengaja mengucapkan dua kata yang sama itu bersamaan untuk yang kedua kalinya. Baekhyun maupun Chanyeol, sama-sama tak mau mengalah.

"Aku lebih dulu." Baekhyun segera mengucapkan itu sesaat setelah pandanganya terputus dari si Park itu.

"Tidak, ahjumma. Aku yang lebih dulu."

Baekhyun mendengus, ia hendak mengalah dan tak mau memperpanjang urusan nya dengan Park Chanyeol –tentangga menyebalkanya itu.

"Tapi, Hamburger nya hanya tersisa satu."

-tapi kalau begini caranya Baekhyun tidak ingin menyerah.

"Milik ku!" ucap Baekhyun segera, ia beruntung refleknya memang selalu cepat. Ia menatap Chanyeol tersenyum menang pada pria tinggi itu. Melihat bibi penjaga cafetaria itu baru saja kembali membawa sebungkus Hamburger Chanyeol menaruh kartu miliknya, dan segera menarik makanan itu. Bahkan sang bibi sampai terkejut.

"Sekarang milik ku." Claim Chanyeol final.

Baekhyun mendengus kesal, dirinya tidak terima. Ia berlari kecil mendahului langkah Chanyeol dan berdiri tepat di hadapan pria itu. Chanyeol yang melihatnya menaikan sebelah alis matanya.

"Ada apa?"

Baekhyun terengah, ia sedang marah.

"Apa kau tidak punya etika?" Suara Baekhyun itu membuat Chanyeol tersenyum menyeringai. Ia suka, melihat wajah kesal milik Baekhyun adalah hal yang Chanyeol tunggu-tunggu sejak awal. Namun, senyuman itu hilang dalam sekejap karena kalimat lanjutan yang Baekhyun ucapkan. "Sebenarnya kenapa kau kembali?"

Chanyeol menghembuskan nafasnya. Air wajahnya tiba-tiba berubah menjadi lebih dingin. Ia menatap mata Baekhyun dengan sangat menusuk, tepat ke dalam lensa matanya. Chanyeol maju satu langkah, Baekhyun menelan paksa liurnya. Chanyeol membungkuk sejenak, mencapai telinga Baekhyun.

"Aku kembali, untuk membuatmu menyesal."

Bisiknya dingin.

Baekhyun? Tiba-tiba saja ia melupakan masalah hamburger. Baekhyun terdiam untuk beberapa saat, ia harus menelan seluruh kata-katanya. Tiba-tiba saja ia kehilangan selera makan. Ingatan masa lalu, selalu membuat mood nya hancur belakangan ini.

.

.

.

~404~

.

.

.

Kris meneguk liurnya saat seseorang tengah mendesah-desah di layar laptop nya. Kris mulai berkeringat, adegan intinya sudah hampir sampai. Pria China Kanada itu menahan nafasnya dan-

BRUKK

Kris nyaris terperanjat dari duduknya karena suara pintu yang di tutup paksa oleh Chanyeol. Dengan cepat, ia menutup laptop nya dan bersikap biasa saja. Padahal ia tak sadar keringatnya sudah membanjiri wajah tampannya.

"Y-Yack! Tak bisa kah kau ketuk dulu pintu sebelum masuk?" Kris melotot tak suka pada Chanyeol. Chanyeol sendiri mana perduli? Pria itu hanya menganggap nya angin lalu dan membaringkan dirinya sendiri di sofa dalam ruangan Kris. Chanyeol menaruh lenganya di atas wajahnya. Persis seperti seorang paman yang penuh dengan beban.

"Apa kau tidak punya etika?" Kris mendengus jengkel, tapi pria itu juga berjalan menghampiri Chanyeol dan duduk di sofa yang satunya lagi.

"Cih. Bahkan ucapan mu persis seperti dia."

Kris membuka ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan itu, toh tidak ada yang mau perduli juga. "Dia siapa maksudmu?" sesaat setelah mengucapkanya dan sadar tak ada jawaban, Kris baru mengerti. "Dia? Maksudmu Baekhyun? Kau sudah bertemu denganya?"

"Jangan melawak, Kris. Dia bahkan ketua tim di sana."

Kris menganga tak percaya. Bagaimana takdir Chanyeol dan Baekhyun bisa berjalan selancar itu?

"Ku pastikan dia akan menyesalinya."

.

.

.

~111~

.

.

.

"Byun Baekhyun, kau seperti orang lain."

Ia baru tersadar. Baru menyadari bahwa sedari tadi pandangan empat orang lain nya sedang tertuju padanya. Ia juga baru sadar bahwa Kyungsoo sudah bergabung makan bersama di sana. Ia juga baru sadar bahwa ia satu-satunya yang belum menghabiskan makan siang kali ini. Terlalu banyak yang baru ia sadari. Berapa lama sebenarnya ia kehilangan kesadaran?

"Apa kau sakit, hyung?" Suara Jongin –anak termuda dalam tim nya. Baekhyun menggeleng padanya. Sedikit tersentuh melihat anak yang biasanya selalu bercanda itu kini sedikit mengkhawatirkanya. "Ku pikir kau sakit hyung... Sakit jiwa, hahaha."

Kalian tahu bagaimana respon yang lainya?

Krik

Krik

Krik

Baekhyun berdeham. Sedikit tidak tega karena lawakan itu tidak lucu sama sekali.

"Kau sungguh baik-baik saja, Baek?"

Kali ini Kyungsoo yang bertanya. Yixing dan Luhan ikut mengiyakan pertanyaan itu. Mungkin sedikit terganggu karena ketua tim mereka terlihat ada masalah sedari tadi.

"Aku baik." Kemudian Baekhyun kembali diam.

Anak itu hanya tidak mengerti. Diam nya itulah yang justru membuatnya terlihat tidak baik. Merasakan pandangan khawatir orang-orang terdekatnya rupanya malah membuat nya tidak enak. Baekhyun akhirnya menghela nafas dan tersenyum kecil.

"Hm, aku ada sedikit masalah. Jadi, kurasa aku pergi dulu sekarang. Habiskanlah makanan kalian."

Setelah mengatakan kalimat itu, Baekhyun benar-benar pergi tanpa menghabiskan makananya. Jika ia menoleh ke belakang sekali lagi saja, ia akan melihat Jongin dan Kyungsoo yang sedang memperebutkan makananya yang baru tersentuh sedikit. Tapi sayang, Baekhyun hanya sedang memandang kosong ke depan.

Hembusan angin sempat membawa terbang beberapa poninya. Ia berjalan dengan langkah lesu yang tidak ia sadari membawanya menuju lift. Saat ini, atap adalah sasaran utamanya.

Tapi bahkan untuk mencapai nya tidak semudah yang ia pikirkan.

Park Chanyeol kini sedang berdiri di dalam lift yang baru saja terbuka. Mungkin jika itu bukan Chanyeol, Baekhyun sudah masuk. Jika itu bukan Chanyeol, Baekhyun sudah menekan tombol paling atas sehingga ia bisa tiba di atap dengan cepat. Namun karena itu Chanyeol, Baekhyun hanya bisa terdiam di tempatnya. Hingga pintu lift kembali menutup.

Tapi Baekhyun tidak beranjak. Pria itu tidak bergerak.

Setidaknya, sampai pintu kembali dibuka. Membuat Baekhyun hanya bisa terdiam seribu kata.

"Tidak masuk?"

Suara berat itu terdengar. Baekhyun tidak tuli untuk tidak mendengarnya. Dan Baekhyun tidak bodoh untuk mengerti bahwa ucapan itu ditujukan padanya. Mau tidak mau, Baekhyun melangkah masuk ke dalam. Bunuh diri.

Hening lah yang menyambut keduanya saat mereka berada di dalam. Chanyeol sesekali mencuri pandang pada yang lebih pendek. Pria Byun itu terlihat tengah melamun. Pandanganya tampak kosong.

"Yach pendek, kau akan ke lantai berapa?"

Baekhyun tidak menjawab, tapi menatap sengit pria yang baru saja menyebutnya pendek itu. Ternyata Chanyeol punya kemampuan menghilangkan perasaan galau seseorang. Lalu menggantinya dengan perasaan kesal.

"Pen...dek?" Baekhyun memejamkan mata, menahan emosi. "Apa kau masih belum sadar bahwa dirimu yang kelebihan kalsium?"

Sekarang gantian Chanyeol yang menatap Baekhyun jengkel.

"Oh ya? Tapi sepertinya kotoran hidungku bahkan lebih besar dari tubuhmu."

Baekhyun wajahnya memerah. Ia hampir saja berteriak memaki dan menghujat pria tihang itu. Tapi kata-katanya menguar saat ia menghela nafas beratnya. Wajahnya menahan marah.

"Wah, kau pasti tidak pernah membersihkan kotoranmu, Direktur."

Chanyeol yang awalnya masih tersenyum mendeklarasikan kemenangan, mengubah raut wajahnya jadi kembali kesal.

"Yach, kau mau mati-"

DRUP

Lift berubah menjadi gelap. Seperti sebuah role film yang di jeda, semuanya berhenti. Kecuali detak jantung seseorang saat itu.

Baekhyun mungkin lupa bagaimana tepatnya ia dan Chanyeol bertemu. Ia bisa saja lupa bagaimana ia bisa jatuh cinta pada pria menyebalkan semacam Chanyeol itu. Ia pasti lupa kapan terakhir kalinya ia menyukai sifat Chanyeol. Tapi ada satu hal yang tidak ia lupa. Ingatan yang satu itu masih tertinggal.

Bahwa Chanyeol benci gelap.


TBC


.

.

.

so, review? (puppy eyes)