Disclaimer: BTS di bawah naungan BigHit Entertainment, seluruh karakter yang muncul di ff ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan orangtua masing-masing, saya hanya pinjam nama.

Nite Nite Mario Boy © Kaizen Katsumoto

Warning: OOC, AU, Typo, BL, dan segala macam keabsurdan di dalam fanfic ini.

Pair : NamJin(Namjoon x Seokjin)

.

Summary : Seokjin yang tidur memeluk boneka Mario.

.

.

Mohon periksa penerangan dan jaga jarak mata anda dari layar saat membaca fanfic ini!

Enjoy!

.

.

.

Bagian 1: Mark

.

.

.

Kim Namjoon nama pemuda itu. Sedang berdiri di depan pintu apartemen, tangan sibuk memutar kunci. Kepala melongak ke dalam, napasnya terhembus kasar menyadari lampu di seluruh penjuru apartemen sudah dimatikan. Tega sekali. Namjoon meratap sambil mengunci pintu, melepas sepatu, menaruh asal di rak sepatu. Kedua kakinya menuntun menuju dapur setelah menyalakan saklar lampu. Sunyi senyap menyapa. Pemuda itu dengan tenang memakan kimchi sisa di atas meja dan segelas teh panas.

Selesai mengisi perut dia pergi menuju kamar mandi. Menghilangkan bau kecut bekas keringat setelah bekerja seharian di sebuah proyek konstruksi. Pekerjaan kasar dan dia merasa tidak cocok di sana. Memutuskan besok akan mengundurkan diri. Itulah Namjoon. Dia tidak pernah betah menjalani sebuah pekerjaan. Sebagai pegawai konstruksi saja baru dilakoninya kurang dari seminggu. Dia tahu tidak mempunyai pekerjaan tetap bisa mempengaruhi jodoh. Namun siapa sangka justru karena sering berganti pekerjaan ia malah dipertemukan seorang malaikat pemikat hatinya.

Badan sudah bersih. Namjoon membuka pintu kamar. Lampu mati. Sambil meraba-raba sekitar ia berjalan menghampiri kasur tepat di samping meja nakas. Matanya kini sudah mulai terbiasa dengan keadaan gelap. Menatap kasurnya yang sudah terisi. Samar dia bisa melihat seorang pemuda lain. Berpiyama, wajah terlelap damai. Selimut bertekstur lembut menutupi tubuh hingga perpotongan lengan. Tidur miring sambil memeluk sebuah boneka Mario.

Oh, betapa manisnya Kim Seokjin, di saat tidur saja sudah bisa menggoda seorang Namjoon. Tak lupa ia mengabadikan momen itu di dalam memori otaknya. Rasa kesal karena ditinggal tidur duluan terasa menguap entah kemana. Lebih memilih mengukuti naluri kantuk yang menyerang. Namjoon pun masuk ke dalam selimut pelan-pelan.

Suara kresek lembut tidak cukup kuat membangunkan Seokjin yang sudah mendengkur halus. Namjoon ikut tidur miring hingga mereka bisa saling hadap. Tanpa sadar pemuda berdimple mengulas senyum, mengelus pipi penuh pujaan hatinya. Lembut dan empuk seperti mochi. Namjoon menahan diri supaya tidak langsung menggigitnya. Ia terkikik pelan, rasa kantuknya lenyap digantikan pikiran kotor.

Tiba-tiba pemuda berhelai platina itu menyadari hal penting mengganggunya. Jarak mereka. Jarak mereka memang sudah dekat, tetapi terhalang sekat besar berupa boneka Mario di pelukan Seokjin. Namjoon mendesah. Cemburu buta pada benda mati. Perlahan ia menarik Mario, Seokjin menggeliat—masih tidur. Sekali lagi Namjoon menarik benda laknat-menurutnya- itu sampai terlepas. Seokjin menggeliat makin keras. Tangan pemuda lebih tua secara naluri meraba sekitar mencari benda kesayangan, menemukan kepala Namjoon dan langsung memeluknya seperti boneka Mario.

Namjoon meneguk ludah. Aroma wangi mint maskulin menerobos indra pembau, pelukan hangat menuntut, serta suara degupan jantung stabil di dada bidang tepat di depan wajahnya membuatnya mabuk berat. Namun ia menyukainya. Mengabaikan boneka Mario yang sudah tergeletak pasrah di atas lantai, Namjoon menikmati jackpot dadakannya. Menyesapi bau di dada Seokjin yang kancing piyama atasnya lepas dua biji. Tangannya memeluk tepat di pinggang. Namjoon bisa mendengar suara lenguhan lembut menguar tiap ia menempelkan hidungnya di dada lawan, ia menyukai suara seksi itu. Dan pelukan Seokjin akan mengerat seiring makin kuat ia meraup udara di dada, seolah tak mengizinkan Namjoon bergerak sejengkal pun. Namjoon tersenyum lucu. Ia pun mengetatkan pelukan di pinggang Seokjin. Mereka kini dekat tanpa jarak Mario laknat. Sangat dekat. Namjoon juga semakin dekat dengan dunia malam. Perlahan memejamkan mata sambil menyeringai nakal.

.

.

.

Kim Seokjin membuka matanya tepat saat alarm di atas nakas berdering nyaring. Matanya masih sipit, berulang kali menggeliat bangun, namun selalu gagal. Ada sesuatu seperti sedang menjeratnya.

"Ish." Seokjin mendesis kesal. Rambut coklat kemerahan mencuat berantakan. Matanya membulat lucu menyadari Namjoon tengah terlelap ganteng memeluk tubuhnya tanpa jarak. Pantas dia tidak bisa gerak.

Seokjin semakin geram mengetahui biji kancing piyamanya sudah raib dari habitatnya—tersebar di atas kasur berantakan. Menampilkan dada hingga perut terekspos yang sudah dihiasi bercak kemerahan. Tidak perlu menunggu buffering lima menit dia sudah tahu siapa pelakunya.

"KIM NAMJOON!"

Suara melengking seperti gelegar petir di pagi buta terpaksa mengganggu tidur ganteng Namjoon. Oh, sepertinya dia tidak jadi berhenti kerja di proyek konstruksi hari ini demi menyematkan kepalanya dari serangan perkakas dapur.

.

.

.

Omake.

"Namjoon-sii, kenapa dengan kepala dan wajahmu itu?" Jinyoung -rekan kerja Namjoon- terkikik geli melihat benjolan tercetak jelas di kepala dan noda merah berbentuk telapak tangan menempel di pipi kiri.

Namjoom meringis, "Ini hanya tanda kasih sayang, hyung." Ujarnya tersenyum paksa, menampilkan kedua dimple manisnya, kemudian kembali menggotong beberapa benda keras di pundak. Meninggalkan rekan kerja lebih tua darinya yang terlihat makin tidak kuat menahan tawa.

Sungguh, Seokjin mengamuk di pagi buta sudah seperti wanita PMS. Ingatkan Namjoon agar tak mengulangi tindakannya semalam.

.

.

.

Fin

.

.

.

A/N: Argh! Kenapa tiap dengerin lagu Haruman saya jadi pengen nulis drabble pendek gini! Maaf, gaje. Terima kasih yang sudah membaca sampai sini. Annyeong~