PREVIOUS STORY
"Kyuhyun-ah, aku dan Minho akan pergi ke London selama 3 hari untuk mengurus beasiswa Minho disana. Karena kau belum pulih sepenuhnya, maka Siwon akan menjagamu disini, Arra?"
"Umma, mianhae. Aku sangat ingin mengajakmu, tapi Umma masih sakit." ucap Minho seraya tersenyum lembut. "Saat Umma sudah sembuh, aku akan mengajak Umma kesana juga, percayalah."
Kyuhyun bisa merasa suhu tubuhnya menurun drastis. Apalagi saat kedua iris karamelnya bertemu dengan hazel sekelam malam milik Siwon.
"Siwon, kau harus memastikan Umma-mu baik-baik saja, arrasseo?"
Siwon menatap ayahnya datar lalu tersenyum.
"Pasti, Appa. Aku akan menjaga 'Umma' dan memastikan ia baik-baik saja."
Kyuhyun bisa menangkap pesan mengerikan yang dikirimkan Siwon lewat senyuman penuh maknanya. Hari-harinya di rumah keluarga Choi tidak akan sama lagi.
.
.
.
.
YOUNG MOTHER
Chapter 6: The Return of the Queen
Genre: Romance, Drama
Rating: M
Cast: Choi Siwon, Cho Kyuhyun, Kangin, Choi Minho, etc
Main Pair: WONKYU
Slight Pair: Kangin-Kyuhyun, Minho-Kyuhyun
Warning: YAOI, BOYSLOVE, NC21+, OOC, TYPOS
DON'T LIKE DON'T READ
Emerald0705 presents
.
.
Saat itu adalah pagi hari. Mansion besar keluarga Choi terlihat lebih sibuk dari biasa. Pasalnya hari ini Tuan besar dan Tuan muda Choi akan pergi selama 3 hari ke London.
Para pelayan sudah berbaris rapi di sepanjang pintu keluar untuk mengucapkan selamat jalan kepada majikan mereka.
"Selamat jalan, Tuan. Semoga selamat sampai tujuan."
Choi Youngwoon, atau biasa dipanggil Kangin, hanya mengangguk singkat seraya tersenyum tipis mendengar ucapan koor dari pelayan-pelayannya yang membungkuk penuh kepadanya. Sang putra bungsu, Choi Minho, disampingnya juga tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Kangin menatap sosok di sampingnya lalu menggenggam dan sedikit menarik jemari pucat itu agar berdiri menghadapnya. Choi Kyuhyun, hanya menatap sendu sang suami saat kedua tangannya yang sedikit tertutup sweater oversized panjang miliknya digenggam erat oleh namja paruh baya tampan di depannya.
"Kyu-ah, kau baik-baik saja? Wajahmu masih pucat sejak kemarin."
Kyuhyun hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Namja manis berpadu cantik itu menggigit bibir bawahnya. "Bisakah kalian pulang lebih cepat, Hyung?"
Kangin mengacak surai ikal coklat di depannya dengan gemas. Minho hanya cekikikan di tempatnya.
"Umma~ Maafkan aku karena telah menyita waktu 'bersama' kalian." ucap Minho sambil mengatupkan kedua tangannya dengan pandangan memelas menatap Kyuhyun. "Kami berjanji akan kembali sesegera mungkin."
"Kau dengar sendiri, kan? Kami akan segera kembali secepat mungkin." Kangin berkata sambil mengusap bahu Kyuhyun lembut. "Cepat sembuh dan jangan khawatir, arra. Saat pulang nanti aku berjanji akan mengajak kalian liburan bersama."
Minho ber-wohooo ria mendengar kata 'liburan'. Sementara Kyuhyun hanya tersenyum tipis mendengarnya. Bukannya apa-apa, namun saat ini ia takut. Sangat takut dengan tatapan mata setajam elang yang sejak tadi menatapnya di sudut pintu. Disana. Namja tinggi tampan yang merupakan putra sulung keluarga Choi, sedang bersandar sambil bersedekap di pintu utama mansion Choi dengan tatapan mata yang seakan menelanjanginya.
"Siwon, Appa titip Umma dan perusahaan selama tiga hari ini. Tolong dijaga baik-baik."
Choi Siwon mengangguk sopan mendengar perintah sang Ayah. Namja tinggi itu menegakkan posisi berdirinya lalu berjalan mendekat kearah Ayah, Adik dan 'ibu' tiri muda-nya. Kyuhyun tampak menunduk dan merapatkan tubuhnya mendekat ke Kangin. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Dan tubuhnya gemetar.
"Siwon Hyung, tolong jaga Umma untukku."
Siwon menatap adiknya lalu tersenyum sekilas. "Arrasseo."
Kangin tersenyum lebar melihat sikap Siwon yang ternyata sudah 'berubah'. Kepala keluarga Choi itu menepuk bahu putra sulungnya dengan bangga, sementara Kyuhyun hanya menunduk gemetaran di sampingnya tanpa Kangin bisa menyadarinya.
"Baiklah, kami pamit dulu." ucap Kangin sambil menghadap kearah Kyuhyun, baru menyadari istri manisnya itu terus menunduk.
Kangin menyentuh ujung dagu Kyuhyun dengan lembut lalu mendongakkannya. Iris coklat karamel bak boneka manatapnya dengan berkaca-kaca. Oh Tuhan, betapa indahnya mata ini, begitu batin Kangin. Tanpa bisa menangkap isyarat 'Tolong selamatkan aku' dari kedua mata besar itu.
Cup
Dan Kangin mengeliminasi jarak wajahnya dan wajah Kyuhyun di depannya. Mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir merah istrinya dihadapan seluruh pelayannya dan kedua putranya. Jika Minho terlihat maklum dan salah tingkah, maka yang terlihat di wajah Siwon adalah seringai mengerikan yang entah apa maknanya.
Minho memberikan pelukan kepada Umma-nya kemudian. Sedikit menundukkan tubuhnya agar bisa sejajar dengan tinggi Kyuhyun dan menatapnya dengan senyum lebar.
"Saat aku kembali, Umma harus sudah sehat, Arrasseumnida?" tanya Minho yang dijawab dengan anggukan Kyuhyun seraya tersenyum tipis.
Selesai mendaratkan kecupan tipis di pipi sang Umma, putra Bungsu Choi itu beralih ke sang kakak dan memeluknya.
"Tolong jaga Umma kita ya, Hyung. Atau... " ucap Minho, Siwon hanya mengusap bahu adiknya sedikit keras.
"Atau apa?" tanya Siwon pendek.
Minho tertawa di tempatnya. "Atau aku akan mengamuk. Hehe."
Dua orang itu akhirnya masuk ke dalam mobil hitam mewah yang sudah terparkir di depan pintu utama. Diiringi dengan hormat penuh dari para pelayan dan tatapan pasrah dari Kyuhyun.
Namja manis itu menggigil merasakan angin musim semi yang menerpa tubuhnya. Surai ikalnya bergoyang pelan saat angin dingin itu seakan menabrak-nabrak tubuhnya. Angin yang harusnya terasa hangat itu, kini mendingin drastis. Seakan sosok tinggi yang berdiri di sampingnya ini punya kekuatan untuk mengubah suhu disekelilingnya menjadi lebih mencekam.
Kyuhyun menerka-nerka apa yang akan terjadi selama 3 hari ini tanpa Kangin dan Minho. Hanya dirinya dan Siwon. Putra sulung Choi itu bisa melakukan apapun padanya, apapun.
Kyuhyun bisa merasa jika Siwon berbalik dan masuk ke dalam ruang utama, meninggalkannya sendiri di teras besar mansion itu. Para pelayan yang masih berbaris rapi membungkuk sopan saat Tuan muda mereka melewati mereka.
Pelayan. Yah benar, para pelayan. Kyuhyun merasakan kelegaan luar biasa saat sadar bahwa dirinya sama sekali tidak sendirian di rumah bak istana ini.
Masih ada para pelayan.
Siwon sudah akan naik keatas tangga saat langkah namja tampan itu terhenti. Pewaris pertama keluarga Choi itu berbalik dan menatap tepat di mata Kyuhyun. Wajahnya datar dengan aura yang menakutkan.
"Dengar," ucap Siwon pada akhirnya. Suaranya lantang namun tenang. Semua pelayan memperhatikannya, "Selama ayahku ke London selama 3 hari ini, para pelayan juga akan aku liburkan."
Jajaran para pelayan terlihat terkejut sekaligus senang mendengar kalimat Tuan muda mereka. Walau bekerja di mansion Choi tidaklah berat, namun jika itu menyangkut liburan, siapa yang tidak senang?
Dialah Kyuhyun. Satu-satunya yang terkejut setengah mati mendengar berita itu.
.
.
Audi hitam itu melaju lancar di jalanan besar kota tersibuk di Korea Selatan. Perjalanannya akan cepat sampai ke bandara.
"Appa, apa tidak apa-apa meninggalkan Umma dan Siwon Hyung sendirian seperti ini?"
Minho membuka pembicaraan dengan ayahnya setelah sekian lama masing-masing dari mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.
Kangin terdiam menatap jalanan di depannya sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan putra bungsunya.
"Siwon sudah berubah, Minho. Appa percaya padanya." sahut Kangin sambil tersenyum. "Umma-mu akan baik-baik saja."
Minho bergumam tak puas. Namja muda berwajah tampan itu menghela nafas. "Bagaimana jika Siwon Hyung jadi teringat dengan―"
"Tidak akan, Minho." sela Kangin cepat.
Minho menyandarkan tubuhnya ke jok kursi di belakangnya. Pikirannya tiba-tiba tidak tenang. Satu hal yang berkelebat di pikirannya.
Trauma Siwon Hyung-nya dengan ibu kandung mereka.
"Appa, bagaimana dengan namja brengsek yang mencoba mencelakai Siwon Hyung tempo hari?" tanya Minho lagi. "Bagaimana jika dia―"
"Cukup, Choi Minho!" seru Kangin tegas. Putra bungsunya itu langsung terdiam. "Sekarang kau fokus dengan tes beasiswamu saja. Jangan pikirkan hal lain. Kau tidak boleh gagal nanti."
Minho hanya mengangkat bahu sambil bersedekap. Ia harus menuruti apa kata Ayahnya.
Sementara Kangin hanya memandang jalanan di sampingnya seraya memijat keningnya yang pusing. Semua sudah baik-baik saja, ia berkata pada dirinya sendiri.
"Appa, aku hanya tidak mau Umma terluka lagi."
Kangin menoleh ke arah Minho. Putra bungsunya itu juga menatap jalanan di sampingnya dengan tatapan kosong. Kangin menghela nafas lalu menepuk bahu Minho.
"Appa sudah memastikan semuanya akan baik-baik saja, Minho."
.
.
"Kalian semua bisa libur mulai hari ini dan bisa pulang ke rumah masing-masing sampai 3 hari kedepan." ucap Siwon lagi, masih tidak mengalihkan pandangannya dari mata Kyuhyun. Namja tampan itu menyeringai menatap wajah Kyuhyun yang memucat.
"Terima kasih banyak, Tuan Muda."
Siwon tersenyum miring mendengar jawaban koor dari barisan pelayan di depannya. Kyuhyun mundur satu langkah dari tempatnya berdiri. Sekujur tubuhnya merinding melihat kilat menyeramkan di mata Siwon.
"Mianhamnida, Tuan Muda." Dialah pelayan muda Kim Ryeowook. Terlihat mengacungkan tangannya takut-takut diantara barisan. "Bagaimana dengan Nyonya besar yang masih belum pulih? Siapa yang akan merawatnya jika kami semua libur?"
"Aku yang akan merawatnya." jawab Siwon singkat, aura disekitarnya menggelap. Ryeowook menciut di tempatnya. "Sekarang bubar."
Setelah membungkuk penuh kepada Nyonya besar dan Tuan muda mereka, para pelayan bubar. Meninggalkan Siwon dan Kyuhyun yang berdiri di tempat masing-masing. Siwon turun satu langkah dari anak tangga terakhir yang dipijaknya. Kedua telapak tangannya bersemayam di dalam saku celananya. Namja tampan itu tersenyum miring di tempatnya. Matanya masih tidak lepas dari iris coklat karamel jauh di depannya.
"Ada yang kau butuhkan sekarang―" tanya Siwon dengan muka yang dibuat khawatir "―Nyonya besar?"
Kyuhyun menelan ludah gugup. Namja manis itu menghela nafas panjang. Berusaha terlihat tegar di tempatnya. Ia harus belajar menghadapi Siwon mulai dari sekarang. Mau tidak mau.
"Apa yang kau rencanakan, Siwon?" tanya Kyuhyun pada akhirnya. Ia berani menatap Siwon tepat di matanya.
Siwon maju beberapa langkah besar. Membuat Kyuhyun mundur sedikit demi sedikit dari tempatnya.
"Seharusnya aku yang harus menanyakan pertanyaan itu kepadamu, Cho Kyuhyun." sahut Siwon yang kini hanya berjarak beberapa langkah dari tempat Kyuhyun berdiri. "Dan akan aku pastikan aku akan mendapatkannya dalam waktu 3 hari ini."
Sret
Kyuhyun terkejut saat tangannya ditarik oleh Siwon secara tiba-tiba hingga memasuki ruang tengah besar mansion itu.
Brak
Suara pintu yang ditutup dibelakang tubuhnya terdengar sangat keras dan menggema di ruangan kosong itu.
Kyuhyun semakin gemetar saat Siwon berjalan cepat kearah jendela-jendela besar mansion mewahnya dan menutup semua tirai-tirainya hingga ruangan yang tadinya terang, kini temaram seperti menjelang malam.
"S-siwon―"
"Bagaimana? Kau suka?"
Siwon berjalan santai kearah Kyuhyun yang menatapnya takut. Seringaian senantiasa menghiasi wajah tampannya. Kyuhyun hanya bisa mundur dan memastikan jaraknya tidak terlalu dekat dengan putra tirinya itu.
Bruk
Kyuhyun memejamkan matanya saat punggungnya menabrak pintu utama di belakangnya. Ini sudah sampai batasnya. Ia tidak bisa mundur lagi sementara Siwon semakin mendekat padanya.
"Ini yang kau inginkan, bukan?" tanya Siwon lagi. Jaraknya sudah mencapai beberapa langkah dari Kyuhyun. "Kau tidak ingin pergi dari keluargaku, kan? Maka aku mengabulkannya. Aku sudah menutup semua jalan keluarnya."
Kyuhyun memalingkan wajahnya saat Siwon sudah sampai didepannya. Sangat dekat, hingga wajah mereka hanya dipisahkan beberapa centi udara kosong.
"Semuanya terserah padamu. Jika kau ingin cahaya lagi, maka segera beritahu aku apa tujuanmu masuk ke dalam keluargaku." ucap Siwon sambil memerangkap tubuh Kyuhyun diantara pintu dan tubuhnya sendiri.
Kyuhyun menatapnya. Sinar mata besarnya benar-benar redup. Namja manis itu mulai lelah dan kepalanya pusing.
"Aku tidak akan mengulang jawaban yang sama berulang kali, Siwon."
"OKE! BAIKLAH, NYONYA CHOI!"
Kyuhyun berjingkat di tempatnya saat Siwon berseru dengan begitu keras. Suara beratnya menggema di seluruh ruang besar itu. Sepertinya putra sulung Kangin itu sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Karena kau bersikeras, maka aku akan kembali ke skenario awal."
Kyuhyun menatap Siwon yang mondar-mandir di depannya. Sebisa mungkin tidak menunjukkan rasa takut yang kentara.
"Aku akan jujur kepada Appa, bahwa aku sudah tidur dengan istri barunya bahkan sebelum dia menyentuhnya."
Siwon bisa menangkap perubahan mimik wajah Kyuhyun setelahnya. Senyum miring menghiasi wajah tampannya. Ia merasa puas melihat ekspresi wajah khawatir Kyuhyun.
"Bagaimana, Cho Kyuhyun-sshi?"
"Bukankah kita sudah sepakat tentang hal ini, Siwon." ucap Kyuhyun pada akhirnya. Suaranya bergetar. "Bahwa kita akan melupakan kecelakaan itu, aku rela melakukan apapun. Kumohon."
Satu tetes air mata berhasil lolos dari iris karamel besar milik Kyuhyun. Hati Siwon mencelos.
Ada sesuatu yang menyakitkan saat melihat mata itu berarir mata. Jauh di dalam hatinya.
Siwon menghela nafas keras di tempatnya. Mencoba menghapus rasa sedih tak bermakna yang ia rasakan.
"Kau lemah, Cho Kyuhyun." ucap Siwon, kali ini membelakangi Kyuhyun. Tidak sanggup melihat air matanya. "Kau hanya bisa menangis dan menangis untuk memohon."
"Iya. Aku memang lemah, Siwon." sahut Kyuhyun. Air matanya jatuh lagi. "Karena hanya ini yang bisa aku lakukan. Bagaimana lagi aku harus memohon padamu. Tidak ada tujuan lain bagiku selain menjadi pelengkap bagi kebahagiaan keluarga Choi. Bagi kebahagiaanmu, Siwon."
Cukup.
Siwon tidak tahan mendengar kata-kata itu. Namja tampan itu menggenggam tangan pucat Kyuhyun dan menariknya bersamanya. Menghiraukan erangan dan rontaan Kyuhyun. Mereka bergerak cepat menyusuri ruang utama dan melalui tangga dengan langkah lebar.
"Siwon―sakit."
Kyuhyun mendesis merasakan pergelangan tangannya yang terasa kebas. Genggaman Siwon terlalu kuat. Sementara Siwon, namja itu hanya terus melangkah menuju satu tempat yang sejak tadi terlintas dipikirannya.
Ceklek
Brak!
Kyuhyun tersungkur saat Siwon melempar tubuhnya―keatas ranjang. Matanya masih terlalu berkunang-kunang untuk bisa menyadari bahwa ini adalah kamarnya sendiri.
Sisa cedera di kepalanya masih sakit.
"Baiklah, sekarang aku tagih janjimu. Mulai sekarang kau harus menuruti semua perintahku."
Siwon membalik tubuh Kyuhyun hingga membuat tubuh ramping berisi itu terlentang menghadapnya. Kyuhyun menatapnya pasrah tanpa bisa berbuat apapun.
"Karena para pelayan sudah pergi, kini kaulah yang harus menggantikan mereka, paham?"
Lama Kyuhyun menatap mata sekelam malam di depannya. Hampir beberapa detik lamanya mereka saling menatap tanpa suara.
"Mengapa kau seperti ini, Siwon?" ucap Kyuhyun pada akhirnya. "Kau bukan orang seperti ini, aku yakin."
Siwon tersenyum lalu membelai dagu Kyuhyun dibawahnya. "Mengapa kau mengeluh? Kau rela melakukan apapun demi terus berada di keluargaku, kan?"
Siwon bangkit. Lalu berjalan menuju kursi besar di depan ranjang king-sized itu. Duduk disana dengan kaki menyilang. Senyum miring tidak hilang dari wajahnya.
Kyuhyun bangun dari posisi terlentangnya. Menatap putra tiri sulungnya itu dengan bingung. Ia pikir Siwon akan melakukan sesuatu padanya.
"Coba tunjukkan padaku bahwa kau bersedia melakukan APAPUN."
Kyuhyun menatap Siwon tidak mengerti.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Tunjukkan padaku caramu menggoda Ayahku saat malam pertama kalian."
Kyuhyun membelalakkan matanya mendengar ucapan Siwon. Namja manis itu mencengkeram seprai ranjang dibawahnya.
"Kenapa? Tidak mau?" ucap Siwon dengan seringainya. "Kau pembual, Cho Kyuhyun. Kau bilang akan melakukan apapun tapi ternyata hanya omong kosong."
Kyuhyun bangkit dari posisi duduknya. Menatap mata Siwon lekat-lekat seraya mulai membuka kancing sweaternya satu per satu. Siwon terlihat terkejut di tempatnya melihat bagaimana Kyuhyun melempar sweater putih itu ke lantai dan melanjutkan membuka kancing kemeja putihnya. Menampilkan kulit dada seputih susu miliknya yang selalu membuat Siwon gelap mata.
"Aku akan melakukan apapun, Siwon. Apapun."
.
.
Ruangan besar sebuah apartemen mewah itu tadinya gelap. Namun baru saja, penerangan disana dinyalakan, barulah terlihat betapa besar dan mewahnya perabot dan segala isinya. Khas sekali bahwa benda-benda disana berharga tidak murah.
"Ah jinjja, sangat menyebalkan keluar saat terik hanya untuk ke kantor polisi dan membebaskan namja ceroboh dan tidak becus seperti dirimu!"
Itu adalah sebuah bentuk gerutuan yang diucapkan dengan nada kesal oleh sesosok namja yang terlihat menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk dan lembut―juga mahal―miliknya. Namja yang lain―yang bertubuh lebih tinggi―terlihat mengusap tengkuknya salah tingkah. Namja tinggi itu terlihat menyusul duduk tepat di depan namja pertama.
"Tidak becus, huh?" sahut namja tinggi tadi sambil tersenyum miring. "Coba tebak siapa yang tertawa puas melihat Choi corp. genting dan diberitakan semua media, huh?"
"Ya! Tutup mulutmu, brengsek. Kau pikir butuh sedikit uang untuk menyuap para polisi itu supaya bisa membebaskanmu?" ucap namja pertama sambil menata poni rambutnya. "Untung saja topeng dan penyamaranmu sempurna. Bagaimana jika mereka tahu wajahmu yang sebenarnya?! Bagaimana jika Tuan Choi tahu bahwa kau bebas, hah? Kau akan diburu seumur hidupmu."
Namja tinggi itu tersenyum miring lagi. Sepertinya ekspresi itu sangat cocok di wajahnya yang―bisa dikatakan―tampan. "Tidak biasanya kau memanggilnya 'Tuan Choi', mana panggilan sayangmu seperti 'Yeobo' atau 'suamiku'?"
Tercipta keheningan diantara mereka berdua. Namja pertama yang sejak tadi memainkan poni rambutnya itu bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendekat ke tempat duduk namja tinggi di depannya, menyeringai, lalu duduk di pangkuan namja tinggi itu dengan gaya menggoda.
"Dia hanya mantan suamiku~" bisik namja pertama sambil memainkan kancing kemeja namja tinggi di depannya. "Sekarang kaulah 'yeobo'ku~"
Namja tinggi itu hanya menatap namja di depannya yang masih duduk di pangkuannya dan membelai wajahnya. Mengagumi wajah 'cantik' itu sebentar lalu tertawa―miris.
"Tapi kita belum menikah. Aku hanya simpananmu, ingat? Kau tidak boleh memanggilku 'yeobo', sayang."
"Kita akan menikah setelah aku menghancurkan keluarga Choi dan anak haram itu."
Ada sesuatu yang mengerikan di mata namja berparas cantik itu saat mengucapkan kalimatnya. Seringaian terukir di bibir tipisnya.
"Ah menyebalkan! Mengapa pot bunga itu tidak mengenai anak haram itu?! Aissh! Kau tidak becus, Mimi-ah!"
Namja tinggi yang dipanggil 'Mimi' itu tersenyum sambil mengarahkan dagu namja cantik di depannya agar menatapnya.
"Setidaknya aku mengenai sasaran yang lain. Dan kau tahu? Kurasa istri baru mantan suamimu itu terlihat lebih cantik darimu, sayang." ada perubahan ekspresi di wajah cantik namja di pangkuannya. "Masih sangat muda. Kulitnya lebih putih darimu dan matanya sangat indah~"
"YAH! JANGAN BILANG KAU SUKA PADANYA! KUBUNUH KAU, ZHOU MI-YA!"
Zhoumi―namja tinggi tadi, terlihat tersenyum geli melihat wajah kesal namja di depannya. Sangat lucu dan menggemaskan, batinnya. Dikecupnya bibir merah yang sedang manyun itu dengan sedikit paksa. Menghasilkan erangan tertahan namja yang masih duduk di pangkuannya itu saat lidahnya menerobos masuk menjelajah isi mulut itu.
Mereka bernafas terengah saat ciuman itu terputus. Meninggalkan benang saliva yang menghubungkan dua bibir basah mereka.
"Tapi tetap saja bibir Kim Heechul yang paling nikmat."
Kim Heechul―namja cantik tadi hanya bisa berdecak di tempatnya dengan wajah merona. Namja tinggi tampan yang merupakan kekasihnya itu selalu saja bisa meredakan amarahnya.
"Aku akan melupakan anak haram itu sebentar dan akan memberikan hadiah selamat datang kepada Nyonya Choi yang baru."
Zhoumi hanya terdiam melihat ekspresi mengerikan kekasihnya. Kim Heechul memang seperti ini sejak dulu. Semua permintaannya haruslah terpenuhi. Seperti seorang ratu yang kejam. Menghalalkan segala cara untuk kepuasan dan dendamnya. Zhoumi memilih tidak peduli dan kembali melumat bibir sintal di depannya dengan bergairah. Biarlah waktu yang akan membuatnya paham bagaimana jalan pikiran Kim Heechul―kekasihnya―dan juga mantan istri Choi Youngwoon yang agung.
.
.
"Keep going."
Siwon menyeringai melihat pemandangan di depannya. Ibu tirinya itu sudah akan membuka kancing terakhir kemeja putihnya. Dadanya yang seputih susu terekspos sudah. Hampir membuat air liur Siwon menetes dibuatnya. Siwon sama sekali tidak menyangka bahwa Kyuhyun nekat melakukan hal ini.
"Kau sungguh memiliki bakat seorang pelacur, Umma~"
Kyuhyun memejamkan matanya mendengar kalimat itu. Air matanya mengalir lagi. Harga dirinya seakan terinjak-injak tak berbentuk. Namun memikirkan apa tujuannya melakukan semua ini, ia rela. Jemarinya luar biasa gemetar membuka kancing kemeja terakhirnya. Saat semua kancing kemeja itu sepenuhnya terbuka, Kyuhyun melepas kemejanya dan menjatuhkannya ke lantai menyusul sweaternya. Kini bagian atas tubuhnya sudah tidak terbungkus sehelai kain pun.
Siwon semakin turned on melihat tubuh putih tak bernoda itu 'tersaji' di depannya. Lihat saja puting merah muda pucat yang mencuat itu. Ingin sekali rasanya Siwon menerkam mangsa di depannya―jika saja ia tidak punya kemampuan luar biasa untuk menyembunyikan dan menahan ekspresi wajahnya.
"Hanya ini? Inikah caramu menggoda ayahku saat itu?" tanya Siwon sambil membuat ekspresi kecewa.
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdetak sangat kencang setiap kali ia berhadapan dengan putra tiri sulungnya ini. Andai saja Siwon tahu yang sebenarnya terjadi di malam saat Kangin dan dirinya melakukan malam pertama. Andai saja Siwon tahu bahwa saat itu Kangin tiba-tiba membangunkannya di tengah tidurnya dan langsung mencumbunya kasar lalu menelanjanginya dan menggagahinya secara sepihak.
Andai saja Siwon tahu betapa sakitnya saat itu. Sakit di tubuh dan hatinya.
Kyuhyun mengusap air matanya kasar. Lalu menatap mata Siwon dengan lebih berani. Semua ini harus ia lakukan. Semuanya tidak bisa berakhir begitu saja. Ia harus tetap berada di keluarga ini bagaimanapun caranya.
"Ck ck ck. Hanya ini yang kau lakukan, Cho Kyuhyun? Kau benar-benar―"
Cup
Ucapan Siwon seketika terputus saat bibirnya dikunci oleh ciuman Kyuhyun. Siwon membelalakkan matanya, masih mencerna saat tadi tiba-tiba Kyuhyun berjalan cepat ke arahnya dan secepat kilat duduk di pangkuannya lalu mencium bibirnya. Walau ciumannya terkesan kaku, namun Siwon sama sekali tidak menyangka akan ada tindakan ini dari seorang Cho Kyuhyun.
Kyuhyun menarik wajahnya mundur dengan nafas terengah saat ia memutuskan untuk mematahkan ciuman kakunya beberapa detik kemudian.
Siwon menatapnya masih sambil menyeringai. Namja tampan itu menjilat bibirnya sendiri.
"I-itu yang kulaku-kan. Kau puas, Siwon?" ucap Kyuhyun gemetar. Ia sudah akan bangkit dari pangkuan putra tirinya itu saat Siwon menahan pinggangnya dan mulai melumat bibirnya lagi―lebih kasar.
Kyuhyun mencengkeram kemeja di dada Siwon erat-erat agar putra tirinya itu bisa menghentikan ciumannya. Namun tentu saja hasilnya nihil. Tenaganya sangat tidak sebanding dengan Siwon.
Plop
"Hah hah hah..."
"Lalu ayahku akan membalas ciumanmu seperti itu, kan?" tanya Siwon sambil menekan dagu Kyuhyun. Menelusupkan ibu jarinya masuk ke dalam mulut hangat dan lembut milik ibu tiri mudanya.
"Siwomph―uhuk!" Kyuhyun tersedak saat lidahnya ditekan oleh ibu jari Siwon. Namja manis itu berusaha bangkit dari pangkuan Siwon namun gagal karena Siwon menahan pinggangnya.
"Sekarang lakukan tugasmu untuk menjadi budak seks-ku, nae sarangeun Umma."
Siwon melepaskan wajah Kyuhyun dan membuat Kyuhyun terengah-engah. Namja manis berpadu cantik itu masih terbatuk-batuk karena ulah Siwon.
"Ini adalah perintah." bisik Siwon sambil membelai dan mengusap air mata Kyuhyun yang mengalir deras. "Puaskan putramu, Umma."
Kyuhyun mengusap bibirnya yang basah lalu menatap mata Siwon di depannya. Badannya menggigil menahan dinginnya udara kamar Siwon yang menerpa bagian atas tubuhnya yang telanjang.
"Lakukan!"
Kyuhyun berjingkat. Walau ia sama sekali tidak punya ide akan apa yang ia lakukan untuk 'memuaskan' anak tirinya ini, instingnya menuntunnya untuk menggerakkan kedua tangannya yang gemetar luar biasa untuk membuka kancing teratas kemeja hitam yang dikenakan Siwon. Melepas kancing-kancing itu satu per satu hingga menampilkan dada bidang milik Choi Siwon yang terasa sangat keras di telapak tangannya.
Siwon hanya menyeringai menatap wajah takut namja manis di depannya. Ia bisa merasakan jemari lentik itu gemetar hingga suara detak jantung Kyuhyun yang terdengar hingga ke pendengarannya.
Tapi Siwon juga tidak memungkiri, bahwa jantungnya, juga berdebar luar biasa―entah karena apa.
Kyuhyun tidak berani menatap mata Siwon saat semua kancing kemeja di depannya sudah terbuka sepenuhnya.
"Kenapa kau berhenti?" Siwon gemas dengan sikap diam ibu tiri mudanya itu. Namja tampan itu mengangkat wajah Kyuhyun hingga kedua iris coklat karamel itu menatapnya. Kesalahan. Karena saat Siwon menatapnya, kedua mata indah itu menganak sungai. Mengalirkan butiran bening yang berjatuhan di pipi putih pucatnya. "Lakukan perintahku, Cho Kyuhyun."
Kyuhyun tersedu di tempatnya. Bahunya bergetar. Namja manis itu merasa sangat terhina dan tidak berharga diri.
Siwon menghela nafas keras lalu berdiri dari posisi duduknya, yang otomatis membuat Kyuhyun berjingkat dan bangkit juga dari pangkuannya.
Grep
Siwon menarik lengan Kyuhyun lalu membawanya ke arah ranjang. Mendorong tubuh Kyuhyun kesana dengan sedikit keras.
"Jangan harap aku kasihan dengan air matamu lagi, Cho Kyuhyun. Jika kau tidak tahu cara memuaskan seseorang, aku akan menunjukkannya padamu."
Kyuhyun sudah akan mundur dari tempatnya jika saja Siwon tidak menahan kedua lengannya dengan kuat. Namja tampan itu membuka kemejanya yang sudah setengah terbuka, menampilkan tubuh bagian atasnya yang terukir sempurna. Kyuhyun menggeleng di tempatnya saat Siwon mulai membuka satu per satu pakaiannya hingga tubuhnya lolos dari semua pakaiannya. kejantanannya yang sudah setengah bangun terlihat mengerikan di bawah perut six pack miliknya yang tercetak sempurna.
"Siwon―"
"KUBILANG DIAM DAN LAKUKAN PERINTAHKU, PELACUR!"
Tidak ada waktu bagi Kyuhyun untuk menghindar saat Siwon menangkap sisi wajahnya dan membenamkan kejantanan besarnya di mulutnya yang hanya bisa menampung ujungnya saja.
"Suck it, Bitch!" desis Siwon saat Kyuhyun hanya merespon kejantanannya dengan terbatuk-batuk. Namja tampan itu mendorong sisa ereksinya semakin masuk ke dalam mulut mungil Kyuhyun. Merasakan kenikmatan luar biasa saat dinding bagian dalam mulut Kyuhyun yang lembut menggesek vitalnya.
"Uhm―uhuk!"
Kyuhyun kesulitan bernafas saat Siwon memajumundurkan kejantanannya yang mulai ereksi sempurna. Benda tumpul dan keras itu masuk hingga ke pangkal tenggorokannya dan membuatnya tersedak. Namja manis itu mencoba menggerakkan kedua lengannya yang ditahan Siwon. Berharap namja diatasnya itu sadar bahwa ia sangat tersiksa dan kesadarannya mulai memudar saat rasa pusing di kepalanya mulai menyerang lagi.
Melihat Kyuhyun mulai melemah di tempatnya, Siwon segera mengeluarkan kejantanannya dari mulut Kyuhyun. Menghasilkan desahan dan tarikan nafas terengah ibu mudanya. Air liur berebut mengalir di sudut bibir merah Kyuhyun saat ia dengan sulitnya menghirup oksigen melalui mulutnya.
"Hah... Hah... Hah..."
Siwon tidak membuang waktu. Namja tampan itu tidak tahan melihat ekspresi wajah terengah Kyuhyun yang menurutnya terlihat begitu menggoda. Namja tampan itu segera mencumbu bagian leher dan dada Kyuhyun yang tersaji bebas di depannya. Menjilat dan mencium kulit porselen itu tanpa berniat meninggalkan bekas.
Kyuhyun hanya mengerang sebisanya saat bibir Siwon sampai di bagian perutnya yang rata. Turun dan turun hingga mencapai pangkal pinggangnya yang masih tertutup celana.
"Siwonh, k-kumohonh janganhh hah.. hah..." ucap Kyuhyun disela-sela nafasnya yang masih terengah.
Siwon memghentikan kegiatannya.
"Kita tidak seharusnya melakukan hal ini." ucap Kyuhyun sambil tersedu. "Seorang anak tidak boleh melakukan hal seperti ini kepada ibunya, Siwon."
Siwon menunduk dan mengarahkan wajah Kyuhyun dengan salah satu tangannya, sementara tangannya yang lain mulai menanggalkan celana Kyuhyun dengan sekali sentak dan melemparnya entah kemana.
"Aku tidak pernah punya seseorang bergelar 'ibu' dalam hidupku dan tidak akan ada orang yang akan menjadi 'ibu' bagiku."
Kyuhyun memejamkan matanya saat Siwon membalik tubuhnya yang sudah tidak tertutup sehelai benang pun hingga tengkurap. Melebarkan belahan kakinya dan melesakkan ereksi sempurnanya ke dalam lubang belakangnya tanpa persiapan.
"Akh!"
.
.
Prang!
Gelas itu pecah berkeping-keping saat tiba di atas lantai yang keras. Pecahan kacanya tersebar kemana-mana.
"Changmin Hyung, apa yang terjadi?"
Shim Changmin hanya terdiam menatap pecahan kaca di sekitar kakinya.
"Hyung, gwaenchanayo?"
Changmin tersenyum menatap salah satu anak asuh di pantinya yang menatapnya khawatir.
"Tadi gelasnya basah dan tergelincir." sahut Changmin masih sambil tersenyum. "Gwaenchana~"
"Hyung, tadi ada telepon untukmu. Ponselmu tidak berhenti berdering. Sepertinya penting." ucap anak itu sambil menyodorkan ponsel milik Changmin.
Setelah menyuruh beberapa petugas kebersihan untuk membersihkan gelasnya, Changmin bergegas menuju tempat yang lumayan sepi dengan perasaan kalang kabut. Entah mengapa perasaan sangat tidak enak.
Dan ia terkejut melihat lumayan banyak panggilanbtak terjawab dan pesan disana.
Dari Pelayan Kim Ryeowook.
Bukannya Changmin adalah orang bodoh yang dengan mudahnya melepaskan sahabatnya sendiri ke kandang para harimau―atau yang sekarang kita kenal sebagai kediaman keluarga Choi―seorang diri. Untung saja Changmin berhasil mendapatkan semacam orang dalam yang bersedia secara sukarela untuk membantunya memantau kondisi sahabatnya.
From: Pelayan Kim
Message: Changmin-sshi, hari ini Tuan besar dan Tuan muda Minho pergi ke Inggris selama 3 hari untuk mengurus sekolah Tuan muda disana. Para pelayan diliburkan secara tiba-tiba oleh Tuan muda Siwon selama 3 hari pula. Hanya tersisa Nyonya besar dan Tuan muda Siwon di rumah ini. Aku merasa khawatir dengan hal ini.
Changmin tercengang melihat pesan singkat itu. Di pikirannya berkelebat prasangka-prasangka buruk.
"Choi Siwon, apa yang kau rencanakan."
.
.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki itu menggema di koridor besar itu. Langkahnya pelan dan terlihat ragu. Saat langkah kaki itu tiba di depan pintu putih besar yang merupakan kamar utama di mansion Choi ini.
Kamar Tuan dan Nyonya besar.
Dialah Kim Ryeowook. Pelayan muda keluarga Choi. Sedang menghela nafas di depan pintu besar itu. Merasa aneh bahwa ia tidak mengenakan seragam pelayan disana. Bukannya apa. Ini karena ia akan libur dan pulang ke rumahnya di Incheon sesuai perintah Tuan mudanya untuk mengambil libur selama 3 hari.
Namun ada hal yang membuat langkahnya berat untuk pergi walau hanya sedetik dari rumah besar ini.
Bagaimana dengan nyonya besarnya. Bagaimana jika Tuan mudanya melakukan hal itu lagi kepada Nyonya besarnya?
Ah! Sudahlah! Ryeowook berusaha berpikiran positif. Tidak akan terjadi apa-apa. Setelah menghela nafas lagi, Ryeowook memantapkan posisi berdirinya dan mengetuk pintu putih besar di depannya.
Tok
Tok
Tok
.
.
Siwon menghentikan gerakan mengeluar-masukkan kejantanannya ke dalam tubuh ibu mudanya saat mendengar suara pintu diketuk.
"Ehmmh~"
Kyuhyun tampak terkejut dan menahan erangan di tempatnya dengan tubuh penuh peluh hingga membuat punggung putih mulusnya yang tersaji jelas di depan mata Siwon terlihat mengkilap bak porselen.
Tok
Tok
Tok
"S-siapa?"
Kyuhyun menjawab dengan sisa suaranya yang serak karena terlalu banyak menangis dan merintih. Merintih karena menahan sakit selama lebih dari 20 menit Siwon menggagahinya dengan posisi tengkurap ini.
"Ini pelayan Kim, Nyonya besar. Bisakah saya masuk dan berbicara sebentar dengan anda?"
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Ryeowook di balik pintu. Bagaimana mungkin ia membiarkan pelayan itu melihat dirinya dan Siwon sedang melakukan hal ini.
Siwon menyeringai melihat wajah panik Kyuhyun. Namja tampan itu menarik perlahan kejantanannya yang besar dan panjang hingga tersisa kepalanya saja―mengundang erangan halus tertahan Kyuhyun―
"A-aku sedang istirahat, pelayan Kim." ucap Kyuhyun sambil mencengkeram seprai di bawahnya menahan perih. "Bisakah kau sampaikan nanti?"
"Apa anda baik-baik saja, Nyonya? Perlu saya panggilkan Dokter?"
"Tidak perlu―Akhhhmmpt!"
Siwon menyeringai mendengar pekikan tertahan Kyuhyun saat ia menghantamkan batang ereksinya ke dalam lubang Kyuhyun dalam sekali sentak.
Kyuhyun menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Saat Siwon mulai memompa lubangnya dengan kasar.
"Nyonya, anda baik-baik saja?! Ada yang bisa saya bantu?"
Kyuhyun bernafas berat sambil memejamkan matanya erat-erat saat gerakan kejantanan Siwon keluar masuk tubuhnya tidak bertambah lambat.
"Aku baik-baik s-saja. Bisakah kau tinggalkan aku sebentar, Pelayan Kim. Aku ingin istirahat."
Siwon meraih dagu Kyuhyun dan melumat bibir merah yang sejak tadi menahan desah dan erangan itu dengan ganas. Menjelajah isi mulut itu dengan lidahnya hingga saliva keduanya bercampur aduk dan meleleh keluar di sudut bibir masing-masing.
"Baik, Nyonya. Saya pamit pulang selama 3 hari. Jaga diri anda baik-baik." ucap Ryeowook pada akhirnya sebelum meninggalkan tempatnya. "Ah iya, ada paket dari panti asuhan untuk anda, Nyonya. Saya sudah meletakkannya di ruang tengah. Annyeonghaseyo."
Kyuhyun mencengkeram kain seprai di bawahnya untuk menahan erangannya. Saat dirasanya Pelayan Kim sudah pergi dari depan kamarnya, namja manis itu barulah bisa mengeluarkan suaranya.
"Kau senang akhirnya kita hanya berdua, Umma~?" tanya Siwon sambil menambah kecepatan tusukannya.
"Akh! S-siwon―c-cukuph―pleasehhh―ahh-ah!"
"Inilah yang akan kau dapatkan setiap saat selama 3 hari kedepan, Kyuhyun." ucap Siwon sambil terengah. Merasa klimaksnya sudah dekat. Namja tampan itu menambah tempo gerakannya. Menimbulkan suara dua kulit yang beradu memenuhi kamar luas itu.
"S-siwon tolong―sakit! Ahh! Sakit!"
"Kau bisa memilih antara kesakitan atau mengatakan tujuanmu sejujurnya."
Kyuhyun hanya bisa menangis dan menangis. Tubuhnya sudah kebas dan mati rasa. Dirinya hanya punya satu pilihan.
Pasrah.
Membiarkan Siwon memakai tubuh dan lubangnya hingga putra tirinya itu puas dan menuntaskan orgasmenya.
.
.
Saat itu sudah menjelang malam hari. Langit diluar tampak menggelap. Koridor dan segala sudut mansion keluarga Choi terlihat sepi. Tanpa adanya tanda-tanda aktifitas disana. Udara mulai mendingin seiring dengan bertambah gelapnya langit di luar.
Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang ringan dan mungkin―terseok. Itu adalah Kyuhyun. Yang berjalan tertatih di sepanjang koridor lantai dua dengan bertumpu pada dinding. Tubuhnya terlihat menggigil karena hanya dibalut bathrobe tidur yang menutupi tubuh polosnya. Peluh dan sisa-sisa kegiatannya dengan sang putra sulung masih menghiasi sekujur tubuhnya. Rambutnya terlihat masih berantakan dan air matanya tidak berhenti mengalir.
Dia sudah seperti budak seks yang sudah dipakai majikannya dan kini dibuang begitu saja dengan kondisi mengenaskan.
Namja manis itu menyeka air matanya dan mulai berjalan dengan lebih tegap menuju ruang tengah. Memikirkan ancaman Siwon, Kyuhyun tidak takut.
Karena tujuannya untuk bertahan lebih berharga dari apapun di dunia ini.
Wajah namja manis itu sedikit cerah melihat kotak berukuran sedang yang berada di atas meja ruang tengah. Berwarna biru muda dengan pita biru yang manis.
Dari panti asuhan. Kyuhyun bisa memaksakan sebuah senyuman di sela-sela sakitnya. Pasti benda-benda hasil karya anak-anak panti yang lucu atau sekelompok kartu ucapan yang ditulis anak-anak panti untuknya.
Menebaknya saja sudah membuat Kyuhyun tersenyum bahagia.
"Seperti dari kekasihmu. Kenapa tidak segera dibuka."
Ternyata itu Siwon. Kyuhyun hampir berjingkat di tempatnya melihat Siwon menuruni tangga dengan senyum miringnya. Namja tampan itu juga hanya menggunakan mantel tidur menutupi tubuh polosnya.
"Cepat buka." ucap Siwon lagi dengan penekanan.
Namja manis itu meraih kotak itu dan menemukan sebuah kertas yang dibungkus amplob berwarna senada. Sebuah kartu ucapan.
Untuk Ratu baru keluarga Choi yang terhormat.
Matamu sangat indah saat berair mata seperti itu.
Kyuhyun mengernyit membaca kata-kata itu. Siwon diam di sisi tangga sambil bersedekap. Tangan pucatnya bergerak cepat meraih dan membuka kotak di depannya.
Ingin mengetahui isi dari kotak itu yang ternyata adalah―
"AKH!"
Kyuhyun melemparkan kotak itu kelantai begitu melihat isinya. Namja manis itu menutup mulutnya sendiri dan mundur beberapa langkah.
Siwon terlihat terkejut melihat ekspresi Kyuhyun yang sangat ketakutan.
Di dalam kotak itu adalah―bangkai tikus yang masih segar dengan darah.
Siwon buru-buru menendang kotak itu menjauh dari Kyuhyun. Putra sulung keluarga Choi itu terlihat terkejut juga.
"Apa-apa'an ini?!"
Kyuhyun mulai mual melihatnya dan kepalanya pusing. Istri muda Choi Youngwoon itu mundur beberapa langkah dan―
KRINGGG!
KRINGG!
telepon itu berbunyi nyaring tepat di belakang tubuh Kyuhyun. Namja manis itu bergerak mengangkatnya.
"H-halo."
'Selamat malam, Nyonya Choi yang terhormat. Bagaimana? Kau suka hadiah indah dariku?'
Kyuhyun berbalik membelakangi Siwon. Namja manis itu memiliki perasaan tidak enak.
"Nuguya?" tanya Kyuhyun.
Siwon bergerak mendekat kearah ibu tirinya.
'Aku adalah orang yang pernah menyandang gelar Ratu keluarga Choi milikmu, Choi Kyuhyun.'
"Siapa itu?"
Kyuhyun buru-buru menutup telepon saat Siwon tiba di sampingnya.
"S-salah sambung."
Kyuhyun mengalihkan pandangannya menghindari mata Siwon. Kebiasaannya saat berbohong. Siwon menarik lengannya yang masih memegang telepon.
"Apa yang kau sembunyikan lagi, Cho Kyuhyun?" tanya Siwon tajam sambil mencengkeram lengan pucat Kyuhyun. "Siapa yang mengirim bangkai itu untukmu?!"
Kyuhyun diam. Yang harus ia lakukan memang harus diam. Dua hal yang ia tahu saat ini.
Kim Heechul sudah kembali.
Siwon―dan semua keluarga Choi―tidak boleh mengetahui hal ini.
Ia harus bergerak cepat.
.
.
To be cobtinued
.
.
Emerald0705