Kita bersaudara, kan… tapi kenapa? / Warning inside! Akatwincest./ My first fanfic in this fandom! So, hai minna~ / Rate M for mature content :'))
KnB " Fujimaki Tadatoshi
Genre: Drama/ Family
Rated: M :)
Pair: AkashiSeijuuro x Akashi Sekai/OC/You
Typo(s), OOC, OC.
Jika ada kesamaan cerita itu merupakan unsur ketidaksengajaan, namun sesungguhnya fic ini murni dari otak saya.
Cover milik saya untuk OC, tapi tidak dengan Akashi.
I Hope You Like
Our Feelings " Presented by Yume Guran
Kedua insan itu masih sibuk bergumul di atas ranjang yang terus berderit akibat pergerakan kedua tuannya.
Kepala yang berbalut warna magenta itu menyembul di balik selimut tebal. Manik heterekomnya menatap dengan penuh hasrat seseorang yang berada di bawah kungkungannya.
"Ngh.." Bibir tipisnya menyeringai saat gendang telinganya menangkap sebuah erangan yang berasal dari bawah tubuhnya ini. Tubuh bagian bawahnya masih terus menghentak-hentak sesuatu yang menjadi lawannya dengan tempo yang menggila.
"S-Seih.. he-hentikan!" Kata-kata penolakan yang sedari tadi di lontarkan itu benar-benar tidak di gubris sama sekali.
Akashi Sekai terbelalak saat ia merasakan hampir mencapai batasnya. Kelereng saganya terus mengeluarkan liquid bening yang terasa begitu asin saat tidak sengaja masuk ke indera pengecapnya. Bibirnya yang nampak merah dan bengkak itu menipis karena si empu yang menahan isakan sekaligus suara-suara aneh yang akan memicu semangat orang yang sedang menggagahinya ini yang tak lain adalah adiknya sendiri, adik kembarnya –Akashi Seijuurou.
Kepalanya sibuk menoleh kekanan kiri saat ia melakukan pelepasan hebatnya. Tubuhnya menggelinjang dengan nafas yang terputus-putus.
"Cu-cukup! Kita tidak boleh se-seperti ini!" Rambut merah sebahunya terasa lepek bermandikan keringat. Sekai tidak menyangka bahwa kepulangannya ke rumah ini harus mendapatkan sambutan panas dari adiknya.
Seijuurou menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Sekai. Posisinya yang menelungkup dengan kepala yang mengarah tepat di perpotongan leher Sekai benar-benar membuat Sekai menanggung seluruh beban tubuhnya.
Sekai merasakan bagian bawah tubuhnya masih terasa penuh yang menandakan Seijuurou belum melepaskan miliknya.
"S-Seijuurou!" Sekai memekik saat Seijuurou menggerakan pinggulnya pelan.
"Kenapa? Bukankah kau suka?" Balas Seijuurou sarkastik. Sekai kembali menggeleng.
"Kumohon.." Seijuurou menghela nafas berat, mengecup dahi di bawahnya kemudian bangkit dari atas Sekai dan berbaring tepat di sebelahnya.
"Tidurlah." Titahnya yang dengan segera di turuti oleh orang yang berada dalam dekapanya ini.
Keesokannya Sekai untuk pertama kalinya terbangun di kamarnya yang sudah ia tinggali sekian waktu lalu dan bergegas memulai paginya dengan sarapan bersama Ayah dan adiknya.
Tidak ada yang aneh di antara mereka bertiga. Mereka tampak –biasa.
"Jangan sampai kalian mengulanginya lagi –" Tiba-tiba sang kepala keluarga Akashi memecah keheningan dengan suara rendahnya, " –kejadian dua tahun yang lalu."
Sekai mendadak tubuhnya terasa panas dingin. Ia tahu bahwa Ayahnya tidak bermaksud untuk mengungkitnya lagi. Hanya sekedar untuk memperingatkan kedua anaknya. Dan Sekai mengerti.
"Dua tahun sudah cukup membuatku banyak berpikir, Ayah. Tentu kami tahu bahwa yang terjadi di masa lalu adalah kesalahan." Mendengar ucapan Sekai, mendadak ingin membuat Seijuurou tertawa. Kesalahan? Lalu yang semalam kau sebut apa? Pikirnya sinis.
"Hm.. sudah kuduga dengan memisahkan kalian selama beberapa tahun akan membawa perubahan." Balas sang Ayah dengan arogan. –lagi Seijuurou harus menahan dirinya walau untuk sekedar menyeringai.
Sekai hanya tersenyum kaku. Mendadak hatinya di selimuti rasa gelisah saat merasakan Seijuurou mulai menatapnya dalam.
"Kau akan masuk ke Kaijou. Kudengar Sekolah itu cukup baik." Tiba-tiba Seijuurou berdiri dengan alis yang saling bertautan.
"Aku tidak setuju." Ujarnya dingin.
Ayahnya membalas tatapan Seijuurou dengan tajam, "Aku tidak suka dibantah, Seijuurou. Aku tahu kau sudah mengerti ini sejak awal." Balasnya tak kalah mengintimidasi.
"Sekai akan masuk ke Rakuzan."
"Seijuurou!" Sang ayah balik membentak anak laki-lakinya ini yang entah sejak kapan mulai membangkang.
"Aku telah menuruti semua keinginanmu, termasuk mengirim Sekai untuk menjauhiku saat itu. Tapi untuk ini, aku benar-benar menolaknya." Setelah mengatakan itu Seijuurou mulai melangkah pergi tapi ketika langkahnya yang ke-enam ia berhenti, "Akan kubuktikan bahwa aku ini selalu mutlak. Memasuki Sekai ke Rakuzan adalah sebuah keharusan." Tambahnya dengan sedikit seringai yang benar-benar membuat ayahnya naik pitam.
Kepalan tangan itu menghantam permukaan meja dengan kasar. Sekai sendiri hanya bisa menunduk saat menyaksikan adu mulut yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
"Anak itu… semakin sulit dikendalikan." Desisan ayahnya diam-diam di setujui oleh Sekai yang sedari tadi membisu.
"Kuharap kau tidak terjerumus ke lubang yang sama untuk kedua kalinya." Mendengar itu Sekai mengangguk.
"Baik, Ayah." Dan acara sarapan pagi itu berakhir dengan berantakan.
Sekai tidak tahu setan apa yang merasukinya dulu –bahkan sampai sekarang. Waktu itu ia yang tergolong masih belum mengerti semuanya hanya ikut terhanyut dalam jeratan sang adik kesayangan.
Ia yang dulu hanya tahu rasa senang tidak benar-benar memikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Menjalin hubungan dengan saudara sendiri. Astaga! Sekai bahkan tidak ingin mengingat semua yang telah terjadi di masa lalunya.
Ingin rasanya ia hilang dari muka bumi ini untuk selama-lamanya. Tapi ia bukanlah tipe orang yang suka melarikan diri dari masalah. Mau bagaimanapun masalah ini benar-benar menyangkut dirinya dan hatinya, sudah pasti.
Mengingat bagaimana raut kecewa di wajah ayahnya saat mengetahui hubungan di antara mereka. Benar-benar membuat hati Sekai di rundung rasa bersalah yang bertubi-tubi.
Saat itu sang kepala keluarga Akashi hanya diam tak berekspresi mengetahui apa yang telah terjadi dengan anak-anaknya. Namun sorot matanya jelas menunjukan hal yang sebenarnya. Ia, marah, kecewa dengan putra-putrinya yang telah ia besarkan seorang diri dengan segala aspek kesempurnaan untuk keduanya agar kelak menjadi orang yang tangguh sepertinya.
Tak elak ia juga sadar. Hidup tanpa kasih sayang dari seorang ibu tentu menjadi faktor utama keduanya bisa seperti itu.
Tapi kenapa harus saling mencintai?! Batinnya menjerit. Dengan kekejaman yang sudah pasti akan membuat orang berpikir bahwa ia adalah ayah terjahat se-Dunia, ia mengirim salah satu anaknya sendiri ke seorang sanak keluarganya yang berada sangat jauh dari tempatnya.
Sekai tidak menolak. Begitu juga dengan Seijuurou.
Kejadian itu sudah cukup lama. 2 tahun pasti membawa perubahan meski hanya sedikit.
Sepertinya kebijakan untuk memisahkan sekolah mereka adalah hal yang terbaik saat ini.
Ayahnya tidak menyangka, beberapa hari yang lalu Sekai mengirimya pesan. Meminta untuk di ijinkan pulang dan kembali ke tempat seharusnya. Tentu dengan banyak janji yang harus ia pegang.
Termasuk untuk tentang dirinya dan Seijuurou.
Sekai benar-benar tak menyangka, bahwa ayahnya akan dengan mudah menyetujui permintaannya ini. Senang? Sudah pasti.
Mau seberapa jauh kau pergi, tempat terbaikmu untuk berpulang adalah keluargamu. Ia sering mendengar kalimat itu, bahkan di film favoritnya. Dan sekarang ia membenarkan kata-kata itu.
Tubuhnya tiba-tiba terkesiap saat sebuah lengan kekar melingkar di perutnya.
"S-Seijuurou!" Dengan kasar Sekai melepaskan tangan-tangan itu.
Ia yang tadi sedang melamun akan masa lalunya benar-benar tidak menyadari kehadiran Seijuurou yang telah memasuki kamarnya.
Berbalik menatap mata dwiwarna yang balik menatapnya dingin. Mata itu.. terasa berbeda.
Di lihatnya Seijuurou yang masih memakai seragam sekolahnya menandakan pemuda crimson itu baru pulang. Tangan besar itu mulai terangkat untuk mengelus pipinya dan secepat kilat mencuri ciuman dari bibirnya. Sekai membatu dengan wajah yang bersemu merah.
"Aku pulang." Seijuurou tersenyum tipis melihat Sekai yang masih mematung. Mata yang senada dengan mata kanannya itu mulai mengerjap-ngerjap sadar.
Setelah benar-benar pulih, Sekai dengan segera menepis tangannya dan mulai menatapnya tajam.
Seijuurou terkekeh pelan. Dan berencana memeluk tubuh yang lebih pendek darinya ini.
"Hentikan Seijuurou. Jangan kelewatan!" Ucapan Sekai barusan membuay Seijuurou mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk memandangi Sekai yang mulai memasang sikap defensif.
Kepalanya ia telengkan sedikit dengan senyum miring yang tercetak di bibir tipisnya.
"Kenapa? Apa tidak boleh jika adik ingin memeluk kakaknya?" Oke, Sekai merasa tampang innocent yang sedang tertata apik di wajah tampan adik kembarnya ini terasa benar-benar penuh tipu muslihat.
Sekai menggeleng, "Tidak. Bukan tidak boleh. Tapi makna di baliknya 'lah yang membuat itu menjadi ketidakbolehan." –Lagi Seijuurou terkekeh mendengarnya.
"Lalu? Makna apa yang kau tangkap di balik pelukan yang tadi ingin kuberikan?" Seijuurou menyeringai puas saat melihat wajah Sekai yang mulai memucat.
"I-itu.." Sekai menunduk. Bingung apa yang harus ia jawab.
"Tidak bisa menjawab, eh?" Rambut merah sebahunya semakin menutupi wajahnya yang kian menunduk dalam.
"Akan kuberitahukan dua hal," Sekai mendengar derap langkah Seijuurou yang mendekatinya, "Pertama, jangan pernah membantahku." Tiba-tiba deru nafas hangat begitu kentara di cuping kanannya yang mampu membuat bulu romanya berdiri.
Dengan sigap, Sekai membawa tubuhnya mundur untuk menjaga jarak dari Seijuurou. Melihat itu membuat Seijuurou tersenyum sinis.
"Kedua…" Seijuurou berbalik untuk beranjak keluar kamar Sekai, namun sebelum benar-benar pergi Seijuurou sedikit menolehkan wajahnya kearah tempat Sekai berdiri, "…jangan pernah berharap bisa lepas dariku, Sekai-nee." Tandasnya dengan senyum lebar yang tampak sangat menakutkan bagi siapapun yang melihatnya.
Blam! Tubuh tegap itu menghilang tertelan pintu yang telah tertutup rapat kembali. Sekai sendiri langsung terduduk lemas. Tekanan yang di berikan Seijuurou benar-benar membuat kakinya terasa seperti jeli.
Kenapa? Kenapa Seijuurou tidak menyerah saja sepertinya. Menyerah pada kenyataan bahwa kemanapun mereka pergi tidak ada tempat untuk pendosa seperti mereka.
Bahkan sampai ke ujung Dunia, status mereka tidak akan berubah. Karena di dalam kedua tubuh itu mengalir darah yang sama.
TBC
Ada yang mau bantu saya? Tolong kasih saya saran untuk nama bapaknya Akashi dong minna…
Mulanya saya doki-doki banget pas buat ini. Coz ini untuk pertama kalinya saya buat fanfic incest dan rasanya bener-bener 'something' sekaleee. Uhuk! /
Saya ingin mengucapkan terimakasih banyak bagi reader yang sudah mau membaca fanfic ini.
Cukup sudah cuap-cuap saya…
Akhir kata,
THANK YOU!