"Tenten-chan, bagaimana perasaanmu saat kau tahu akan menyanyikan lagu bersama Sasuke-kun?" Seorang wartawan berdiri diantara deretan kursi yang terisi penuh. Aula kecil yang itu nampak penuh oleh para pemburu berita yang hari itu mendapat mandat untuk meliput konferensi pers tentang lagu terbaru Tenten dan Sasuke.
Gadis dengan ponytail berpita merah hati itu tersenyum sebelum mendekatkan mulutnya ke mikrofon. "Jujur saja aku kaget." Jawabnya cepat, beberapa kamera terfokus ke arahnya. "Ini pertama kalinya, dan karena Sasuke-kun masih baru, aku agak canggung." Ia menyudahi jawabannya sambil tersipu.
"Tenten-chan, apakah kecanggunganmu itu karena kau meragukan kemampuan Sasuke?"
Tenten menggeleng cepat, kelopak matanya seakan terbuka lebih lebar bersamaan dengan kilatan cahaya yang dipancarkan kamera ke arahnya. "Bukan seperti itu, Sasuke-kun sangat berbakat. Aku bahkan sempat berpikir kalau aku mungkin tidak bisa mengimbanginya." Ia menjawabnya dengan sungguh-sungguh. Ya, Sasuke sangat berbakat, pendeknya rentang waktunya untuk debut dan pencapaiannya menunjukkan semuanya.
"Aah, mendengar senpai-ku mengatakan hal seperti itu, aku sangat tersanjung." Suara maskulin itu menyahuti deklarasi Tenten. Fokus media pun mengarah pada pemuda berambut legam di sebelah gadis itu, mata kelamnya tertaut pada sosok senpai-nya yang tertegun. "Tapi itu tidak benar, kami sudah melakukan rekaman kemarin dan aku sangat suka dengan hasilnya." Ia tersenyum –yang langsung disambut kilatan cahaya dari juru foto- sembari menatap ke wajah-wajah penuh tanya di depannya, sementara orang yang disebutkannya menunduk dengan pipi bersemu.
I Like You, Senpai!
Chapter II
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: OOC,Typo, dan kesalahan-kesalahan yang mungkin ditemui.
.
.
.
.
Genma dan Shizune memandangi keduanya dengan penuh tanya, Tenten duduk menjahit headpiece untuk kostum terbarunya sambil bersenandung, sementara Sasuke hanya duduk dengan gitar dan buku catatan di pangkuannya. Sehari setelah keputusan mendadak Tsunade, kedua artis yang mereka tangani memang seperti melakukan gencatan senjata, tapi semakin lama, diluar proyek bersama itu, mereka mengabaikan satu sama lain. Keduanya bersikap seakan yang lain tak ada dalam ruangan itu. Tak ada lagi huru-hara di lantai tiga, tak ada lagi suara melengking Tenten dan komentar-komentar sinis Sasuke, dan untuk sementara keduanya mensyukuri kondisi itu. Sementara? Ya, sementara karena ada istilah 'calm before the storm'. Dan mereka yakin storm yang dimaksud tidak akan lama lagi.
"Tenten?" Panggil Shizune.
"Sasuke." Genma melakukan hal yang serupa.
Gerakan tangan Tenten berhenti, poninya bergoyang saat ia mengangkat kepalanya. "Ya?" Jawabnya pelan.
Sementara Sasuke hanya menoleh dari gitarnya, diikuti dengan, "Hn."
"Kemari," Genma melangkah ke set kursi di dekat jendela, mereka bisa melihat wilayah sekitar dengan jelas dari sana. "Tenten, kau juga kesini." Tambahnya saat melihat hanya Sasuke yang bergerak dari posisinya.
Tenten meletakkan jarum dan kainnya lalu melirik ke arah Shizune, yang memelototkan matanya, seakan memberinya komando untuk mematuhi Genma. Ia pun mengangguk meski jelas masih tak mengerti ada apa ini. Dengan sedikit enggan ia duduk di kursi yang tepat berada di samping Sasuke, karena Shizune sudah mengisi kursi lainnya.
"Ada apa, Genma-san?" Sasuke bertanya, kedua tangannya bertumpu pada meja di depannya sementara Tenten hanya memiringkan kepalanya, ingin tahu.
Shizune menyodorkan satu dokumen dengan sampul berwarna biru muda yang sangat dikenal Tenten, jadwal kegiatannya. Bola matanya bergantian menatap wajah manajernya itu dan dokumennya itu.
"Dengar, Sasuke, Tenten." Genma memandang keduanya, meminta atensi mereka. "Penulis asli naskah film itu menolak lagu kalian." Ia bicara dengan hati-hati, namun matanya memandang awas saat kedua penyanyi di depannya mulai saling melempar tatapan membunuh, seakan-akan menyalahkan satu sama lain.
"Dan sebelum kalian memulai perang disini, ada baiknya kalian mendengar apa yang akan disampaikan Genma hingga selesai." Tukas Shizune tegas, membuat keduanya kembali menghadap manajer masing-masing.
"Jiraiya-sensei menyukai suara kalian, dan lagu itu juga punya sentuhannya di dalamnya." Genma menjelaskan. "Tapi," satu jari telunjuk terkibas diantara mereka, "ia mengatakan tidak merasakan apapun dari lagu itu." Sekarang ia menatap tajam keduanya. "Lagu itu terdengar bagus namun hampa."
Tenten berjengit, ini pertama kalinya. Ia selalu berusaha keras agar lagu-lagu yang dinyanyikannya tak terdengar kosong, namun kali ini usahanya percuma.
Sasuke hanya menatap balik pada lelaki bersurai cokelat di depannya. "Jadi, apa yang harus kita lakukan, Genma-san?" Tanyanya, ia masih terlihat tenang.
"Maafkan kami, namun sepertinya jadwal kalian akan bertambah." Ujar Shizune.
Alis Tenten terangkat penuh tanya sementara Sasuke melirik ke arahnya sebentar sebelum kembali pada kedua orang yang lebih tua itu.
"Rekaman ulang, namun sebelum itu kalian harus membangun chemistry terlebih dahulu." Sahut Genma.
"Aku akan meminta maaf lagi, Tenten." Shizune benar-benar terdengar bersalah sekarang, membuat Tenten terperangah melihat perempuan yang tujuh tahun lebih tua darinya itu menundukkan kepala.
Melihat Shizune yang sepertinya tak bisa mengatakan situasinya pada Tenten, Genma akhirnya bersuara lagi. "Jiraiya-sensei sudah berbicara dengan Tsunade-sama dan untuk mewujudkan itu, Tsunade-sama memutuskan untuk sementara aku mengurus Dolls dan menyerahkan tugas untuk memanajeri Sasuke pada Shizune."
Kelopak mata beriris hazel dan legam itu melebar bersamaan saat Genma menyudahi kalimatnya.
"Kenapa bukan Shizune-san saja yang mengurusi Dolls?" Tanya Sasuke. Menurutnya, Dolls adalah grup perempuan, akan lebih baik jika didampingi oleh perempuan juga. Terlebih lagi, sebagai yang lebih senior, Tenten pasti lebih mengerti seluk-beluk profesi mereka. Peran Shizune untuk Tenten bisa diisi oleh Genma. Shizune itu perempuan yang cerdas, bukan tidak mungkin ia bisa membaca perasaan Sasuke seperti yang dilakukan Genma, rahasia perasaannya untuk seniornya bisa terbongkar.
Tenten masih menimbang kata-kata seperti apa yang harus dikeluarkannya. Tsunade-sama benar-benar all out kali ini, satu kata yang salah, mungkin ia akan dipaksa melakukan pemotretan atau menjadi model di video klip Sasuke. "Selama dia tidak mengganggu semua jadwalku, ayo lakukan." Ujar Tenten santai, membuat lelaki di sebelahnya menoleh ke arahnya cepat. "Semakin cepat kita melakukannya, proyek ini bisa cepat selesai. Benar 'kan, Sasuke-kun?"
Sesuatu seperti mendorong isi dada Sasuke turun ke perutnya dan mengaduk-aduknya ketika mendengar ocehan Tenten. Pertama, ia bersyukur mereka mendapat lebih banyak waktu untuk bersama. Namun yang terakhir diucapkan Tenten itu membuatnya tak nyaman. Tenten ingin proyek ini selesai, apa keberadaannya benar-benar sudah membuat gadis itu muak?
Genma dan Shizune mengangguk mendengar jawaban Tenten. "Shizune tak bisa mengurus Dolls untuk sementara ini. Persiapan konser Tenten dan promosi album mereka terlalu berat jika dibebankan pada satu orang yang sama." Genma menjawab pertanyaan Sasuke.
Bisa dimengerti, pikir Sasuke. Tenten dikenal sebagai pemuja kesempurnaan, hanya Shizune dan Tsunade-sama yang bisa menyadarkannya kalau ia bertindak terlalu jauh.
"Aku bisa bilang apa kalau memang itu keputusannya?" Ujar Tenten sambil mengedikkan bahu.
Dan sejak saat itu, Sasuke selalu bisa ditemukan di tempat dimana orang-orang mencari Tenten. Ia memang sedang dalam masa penulisan lagu, ia bersikeras untuk menulis lagunya sendiri, sehingga tak banyak kegiatan yang mengharuskannya tampil di muka publik.
"Tak buruk, senpai!" Suara familiar yang datang dari pemuda dengan cardigan abu-abu dan topi baseball itu sontak membuat Tenten menoleh.
"Kau?" Manik hazelnya membola sempurna sebelum ia menyadari situasi di sekelilingnya. Ia baru saja selesai pemotretan untuk salah satu brand pakaian olahraga, dan masih mengenakan padanan kaus putih dengan rok mini seperti pemain tenis wanita pada umumnya. "Apa yang kau lakukan disini?" Biasanya kalaupun ia ikut ke lokasi Tenten bekerja, ia hanya akan menunggu di mobil atau mencari tempat beristirahat yang lain, tidak menampakkan batang hidungnya di tempat ia bisa dikenali orang banyak.
"Menjemputmu." Jawabnya singkat, ia menyerahkan sebotol infused water. Tenten menatap botol itu curiga. "Ini dari Shizune-san." Sasuke dengan cueknya meraih tangan Tenten dan menaruh botol itu di genggamannya.
"Hey," Tenten berdesis memperingatkannya sembari melihat ke sekelilingnya, beruntung tak ada yang memperhatikan tingkah setengah memaksa Sasuke.
"Jangan berlebihan, senpai." Tukas Sasuke santai sambil menunjukkan tas yang berisi pakaian casual Tenten. "Kata Shizune-san, kau bisa langsung pulang setelah ini. Dan oh, katanya periksa ponselmu."
Tenten memandangnya curiga sebelum menyambar tas pakaiannya dan menggumamkan terima kasih. "Memangnya Shizune-san kemana?" Tanyanya lebih pada dirinya sendiri sambil mengaktifkan layar ponselnya. Gerakan menyapu jarinya terhenti setelah beberapa usapan. Dengan cepat ia menatap Sasuke dengan kening berkerut dan mulut yang sedikit terbuka. "Eh?" Ia memandang layar ponselnya sekali lagi sebelum menaruhnya kembali dalam tas. "Apa boleh buat." Ia menggigit bibir bawahnya lalu menatap Sasuke lagi. "Jangan berkeliaran, aku ganti baju dulu."
Sasuke, yang berdiri dengan dua tangan di dalam saku depan celananya hampir tertawa melihat ekspresi menggemaskan Tenten. Untung saja kedua tangannya dalam posisi seperti itu atau ia akan mengacak rambut senpai-nya itu karena saking sukanya dengan mimik Tenten sekarang. "Yayaya, kalau kau tidak bisa menggapai resleting di belakangmu, silahkan panggil aku, senpai." Celetuknya, menghadiahinya satu tatapan sebal dari Tenten.
Dari: Shizune-san
Tenten, setelah jadwalmu hari ini, Sasuke akan mengantarmu pulang. Aku masih membicarakan jadwalmu dengan salah satu sponsor konser. Jangan membantah.
Iris cokelatnya menyapu interior mobil sewarna langit malam itu. Dibandingkan eksteriornya yang gelap, di dalamnya justru begitu terang dengan warna merah yang mendominasi. Tenten sudah berganti mengenakan kaos putih yang dipadukan dengan celana jins dan cardigan. Wajahnya nyaris polos tanpa riasan, kecuali untuk warna pink pudar di bibirnya sementara rambutnya tergerai bebas dengan poni yang dijepit ke atas. Kata Shizune tampilan itu bisa sedikit menyamarkannya yang sering tampil dengan bermacam aksesoris yang girlie.
"Sebenarnya Shizune-san menyuruhku untuk langsung mengantarmu pulang. Tapi, apa kau ingin ke suatu tempat dulu? Aku akan mengantarmu, asalkan tidak ke kantor. Mereka ingin kau istirahat." Kata Sasuke sambil memasang sabuk pengamannya.
Tenten memajukan bibirnya, berpikir keras. "Kau tahu supermarket di dekat tempat tinggal kami? Bisa kita singgah disana dulu?" Ia menyebut 'kami' karena rumah itu diisi olehnya, Sakura, Ino, Shizune, dan satu orang asisten yang mengurusi rumah.
Sasuke mengangguk dan menjalankan mesin mobilnya. "Ok."
"Kau yakin kau mau ikut turun?" Tenten memandang pemuda itu ragu saat mendengar pintu mobil terbuka.
Yang ditanyai hanya mengangkat bahu dengan gaya sok cool-nya dan memperbaiki topinya hingga menutupi sebagian wajahnya lalu berjalan seolah tak ada apa-apa.
"Jangan salahkan aku kalau kau diserang fangirl-mu yang kalap." Bisik Tenten meski Sasuke tak bisa mendengarkannya.
Selama mendorong troli belanjaannya, Tenten berusaha keras mengabaikan Sasuke yang mengekorinya seperti bayangan. Simpel, ia tak ingin terjerat masalah. Kalau Sasuke sering menyebut penggemarnya sebagai raja delusi, maka Tenten suka menyebut penggemar pemuda itu sebagai barisan posesif. Bagaimana tidak, mereka suka bertindak terlalu jauh jika melihat ada makhluk berkromosom XX yang berdekatan dengan Sasuke. Ia berhenti di depan lemari pendingin dan mengira-ngira apa yang dibutuhkan mereka berempat di rumah itu.
Suara gesekan plastik yang bersentuhan dengan pinggiran troli menyentak Tenten. Gadis berambut cokelat itu menunduk dan menemukan beberapa buah yang ia tak ingat pernah mengambilnya. Dengan dahi berkerut, ia melirik ke arah Sasuke.
"Aku sedang ingin salad buah." Sekali lagi dengan mengedikkan bahu yang membuat Tenten geleng-geleng kepala.
Satu kata kunci dalam perseteruan mereka, tak ada adu mulut di tempat umum. Dan hal itulah yang dipegang keduanya sampai sekarang. Kemarahan Tsunade-sama jauh lebih menakutkan daripada kontrak yang dibatalkan.
"Terserah." Sahut Tenten lirih dan berbalik untuk mengambil beberapa botol bumbu salad.
"Untukku?" Tanya Sasuke sambil melirik ke dalam troli.
"Kalau kau mau." Jawab Tenten. Shizune memang menaruh salad di dalam daftar cemilan sorenya, jadi tak ada salahnya. Setelah mengecek belanjaannya sekali lagi, ia mendorongnya ke arah kasir.
"Senpai?" Panggil Sasuke pelan.
"Hm?"
"Apa selalu kau yang berbelanja untuk kebutuhan kalian?"
"Kami bergantian melakukannya. Tergantung siapa yang sedang kosong saat itu. Kalaupun kami terpaksa tak belanja, Sakura biasanya meminta bantuan Naruto dan Kiba untuk melakukannya." Tenten menyambar sekantung permen susu.
Alis Sasuke terangkat mendengar nama kedua anggota boyband yang disebutkan Tenten tapi ia tak mengatakan apapun. Ia tak menyangka kalau kedua artis yang mendapat label wild-boys dari salah satu tabloid itu berteman dengan Tenten dan personil Dolls.
Setelah membayar dan keluar dari supermarket, mereka menaruh barang yang mereka beli di kursi belakang mobil Sasuke.
"Terima kasih, Sasuke." Kata Tenten tulus. Meski pada awalnya ia agak ragu dengan keputusan mendadak Shizune, keberadaan Sasuke tak se-menyebalkan biasanya. Mungkin karena ia tidak mencoba membuat komentar-komentar sarkastis tentang hal-hal di sekelilingnya.
"Tak apa. Ini sudah diperintahkan padaku." Balasnya datar. "Jadi, kau mau kemana lagi?" Tanyanya sambil menutup pintu belakang mobil.
"Pulang." Jawab Tenten singkat, "kau mau salad buah 'kan? Jadi, kau tak boleh langsung pulang. Makan denganku." Cerocos Tenten tanpa berpikir panjang.
Sasuke sedikit mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah Tenten. Ia sedang tidak bermimpi 'kan? Ditawari seperti itu, rasanya bahkan melebihi senangnya saat memenangkan posisi pertama di tangga lagu.
"Aku bisa memasak. Tenang saja." Tenten mengira Sasuke meragukan kemampuan memasaknya.
"Bukan i-"
Bruk!
"Onii-chan, maaf." Suara seorang anak perempuan terdengar setelah bunyi berdebum keras. Seorang anak laki-laki yang kurang lebih berumur delapan tahun menabrak Sasuke hingga jatuh.
"Aaa, tak apa. Kau baik-baik saja?" Tanyanya pada anak yang ikut jatuh menimpanya. Anak itu mengangguk. "Lain kali, kalau bermain, hati-hati. Jangan di jalanan umum." Ia menyapu bagian belakang anak itu dengan tangannya dan tersenyum pada gadis kecil yang tadi meminta maaf.
"Sasuke," panggil Tenten lambat-lambat.
"Ya?" Ia berbalik untuk menemukan kepanikan di mata Tenten.
"Itu…." Jari telunjuknya mengarah ke kepala Sasuke. Topi Sasuke terlepas. "Ayo cepat pergi dari sini," desaknya.
"Waaaa, Onii-chan mirip sekali dengan Onii-chan yang ada di televisi." Celetukan itu menarik perhatian orang-orang disekitarnya.
"Sampai nanti." Ujar Sasuke pelan pada anak-anak itu, namun gerakannya jelas terburu-buru. Ia langsung membuka pintu penumpang yang di depan dan mendorong Tenten masuk sebelum bergerak untuk ke kursi pengemudi.
"Aku jadi merasa bersalah dengan anak-anak tadi." Ujar Sasuke sambil menyetir, matanya lurus ke depan. "Tak sempat mengecek apa anak itu baik-baik saja."
"Kau benar juga, tapi apa kau mau tinggal lebih lama, potretmu diambil diam-diam dan besok kau jadi headline di media masa? Anak itu pasti tinggal di dekat sini, kau pasti akan bertemu dengannya lagi."
Sasuke terdiam, Tenten ada benarnya. Ada beberapa media yang diketahuinya suka membesar-besarkan hal yang terjadi. Ia menghentikan mobilnya, mereka sudah sampai.
Baru saja Tenten hendak membuka gerbang, ponsel keduanya berbunyi bersamaan. Nama Genma dan Shizune menatap dari layar ponsel mereka masing-masing.
"Ya, Genma-san?"
"Aku baru saja sampai di rumah, Shizune-san. Jangan khawatir."
"Sasuke, apa yang kusebutkan tentang penyamaran?"
"Tenten, kurang lebih sepuluh menit yang lalu, katakan kau ada dimana?"
TBC
Terima kasih sudah membaca
Biasanya ada bagian untuk balas review tapi berhubung sebagian besar review-nya intinya sama, saya balas sekalian, ya. Kalau saya urai satu persatu, nanti saya malah kebanyakan bicara.
- Akhirnya ini update, dan maaf kali ini lama banget baru update.
- Sasuke jadi Kouhai karena saya mau mencoba lain sendiri. Sasuke memang setahun di bawah Tenten 'kan? ^^
- Makasiiih untuk semua reviewnya, yang kemarin bilang FF ini manis, maaf kalau saya cuma bisa buat FF yang tipikal shoujo begini. Moga tidak bosan, ya.
Last but not least, terima kasih juga untuk yang sudah subs sama favoritkan FF ini.
See you in the next chapter