Tangan kekar tan itu menyentuh lembut pusara yang sudah tampak lama tidak dikunjunginya.
Pemakaman umum Tokyo nampak begitu sepi, barisan nisan yang berjajar rapi pepohonan yang tumbuh disekitar makam. Dan burung-burung yang terkadang hinggap diatas nisan. Pandangan pria bermarga Namikaze itu meredup, tanganya masih menyentuh nisan yang berdiri tegak dihadapanya. Angin menghempaskan dedaunan yang berada disekitar kompleks pemakaman umum.
Naruto masih terpaku melihat nisan yang berdiri tegak didepanya. Suasana makam terasa sepi, seolah hanya keheningan dan deretan nisan yang berjejer rapi yang tersaji. Ranting pepohonan bergoyang dihembuskan angin. terdapat satu dua burung yang hinggap diranting pohon. Sementara itu, Naruto masih saja terpaku pada makam dihadapanya.
Naruto merasakan pundaknya disentuh oleh jemari lembut, jemari yang kini kembali menjadi istrinya
"Naruto.."
Suara wanita itu memanggil namanya. Naruto menggunakan kacamata hitam, bukan sekedar untuk melindunginya dari sinar matahari. Meskipun hari ini nampak begitu mendung, tapi untuk menutupi kesedihanya. Kesedihan yang tiap kali terbuka bila mengingat masa kecilnya
"kami datang mengunjungi ibu.."
Suara wanita itu begitu lembut dan terdengar seperti bisikan hanya Naruto saja yang mendengarkanya karena tidak ada siapapun disana kecuali mereka.
"ibu pasti senang melihat kita.."
Jemari lentik wanita itu menggenngam erat tangan kekar suaminya, seolah memberi kekuatan bahwa Naruto tidak lagi sendiri dan memberi tau ada kami disini.
Naruto menoleh melihat kearah wanita yang dicintainya Sakura tersenyum lembut padanya, juga putera semata wayang mereka yang berwajah innocent yang menggemaskan.
"ini makam nenekmu sayang.."
Ucap Sakura sambil membelai rambut pirang puteranya dan melihat kearah nisan dengan tulisan kanji merangkai huruf "Kushina Namikaze"
"kira-kira nenek sedang apa ayah? Apa nenek bahagia disana?"
Naruto tersenyum mendengar pertanyaan polos puteranya
"tentu saja. Nenek bahagia karena ini pertama kalinya Shina mengunjungi nenek bukan?"
Shina mengangguk kemudian dia melihat kearah nisan dan meletakan setangkai bunga dipusara makam neneknya.
"ini untuk nenek.. semoga nenek suka"
Sakura menatap lamat ke nisan itu. Tanpa ia sadari sebulir air mata terjatuh, secara diam-diam tanpa diketahui Naruto dan puteranya yang masih terpaku melihat makam Sakura menyeka air matanya. Sakura teringat pesan terakhir mendiang mertuanya, dan pengorbanan terakhir sebelum menghembuskan ajalnya. Kushina mendonorkan jantungnya untuk Sakura, sehingga Sakura bisa hidup sampai sekarang. Sakura juga mengingat bahwa Kushina menitipkan Naruto kepadanya, menjadi obat dan mengisi kekosongan dilubang Naruto. Menjadi obat dihati Naruto dan juga menjadi penyemangat baru dihidup Naruto yang selama ini berhati dingin dan tumbuh dengan kekuarangan kasih sayang kedua orang tuanya.
Sakura begitu tersentuh mengetahui pengorbanan yang telah dilakukan Kushina untuknya dan juga Naruto suaminya. Sakura berjanji didalam hatinya mulai saat ini Sakura tidak akan membiarkan Naruto sendirian lagi, mulai saat ini Sakura akan selalu ada dan mendampingi suaminya dalam keadaan apapun.
Apa yang dikatakan Minato benar, Kushina sekilas mirip denganya. Saat percakapan mereka di hotel tempat pertama kalinya Naruto dan Sakura dipertemukan saat perjodohan mereka. Kini semua rasa sakit, dendam dimasa lalu, dan luka tertutup sudah dengan lembaran baru yang telah mereka mulai. Naruto menikahi kembali Sakura atas dasar cinta dan kasih sayang. Membentuk kembali keluarga yang utuh untuk Shinaciku putera mereka. Cukup Naruto saja yang menderita akan masalalunya, cukup Naruto saja yang tumbuh dengan kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya. Tapi tidak dengan anaknya, Shinaciku harus tumbuh dengan penuh rasa kasih sayang penuh dari dirinya dan juga Sakura Shinaciku berhak untuk merasakan kebahagiaan dan saat-saat pertumbuhanya yang didampingi orangtuanya. Naruto memegang erat jemari Sakura dan menatapnya, kemudian merengkuhnya juga Shinaciku dalam pelukan yang hangat. Shinaciku tersenyum, dia merasakan sesuatu yang lain. Ada seseorang yang juga ikut memeluk mereka bertiga, ada seseorang yang ikut hadir ditengah-tengah mereka. Narutopun ikut tersenyum, dia juga merasakan apa yang puteranya rasakan. Sakura membenamkan wajahnya kedalam pelukan. Dia merasakan ada jemari lembut yang lain sedang ikut memeluk dirinya selain Naruto dan juga puteranya.
Dan sosok itu adalah Kushina.. hadir ditengah-tengah mereka dan memeluk mereka. Naruto diam, menikmati suasana yang begitu menentramkan hatinya. Sakurapun ikut larut dalam suasana. Biarlah saat ini mereka dalam keheningan, merasakan sosok kehadiran arwah yang begitu mereka cintai dan rindukan. Shinacikupun begitu, anak kecil itu tersenyum lebar tanpa ocehan yang biasa dia lontarkan kepada kedua orang tuanya.
.
.
Setelah beberapa lama berada dimakan, mendoakan dan menaburkan bunga diatas makam mereka bertiga beranjak pergi meninggalkan makam. Shinaciku berada ditengah bergandengan tangan dengan ayah dan ibunya. Naruto melepaskan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya merasa lega setelah mengunjungi makam ibundanya yang begitu dicintainya. Naruto merasa begitu ringan, sedangkan Sakura tersenyum sumringah sesekali menatap Naruto dan juga puteranya. Mendoakan arwa seseorang yang begitu mereka cintai. Shinaciku menoleh kebelakang saat beberapa meter meninggalkan makam, emeraldnya melihat sosok arwah wanita bersurai merah tergerai indah dihempaskan angin dan tersenyum kepadanya. Emerald Shinaciku membulat kemudian dia melihat kearah ayah dan ibunya hendak memberitahu. Namun yang bocah kecil lihat ayah dan ibunya tersenyum saling berpandangan, Shinaciku mengurungkan niatnya. Shinacikupun kembali menoleh kebelakang, arwah wanita itu melambaikan tangan dan perlahan sosoknya menjadi pudar dan menghilang.
"nenek.."
.
.
.
Pagi-pagi sekali Sakura sudah berada didapaur berkutat dengan berbagai bahan makanan. Dengan cekatan Sakura memotong paprika hijau dan merah kemudian dia tumis bersama campuran bahan yang lain.
Naruto yang sudah bangun dari tidurnya tersenyum ditangga melihat Sakura yang sedang sibuk memasak. Kemudian dia turun dan menuju Sakura, Sakura yang sedang sibuk dan fokus menyiapkan berbagai makanan dibuat terkejut Naruto memeluknya dari belakang
"Na-naruto.."
"hmmm..?"
Naruto bergumam tidak mempedulikan keterkejutan Sakura, Naruto mempererat pelukanya dan mencium wangi cherry dileher istrinya.
"aku sedang memasak"
"lalu..?"
Naruto menjahili Sakura melepaskan celemek yang digunakan istrinya, mengetahui apa yang akan dilakuka suaminya Sakura meneggenngam tangan Naruto
"jangan mengganguku.."
"tapi aku suka saat seperti ini Sakura-chan"
Sakura menghentikan aktivitas suaminya, mematikan kompor dan membalikan badan melihat langsung kearah suaminya.
"nanti kita akan membangunkan Shina"
"kita memang akan membangunkanya sayang.."
Sakura memasang wajah cemberut
"cepatlah mandi aku akan menyiapkan sarapan dan bekal untuk kita piknik"
"oke..oke"
Narutopun melepaskan pelukanya, sementara Sakura menyalakan kompor dan hendak kembali menyentuh bahan-bahan yang hendak dia masak
"sayang.."
Sakura menoleh
CUP
Satu kecupan singkat dibibir Sakura berhasil membuat Sakura merona merah
"ini untuk sarapan pembuka"
Naruto tersenyum, kemudian melangkah keatas kamar mandi sambil tersenyum dan menggoda Sakura.
.
.
Naruto sudah bersiap dengan pakaianya yang terlihat santai namun tetap casual. Sementara sakura menggunakan dress putih tanpa lengan dengan tali pita dibelakang yang menambah kesan lembut dan menawan. Selesai merapikan bekal yang hendak dia bawa Sakurapun menuju lantai atas kamar anaknya Shinaciku, Narutopun ikut menyusul dibelakang Sakura.
"dia masih tertidur tsuma.."
Sakura tersenyum melihat puteranya yang masih tertidur pulas. Bagaimana tidak? Semalaman Shinaciku asik bermain dan tidak sabar menantikan ajakan orang tuanya untuk pergi berlibur. Sampai tengah malam Shinaciku baru tertidur pulas usai bermain dan menyiapkan mainanya untuk besok.
"lihatlah dia persis sepertimu anata.."
"tapi dia mewarisi emerald indahmu sayang"
Naruto melihat kearah Sakura, sementara Sakura bersemu merah
"anaku yang tampan.."
Sakura membelai lembut surai pirang puteranya
"hei, mau sampai kau tidur? Ayo bangun jagoan.."
Naruto yang gemas mencubit pipi chuby Shinaciku, sementara yang dicubit hanya meringis pelan dan tetap meringkuk tidur seperti janin
"ah, lihatlah sifat siapa yang ditirunya.."
"Shina-kun.. ayo bangun sayang"
Namun Shinaciku enggan membuka kelopak matanya,
"oke kalau tidak bangun juga piknik kita batal.."
Goda Naruto..
Narutopun menyeringai jahil melihat puteranya yang masih tertidur. Naruto yang isengpun menjahili puteranya dengan mencolek pinggang anaknya. Sontak Shinaciku merasa geli dan tubuhnya menggeliat
"geli ayaaaah.."
Kata Shinaciku manja dan dengan mata yang masih sayu dan terlihat mengantuk
"ayo mandi sayang kitakan akan pergi hari ini"
Shinaciku menguap dan mengucek kedua emeraldnya lalu bergegas pergi kekamar mandi.
Sakura menyiapkan pakaian Shinaciku, sedangkan Naruto menuju garasi rumah mengeluarkan mobilnya.
"sudah siap sayang?"
Sambil menatap barang dan makanan Sakura menoleh kearah puteranya.
"eh sebentar bu.."
Sakura yang sudah selesai merapikan barang-barangpun keluar, sementara Shinaciku nampak sibuk mencari sesuatu
"Shina ayo keluar.."
Setengah berteriak saat ada diluar rumah puteranya belum keluar
"sebentar bu.."
"Shina kau sedang apa? Ayo cepat.. ayah sudah menyalakan mobilnya"
Shinaciku nampak sedang sibuk mencari-cari sesuatu, kamar yang semula rapi telah dirapikan ibunya dibuat berantakan.
"nah ketemu!"
Pekik Shinaciku, kemudian dia bergegas kelur menghampiri ibunya dan menaiki mobil. Shinaciku duduk dibelakang bersama dengan boneka kesayanganya Kurama.
Naruto menjalankan mobil dan menginjak pedal gas, mereka berangkat. Dan dalam perjalanan Sakura menoleh kebelakang melihat gemas kearah puteranya
"anak kitakan laki-laki kenapa anata membelikanya boneka?"
Naruto tersenyum mendengar pertanyaan dari isterinya.
"eh.. sebenarnya dulu saat aku masih kecil ibuku pernah membelikan boneka ya tapi setidaknya bukan untuk perempuan yang terkesan girly. Dan entah kenapa saat aku tidur memeluk boneka dari ibuku itu selalu membuatku nyaman"
Sakura mengernyit, dan untuk beberapa saat dia terkikik geli mendengar jawaban dari suaminya
"kenapa tertawa..?"
"itu lucu anata, kebiasaaanmu sewaktu kecil aku baru mengetahuinya"
"yah.. setidaknya itu membuatku tertidur nyenyak saat ibuku tak lagi ada disisiku"
Sakura berhenti tertawa ketika mendengar jawaban Naruto tentang ibunya
"dan lihatlah Shinaciku kita meniru kebiasaan ayahnya.."
Shinaciku yang duduk dibelakang tertidur pulas sambil mendekap kurama. Mereka baru sampai ditengah jalanan yang macet. Dan ketika lampu merah barulah Shinaciku terbangun
"ayah.. berapa lama lagi kita akan sampai?"
Tanyanya sambil mendekat kearah bangku Naruto
"mungkin sekitar satu jam lagi sayang.."
Naruto melihat kearloji dipergelangan tanganya
"huh.. lama"
Shinaciku nampak kesal
"jalanan sedang macet sayang"
"ya bu.. tapi Shina-kan sudah tidak sabar lagi. Ayah janji akan membuatkan Shina layang-layang kalau sudah sampai"
"pasti nak"
Beberapa menit lampu hijaupun menyala. Naruto menginjak pedal gas dengan kecepatan sedang membelah jalanan dan menembus kemacetan. Nampak emerald Shinaciku memandang takjub kearah laut dijalanan yang mereka lalui. Irish emeraldnya berbinar, dan wajah lucunya nampak riang.
.
.
Mereka telah sampai, Naruto memarkirkan mobilnya di vila yang telah mereka sewa. Shinaciku yang sering tertidur dalam perjalanan bangun dengan antusias. Sambil membawa Kurama Shinaciku menghampiri ayah dan ibunya.
"ayah.. ayo buatkan Shina layang-layang!"
Sementara itu Naruto mengangkat koper dan memasuki vila
"Shinaciku makanlah dulu.."
"tapi Shina tidak lapar"
Sakura tau kebiasaan Shinaciku tidak akan makan kecuali keinginanya terlebih dulu dituruti.
"ayah akan buatkan layanganya tapi Shina makan dulu oke?"
"yaaah baiklah.."
Shinacikupun menurut, Sakura bergegas menuju kamar dan merapikan pakaian mereka. Lalu pergi kedapur untuk menyiapkan makan putera semata wayangnya itu.
Shinaciku makan ditemani Sakura di teras depan sambil melihat pegunungan, lalu Naruto mengambilkan peralatan yang akan dipakai untuk membuat layang-layang.
"kau akan bermain dengan Shina..?"
"yaah anak kita ingin bermain"
"perluku buatkan makanan?"
"bagaimana kalau kita makan diperkebunan teh? Disanah cukup menyenangkan. Tinggal bawa saja makananya kita makan disanah sambil menggelar tikar"
Naruto tersenyum.
Merekapun pergi menuju perkebunan. Sakura menggunakan topi bundar berwarna cokelat pudar dengan hiasan pita yang mengelilinginya. Sementara Naruto berpakaian santai. Naruto menggelar tikarnya kemudian dia membuatkan layangan untuk Shinaciku, sambil meraut kemudian memberi lem jadilah layang-layang. Emerald Shinaciku berbinar
"bagus ayah!"
Shinacikupun berlari meninggalkan Naruto dengan Sakura asik dengan layangan barunya. Sambil berlari-lari riang dia berusaha menerbangkan layanganya diperkebunan teh.
"oh iya hampir saja Shina lupa!"
Pekiknya pada diri sendiri, Shinacikupun berlari menuju vila.
Sementara itu Naruto dan Sakura yang sedang bersantai duduk saling berdekatan. Naruto meraih jemari Sakura dan menciumnya dengan kecupan lembut.
"Naru.. nanti Shina.."
"dia sedang asik bermain sayang"
Narutopun semakin dekat kearah Sakura dan merengkuh pundaknya, Sakurapun bersandar pada dada bidang Naruto. Kemudian mereka saling bertatapan mesra
"ayah! Ibu!"
Suara cempreng khas itu mengagetkan mereka berdua. Naruto yang dibuat kikuk melepaskan pelukanya, sementara Sakura memalingkan wajahnya.
"iya ada apa sayang"
"nih.."
Shinaciku menyodorkan sesuatu pada ayahnya. Narutopun meraih kotak pemberian Shinaciku kemudian membukanya. Irish saphire biru Naruto berkaca-kaca
"ini.."
"itu dari kakek.. kakek bilang pada Shina kalau itu milik ayah. Namanya Gamakichi bukan?"
Naruto mengeluarkan boneka berukuran sedang berbentuk kodok dan mengamatinya
"ayah ibu Shina main dulu"
Shinacikupun berlari meninggalkan kedua orang tuanya. Sakura dan Narutopun menghembuskan nafas sama-sama merasa lega Shinaciku pergi
"anata.."
"ini pemberian ibuku. Aku fikir Gamakichi menghilang saat aku kecil dulu, ternyata ayah yang menemukan dan menyimpanya"
Sakura menatap suaminya yang masih memegang boneka pemberian ibunya dulu
"tapi biarlah boneka ini menjadi milik Shina.."
Naruto tersenyum, kemudian meletakan kembali boneka kodok yang bernama Gamakichi itu dan kini perhatianya fokus sepenuhnya pada istrinya tercinta. Naruto merengkuh Sakura dalam pelukanya, mencium perpotongan bahu dan leher dengan aroma yang selalu Naruto rindukan. Tangan kekarnya menggoda Sakura yang menggunakan dress putih tanpa lengan, jemari lentik Sakurapun memegang mesra punggung suaminya.
.
.
Sementara itu, bocah pirang bermata emerald dengan lincah mencoba menerbangkan layangan yang dibuat ayahnya. Berkali-kali Shinaciku gagal menerbangkan layanganya, tapi bocah pirang itu tidak menyerah dan terus mencoba meski beberapa kali Shinaciku sempar terjatuh saat menuruni lereng perkebunan teh. Emerald Shinaciku membulat ketika melihat pohon teh yang bergerak-gerak dan menemukan seekor kelinci putih yang berlari. Tertarik, Shinacikupun mengejarnya.
"huh, dia cepat sekali.."
Nafas Shinacikupun terengah mengejar kelinci putih itu. Merasa sebal Shinaciku mencoba kembali menerebangkan layanganya.
Pemandangan perkebunan teh itu sangat menarik dengan panorama pegunungan yang mengelilinginya. Sesekali wajah imutnya tersenyum senang, karena akhirnya Shinaciku bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya tanpa kekurangan apa-apa. Shinaciku memandangi perkebunan teh yang luas. Dia merasa takjub, melihat perkebunan yang sedikit berkabut. Kelinci itu tiba-tiba melompat Shinacikupun dengan bersemngat kembali mengejar kelinci putih itu berlari dengan riang sambil membawa layanganya.
.
.
Ditempat lain, Naruto dan Sakura sedang bermesraan penuh cinta. Naruto mengecup leher Sakura dengan mesra dan rasa sayang. Sakura terkikik geli saat Naruto mencoba merayunya. Wajah Sakura merona merah, Naruto menatapnya begitu menggoda. Jemari Sakurapun menyentuh bibir basah suaminya
"anata.."
"hmm..?"
Naruto bergumam, kemudian mengecup jemari istrinya. Jantung Sakurapun berpacu dengan cepat Naruto menatap langsung kedalam emeraldnya. Beberapa saat Sakura masuk dalam hipnotis saphire blue suaminya. Kemudian kedua tanganya menangkup wajah suaminya, Naruto semakin mendekat. Sakura bisa merasakan hembusan nafas Naruto lalu...
"ayah dan ibu sedang apa?"
Dengan wajah polos tanpa dosa Shinaciku menghentikan aktivitas kedua orang tuanya.
"eehh.. kau masih belum cukup umur untuk mengerti sayang"
Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Sakura memasang ekspresi kikuknya.
Ah, anak itu.. hampir saja melihat hal yang tidak semestinya dia lihat. Batin Naruto dan Sakura secara bersamaan.
.
.
.
OWARI
.
.
thank's to : balay67,SR not AUTHOR,lora bozz 29,rohimbae88, realpus D Naruto,ara dipa,dindachan06,ana,KEN 1411,namika,dika,oni,der,uhuyy,dandandi185,woodland,kiutemy,Novita187,w. george azra,NekoChan,sasimi,Riela nacan,ary,uhuyy,haidaroh,zhion dearavaelero rylhen dyozalynata,iwas,sayumi,Yuuki Natalia,Tamerlane 12,namikaze chaerim,wahyukhalil3,Alvin wilson,Geki Uzumkai,joy,sunyday,Ren,KozukiShin,Shizuka, Ae Hatake,the Charpenter 3, Guest, readees yang udah mau ngebaca follow dan ngefav fic ini Arigatou gozaimats^^, maaf kalau typo salah pengetikan penname kalian ataupun adayang belum disebut.
sebelumnya author minta maaf kalau updatetanya telat terhalang oleh kesibukan dan persiapan kuliah #malahcurhatdia -_-. oke avaikan yang ini :v .. semoga gak terlalu mengecewakan di epilog terakhirnya. dan untuk yang menjalankan Shionn ucapkan
"selamat menunaikan ibadah puasa^^"