Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasufemNaru
Genre : Romance and Family
Rate : M
Warning : Typo, Alur Kecepatan, Cerita Pendek, Slow Update, OOC, Genderswitch, Tidak Sesuai EYD
~Umur~
Naruto : 26 tahun
Sasuke : 27 tahun
Kyuubi, Itachi, Shisui : 30 tahun
Yukimaru : 6 tahun
.
.
.
Don't like, Don't read
Hakim_AR Presented :
Angel Swing
Chapter 1 : On My Mind
Suara dengungan mobil sport hitam Sasuke terus menjamah suasana kota. Konoha memang terkenal dengan kotanya yang begitu sibuk. Hutan pencakar langit sangat mendominasi kota itu. Hampir di tiap sudut kota bangunan kokoh itu menjulang tinggi.
Sasuke melintasi begitu saja gedung yang berjejer. Gedung-gedung tersebut seolah mengejar laju kendaraan Sasuke. Pandangan matanya fokus menghadap depan. Ia mengendarai mobilnya dengan begitu tenang, padahal keadaan diluar begitu ramai dengan pejalan kaki yang menyeberang.
Mobilnya melaju kencang diatas aspal jalanan. Tak sedikit orang melemparkan tatapan kagum kearah mobil yang Sasuke kendarai. Pikirannya hanya satu, yaitu Yukimaru, keponakan nya. Sasuke ditugaskan oleh pamannya untuk menjemput keponakan nya dan mengajaknya bermain. Urusan mendadak yang harus melibatkan Shisui yang notabene adalah ayah Yukimaru dan kakak semata wayangnya sendiri, Uchiha Itachi.
Sasuke menancap pedal rem-nya cepat hingga menimbulkan suara decitan yang memilukan telinga. Hampir saja ia merenggut nyawa pejalan kaki yang tak berdosa. Sasuke berdecak sebal karena terlalu gegabah.
Ia harus menjemput Yukimaru, itu kata yang ia tekankan di lidahnya saat ini. Ia mesti menjemput gadis cilik itu di taman kanak-kanak yang jaraknya cukup jauh dari kediamannya.
Waktu sepertinya terus mencekik lehernya. Ia menyesal dengan perkataan nya saat hendak mengantar nya berangkat. Ia berjanji akan datang tepat waktu menjemputnya. Dan sekarang sepertinya waktu memang sudah menusuk pangkal tenggorokan nya. Ia tak bisa berucap sepatah kata pun saat Yukimaru sudah meluapkan kekecewaan nya.
Yukimaru paling tak suka dengan orang yang membuatnya kecewa tanpa alasan yang kurang masuk akal. Sasuke sempat berinisiatif untuk menerobos lampu merah. Tapi ia harus mengurungkan niatnya, ia tak mau jika harus melepaskan nyawa orang. Sampai ia harus terdakwa di pengadilan dan membuat Yukimaru kecewa.
Sasuke mencengkeram stir kemudi mobil erat. Ia hanya tinggal belok kiri dan berhenti di depan gerbang taman kanak-kanak.
Setelah lampu berubah hijau, Sasuke langsung menginjak pedal gas.
Sementara itu Yukimaru masih menunggu jemputan nya. Ia menunggu sambil bermain ayunan ditemani Naruto.
"Yukimaru, teman yang lain sudah pulang. Yukimaru yakin tidak mau ibu antar pulang?" Tawar Naruto halus sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Yukimaru. Yukimaru menggeleng, "Tidak mau,"
"Bu guru temani Yukimaru sebentar lagi. Nanti Yukimaru akan menunjukkan bu guru dengan tou-chan!" Pinta Yukimaru. Naruto hanya mengembangkan senyum di bibirnya, "Baiklah, kita tunggu sebentar lagi."
Selang beberapa detik, sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang. Yukimaru memandang mobil itu penasaran, demikian Naruto. Naruto menekuk dahinya bingung. Mobil yang keren pikirnya dalam hati.
Ternyata yang tak lain adalah Sasuke. Sasuke keluar dengan mengenakan kaus polo abu-abu dan di padankan dengan celana jeans.
"Jii-san!" Pekik Yukimaru gembira. Ia langsung turun dari ayunan dan berlari mendekati Sasuke. Sasuke langsung memeluk keponakan tersayang nya itu saat ia mendekatinya. Ia memeluk Yukimaru sambil menggendong nya.
Naruto pun beranjak berdiri dan tersenyum kecil kearah mereka berdua. "Pria yang tampan." Gumam nya kecil.
"Jii-san, tou-chan kemana?" Tanya Yukimaru sambil mendorong pelan dada Sasuke.
"Tou-san sedang ada urusan dengan Itachi jii-san." Jelas Sasuke sambil memeluk kembali Yukimaru. Yukimaru membalas pelukan nya dan ia baru tersadar sesuatu, "Bu guru sini!" Kata Yukimaru sambil melambaikan tangannya. Naruto yang tersadar dari lamunan nya segera mendekati Yukimaru yang masih berada dekapan Sasuke.
Sasuke menatap datar wanita berambut pirang tersebut. Rambutnya begitu indah saat terkena sinar matahari sore. Sasuke menyipitkan mata hitam nya.
"Jadi ini tou-san mu." Tebak Naruto saat sudah di hadapan mereka berdua. "Bukan," timpal Yukimaru sambil tersenyum kearah Naruto.
"Ini Sasuke jii-san!" Katanya sambil mengeratkan pelukan nya. Mereka berdua terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain. Sorot mata mereka berdua mengatakan ingin mengenal lebih jauh.
Yukimaru menatap Sasuke dan beralih ke Naruto. Yukimaru menarik tangan Sasuke untuk berjabat tangan dengan Naruto.
"Ayo kenalan!" Seru Yukimaru mengembalikan jiwa mereka yang melayang terlalu jauh.
"Eh," Naruto tersadar kembali, hanya sebuah kata yang kikuk keluar dari bibir kecilnya.
"U-Uzumaki Naruto!" Ujar Naruto sembari mengulurkan tangan kanannya. Yukimaru menatap kearah Sasuke penuh arti dan mengangguk kecil.
Sasuke pun membalas uluran tangan itu dengan berat hati, "Uchiha Sasuke." Katanya datar.
Halus. Sasuke tersadar, kalau tangan Naruto begitu halus. Tangan karamel Naruto meronta saat tangan Sasuke tak memberikan ruang untuk mengakhiri jabatan tangan.
"Ehem!" Naruto berdehem kecil. Sasuke mendapatkan kembali kesadarannya. Mungkin saat ini pipinya sudah dihiasi garis merah melintang di pipinya. Tapi, harga dirinya terlampau tinggi. Ia berhasil menutupi malunya dibelakang wajah tanpa ekspresinya tersebut.
Sementara itu, Yukimaru hanya tersenyum penuh arti kearah mereka berdua.
"Bu guru, bagaimana kalau ibu guru pulang dengan kami?" Tawar Yukimaru sambil menarik-narik pelan celana Naruto. Naruto menatap bocah bersurai hijau itu dengan alih terangkat serta senyum yang ia goreskan di bibirnya.
Naruto menyetarakan tubuhnya dengan Yukimaru. "Maaf ya, bu guru tak bisa ikut. Bu guru tak membuat Sasuke jii-san kerepotan." Tolak Naruto halus sambil mengelus rambut Yukimaru.
Yukimaru kini beralih menatap pemuda yang sedang menatapnya. "Sasuke jii-san." Cicit Yukimaru dengan wajah memelas. Sasuke menatap Naruto yang masih setengah jongkok. Tanpa sadar Sasuke tersenyum yang hanya dilihat Yukimaru.
"Baiklah." Suara beratnya seolah membangunkan jiwa Yukimaru. Yukimaru memekik gembira sembari melompat-lompat kecil.
Naruto beranjak berdiri dan tersenyum sumringah. "Maaf, tapi Uchiha-san tak perlu repot-repot sampai mengantarkan ku sampai-" belum selesai Naruto berbicara, Sasuke menyela perkataan nya.
"Tidak apa-apa. Lagipula ini agar Yukimaru senang." Potong Sasuke sambil bersidekap tangan. Naruto sedikit melirik Yukimaru yang tersenyum lebar sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada.
"Tapi, bukan begitu maksud saya. Rumah kita belum tentu searah." Naruto masih bersikukuh dengan pendapat nya. Peperangan batin mulai beradu di sudut terdalam hatinya. Di satu sisi ia tak mau merepotkan orang yang baru ia kenal. Dan di lain pihak, ia tak ingin membuat murid kesayangannya ini kecewa.
Naruto sudah menganggap Yukimaru sebagai anaknya sendiri. Bukan berarti ia memberikan perlakuan istimewa saat sedang kegiatan belajar mengajar. Ia sangat begitu mengerti keadaan Naruto saat sedang dilanda gundah gulana. Ia selalu membantu Naruto mencari jalan keluar dikala sedih. Meskipun terkadang usulan nya sedikit melenceng dari topik, tapi setidaknya tingkahnya selalu bisa meredam luka yang membekas di hati Naruto.
"Memangnya rumah bu guru dimana?" Yukimaru menatap mata Naruto begitu lekat, seolah mengharapkan kalau rumahnya masih satu arah dengannya. Karena dengan begitu dia bisa pulang bersama-sama.
Naruto terkekeh pelan dan berpose sedang berpikir, "Rumahku... di sebelah toko bunga Uzumaki." Ujar Naruto. Perlahan sinar gembira di wajah Yukimaru meredup, bahunya terlihat melemas. "Jadi, bu guru tak bisa pulang dengan ku." Kata Yukimaru setengah berbisik. Matanya menatap sedih kebawah sambil menendang pelan kerikil yang berada di dekatnya.
"Gomen, Yukimaru!" Hibur Naruto dengan nada bersalah tapi senyuman miliknya masih tersungging.
Bola mata Sasuke menyorot penuh keakraban mereka berdua. Dan lagi-lagi ia tersenyum di wajah tampan nya. Entah hal apa yang membuat pria berusia kepala dua ini tersenyum, yang pasti hanya dia dan tuhan-lah yang mengetahui jawabannya.
"Tapi kalau kau mau, aku bisa mengantar mu pulang." Tawar Sasuke sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
"Tidak usah, lagipula aku masih harus menyiapkan untuk persiapan besok." Jelas Naruto seraya mengibaskan kedua tangannya.
"Persiapan?" Tanya Sasuke mengernyit bingung. Dia harap persiapan yang Naruto maksud bukanlah persiapan untuk pindah rumah. Kekosongan hatinya baru saja di lengkapi olehnya. Ia tak mau dia pergi begitu cepat, tidak akan.
"Ya, besok Yukimaru dan teman sekelas nya akan mengisi acara pensi." Sahut Naruto dengan tangan terkepal erat di depan dada.
"Sasuke jii-san ikut menonton juga ya." Pinta Yukimaru menambahkan.
"Hn." Yukimaru memekik gembira sambil melompat-lompat kecil. Tubuh mungilnya menari tarian yang Naruto ajarkan untuk pentas nanti. Naruto yang ikut melihatnya juga tersenyum dibuatnya.
Dan untuk hari ini sepertinya Sasuke harus melepaskan topeng yang senantiasa selalu membatasi ekspresi wajahnya. Darah Uchiha sudah mendarah daging di tubuhnya. Orang yang masih tergolong Uchiha maupun Uchiha asli selalu memiliki sifat yang mendasar. Sifat tenang dan datar adalah prinsip nya. Keluarga Uchiha memang menjunjung tinggi harga dirinya. Maka dari itu, tak sedikit orang sukses yang tersebar di daratan Jepang masih ada hubungannya dengan Uchiha. Karena kebijaksanaan-nya lah yang dapat mendatangkan untung berganda.
"Jii-san, ayo pulang!" Sasuke tersadar dari lamunan nya. Dia menatap Naruto sekilas dengan pandangan datar.
"Apa kau yakin tak mau pulang bersama kami?" Tawar Sasuke lagi yang sepertinya mengharapkan Naruto ikut serta menemaninya saat berkendara.
"Maaf Uchiha-san saya tidak bisa." Naruto masih pada pendapat awalnya. Ia menolaknya dengan halus dan sopan.
"Memangnya kau nanti dijemput?" Sasuke sepertinya sudah kehilangan batas kewajaran nya. Ia menjadi lebih cerewet saat ini.
"Aku... dijemput." Jawab Naruto berbisik. Suara bisikan nya hampir tak tertangkap daun telinga Sasuke. Sasuke bisa menduga kalau Naruto menutupi sesuatu. Naruto menjawab kikuk karena Sasuke menatapnya lurus. "Kekasih?"
"Bukan, tapi orang tuaku." Ralat Naruto.
"Bu guru! Bukannya bu guru pernah bilang kalau bu guru tak pernah mau dijemput orang tua. Bu guru bilang tidak mau merepotkan orang tua bu guru." Serang Yukimaru yang memulai memanas-manasi. Bocah enam tahun ini memang pandai berbicara, Naruto cukup membenci fakta tersebut.
"Hontou?" Sasuke menaikkan alisnya sebelah. Mata hitam nya menatap lekat iris Naruto. Bola matanya seperti batu safir, puji nya dalam hati. Naruto menggaruk pipinya yang tak gatal. Ia merasa kikuk jika Sasuke terus memandang nya seperti itu. Ia melirik asal, ia tak menginginkan interaksi mata.
"Kau masih yakin?" Sasuke sepertinya tak lelah memberikan badai pertanyaan. "Hari sudah sore." Tambahnya memperingatkan Naruto.
Naruto melihat jam tangan berwarna Prussian Blue yang melekat di pergelangan tangan nya. Entah kenapa ia merasa terpojok karena ulahnya sendiri.
Ia menatap sedikit Yukimaru yang sepertinya lebih merasa tenang. Tapi entah kenapa, Sasuke seperti menekan nya kencang agar pulang bersamanya.
.
.
.
Saat ini Naruto sudah duduk berada disamping kursi kemudi Sasuke. Entah hal apa yang meluluhkan hati Naruto untuk menerima tawaran Sasuke. Ralat, tepatnya paksaan. Naruto mendesah pelan menatap keluar jendela. Ia berusaha mengulang kembali hal apa yang membuat keputusannya menjadi goyah.
Ia melirik Sasuke yang sedang mengemudi dengan pandangan yang begitu fokus. Naruto tak menyadari kalau pipinya terasa memanas hanya menatap Sasuke. Naruto menyandarkan punggungnya pada badan kursi tersebut.
"Mmh~" pergerakan Naruto sepertinya membuat Yukimaru mengeluarkan erangan kecil. Belum sampai lima menit mereka berangkat, Yukimaru sudah terlelap di pangkuan Naruto. Bukan karena keinginan Yukimaru untuk di pangku Naruto, salahkan saja Sasuke yang harus membeli mobil mahal yang cuma ada dua kursi penumpang. Tak elak, Naruto sedikit jengah karena Yukimaru yang beringsut dari tidurnya. Gerakan Naruto menjadi begitu minim karena ia tak mau membuat Yukimaru terjaga karena nya.
Garis semburat sepertinya terlihat nampak melintang di langit sore. Hari sudah hampir sore, namun tak sejengkal pun mobil Sasuke menunjukkan adanya pergerakan. Mereka terjebak macet dengan ratusan mobil lainnya.
Suara sirine ambulans terdengar menggema di telinga. Sepertinya terjadi sebuah kecelakaan di depan sana, tebak Naruto di dalam hati.
Badannya terasa pegal semua. Ia melakukan peregangan kecil untuk menghilangkan rasa letih yang sudah menggerogoti setengah badannya.
Sasuke sepertinya juga sudah lelah. Ingin rasanya ia merebahkan badannya di kasur yang empuk. Ia mengetukan jarinya di setir kemudi. Matanya melirik Naruto yang sedari tadi hanya mengeluarkan desahan.
Keheningan sepertinya telah menjamah di dalam mobil tersebut. Tak ada satupun dari mereka memutuskan keheningan yang tidak singkat ini. Sasuke mengalah untuk tidak menanyakan hal yang ingin ia tanyakan pada Naruto. Ia bisa membaca bahasa tubuh Naruto.
Ia merasa sedikit kagum dengan Naruto. Pada awalnya ia sedikit meragukan penglihatan matanya karena kedekatan Yukimaru dan Naruto sudah seperti layaknya seorang ibu dan anak.
Jantung nya terasa berdetak cepat. Ia benci saat-saat seperti ini. Ia tak pernah mengerti kenapa jantung nya terasa berdesir cepat jika menatap Naruto langsung. Sejak kapan penyakit jantung dapat menular? Pikirnya tak mengerti.
"Uchiha-san, kenapa tidak jalan?" Tanya Naruto yang juga menyadarkan Sasuke. Jantungnya semakin memburu cepat saat Naruto menyentuh tangan nya.
"Shit!" Umpatnya kecil sambil menginjak pedal gas perlahan. Naruto menatap Sasuke dengan memiringkan kepalanya. "Uchiha-san tadi mengatakan apa?" Telinga Naruto tak sengaja mendengar makian tersebut. Naruto sebenarnya juga kurang yakin jika makian itu dialamatkan padanya.
"Bukan apa-apa," Jawab Sasuke datar. Hatinya mendesah lega, bisa gawat jika Naruto tersinggung karena ucapan yang ia lontarkan barusan.
"Dan tolong jangan se-formal seperti itu, panggil saja Sasuke." Naruto mengangguk mengerti dan menatap lurus kedepan.
Mereka terdiam kembali. Tali keheningan seolah mengikat lidah mereka berdua. Suara deru mobil pun juga tak mampu melelehkan suasana. Hari semakin malam tapi mereka tak kunjung sampai. Naruto semakin lelah. Badannya juga terasa lengket karena keringat yang menyatu dengan kulitnya. Ia sudah mencatat dalam ingatan nya kalau ia akan berendam dengan sabun aroma citrus setelah sampai dirumah.
Mulut kecil Naruto terus mendesah lelah. Bukan hanya penat, perutnya terasa hampa tanpa makanan karena terakhir kali ia makan saat pagi tadi, hanya dengan sebuah waffle coklat.
Sementara Yukimaru masih terbang di alam mimpinya. Melihat wajah Yukimaru begitu tenang saat tidur, membuat rasa kantuk Naruto sudah di ujung kelopak matanya. Ia menggelengkan kepalanya, mengenyahkan rasa kantuk yang mulai berontak. Aku tak boleh tertidur, katanya berulang-ulang di dalam hatinya.
Namun apalah daya, Naruto tumbang seketika saat rasa kantuk menguasai tubuhnya. Naruto pun ikut terlelap sambil merengkuh tubuh Yukimaru. Nafas nya sudah mulai teratur.
Sasuke tersenyum simpul melihatnya. Sejujurnya ia juga merasa lelah, tapi sebuah hal yang tak mungkin bila berhenti menyetir karena ikut mengantuk. Mobilnya terus menyisir jalanan. Mata hitam nya bergerak mencari sebuah mini market.
Tak lama kemudian, ia memarkirkan kendaraan nya di sebuah mini market yang ia temukan. Suara decitan mobil Sasuke membangun kan Naruto.
Dug!
Tempurung kepala Naruto membentur kaca secara tidak sengaja hingga menimbulkan suara degukan. Matanya langsung terbuka dan mulut nya langsung merapalkan kata-kata, "Aku tak boleh tidur!" Cicit nya dengan mata yang setengah terpejam.
Sasuke mendengus geli. Ingin rasanya ia menertawakan kekonyolan Naruto, tapi itu hanya akan menjadi sebuah omongan belaka. Ia melepaskan sabuk pengamanan yang melilit tubuhnya dan melirik jam tangannya. Pukul 8 malam. Lama juga pikirnya. "Kaa-san bisa marah karena terlambat makan malam." Desah nya.
Sasuke melirik Naruto yang kini kembali menyulam mimpinya. Ia melihat tubuh Naruto yang bergetar menggigil. Sepertinya Sasuke mengatur pendingin mobil dengan suhu yang rendah. Wajahnya begitu damai dan polos saat sedang terlelap.
Insting Sasuke meraih sebuah selimut di Dashboard dan melekatkan selimut itu diatas tubuh Yukimaru dan Naruto.
Sasuke lantas beranjak keluar dari mobil dan masuk kedalam mini market tersebut. Ia mengambil dua buah Cappucino siap minum. Setelah membayarnya, ia bergerak masuk kedalam mobil. Ia meneguk pelan minuman tersebut. Dahaga yang dari tadi bertengger di tenggorokan nya pun hilang saat minuman tersebut menyapu tenggorokan nya. Dan ia pun segera menyalakan mobil dan mulai menjalankan mobilnya kembali.
.
.
.
Suara desingan mobil sport Sasuke pun semakin kecil. Naruto menatap kepergian Sasuke di depan pintu apartemen nya. Ia padahal sudah berbaik hati menawarkan Sasuke untuk masuk ke apartemen nya. Tapi dengan suara yang lembut dia menolaknya. Naruto tak lupa mengucapkan terimakasih.
Naruto berjalan masuk menuju apartemen yang sudah disinggahinya selama setahun terakhir. Ia memutuskan untuk pergi mencari pekerjaan jauh dari kedua orangtua nya yang tinggal di kota Kyoto.
Ia ingin mencari kesenangan tersendiri untuk mencari kebebasan nya. Ia tak suka jika ia harus berada di tengah lingkaran barisan para polisi, dalam artian ia tak mau hidupnya terasa terkekang. Keluarganya bukanlah keluarga miskin. Minato; ayah Naruto bekerja sebagai CEO di sebuah perusahaan bergengsi di eropa.
Minato sebenarnya sudah mati-matian memperingati Naruto untuk melupakan ide bodohnya untuk tinggal sendiri. Tapi Naruto tetap bersikukuh dengan tekadnya yang sudah bulat. Bahkan Kushina hanya bisa turun tangan menghadapi kepala batu putri bungsunya.
Naruto merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar yang sudah tercetak beberapa sarang laba-laba.
Rasa kantuk yang menerjang matanya hilang seketika. Sesaat ia mengerang jengkel, rasa kantuk tadi seolah mempermainkan nya.
Ia bangun dan menyambar ponselnya. Setelah membuka sandi pola yang terpampang disana, matanya langsung disuguhi puluhan panggilan yang tak terjawab. Dan semua panggilan itu dari satu nomor yang sama. Nomor itu sudah sangat akrab di otak Naruto.
"Ya ampun, kaa-san." Katanya setelah menghela nafas pendek. Naruto menekan nomor tersebut untuk menanyakan hal penting apa. Sambil menunggu sambungan telepon disana, Naruto melangkah kan kakinya malas menuju dapur dengan ponselnya yang ia tempelkan di telinganya. Perutnya terasa menganga lebar karena ia belum makan sejak tadi siang.
Naruto mengambil sebuah ceret dan memasukkan air kedalam nya. Naruto menekuk mukanya dalam dengan mata birunya menatap debit air yang meluncur dari keran. Decihan sebal Naruto ungkapkan karena tak ada respon dari orang yang ia telepon. Mungkin segelas susu dapat menenangkan hatinya yang penat.
Tak lama suara deringan telepon disana berhenti, menandakan sang pemilik sedang mengangkat telepon.
"Moshi-moshi".
"Kaa-san ada apa tadi memanggil ku?" Tanya Naruto langsung ke inti permasalahan.
"Naruto! Kaa-san merindukan mu, bagaimana keadaan mu?".
Naruto memutar kedua bola matanya bosan. Ia sudah menduga reaksi pertama ibunya jika sudah mendengar suara buah hatinya. Naruto mengangkat ceret berisi air panas tersebut dan menuangkan nya kedalam gelas yang sudah diisi susu bubuk.
"Aku baik-baik saja." Tukasnya dengan suara gembira dipaksakan. Ia mengaduk pelan susu tersebut dan menunggu jawaban ibunya.
"Syukurlah, kaa-san senang mendengar nya."
"Jadi, apa yang ingin kaa-san bicarakan?" Tagih Naruto sambil menyesap pelan susu hangat nya yang terkepul asap.
"Oh itu, kaa-san hanya ingin bertanya kalau awal musim panas kau bisa pulang kan?"
"Memangnya kenapa?" Naruto meneguk pelan susu tersebut.
"Bukan apa-apa. Hampir saja lupa, kau disana sudah bertemu dengan kekasih mu?"
Mulut Naruto hampir saja menyemburkan minuman yang ia minum. Tenggorokan nya terasa sulit menelan minuman manis itu.
"Kaa-san, sejak kapan aku mempunyai kekasih?" Dengus Naruto yang dibalas oleh tawa garing ibunya. Otak Naruto terasa memutar kembali ingatan nya dan terbesit wajah Sasuke yang tersenyum. Naruto akui dia memang tampan, tapi ia tak mungkin menjadikan kekasihnya. Orang sepertinya belum tentu mau dengan gadis sepertinya dan ditambah lagi orang seperti Sasuke pasti telah memiliki kekasih yang lebih cantik darinya.
Naruto menggeleng kan kepalanya kasar, melenyapkan bayang-bayang wajah Sasuke. "Aku tak mungkin menyukainya." Tegasnya dengan penekanan.
"Naruto! Kau masih disana kan?!"
Suara Kushina terdengar memekik di telinga Naruto. Telinga Naruto terasa berdengung saat suara nyaring wanita yang melahirkan nya merangsek masuk ke telinganya. Kushina berniat menulikan telinganya. Jari telunjuk Naruto mengorek lubang telinganya yang masih berdengung.
"Ya." Sahutnya malas.
"Tadi kaa-san mendengar kau menyebut kata 'kekasih'?"
Naruto menepuk jidat nya pelan. Kecerobohan nya membawa petaka baginya. "Bukan siapa-siapa." Sanggah Naruto.
"Hah, kaa-san kira kau memang benar sudah memiliki kekasih."
Naruto bisa mendengar jelas helaan nafas ibunya. Beruntung Kushina mempercayai perkataan Naruto tanpa memilah nya. Pasalnya, Kushina selalu mengolok-olok nya agar cepat menimang cucu. Kushina juga pernah memaksa Naruto untuk menikah dengan seorang anak pengusaha tanpa persetujuan nya. Kepala Naruto terasa hendak bocor memikirkan urusan asmara. Lagipula jodoh sudah ada di tangan tuhan dan tuhan tidaklah mungkin tertukar memasangkan seseorang, pikirnya optimis.
Naruto meneguk susu tersebut hingga tersisa setengah. "Memangnya kenapa kaa-san menginginkan aku pulang musim panas nanti?" Tegur Naruto.
"Karena kaa-san ingin memperkenalkan seorang anak laki-laki dari teman kaa-san!"
Tepat sekali, dugaan Naruto tak melenceng rupanya. Dia bisa mendengar seruan gembira dari mulut ibunya.
"Kaa-san!" Rajuk Naruto sambil mengerucut kan bibir kecilnya.
"Ayolah Naruto, kaa-san yakin kau pasti menyukainya. Dia sangat tampan dan juga pintar!"
Oh ayolah, sudah beratus-ratus kali Kushina mengatakan pria pilihan untuk menjadi menantunya adalah pria yang tampan dan pintar. Kata-kata tersebut seolah bukan berarti baik lagi menurut Naruto. "Bisakah kaa-san mengatakan yang lain?"
"Ya ampun, Naruto sampai kapan kau akan seperti itu?"
"Sampai nee-san menjadi gadis yang lemah lembut!" Naruto mendengus kecil. Pikiran nya mulai gerah kalau topik pembicaraan nya menuju kisah asmaranya.
"Jangan bercanda! Kaa-san pastikan musim panas nanti kau harus datang. Kalau tidak kaa-san yang akan menyeret mu! Jaa Naruto!"
Mulut Naruto menganga kosong. Tak ada celah sedikit pun untuk Naruto memberontak. Kushina memutuskan sambungan nya. Lengkap sudah penderitaan Naruto hari ini.
Dia mengerang kesal dan meletakkan ponselnya di meja dengan kasar. Kepalanya terasa mendidih, ibunya sangatlah keras kepala. Naruto mengutuk sifat keras kepala Kushina yang juga diwariskan kepadanya. Ia masih ingin menikmati keindahan dunia. Sampai Kushina berambisi menyeret nya paksa ke altar. Energi nya semakin menyusut setelah bertentang argumen dengan Kushina. Tubuhnya masih begitu lelah dan lemas. Belum lagi besok Naruto harus datang pagi-pagi untuk menyiapkan acara untuk pementasan.
Tapi ia tak boleh mengeluhkan pekerjaan nya yang menekan punggung nya. Ia sudah mengambil resiko untuk menjadi seorang Guru di taman kanak-kanak.
Ia pun segera bangun dan menyuci semua piring dan gelas kotor yang ia gunakan untuk sarapan.
.
.
Sementara itu
Sasuke masih terhenyak dengan pikiran nya. Ia melemaskan badannya diatas ranjang yang cukup untuk dua orang. Matanya menerawang jauh keatas.
"Naruto." Gumamnya kecil. Sasuke tak menyangka kalau di dunia ini masih menyisakan gadis sepertinya. Dengan kecantikannya, ia tak mengalih fungsi kan nya untuk menjadi wanita penghibur ataupun gadis yang bergaya konglomerat yang suka menatap Sasuke seperti sepotong daging steak yang minta dilahap.
Tak pernah sekalipun di dalam kamus Sasuke kata 'manis' meskipun dia sedang memakan sepotong Red Velvet dia tak mengakui rasa yang menyejukkan lidah tersebut. Tapi ideologi tentang kata manis tersebut berubah. Sasuke menarik kembali ucapannya kalau tak ada sesuatu yang manis di alam semesta ini.
Semenjak ia menangkap batu safir Naruto, jantungnya terasa berguncang. Sasuke ngotot kalau itu mungkin karena jantung nya yang sedikit bermasalah.
Ia bisa merasakan rasa manis yang orang-orang selalu ungkapkan. Ia bisa merasakan manisnya wajah Naruto saat tersenyum atau bersemu merah. Tak perlu lagi Sasuke mencari istilah kata manis, karena Naruto sudah cukup terlalu manis untuknya.
Ia berpikir sejenak, "Apa aku bisa terkena diabetes hanya karena menatap nya terus-terusan?" Gumam nya aneh yang tak masuk akal.
Atau memang, wajah Naruto telah memenuhi otaknya hingga hanya Naruto-lah yang dapat ia ucapkan saat ini. Rasa manisnya terasa tertinggal di lidah Sasuke.
Lidah Naruto begitu mengkilap dan nikmat untuk di jilat, pikirnya mulai terangsang. Ia membayangkan wajah Naruto lagi. Ia harus menahan nafsunya untuk tidak meraup bibir kecil Naruto saat itu.
Mungkin saja ia bisa divonis penjara jika tidak menahan hasratnya. Lagipula tak mungkin jika dia mencium Naruto yang baru ia kenal.
Sasuke pun membayangkan dirinya tengah mengemut bibir Naruto. Mengajaknya kedalam untuk ciuman yang lebih panas. Ia bisa merasakan manisnya bibir Naruto yang tersapu lidahnya. Sasuke memejamkan matanya dan mendongak kan kepalanya. Bermaksud bayang-bayang tersebut menjadi nyata.
Cklek!
Sasuke tersadar dari imajinasinya yang mulai menguasai jiwanya. Ia hampir kehilangan kontrol karena Naruto.
Ia melirik kearah pintu, melihat sosok yang melunturkan imajinasinya. Ternyata Yukimaru. Ia harus menelan kembali makian yang sempat ia tembakan. Tak mungkin kalau Sasuke harus berkata kasar pada Yukimaru.
"Sasuke jii-san, apa aku boleh tidur dengan mu?" Cicit Yukimaru di balik daun pintu lengkap dengan baju piyama nya.
"Hn." Sasuke mengangguk pelan dan menepuk pelan ranjang nya. Yukimaru berjalan dengan riang dengan boneka teddy bear yang berada dalam dekapan nya. Yukimaru merebahkan badannya disamping Sasuke.
"Sasuke jii-san besok akan datang kan?" Tanya Yukimaru dengan mata yang memancarkan harapan. Sasuke tersenyum simpul dan membelai lembut surai Yukimaru. "Tentu." Sahut Sasuke.
Mereka berdua terdiam dalam waktu singkat sampai Yukimaru memotong keheningan yang ada.
"Sasuke jii-san! Menurut jii-san bu guru itu cantik tidak?" Tanya Yukimaru spontan membuat Sasuke terkejut. "Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?" Sasuke berusaha mengalihkan topik. Jantung nya mulai berdesir cepat.
Yukimaru menatap bola mata hitam Sasuke yang menyimpan sejuta rahasia. Yukimaru terkekeh pelan melihat perubahan wajah tampan Sasuke.
"Aku ingin bu guru menjadi kaa-san ku!" Rajuk Yukimaru yang lebih mirip seperti cicitan tikus.
"Yukimaru, nanti kan kasihan tou-san. Nanti siapa yang menjaga tou-san?" Ucap Sasuke. Yukimaru merenggut bingung.
"Tapi aku mau bu guru menjadi kaa-san ku!" Pinta Yukimaru dengan menaruh harapan pada Sasuke. Sasuke memijit pelipisnya. Memang sebuah tantangan sendiri untuk menghadang bocah 6 tahun.
"Kenapa kau ingin bu guru menjadi kaa-san mu?" Tanya Sasuke hati-hati. Yukimaru memasang pose berpikir.
"Karena bu guru baik. Bu guru tidak seperti teman perempuan jii-san!" Paparnya dengan suara yang gembira. Tangan nya terayun keatas.
Sebenarnya Sasuke tidak memiliki teman wanita. Ia juga sangat selektif jika seseorang ingin ia jadikan temannya.
Selama ini Yukimaru salah menduga kalau wanita-wanita yang sering melayangkan tatapan genit kearah nya bukanlah teman Sasuke. Melainkan musuh terbesar Sasuke, camkan itu.
Sasuke mengatakan kepada Yukimaru kalau wanita genit tersebut adalah temannya. Ia tak mungkin berkata jujur pada Yukimaru kalau itu bukanlah siapa-siapa. Karena Yukimaru akan memberikan badai pertanyaan yang dapat membuat ia terseret kepojokan.
Yukimaru juga sedikit tercengang kalau Sasuke sebegitu terkenal nya. Karena hampir semua wanita yang Sasuke temui selalu bertingkah sama.
"Sudah cepat tidur, besok jii-san akan mengantar mu." Sasuke bergerak mengambil selimut dan ia menyibakkan hingga sebatas dada.
"Baiklah." Yukimaru memeluk boneka nya erat.
"Oyasumi, jii-san!" Bisik Yukimaru di telinga Sasuke.
"Hn." Sasuke segera mematikan lampu dan mulai tenggelam ke alam mimpinya.
Suara deru nafas Yukimaru sudah sedikit teratur. Sasuke masih terjaga. Ia masih memikirkan Naruto. Masih ada hal yang ingin ia korek dalam-dalam darinya. Mata safir nya seolah terdapat ribuan jawaban untuk pertanyaan Sasuke.
Hatinya masih terjadi pertikaian. Ia masih bingung tentang rasa ini. Ini merasa senang di dekatnya. Bahkan saat Yukimaru menyebut namanya saja, jantung nya mulai kehilangan kontrol. Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
Sasuke memegang dada sebelah kirinya. Ia masih memikirkan jantungnya untuk tidak berdentum dengan keras saat berada di dekat Naruto. Ia berharap Naruto datang di mimpinya.
Rasa kantuk mulai bergelantungan di matanya. Mengajaknya kedalam buaian mimpi. Dan selang beberapa menit kemudian Sasuke sudah masuk kedalam alam mimpi.
TBC
Hai~ berjumpa lagi dengan saya author gajelas yang ga pernah update-_- kali ini saya bawa cerita baru nich, entah kenapa cerita ini terlintas di kepala saya.
Maaf yah, bukannya ngelanjutin proyek yang lain malah bikin yang baru. Saya nulis cerita baru semata-mata untuk kesenangan tersendiri. Jadi kalo begitu makin numpuk dong bebannya. Saya udah ambil resiko kok. Saya bakal lanjutkan cerita yang lain juga dong. Keep calm. Enjoy~
See you next chap^^~
Regards,
Hakim