Tiga hari pun telah berlalu. Sampai sekarang, para detektif belum juga menemukan pelaku dari kasus Grace. Meski begitu, penyelidikan akan tetap berlanjut hingga pelaku keji nan misterius itu tertangkap.

Tulisan ditembok gang pelabuhan Pulau Rintis juga membuat trauma tersendiri bagi kelima detektif utama kita. Terutama untuk Ying dan Fang yang menyaksikan sendiri tulisan 'darah' berisi ancaman itu.

Namun, gadis keturunan cina itu mau tak mau tetap meneruskan penyelidikan yang dapat membahayakan nyawanya sendiri.

Kasus baru pun muncul. Kasus kematian Taeyeon yang diduga berlandaskan cinta. Pelaku masih diselidiki lebih lanjut.

Yaya semakin penasaran dengan 'sosok misterius' yang merupakan dalang dari segala kasus-kasus diPulau Rintis. Mendengar pernyataan Ying bahwa 'sosok' itu bukan manusia.

Logika Yaya berputar. Bayangkan saja, jika kau mendengar dia bukan manusia, lantas makhluk apakah itu? Hahaha... Hantu? Non sence. Tidak masuk akal.

Ying sempat merengek untuk menghentikan penyelidikan ini, karena menyadari pelakunya itu bukan 'manusia'. Phobianya terhadap hantu membuat rasa semangat untuk meneliti perlahan sirna.

Yaya hanya mampu menggeleng kepalanya maklum. Toh, dia sendiri juga geli (baca: takut) dengan serangga.

Yang ia takutkan adalah, ancaman 'sosok' itu. Nampak sekali bahwa dia tak main-main dengan ucapannya. Mengerikan sekali jika akan terjadi pembantaian di Kantor Detektif Pulau Rintis.

Yang ia bisa lakukan hanyalah berharap. Berharap 'sosok' itu menghilang dan tak mengganggu dan mengancam detektif lagi. Berharap para detektif dapat tenang dalam menjalankan pekerjaan mereka tanpa ada halangan sedikit pun.

Yaya menghela nafas pasrah. Kasus baru pun sudah muncul. Ia harus kembali menyiapkan dirinya untuk melewati semua tantangan dan rintangan. Sebagai Detektif, ia sadar kalau dia tidak boleh menyerah atau pun takut. Itu sudah termasuk kedalam tugasnya.

Dia pun bangkit kembali dan bersiap menjalankan perkerjaannya.

Good Detective

Disclamer: BoBoiBoy © Animonsta Studios

And Good Detective © Delia Angela

Genre: Mystery and Tragedy (Plus Romance and Friendship)

Rating: Teen (13+)

Kasus by: Ice Flower Girl

OC: Stephanie Hwang (SNSD) & Kim Taeyeon (SNSD)

WARNING! OC (Other Cast)! OOC (Out Of Character)! Typo(s)! Fast Alur! Friendship day! Love Story! BoYa! FaYi! GoSu! Slight!BoYi & GoYa!

Catatan: Cerita ini murni IMAJINASI sang author. Adanya kesamaan/kemiripan jalan cerita, nama, waktu, dan juga lokasi merupakan KETIDAK SENGAJAN. Tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.

Chapter 21: 'Taeyeon Problem: The Information (prolog)'

"Permisi."

Perlahan, Yaya pun memasuki kamar Kakek Grace bersama dengan Ying, Suzy dan Gopal. Melihat para detektif yang telah menyelematkan Kakeknya, Grace tentu dengan senang hati menyambut kedatangan mereka.

"Selamat Datang, Kak! Wah, ada apa ini? Kok tiba-tiba datang kemari? Apa ada yang bisa kubantu? Atau-"

Yaya terkekeh kecil melihat sifat Grace yang terlihat seperti sedang menyambut seorang tamu kehormatan. Ia langsung memotong perkataan Grace yang menurutnya agak berlebihan itu.

"Owh, kau ini Grace. Santai aja kali... Kami kesini cuman pengen mastiin aja kalau kakek Grace baik-baik aja. Ya'kan Ying? Gopal? Suzy?"

Kedua gadis itu mengangguk setuju.

"Biar aku periksa keadaan Kakekmu dulu ya..." Suzy dengan senang hati memeriksa keadaan Kakek Grace.

Ditempelkannya stetoskop ke dada Kakek Grace. Dengan teliti ia mendengar irama detak jantung Kakek Grace.

Gopal merasa kagum melihat Suzy yang sedang memeriksa pasiennya dengan sangat telaten. Jantungnya agak sedikit berdegup kencang membayangkan kejadian saat dia sedang demam dan maag waktu itu.

Tetapi Gopal agak merasa kecewa. Ternyata perhatiannya itu bukan hanya tertuju pada dirinya. Suzy memang sangat telaten merawat Pasiennya dengan sepenuh hati. Hah... ia merasa agak ge-er sekarang.

Setelah yakin kalau jantung Kakek Grace tak mengalami masalah, Suzy pun beralih ke perut Kakek Grace yang sangat kecil.

"Kalau ada yang sakit, bilang ya Kek..."

Kakek Grace merasa baik-baik saja. Ia sama sekali tak merasa sakit dibagian perutnya. Kecuali didaerah dimana ia terluka.

"Ada rasa sakit?"

"Saya rasa tidak, nak. Saya merasa saya baik-baik saja. Kalian jangan terlalu khawatir ya, saya menjadi agak tak enak hati dengan kalian."

Grace menggangguk setuju dengan perkataan Kakeknya. Ia agak merasa telah merepotkan detektif.

Ying menghela nafasnya maklum, "itu sudah menjadi kewajiban kami, Grace. Sekali lagi kau merendahkan diri, akan kuhajar kau."

Seisi ruangan tertawa mendengar ancaman Ying pada Grace.

"Hahaha... Iya deh, iya. Maaf ya, Kak."

Yaya berdehem memperbaiki sikapnya menjadi agak serius. Ia pun mengeluarkan notebook dan pensilnya.

"Baiklah, kalau Kakek Grace tidak apa-apa, apa boleh saya memeriksa Kakek? Saya memerlukan informasi untuk bisa menemukan si pelaku. Bisa?" tanya Yaya sopan.

Kakek Grace agak mengubah posisinya menjadi terduduk. Spontan Grace segera membantu kakeknya itu.

"Tentu saja. Jadi waktu itu, kalau tidak salah sekitar pukul 22.00 malam, saya baru saja pulang dari kantor. Saat perjalanan pulang itulah saya sudah merasakan bahwa ada yang mengikuti saya. Dan setelah itu..."

Penjelasan Kakek Grace tiba-tiba menggantung. Kelihatannya ia berpikir.

Yaya dengan sabarnya menunggu kelanjutannya. Ia mulai merasakan ada yang tak beres disini.

"Sshh..." Kakek Grace meringis kecil.

Tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat sangat sakit, serasa ingin pecah. Penglihatannya perlahan mengkabur.

Grace mengnyerit melihat Kakeknya bertingkah seperti itu.

"Kek? Kakek kenapa Kek?" Bingung Grace.

Suzy segera bertindak. Perlahan, ia membimbing Kakek Grace untuk kembali ke posisi tidur. Diperiksanya Kakek Grace, takut ada masalah.

Keheningan melanda mereka. Mereka sama sekali tak mau mengganggu sang Dokter itu.

"Ini aneh," Kata Suzy penuh keheranan. "Kakek Grace tidak kenapa-kenapa, kok. Memangnya apa yang Kakek rasakan barusan?"

"Tadi saya merasa ingatan saya dibutakan, kepala saya tiba-tiba serasa ingin pecah saat ingin menceritakannya," Suara Kakek Grace terdengar agak serak. Wajahnya penuh kelelahan.

Mendengar perkataan Kakek Grace barusan membuat Yaya teringat dengan kejadiannya dimasa lampau.

Kejadian saat dia merasakan semuanya gelap. Kejadian saat dia merasakan suara misterius di pikirannya.

"Mungkin Kakek sedang lelah," Gopal mencoba untuk berpikir positif.

Suzy mengangguk setuju, "yah, Gopal ada benarnya juga. Lebih baik kakek memperbanyak istirahat dan jangan berpikiran yang terlalu berat. Meski Kakek sudah dinyatakan sembuh, tapi itu tak membuat kakek bisa melakukan aktivitas yang normal."

Kakek Grace mengangguk lemah. Ia kembali ke posisi tidurnya dan beristirahat.

Menyadari keadaan Kakek Grace yang belum terlalu sembuh total dan masih harus beristirahat, Yaya merasa ia harus menunda penyelidikan si 'sosok misterius' sampai korban sembuh total. Hatinya merasa tak enak telah membuat Kakek Grace tertekan.

"Emm… Kalau begitu, kami semua pulang dulu ya, Kek, Grace. Pekerjaan kami masih agak banyak. Gak apa'kan?"

Grace terkejut mendengarnya. Ia tak menyangka mereka akan pulang begitu cepat, "Ehh? Gak mau minum dulu? Masih banyak nih yang mau aku obrolin sama kalian."

"Kami ingin sekali, tetapi untuk sekarang ini kami tidak bisa. Mungkin lain waktu, oke?" Ujar Ying lembut, berusaha membuat Grace mengerti.

Hati Grace agak kecewa, namun ia mengerti dengan pekerjaan para detektif. Ia yakin, mereka pasti sangat sibuk.

"Yaudah deh, hati-hati ya dijalan."

Mereka mengangguk. Segera, mereka pun melesat menuju lokasi kejadian kasus Taeyeon.

...

"Menurut data, Seorang siswi keturunan Korea bernama Kim Taeyeon ini dibunuh sewaktu kampus sedang sepi dan sudah tak berpenghuni. Tetapi, pelakunya siapa masih belum bisa diketahui," jelas Boboiboy membacakan hasil data dari pihak kepolisian tentang kematian Taeyeon yang mendadak.

Fang menambil pose berpikir sesaat. Jujur saja, sulit menemukan pembunuh diantara ratusan orang di Kampus tersebut.

"Ini aneh. Memangnya tidak ada bukti lain yang menyakinkan untuk mempermudah kita dalam menyelesaikan kasus Taeyeon?"

Dengan lemas, pemuda dengan topi dinonya itu menggeleng. Fang menghela nafas. Ia merasa kembali lagi menghadapi kasus Grace yang sama. Tidak ada jejak.

Tunggu? Apa?

Otak Fang mulai mengumpulkan berbagai sugesti. Bisa saja pelaku kasus Taeyeon kali ini sama dengan kasus penculikan Kakek Grace yang tidak memiliki petunjuk apapun.

Tetapi itu masih didalam dugaannya, ia sama sekali tak memiliki bukti kuat untuk menuduh si 'sosok misterius' itu. Toh, keberadaannya saja belum diketahui.

"Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan si 'sosok misterius'?"

Boboiboy menatap Fang dalam. Rasanya, perkataan Fang masuk akal dikepala Boboiboy.

"Hmm... itu mungkin saja Fang, tetapi'kan posisi sosok misterius saja kita tak tahu dimana, bagaimana cara kita menginterogasikan dia?" Sangkal Boboiboy.

"..."

Keduanya terdiam sesaat. Masing-masing berpikir hal yang sama. Bagaimana menyelesaikan masalah ini?

Sebuah ide melintas dikepala Fang, "aku akan telepon Ying. Siapa tahu mereka sudah mendapatkan informasi tentang sosok misterius dari kakek Grace?"

"Ide yang bagus."

Fang pun membuka kontak di HPnya. Dicarinya nama Ying dan segera ia menekan ikon 'telepon'. Boboiboy menyimak percakapan mereka berdua dari kejauhan.

"Halo Fang? Ada apa?"

"Halo Ying. Emm... aku ingin bertanya, soal sosok misterius itu. Apa kau sudah mendapatkan data penting?"

"Hah..."

Terdengar helaan nafas dari Ying. Tiba-tiba saja, perasaan Fang menjadi tidak enak. Biasanya jika Ying sudah menghela nafas, itu artinya ada kabar yang buruk.

"Cepat katakan, Ying. Kita butuh info-"

"Tidak. Aku tidak dapat informasi apapun."

Firasat Fang benar. Mereka tidak mendapatkan informasi apapun.

"Keadaan Kakek Grace masih dibilang lemah. Masih harus banyak istirahat, jadi ya... You know what i'm mean 'right?"

Fang memutar bola matanya, ia benar-benar seperti terjebak di gang yang tak ada jalan keluarnya. Tidak ada informasi apapun.

"Hah... yasudah. Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"..."

Hening. Tidak ada jawaban. Mungkin Ying sedang berpikir.

Dengan sabar seribu sabar, Fang menunggu jawaban dari Ying yang entah kapan ia dapatkan. Bisa jadi tahun depan, mengingat otak Ying jika berpikir sudah seperti siput yang mengangkat batu raksasa.

10 detik... Oke, Fang masih sabar.

20 detik... Fang mulai merasa agak bosan.

30 detik... Baiklah, ia sudah tak bisa sabar.

1 menit... lenyap sudah semuanya.

"Entahlah."

Shit. Berjam-jam ia menunggu (sebenarnya hanya 1 menit), tetapi jawabannya hanya 'entahlah'? Bersyukurlah Ying itu adalah orang yang ia ekhem-cintai-ekhem. Jika tidak, beh... Mungkin Ying akan kehilangan kepalanya.

"Hah... ya sudahlah. Kau, Yaya, Suzy, dan Gopal ke tempat kejadian saja. Aku dan Boboiboy akan menyusul kesana. Oke?"

"Okay!"

Fang nyaris saja menutup teleponnya dengan Ying, tetapi mendengar adanya suara Ying yang masih terdengar membuatnya membatalkan niatnya.

"Oh ya! Tunggu dulu, Fang!"

Fang kembali menempelkan ponselnya ketelinganya, "Apa?"

"Emm... Sampai jumpa disana. Dah!"

Tutt... Tutt...

Fang tak kuasa untuk tidak menyungging senyuman dibibirnya. Rasanya ada yang disembunyikan oleh Ying, begitupun juga dirinya. Ia sampai sekarang masih belum berani mengungkapkan perasaannya kepada gadis berdarah China itu.

Boboiboy, yang dari tadi menyimak percakapan keduanya, mengnyerit penuh keheranan melihat Fang senyam-senyum sendiri bagai orang yang sudah kehilangan akal sehatnya.

"Kau masih sehat'kan?"

"Eh?" Lamunan Fang buyar seketika. Ia menjadi salah tingkah menyadari ternyata pacar Yaya itu memperhatikannya.

"Emm... tidak kok! Ah! Ayo cepat kita ke TKP! Mereka sudah menunggu kita disana!"

Boboiboy hanya mampu menurut. Andai saja ia tahu apa yang sedang dirasakan pemuda tampan (?) ini.

...

Tepat pukul 14.00 siang, Yaya, Ying, Gopal, dan Suzy tiba ditempat kejadian, tempat dimana Taeyeon dibunuh. Disinilah mereka bisa mengumpulkan berbagai informasi penting terkait dengan pembunuhan itu. Banyak sekali yang harus diselidiki, baik itu teman, guru, pacar, ataupun petugas-petugas di sini.

Toh, tidak ada yang tahu benarkan siapa yang membunuh Taeyeon? Semua orang patut dicurigai.

"Kasus ini semakin membuatku pusing," komentar Gopal. Jujur saja, belakangan ini ia seperti kesulitan menyelesaikan berbagai kasus-kasus yang ia hadapi. Entahlah, mungkin dia lelah.

Ying mendesah mendengar keluhan Gopal itu. Tak bisakah pemuda berdarah india itu sadar, jika mereka didalam kewajiban seorang detektif?

"Aduh, tolong deh Gopal. Kalau kamu gak mau menghadapi kasus ini, pulang saja sono!" Ying mengusir Gopal.

Gopal terkejut mendengarnya, "Eh? Iya! Iya! Aku gak bakal ngeluh deh."

Suzy terkekeh geli. Yaya menggeleng melihat pertengkaran singkat kedua sahabatnya itu.

"Oh iya, dimana Fang dan Boboiboy? Kok mereka belum kelihatan ya?" Heran Suzy celingak-celinguk mencari kedua detektif yang belum terlihat batang hidungnya.

Yaya agak tersentak, ia baru ingat bahwa ia sama sekali belum melihat mereka berdua. Reflek ia menjadi ikut mencari keduanya.

"HEI!"

Sebuah panggilan itu membuat perhatian mereka teralih menuju asal suara. Kedua pemuda yang baru saja mereka cari, muncul menghampiri mereka.

Ying memutar matanya jengah, "kalian lambat." Komentarnya ketika keduanya sampai.

Fang menarik nafasnya sebentar, ia langsung menatap Ying tajam. Agak kesal mendengar kritikan gadis asal china itu.

"Bawel ya?"

Menyadari keduanya akan bertengkar, Yaya langsung menengahi mereka, "eits! Jangan bertengkar dulu! Sekarang kita harus fokus ke kasus ini, okay?"

Niat Ying untuk membalas Fang sirna mendengar ujaran sahabatnya. Ada benarnya juga, jika ia berdebat dengan Fang, itu hanya akan membuat mereka semua kehilangan waktu.

"Hmmp! Kalau bukan karena kita didalam tugas, aku gak akan mau mengalah denganmu, Fang!"

Fang mendelik, "ya... what ever you say."

Mereka pun melangkah masuk ke Kampus Taeyeon. Meski sudah terjadi pembunuhan, Kampus ini masih menjalani aktivitas belajar mereka.

"Ada yang aneh disini."

"Hah?"

Perkataan Boboiboy barusan membuat mereka semua terheran.

"Maksudmu?" Bingung Gopal, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pemuda itu.

Boboiboy mengedarkan pandangannya kepenjuru Kampus dimana Taeyeon dibunuh. Ada perasaan yang membuat ia merasa curiga, tetapi ia tak bisa langsung mengambil kesimpulan, sebelum bukti ditemukan.

"Tidak. Lupakan saja."

Tiba-tiba, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan gadis berdarah amerika saat ingin menuju ruang kelas.

"Eh?"

Yaya menatap penuh menyelidik gadis itu. Gadis berambut hitam tersebut terlihat kaget sekaligus ketakutan, membuat tanda tanya tersendiri bagi mereka.

Menyadari dirinya diselidiki, Gadis itu menunduk enggan menatap mereka dan berlari meninggalkan para detektif.

"Hei! Tunggu dulu!" Seru Yaya mencoba menghentikannya. Tapi gadis itu tetap berlari tanpa berbalik.

Ying ikut menatap kepergian gadis aneh itu.

"Apa kau berpikir hal yang sama denganku?"

Mata kedua gadis itu bertemu. Seolah berkomunikasi tanpa suara.

Satu pertanyaan mereka.

'Siapa dia?'

To Be Continue...

Yap, prolog sudah selesai. Chapter depan akan langsung menuju ke penyelidikan. Ada yang sudah bisa menerka, siapa pelakunya?

Dan... APA-APAAN INI? KENAPA ADA TAEYEON + TIFFANY?! Yap, saya merasa bersalah ke SM Entertainment karena telah meninstakan mereka. Mianhae...

Entah kenapa, aku ingin banget masukin mereka berdua. Karena yang kudengar, mereka berdua sahabatan bukan? So sekalian ajalah...

Balasan review:

Fancy Candy: Hehehe... Makasih udh bersedia geregetan. Toh, saya juga geregetan kok. Wkwkwk... Doain saja bisa Next Kilat ya Candy... Thanks for review!

EruCute03: Makasih sudah mau penasaran... Thanks for review!

Vanilla Blue12: Makasih atas doanya ya, Nisa... Ya, dikasus ini memang lebih banyak konflik dan klue untuk kedepannya. Thanks for review!

Llilara: Jangan sedih-sedihan terus dong, nanti gak ada humornya... hehe... Thanks for review!

Khairani044: Ya, ini sudah next kok! Thanks for review!

Flower Jasmine: Wah! Reader baru! Iya, tapi ini belom terlalu panjang. Namanya juga Boboiboy, apasih yang gak romance? Thanks For review!

Rampaging Snow: Terima kasih... Syukurlah kalau gak hancur... Ngambil dari mana ya? Gak tahu deh, tiba-tiba nemplok saja dikepala. Thanks for review!

Sawsan: Yeay! Hwuaa... maafkan saya... Thanks for review!

Guest: Iya, ini udh lanjut... thanks for review!

Syak30Dec: Iya, ini masih pan...jang. Doain saja bisa update cepet. Thanks for review!

Gempa nahito uzumaki: Iya, aku usahain untuk baca kalau sempet ya... Soalnya belakangan ini agak sibuk.

Preview Chapter mendatang:

"Aku heran... Masa iya dia dibunuh oleh pacarnya sendiri?"

"Jalankan rencanamu sesuai rencana Ejojo, soal Detektif, serahkan padaku. Peringatanmu itu membuat mereka penasaran, heh."

"Sebenarnya apa yang Tn. Aba sembunyikan?"

"Aku merasa tak bisa mempercayai siapapun."

"Hah? Atau mungkin...sahabatnya sendiri?"

"Gak! Aku bukan pembunuh!"

"Aku janji akan mencari tahu sosok itu!"

Quiz: Siapakah gadis berdarah Amerika dan berambut hitam itu?

Alright, terima kasih sudah baca fanfic aneh bin gaje ini! Please review, favs, and follow ya!

Unleash your imagination and keep on writing!

Salam,
Delia Angela

Copyright © 2016 Delia Angela ^-^ | Powered by: Fanfiction. Net