Hallo... ketemu lagi ama Fay. Maafkan keterlambatan Fay nglanjutin fic ini. 2 bulan, ya? Gak terlalu lama, kan? Klo dibandingin author lain yang bisa ampe bertahun-tahun :""D Fay kan cuma 2 bulan XD *ditimpuk

Ada 2 faktor kenapa Fay terlambat banget update ; pertama, karena Fay ngurus event di fandom sebelah, plus fokus bikin fic juga buat event itu.

Dan yang kedua, akses FFN Fay sempat terblokir. Pas Fay mau publish nggak bisa :( Fay baru tau kalo opera mini dan UC udah gak bisa buat publish fic lagi lewat Hp :"( padahal itu satu-satunya akses buat Fay publish. Fay sempat nangis dan pontang-panting nyari jalan biar bisa publish lagi, sempet down karena tetep gak bisa publish meski udah nempuh berbagai cara. Fay sempat berpikir mungkin gak bakalan bisa nulis lagi di ffn. 3 minggu nyari cara tapi giliran ketemu caranya malah kena WB.

.
.

Terimakasih pada kalian yang udah review di chap sebelumnya :: Dewi15, Seriaryu Kairu Syin, michhazz, Lhiae932, Classical Violin, raenegan, Aiko Vallery, Shiro-theo21, oka, ChubbyMinland, Yassir2374, versetta, liaajahfujo, InmaGination, Revhanaslowfujosh, ZeeZeee, Iyeth620, uzumaki megami, l , Miyu Mayada, Rood Chrishi, guest, Jonah Kim, ai, puri-chan.

Makasih reviewnya maaf gak bisa balas satu-satu. Dan semua yang udah mengapresiasi dengan fav dan follow, sankyu...
Yosh langsung saja!

.
.

HAPPY ENDING

.
.

Disclaimer : Naruto selamanya akan menjadi milik MK. Kalau Naruto milik saya SasuNaru sudah Fay nikahkan.

.
.

Friday 13th by Chizuru Enomoto.

.
.

Warning : Shounen ai, BL , boy x boy, gaje, abal, typo dimana -mana, tulisan acak - acakan, OOC parah, diksi amburadul dsb.

.
.

Don't like don't read !

.
.

Seminggu lagi festival budaya akan di gelar di Konoha High School. Event rutin tahunan yang sudah menjadi tradisi turun temurun hampir di seluruh sekolah di Jepang, termasuk KHS. Siswa dan siswi mulai mempersiapkan segalanya, mulai dari membersihkan area sekolah sampai mendirikan stand-stand makanan, stand permainan, panggung, dan bazar. Kegiatan ekstrakurikuler dan club dihentikan sementara selama 4 hari kedepan. Sekarang semua difokuskan untuk persiapan festival.

Begitu juga dengan Naruto, sepulang sekolah dia tidak lagi latihan ke club. Kegiatannya dialihkan dengan membantu membuat stand Yakitori(1) karena kelasnya akan berjualan makanan itu saat festival. Dia dan Kiba tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan kelas saat festival, kerena fokus untuk mengikuti kegiatan club drama. Hanya siswa-siswi yang tidak mengikuti club saja yang bertugas menjaga stand itu. Maka dari itu dia dan Kiba diwajibkan ikut membantu mempersiapkan stand bersama teman sekelas mereka. Kegiatan dimulai dengan memasang tenda, menata meja dan kursi, meminjam peralatan memasak, membuat panggangan yakitori, dan memasang papan reklame didepan stand. Hanya dalam waktu 2 hari saja semuanya sudah beres karena dikerjakan bersama-sama.

Kini Naruto dan Kiba berjalan-jalan di sepanjang area sekolah, mereka memperhatikan semua kesibukan disana. KHS tengah memperindah diri, aneka stand dan reklame berbagai bentuk dan warna berdiri sejajar disisi kanan-kiri gerbang, menambah meriah suasana. Area taman tengah dihias dengan lampu warna-warni, balon, dan lampion, ada sebuah panggung musik dibuat disana. Persiapan hampir 100% membuat suasana KHS yang biasa-biasa saja kini nampak begitu berbeda. Mereka berjalan menyusuri jalan utama menuju gedung teater, yang juga merangkap ruang club drama.

"Setelah persiapan membuat stand beres, kita disuruh langsung ke club untuk menyiapkan pementasan," ujar Kiba.

Naruto mengangguk, dia tahu persiapan untuk pementasan jauh lebih rumit dibanding membuat stand. Anggota club drama hanya 12 orang, sementara 8 diantaranya harus naik ke panggung dan 4 lainnya bekerja di belakang layar. Ketua club dan guru pembimbing mereka akan bertindak sebagai sutradara dan produser. Banyak yang harus dipersiapkan sebelum pementasan, mulai dari tata panggung, setting, make up, properti, kostume, lighting, background, musik, sound system dan sebagainya. Mereka agak khawatir karena waktunya cukup mepet, jika tidak cepat-cepat mereka akan keteteran sampai waktu pentas.

"Waktunya tinggal 4 hari, apa kita bisa tepat waktu?" Naruto bertanya khawatir.

"Tenang saja, pasti keburu kok. Sebelumnya kita sudah menyicil persiapannya, kan?"

"Hm, semoga saja."

Menyusuri taman berumput hijau, dengan jajaran pohon momiji yang daunnya tengah menguning, menyajikan pemandangan yang begitu indah. Ditambah lampion-lampion merah, dan balon berwarna-warni menghiasi taman itu menambah keindahan suasana. Naruto dan Kiba tersenyum melihat pemandangan ini, KHS sangat berbeda dari biasanya dan event-event seperti inilah yang paling dinantikan semua murid, dimana mereka bisa bersenang-senang sejenak dan beristirahat dari kepenatan belajar.

Mereka berjalan melewati air mancur berbentuk ikan di tengah taman menuju gedung sebelah. Beberapa kali Naruto melihat kebelakang, dia merasa seperti diikuti seseorang sejak dia membuat stand yakitori. Tapi setiap dia menengok kebelakang tidak di temuinya sesuatu yang mencurigakan, yang dia lihat hanya murid-murid yang tengah sibuk mempersiapkan festival.

Kiba yang melihat gelagat aneh sahabatnya akhirnya bertanya, "ada apa, Naruto?"

Naruto tersenyum canggung. "Tidak ada apa-apa, kok."

Kiba akhirnya hanya angkat bahu, dan kembali meneruskan langkah.

'Mungkin hanya perasaanku saja' batin Naruto.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Gedung teater merangkap ruang club drama, gedung seluas 20 x 15 meter milik Konoha High School yang juga bisa digunakan untuk gedung bioskop [Hanya tinggal memasang layar dan proyektor]. Tidak terlalu besar memang, tapi gedung ini termasuk gedung serba guna dan sering digunakan untuk event-event tertentu, untuk festival kebudayaan seperti sekarang misalnya. Gedung dengan sebuah panggung utama yang lumayan besar dan podium penonton yang mampu menampung 120 orang. Jenis panggung yang digunakan yaitu panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai, karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium [proscenium arch]. Bingkai yang dipasangi layar atau tirai inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.

Digedung ini juga tersedia ruang ganti yang bisa digunakan untuk ruang rias, beberapa kamar mandi dan ruang properti, serta gudang yang digunakan untuk menyimpan peralatan sound system dan lighting. Di gedung inilah nantinya Naruto akan pentas, pemutaran film dari club Sasuke juga akan dilakukan disini. Gedung ini terletak di sebelah utara taman utama Konoha High School, dimana ditaman itu keramaian saat festival berpusat. Naruto sangat berharap nantinya akan ada banyak penonton yang melihat dramanya. Mengingat selama ini penonton club drama saat pentas hanya bisa dihitung jari.

Seluruh anggota club drama tengah berbenah saat mereka sampai di gedung itu, rupanya hanya mereka berdua yang datang terlambat.

"Gomenasai, kami terlambat, ketua." Kiba dan Naruto tersenyum canggung.

Shikamaru yang tengah memberi pengarahan tata panggung menengok. "Tidak masalah, bukankah sudah kubilang kalian bisa kemari saat tugas kalian di kelas sudah selesai. Kebetulan saja yang lain sudah selesai dan bisa langsung kemari."

"Jadi sekarang apa yang bisa kami bantu?" tanya Naruto.

Shikamaru berfikir sejenak. "Yang lain sudah kuberi tugas menata panggung dan lighting. Kalian ke ruang ganti saja, cek properti dan kostum. Cek apa masih ada yang kurang atau tidak sesuai, dan jika ada yang tidak beres cepat laporkan padaku."

Naruto dan Kiba mengangguk.

Di ruang ganti, sudah ada Hinata dan Ten Ten yang sedang mengecek peralatan make up. Ten Ten adalah asisten sutradara yang bertugas menata rias dan kostum anggota club drama. Sedangkan Hinata Hyuuga adalah lawan main Naruto dalam pementasan kali ini, berperan sebagai Sang Putri.

"Naruto-kun," sapa Hinata malu-malu, pipinya bersemu saat melihat Naruto.

"Oh, hai ... Hinata-chan." Naruto tersenyum menjawab sapaan Hinata.

Ten Ten senyum-senyum melihat adegan itu, dia menyenggol lengan Hinata dengan sikunya yang hanya dibalas dengan delikan dari Hinata. Naruto menaikkan satu alisnya, heran melihat tingkah kedua gadis itu.

"Kalian sedang apa?" tanya Kiba mengalihkan perhatian tiga orang lainnya.

"Oh itu? Kami barusan mengecek peralatan make up dan ternyata banyak yang kurang dan sudah habis. Kami baru saja akan melapor pada ketua," jawab Ten Ten.

"Begitu? Sebaiknya kalian cepat melapor biar cepat diurus, mengingat waktu kita terbatas. Aku dan Naruto akan mengecek kostum dan properti."

"Baiklah, ayo Hinata," ajak Ten Ten.

"Sa-sampai nanti, Naruto-kun," pamit Hinata yang dibalas senyum dan anggukan dari Naruto.

Ten Ten dan Hinata keluar dari ruang ganti. Kiba memandangi mereka sampai pintu tertutup.

"Kau tahu, Naruto? Aku rasa Hinata menyukaimu. Apa kau tidak lihat tiap dia bertemu atau menatapmu? Pasti wajahnya langsung memerah dan kata-katanya jadi terbata. Dia tidak pernah seperti itu selain denganmu." Kiba menatap Naruto yang tengah membereskan kostum yang berserakan.

"Benarkah? Aku tidak terlalu memperhatikannya. Lagi pula kalau dia memang menyukaiku pasti dia akan mengatakannya padaku. Aku tidak mau menebak-nebak perasaan orang lain, Kiba. Ah, sudahlah tidak usah dibicarakan. Cepat kita cek kostumnya waktu kita terbatas, bukan?" Naruto berusaha mengalihkan pembicaraan.

Kiba hanya mengedikkan bahu, acuh sebelum membantu Naruto mengecek kostum. Mengecek kelayakannya, jumlahnya, ada yang kurang atau tidak, apakah sudah sesuai dengan peran atau belum dan sebagainya. Lalu mereka mencoba kostum masing-masing dan mematut diri didepan cermin. Kiba tertawa terbahak-bahak saat melihat Naruto mencoba kostum kataknya. Melihat betapa cocok dan konyolnya kostum itu pada diri Naruto. Naruto sebal melihat dirinya ditertawakan, dan membalas Kiba dengan ejekan yang sama saat Kiba mengenakan kostum yang jauh lebih lucu dan konyol dibandingkan miliknya, kostum kuda. Pada akhirnya mereka saling lempar ejekan dan tertawa dengan tingkah mereka.

Sore itu mereka habiskan di ruang ganti mengecek kostum dan properti dengan saling penuh canda tawa.

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Pagi itu hujan rintik mengguyur, Naruto berangkat ke sekolah membawa payung. Saat dia melewati lorong menuju loker dia bertemu Uchiha Shisui, ketua OSIS.

"Naruto-kun, bisa tolong berikan ini pada Shikamaru? Bagikan juga pada anggota club drama yang lain. Tolong ya ..." Shisui memberikan kertas-kertas ke tangan Naruto, jadwal kegiatan event.

"Ah, baiklah Shisui-san." Naruto tersenyum menerima kertas-kertas itu.

"Arigatou Naruto-kun, maaf merepotkan."

"Tidak apa-apa, Shisui-san. Sama sekali tidak merepotkan, kok."

Shisui tersenyum dan mengangguk dia pun berlalu dari hadapan Naruto, membagikan jadwal ke club lain. Sejenak Naruto membaca jadwal itu senyum terkembang di bibir plumnya. Club drama akan tampil setelah pemutaran film dari club Sasuke. Pementasan club drama adalah acara terakhir dari jadwal event. Mungkin dia bisa menonton film Sasuke meski hanya sebentar.

Naruto meneruskan langkahnya ke ruang loker dan bertemu Sasuke yang juga sedang membaca jadwal. "Teme."

Sasuke menyunggingkan senyum tipis. "Dobe, kau sudah lihat jadwal dari ketua OSIS?"

Naruto mengangguk antusias. "Iya, aku akan pentas setelah pemutaran film dari clubmu. Kenapa bisa kebetulan begini, ya?"

Sasuke mengacak rambut Naruto. "Mungkin takdir, kau bisa menonton filmku, kan?"

Naruto menepis tangan Sasuke lalu merapikan rambutnya. "Akan aku usahakan karena di bagian akhir filmmu kami harus segera bersiap-siap diruang kostum. Mungkin ada jeda tapi cuma 15 menit."

"Tidak apa-apa meski hanya 15 menit di akhir saja. Kau bisa kan, memakai kostummu dulu lalu keluar sebentar melihat ke panggung? Dari ruang ganti juga pasti kelihatan. Aku juga akan menonton pementasanmu, jadi tampilah sebaik-baiknya, Dobe."

Shappire Naruto berbinar. "Benarkah? Iya, aku pasti akan berusaha sebaik-baiknya, Teme."

"Hn, jangan lupa istirahat nanti kita latihan di atap."

"Iya. Sampai ketemu di atap. Jaa."

Mereka berpisah menuju kelas masing-masing. Sasuke berjalan ke ujung koridor kiri dan Naruto naik ke lantai dua.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Jam istirahat cuaca mendung, Naruto berjalan menuju atap membawa bento untuknya dan Sasuke. Meski jadwal latihan di club dihentikan sementara untuk persiapan festival, jadwal latihannya bersama Sasuke masih tetap berjalan. Mereka masih bertemu diatap saat jam istirahat.

Naruto berjalan menuruni tangga, menuju tangga di sebelah gedung yang menjadi akses menuju atap. Saat sampai diujung tangga dia melihat Sasuke sedang bersama Asuma sensei, guru pembimbing club film. Baru saja dia hendak menyapa Sasuke tapi diurungkannya niat itu.

"Aku dengar kau mengajari anak club drama setiap hari di atap, sampai mengabaikan film-mu. Apa itu benar?"

Naruto menghentikan langkah saat mendengar suara Asuma sensei. Naruto menyembunyikan dirinya di balik tembok.

"Benar, saya memang mengajari seorang siswa anggota club drama tapi saya tidak pernah mengabaikan film saya, sensei," Sasuke menjawab dengan nada sopan.

"Sampai dimana persiapannya?"

"Hanya tinggal diedit, lalu memasang layar dan proyektor di gedung teater."

Asuma berdecak. "Filmnya diputar 2 hari lagi dan belum kau edit? Kau tahu waktu kita terbatas? Sebaiknya kau tidak usah terlalu peduli dengan anak club drama, sampai kau menomorduakan film seperti ini. Biarkan orang club drama yang mengurusnya. Anggota club drama bukan menjadi tanggung jawabmu."

"Jangan salah paham sensei, saya belum mengedit film itu karena ada beberapa scene yang kurang memuaskan dan harus diambil ulang, bukan karena saya menomorduakan film. Saya tidak bermaksud peduli dengan urusan club drama atau bertindak diluar wewenang saya. Saya hanya dimintai tolong oleh anak itu mengambil gambarnya untuk bahan latihan. Karena saya merasa kasihan, saya bersedia melakukannya."

DEG!

Jantung Naruto berdenyut.

"Ya sudah, tapi sebaiknya kau utamakan film-mu. Jangan terlalu mengurus anak club drama, dia bukan tanggung jawabmu. Aku tidak mau tahu, besok film itu harus sudah diedit dan kau serahkan padaku untuk di cek."

"Baik, sensei. Saya berjanji besok pagi akan menyerahkannya pada anda."

Kedua orang itu berjalan menjauhi koridor. Meninggalkan Naruto yang masih setia bersembunyi dibalik tembok.

Tanpa sadar Naruto mencekeram dadanya kuat. Kenapa dia merasa begitu sakit mendengar kata-kata Sasuke? Jadi selama ini Sasuke mau mengajarinya karena kasihan?

Tidak seharusnya dia merasa down mendengar kata-kata itu, bukan? Kenyataannya, memang benar dialah yang meminta Sasuke mengajarinya. Tapi dia tidak menyangka alasan Sasuke mau mengajarinya adalah karena rasa kasihan. Lalu kenapa Sasuke tidak jujur saja? Kenapa Sasuke diam selama ini? Kalau Sasuke memang keberatan. Kenapa Sasuke tetap melakukannya jika memang hanya terpaksa? Tidak seharusnya dia merasa down begini, tapi Naruto juga tidak bisa mengatur perasaannya yang tiba-tiba merasakan perasaan ini. Perasaan yang seharusnya tidak pernah ada.

Naruto ingat perkataan Sasuke saat di atap, dan mengingat bagaimana bahagianya ekspresi Sasuke saat mengucapkannya.

'Orang, benda, dunia yang kusuka. Semua yang kulihat lewat lensa kamera seakan menjadi milikku seorang, sekali melakukannya membuatku tak bisa berhenti. Sangat menyenangkan.'

Naruto tersenyum miris, dia ingin Sasuke merasakan perasaan seperti itu saat mengambil gambarnya. Berharap Sasuke sebahagia itu saat melihatnya lewat lensa kamera. Berharap Sasuke menyukainya.

Naruto menertawakan dirinya sendiri. Berharap Sasuke menyukainya, huh? Memangnya sejak kapan perasaan ini ada? Sejak kapan dia mulai menyukai Sasuke? Dan berharap Sasuke juga menyukainya. Kapan tepatnya perasaan terlarang ini bersarang dihatinya?

Senyum getir kembali menghiasi bibirnya. Tanpa sadar shappire nya berkaca-kaca, cengkeraman pada kotak bentonya menguat. Naruto berbalik menuju kelasnya, membatalkan niatnya latihan ke atap.

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Sore itu hujan deras mengguyur. Naruto berada di depan lokernya tengah mengganti uwabaki-nya dengan sandal yang dia bawa dari rumah. Naruto baru saja menyelesaikan latihannya, gladi resik di gedung teater bersama seluruh anggota club drama. Entah kenapa takdir terasa sedang mempermainkannya. Orang yang paling Naruto hindari justru berada didepan matanya. Naruto ingat saat di gedung teater tadi, Sasuke selaku ketua club film juga ada di sana, tengah mengawasi dan mengarahkan anggota club film memasang layar dan proyektor di gedung itu. Tapi yang paling menganggu, sepanjang latihan mata Sasuke tak pernah lepas darinya. Naruto hanya berpura-pura tidak tahu, bahwa mata onyx itu selalu mengawasi gerak-geriknya seperti hendak melubangi kepalanya. Sebisa mungkin dia tidak menatap Sasuke. Dia ingin menjauh dari pemuda itu. Sepanjang istirahat sampai sekarang Naruto mengacuhkan Sasuke. Meski Sasuke berkali-kali mengajaknya bicara. Naruto terus menghindar dan mengalihkan perhatian.

Naruto baru saja ingin mengambil payung, saat sebuah tangan pucat mencekal lengannya dan dengan cepat membalik tubuhnya.

"Dobe, kenapa kau tidak datang ke atap tadi siang?" Tatapan tajam Sasuke menghujam Naruto.

Berusaha melepaskan cengkeraman kuat pada lengannya, Naruto kembali berbalik menghadap loker. "Tadi hujan, aku tidak mau hujan-hujanan,"Naruto menjawab ketus, mengambil payungnya dan berjalan menjauh.

Sasuke mengikutinya. "Memangnya saat istirahat sudah hujan? Aku menunggumu di atap tapi tidak hujan."

Naruto kicep, bingung membuat alasan. Memang saat istirahat tadi hujan belum turun. "Gomen, aku harus menyiapkan kostum ke club. Jadi aku tidak ke atap," Naruto tetap berjalan cepat, berusaha menghindari Sasuke.

Sasuke menaikkan alisnya. "Bukankah kostum sudah siap sejak kemarin. Kau sendiri yang bilang padaku tadi malam saat aku sms."

Sasuke masih mengejar Naruto yang kini setengah berlari. Langkah mereka berdentum di lantai koridor yang sepi. "Aa ... emmh..." iris shappire Naruto menatap tidak fokus berusaha mencari alasan lain. "Gomen aku sibuk aku tidak bisa latihan lagi di atap. Aku duluan, Sasuke." Naruto berusaha berlari. Tapi terlambat ... Sasuke kembali mencekal lengannya lalu memojokkannya ke dinding.

BRUK!

"Tunggu, Dobe! Kau kenapa? Kenapa aku merasa kau sedang menghindariku?" obsidiannya memandang shappire Naruto dalam.

Naruto memalingkan wajah, menghindari kontak mata dengan Sasuke. "Mungkin itu cuma perasaanmu saja, Sasuke. Aku hanya sedang sibuk jadi tolong jangan ganggu aku." Naruto melepaskan kungkungan Sasuke dan kembali berjalan cepat.

Sasuke berusaha menyusul. "Kau bohong, Dobe. Kalau memang kau tidak menghindariku, kenapa saat gladi resik tadi kau mengacuhkanku."

"Tidak ada apa-apa. Itu hanya perasaanmu saja." Naruto mempercepat langkahnya.

"Kau bohong, jelas-jelas kau menghindariku. Cepat katakan yang sebenarnya!"

"Aku hanya tidak mau terus-terusan merepotkanmu!"

Alis hitam Sasuke mengernyit. "Apa maksudmu?" Tangan pucatnya kembali mencekal lengan Naruto, menyuruhnya berhenti.

"Kau tidak perlu berpura-pura, Sasuke."

Onyx Sasuke menyiratkan keheranan. "Kau bicara apa?"

Senyum miris tersungging di bibir Naruto. "Mulai sekarang kau tidak usah meladeniku lagi, aku hanya anak club drama yang merepotkanmu, bukan? Memaksamu melatihku dan membuatmu lalai akan tugas." Iris biru Naruto mulai berkaca-kaca menahan luapan emosi, "jadi sebaiknya mulai sekarang kau tidak perlu mengasihaniku lagi. Mulai sekarang kau tidak perlu melatihku lagi. Aku tidak akan merepotkanmu lebih jauh lagi, Uchiha Sasuke. Cukup sampai disini saja kau mengasihaniku. Terima kasih atas bantuanmu selama ini." Kelereng hitam Sasuke melebar mendengar semua itu, cengkeramannya pada lengan Naruto melemah.

Naruto menghempas tangan itu dan segera berlari sekencang-kencangnya, dia ingin pergi dari sana secepat yang dia bisa.

"Tunggu, Dobe! Sepertinya ada kesalahpahaman. Dengarkan dulu penjelasanku! Naruto!"

Naruto tetap berlari meski Sasuke mengejarnya. Tubuh mereka mulai basah, mereka kejar-kejaran dibawah guyuran hujan di halaman sekolah. Menghiraukan tatapan siswa-siswi yang memberi atensi dengan tingkah laku mereka. Naruto memanggil taxi yang kebetulan lewat di depan sekolah, tanpa pikir panjang dia langsung masuk kedalamnya. Seumur-umur Naruto tidak pernah naik transportasi mahal ini. Tapi dia tidak peduli meski nantinya uangnya akan habis, yang jelas dia hanya ingin segera lari dari Sasuke.

Sasuke menggebrak kaca jendela di samping Naruto. Menyeret kakinya menyamai taxi yang mulai melaju. "Tunggu, Dobe! Biar kujelaskan dulu. Kau salah paham." Sasuke tertatih-tatih mengejar taxi yang ditumpangi Naruto yang mulai melaju cepat meninggalkannya.

"Dengarkan dulu, Naruto!" Sasuke berlari berusaha mengejar taxi itu, langkahnya terhenti saat taxi itu tak terkejar olehnya.

"Naruto!" Sasuke terengah-engah, menatap taxi yang kian menjauh itu dibawah guyuran hujan.

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, hari ini event festival budaya resmi dibuka. Suasana KHS yang biasanya lengang berubah menjadi hingar bingar. Apalagi event ini dibuka untuk umum, banyak masyarakat di sekitar KHS atau keluarga para murid antusias menuju sekolah itu. Stand-stand makanan, minuman, pernak-pernik, stand ramalan, permainan dan panggung hiburan banyak diminati. KHS seketika berubah menjadi bazar.

Begitu pula di gedung teater, kursi-kursi penonton mulai terisi penuh. Sound system menggema di seluruh penjuru gedung yang merangkap ruang club drama itu. Sebentar lagi film dari club Sasuke akan diputar di gedung ini. Film dengan durasi 90 menit ini begitu diminati, terbukti dari banyaknya penonton yang mulai memadati podium.

Naruto dan Kiba mengintip dari balik layar panggung. "Waah ... penontonnya penuh," ujar Kiba terkagum-kagum.

"Benar, tapi mereka pasti akan pergi begitu film nya selesai, dan hanya menyisakan beberapa orang saja yang mau melihat pementasan kita," Naruto menatap sendu deretan bangku penonton yang hampir penuh itu. Kenyataannya begitulah yang sering terjadi, tiap kali mereka pentas hanya beberapa orang saja yang menonton.

Kiba menepuk pundak Naruto. "Tidak apa-apa, sedikit atau banyak penonton, yang penting kita tampil maksimal."

Naruto tersenyum. "Kau benar, yang penting kita sudah berusaha tampil sebaik-baiknya. Mengenai hasilnya, itu belakangan."

Naruto mengedarkan pandangannya ke seluruh gedung, melihat bagaimana antusiasme penonton. Saat shappire nya menatap ke arah ruang proyektor tanpa sengaja irisnya bertabrakan dengan sepasang onyx milik Sasuke yang ternyata telah memperhatikannya lebih dulu. Naruto buru-buru membuang pandangannya, pura-pura tidak melihat meski dia tahu Sasuke pasti masih menatapnya. Bagaimana dia bisa lupa kalau Sasuke juga ada disini?

"Ayo Naruto, kita bersiap-siap di back stage," ajak Kiba.

"Baiklah."

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Semenjak kejadian itu Naruto tidak pernah lagi bicara pada Sasuke, meski Sasuke sudah menjelaskan semua lewat email -karena Naruto tidak pernah mau mengangkat telpon atau berbicara pada Sasuke- bahwa Naruto hanya salah paham tentang pembicaraannya dengan Asuma sensei. Sasuke bilang yang dia katakan pada Asuma sensei hanya kebohongan agar dia tidak dilarang mengajari Naruto, Sasuke terpaksa bicara seperti itu pada Guru Pembimbingnya. Sasuke sebenarnya tulus ingin membantu Naruto karena dia melihat kegigihan dalam diri Naruto. Tapi Naruto tidak pernah membalasnya, ketika Sasuke mencoba menelponnya berkali-kali selalu dia reject. Setiap kali bertemu, Naruto selalu menghindar.

Naruto memandangi dirinya di cermin saat selesai memakai kostum katak. "Ck... aku terlihat konyol memakai kostum ini."

Kiba hanya cekikikan saat membantu Naruto memakai kostum itu. "Haha, tenang saja Naruto. Ini kan hanya sementara. Lagipula di awal dan setelah adegan Sang Putri mengecup kening Pangeran kostummu akan berubah. Karena kutukannya hilang dan kau berubah jadi manusia. Kostummu bagus lhoh..."

Kiba menunjuk setelan celana panjang dan tuxedo putih yang menjuntai di bagian belakangnya. Bagian depannya menggantung sampai pinggul, dasi kupu-kupu, sarung tangan putih, serta sepatu pantofel. Kostum itu seperti pakaian bangsawan di era victoria. "Dan kau lebih beruntung lagi, kau dapat ciuman dari Hinata." Kali ini Kiba berbisik sambil mengedipkan sebelah matanya.

Naruto memutar bola matanya. "Apa sih? Itu kan hanya akting."

"Hahaha meski cuma akting tapi kau beruntung sekali, Naruto. Bisa dapat ciuman dari seorang gadis. " Kiba menepuk-nepuk keras punggung Naruto.

"Aduh! Sakit, brengsek!" Naruto dan Kiba tertawa-tawa.

"Dobe." Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Naruto, dan Naruto tahu siapa dia, tanpa melihat wajahnya sekalipun. Karena cuma satu orang yang memanggilnya seperti itu. Sasuke.

"Ah... aku akan memakai kostumku dulu." Kiba beranjak pergi sengaja membiarkan Naruto berdua dengan Sasuke diruangan itu.

Naruto hanya diam tanpa melihat ke arah Sasuke. Pandangannya masih terpaku pada bayangannya di cermin.

"Aku hanya ingin bilang ... maaf, yang kemarin itu kau hanya salah paham. Sungguh." Iris Sasuke menatap wajah Naruto lewat pantulan cermin.

Naruto menatap Sasuke sekilas, sebelum kembali menatap kembali kedepan dengan pandangan dingin. "Kenapa kau disini? Ini ruangan khusus untuk club drama. Pergilah ...tidak seharusnya ketua club film ada disini."

Sasuke mengbuang napas, lalu memegang pundak Naruto yang dilapisi kostum katak, dan menghadapkan Naruto kearahnya. "Aku cuma mau bilang, kau boleh membenciku tapi aku meminta satu hal padamu ; tepati janjimu padaku, Dobe. Kau harus melihat filmku sampai selesai, ya?" Sasuke menatap sendu wajah Naruto yang tertunduk. Naruto tidak mau menatapnya.

"Aku sibuk. Lebih baik kau pergi," jawab Naruto,menatap sekilas wajah Sasuke.

"Meski hanya 10 atau 5 menit terakhir kuharap kau akan melihat filmku, Dobe." Sasuke menurunkan tangannya dari pundak Naruto dan mulai melangkah pergi dari ruangan itu.

Sebelum Sasuke benar-benar keluar Sasuke kembali menolehkan kepalanya. "Kau tau, bukan? Laki-laki harus menepati janjinya." Dan Sasuke benar-benar keluar dari sana.

Naruto hanya terdiam memandang punggung Sasuke yang pelahan menjauh dan hilang dibalik pintu.

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Audio di gedung teater menggemakan dialog dari film yang tengah diputar. Naruto dan anggota club drama kembali menghafal naskah untuk terakhir kali sebelum pementasan. Hanya tinggal 15 menit lagi mereka akan pentas. Segala persiapan telah selesai, mereka sudah memakai kostum dan make up. Persiapan properti, background, dan petugas back stage juga sudah siap.

Sound system kembali menggemakan backsong film dari club Sasuke. Bangku penonton berjubel, bahkan ada yang rela berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Film yang menceritakan tentang kehidupan sekolah dan bersetting di Konoha Gakuen ini begitu diminati.

"Backsongnya bagus sekali, musiknya indah."

"Ceritanya mengaharukan, aku jadi ingin menangis."

Berbagai komentar positif terdengar dari bangku penonton melihat film karya Sasuke dkk. Naruto mengintip dari samping panggung, melihat antusiasme para penonton, dia takjub melihat penonton yang berjubel.

Ketika di layar memutar tulisan 'The End' penonton mendesah kecewa, film berdurasi 90 menit itu telah berakhir. Sebagian bertepuk tangan kagum dan sebagian bersorak.

"Yaah... filmnya habis. Aku masih mau nonton lagi. Endingnya sangat berkesan, aku terharu."

"Filmnya bagus sekali, Aku suka."

"Iya... filmnya benar-benar bagus dan berkesan."

"Ayo kita pergi, filmnya sudah selesai."

Penonton mulai berdiri, beranjak pergi dari bangku penonton. Sesuai dugaan, penonton pergi saat film selesai, padahal club drama belum memulai pertunjukan. Seketika itu Naruto terlihat sedih, sepertinya pentas kali ini juga akan sepi penonton. Hah... sudah biasa, bukan? Club drama memang selalu dianak tirikan. Memang dia bisa apa?

Ketika Naruto akan kembali ke ruang ganti tiba-tiba sound system memutar instrumental Utada Hikaru 'First Love'. Naruto tidak jadi kembali ke ruang ganti, dia kembali melihat ke arah layar.

"Apa ini?"

"Hah, kenapa?"

"Hey, sepertinya masih ada film lagi. Lihat itu!"

Penonton terlihat bingung saat layar memutar angka yang dihitung mundur 4,3,2,1 seakan film akan dimulai kembali.

"Ada apa ini? Sepertinya ada film lagi. Ayo kita tonton!"

"Iya, betul. Sepertinya masih ada film lagi."

Penonton yang sudah berdiri dan ingin meninggalkan gedung teater kembali duduk di bangki masing-masing. Instrumen 'First Love' masih bergaung diiringi background bunga Sakura.

"Waah.. indahnya."

"Hey, itu kan kelasku," teriak seorang siswa.

Di layar memutar gambar Konoha Gakuen.

"Itu sekolah kita?"

"Benar! Itu kan standku. Wah... aku juga ada disitu! Itu aku!" Histeris seorang siswi melihat dirinya terekam kamera.

"Itu anak-anak sekelasku!"

"Itu kemarin saat aku membuat stand!" seru siswa lain.

Layar terlihat pemandangan Konoha High School dan kesibukan para siswa yang tengah membuat stand.

"Apa ini? Film dokumenter?"

"Hey, lihat! Itu kan club drama!" Seorang siswa menunjuk kearah layar.

"Bukankah itu Uzumaki-kun. Anak club drama itu." teriak seorang siswa.

"Iya, itu Uzumaki anak kelas 10." Gedung teater mulai gaduh oleh penonton.

Naruto kaget karena namanya di sebut-sebut melihat kearah layar. Shappirenya membulat melihat adegan-adegan yang ada disana.

Layar itu memutar adegan saat dirinya yang tengah latihan didepan cermin diruang drama, saat dia duduk di taman bersama Kiba, saat dia tertidur di atap dengan kamera yang mengzoom wajahnya, saat dia berada di kelas, saat dia mencoba kostum kataknya, saat dia latihan diatap, saat Naruto membuat stand yakitori, saat Naruto berada di semua tempat di sekolah.

"Tunggu dulu. Kenapa film ini daritadi hanya merekam anak club drama?" tanya seorang siswi.

"Entahlah, sejak tadi fokusnya hanya pada Uzumaki."

Layar masih memutar berbagai ekspresi Naruto. Dia yang tengah tersenyum, tertawa, melamun, tertidur, bahkan rekaman saat dia makan siang dan latihan di atap bersama Sasuke.

"Lho? Itu kan Uchiha-san. Kenapa dia bersama anak club drama?"

"Iya, benar. Aku sering melihat mereka bersama."

"Apa hubungan mereka?"

"Kyaaa... kyaaa..." gedung teater kembali gaduh oleh berbagai teriakan dan pekikan.

Naruto terdiam, iris birunya menatap takjub layar yang masih memutar kebersamaannya bersama Sasuke. Kini Naruto mengerti, kenapa Sasuke bersikeras ingin dia menonton filmnya. Selama ini, Naruto adalah fokus kamera Sasuke, ternyata Sasuke benar-benar tulus padanya. Ternyata ini yang ingin Sasuke tunjukkan padanya. Mata Naruto berkaca-kaca, dia tidak menyangka Sasuke akan melakukan ini.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

Bats!

Tiba-tiba layar berubah menjadi background langit biru, instrumen 'First Love' masih bergaung. Di layar memutar tulisan italic yang indah berwarna navy blue :

"Biru adalah favoritku. Favoritku selain warna hitam. Aku bersyukur pada Kamisama karena menciptakan warna biru. Sebiru matamu yang menghanyutkanku, menerbangkanku ke langit, dan menenggelamkanku ke dasar lautan.

Aku berharap Kamisama tidak menciptakan pintu, agar aku tidak bisa keluar dari pintu hatimu ketika aku sudah masuk. Agar aku bisa berdiam dihatimu selamanya.

Aku berharap terjebak pada labirin cintamu dan takkan pernah keluar lagi. Maka aku akan mati bahagia disana.

Aku silau oleh dirimu, kau terlalu bersinar di mataku. Ketika kau datang dalam hidupku, sinarmu mencairkan es dalam hatiku. Mengalirkan kehangatan dalam bekunya diriku.

AISHITERU, DOBE "

Seluruh mata yang ada disana terbelalak, gedung teater hening sesaat, terlalu terkejut dengan kata-kata di layar itu. Begitu juga dengan Naruto, dia terbelakak kaget membaca tulisan itu. Tulisan itu jelas-jelas ditujukan padanya. Dobe, hanya satu orang yang memanggilnya Dobe. Orang itu adalah Sasuke.

Naruto menutup mulutnya tidak percaya, Sasuke baru saja menyatakan cintanya lewat film? Film khusus untuknya? Naruto benar-benar kaget dengan pernyataan cinta yang menurutnya begitu nekat dan romantis ini. Jadi... sejak kapan Sasuke memiliki perasaan yang sama sepertinya? Menyatakan cinta terlarang secara terang-terangan didepan banyak orang seperti ini. Benar-benar membuat Naruto terharu.

Naruto mengedarkan pandangannya ke podium penonton, mencari-cari keberadaan Sasuke. Naruto menatap tak percaya saat melihat Sasuke berdiri di ruang proyektor tengah tersenyum padanya. Naruto tersenyum lembut membalasnya. Tanpa sadar air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

'Kau gila, Sasuke. Kau benar-benar gila.'

Akankah semua ini akan berakhir bahagia? Seperti dongeng-dongeng yang berakhir dengan happy ending? Sungguh Naruto menginginkan akhir yang bahagia untuk kisahnya.

Naruto kembali menatap Sasuke, iris mereka bertubrukan dengan seulas senyum di bibir.

'Tunggu aku, tunggu aku, Sasuke. Akan kuciptakan sebuah happy ending untukmu.'

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Pats!

Layar telah mati, adegan-adegan kebersaman Naruto dan Sasuke telah berakhir. Menyisakan keheningan sampai...

Plok... plok.. plok...

Terdengar tepuk tangan dari arah penonton, mulanya hanya satu tapi kemudian semuanya ikut bertepuk tangan. Sorakan dan suitan menggema di gedung teater.

Plok... plok... plok...

"Suuiiit... suuiiit... romantis sekali!"

"So sweeet... aku jadi iri!"

"Manisnyaa... kapan ya aku di tembak seperti itu?" Seketika gedung teater menjadi ramai.

Naruto mengerjap, tidak percaya dengan reaksi penonton. Mungkin karena mereka tidak tahu bahwa ini pernyataan cinta sesama jenis. Atau mereka pura-pura tidak tahu?

Lampu di gedung teater dinyalakan, membuat suasana yang tadinya gelap menjadi terang benderang.

"Yaa... itulah persembahan dari club film tercinta kita. Bagaimana? Luar biasa, bukan? Semoga kalian terhibur dengan sajian dari club film ini." Audio menggaungkan suara MC di panggung yang layar filmnya telah digulung.

"Berikutnya, persembahan dari club drama tercinta kita. Sebuah pentas teater berdurasi 2 jam dengan judul 'FROG PRINCE'. Mari kita sambut penampilan mereka."

Tepuk tangan dan siulan terdengar di seluruh gedung. Penonton yang semula berniat pergi setelah film selesai mengurungkan niatnya, karena penasaran dengan penampilan Naruto yang baru saja mereka lihat di film Sasuke.

Tirai panggung terbuka, lighting menyala, sound system menggaungkan musik. Terlihatlah sosok Naruto yang memakai kostum pangeran duduk di sebuah singgasana dengan background aula kerajaan. Teater ini bercerita tentang seorang pangeran yang sangat sombong, lalu karena kesombongannya dia dikutuk menjadi katak, dan dia harus mencari seorang wanita yang tulus mencintainya yang bersedia menciumnya, agar kutukannya terlepas. Pentas dengan durasi 2 jam dibagi menjadi 4 babak. Dengan durasi setiap babak 30 menit.

Naruto dan anggota club drama memulai aktingnya. Naruto benar-benar berakting total, dia ingin menunjukan hasil latihan kerasnya selama ini.

Adegan demi adegan Naruto lalui dengan berdebar-debar, karena dilihat oleh banyak pasang mata, dan bukan hanya itu yang paling utama adalah Sasuke yang melihatnya di barisan kursi paling depan dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

'Lihat aku sampai akhir, Teme.' inner Naruto.

.
.

- - - o0o - - - o0o - - - o0o - - - o0o - - -

.
.

"Ahahah..."

"Lucu sekali, hihihi..."

"Waah... seru sekali." Beragam komentar terdengar dari penonton melihat teater dari club drama.

1,5 jam telah berlalu, background sudah diganti untuk ketiga kalinya. Tiba saatnya adegan Sang Putri yang mencium kening Naruto untuk menghilangkan kutukannya. Penonton terlihat tegang menyaksikan adegan itu, terlebih Sasuke yang menegang karena perasaan cemburu melihat Naruto dicium seorang gadis. Ini cuma akting, kan? tapi tetap saja dia merasa tidak suka. Sasuke menatap tajam Naruto saat adegan itu berlangsng.

Setelah adegan itu, Naruto berganti kostum dengan tuxedo putihnya yang megah. Semua mata memandang kagum pada penampilannya, termasuk Sasuke. Adegan-adegan selanjutnya adalah adegan romance antara Naruto dan Sang Putri yang diperankan Hinata. Teman-teman Naruto yang lain berperan disekitarnya. Shino dengan kostum pohonnya, Temari dengan kostum bunga mataharinya, Chouji dengan kostum kelincinya. Semua berusaha berakting total mengerahkan seluruh kemampuan mereka Penonton menatap kagum akan akting club drama, beragam reaksi ditunjukkan, ada yang sampe menangis, ada yang senyum-senyum sendiri, ada yang hanya terdiam karena terpana dan reaksi-reaksi lainnya.

"Tidak kusangka ternyata club drama sebagus ini. Aku jadi menyesal karena tidak pernah melihat drama mereka sebelumnya." ucap seorang siswi.

"Iya, aku juga. Selama ini aku pikir mereka payah." ucap siswa lainnya.

"Tidak kusangka mereka hebat."

"Kyaaa... ternyata club drama seru..." komentar siswa-siswi di ruangan tersebut.

Dan ruangan itu kembali terdengar bisik-bisik para murid yang mengagumi kehebatan club drama. Sepertinya mulai hari ini, pementasan club drama akan ramai penonton.

"Wahai Putri, kau adalah penolongku, kau telah menghapus kutukanku dengan perasaan tulusmu."Terdengar dialog Naruto di panggung itu bersama dengan Hinata. Gestur berterima kasih dengan berlutut dan mencium punggung tangan Hinata.

Adegan sebentar lagi sudah mencapai puncaknya. Hanya beberapa adegan lagi drama ini akan berakhir. Sasuke mati-matian bertahan disana, dia ingin melihat Naruto berakting meski hatinya panas. Menyaksikan banyak adegan romance Naruto dengan Hinata, yang notabene-nya sudah lama menyukai Naruto.

Sasuke mengetahui rumor yang beredar di kalangan club drama tentang perasaan gadis itu pada Naruto. Dan Sasuke pun pernah mendengar curhat Naruto tentang gosip yang beredar itu pada dirinya. Sasuke gelisah dalam diamnya.

'Kumohon lihat aku sampai akhir, Teme. Sebentar lagi.' Inner Naruto yang melihat Sasuke gelisah di kursinya. Sasuke melihat Naruto menatapnya lalu menyunggingkan senyum tipis.

Pementasan hanya kurang dari 15 menit lagi. Para penonton masih terhanyut dengan adegan demi adegan yang diperankan. Saat ini Naruto tengah memerankan adegan terakhirnya, yaitu pernyataan cintanya pada Sang Putri sebelum adegan pernikahan dimulai. Naruto yg tampak tampan memakai kostum tuxedo putihnya bersiap di depan altar buatan yang disiapkan club drama sebagai properti panggung.

Disana berdiri Hinata sebagai Sang Putri, Gaara berperan sebagai pendeta, Lee, Chouji, Kiba, dan Temari yang berperan sebagai saksi pernikahan sekaligus keluarga kedua mempelai. Naruto dan Hinata memakai kostum pengantin berwarna serba putih.

"Pangeran, apakah kau mencintaiku dengan tulus? Atau hanya sebagai balas budimu padaku karena telah menghilangkan kutukanmu." terdengar suara lembut Hinata di panggung itu.

Naruto tersenyum, sekilas matanya melirik Sasuke di bangku penonton. Naruto terdiam cukup lama. Ahh tidak! terlalu lama hingga membuat anggota club drama khawatir dan penonton penasaran.

"Dia lupa naskahnya, ya?" bisik Iruka sensei di belakang panggung, sebagai penanggung jawab club drama ia mulai cemas karena Naruto terdiam cukup lama.

"Cepat kau tulis naskah itu besar-besar, dan kau tunjukkan pada Si Bodoh itu dari samping panggung biar bisa dilihat olehnya." perintah Iruka sensei pada Shikamaru. Semua anggota club drama yg sudah selesai perannya berkumpul di samping panggung, mengintip ke arah Naruto dengan tatapan cemas. Apakah Naruto akan mengacaukan pentas ini di adegan terakhir hanya karena lupa naskah? Mau ditaruh dimana reputasi club drama? Setelah selama ini sepi penonton, sekarang penonton begitu antusiasnya malahan ada anggotanya yg melakukan kesalahan. Hell no! Pikir mereka.

"Improvisasi, improvisasi." bisik Ten Ten membawa papan besar berisi dialog disamping panggung yang bisa dilihat oleh Naruto. Tapi Naruto pura-pura tidak melihat.

Naruto tersenyum tipis. Bukan, bukan karena dia lupa naskahnya, tapi karena dia menunggu saat seperti ini sejak awal.

'Akhirnya tiba juga waktunya.' batin Naruto.

Naruto menghela nafas. "Maafkan aku wahai Sang Putri, sebenarnya bukan engkau yang aku cintai." suara Naruto terdengar juga setelah sekian lama terdiam.

"Apaa?! Bukan begitu dialognya. Dia benar-benar lupa naskahnya, dasar bodoh! Hanya kurang satu dialog saja lalu semua selesai! Seharusnya dia bilang cinta pada Hinata lalu menikah, dan adegan ditutup dengan scene ciuman."

"Argg! Semuanya akan kacau. Apa dia sudah rabun? Hingga tidak bisa membaca naskah yang ditunjukkan Ten Ten." Histeris anggota club drama di samping panggung. Penonton pun tak kalah heboh, suara bisik-bisik mulai terdengar.

"Pa... Pangeran," ucap Hinata.

"Maafkan aku Putri, bukan kau orang yang kucintai. Karena aku ingin menyampaikan perasaanku pada orang yang berhak menerimanya. Orang yang mengajariku selama ini. Orang yang diam-diam telah mencintaiku dan aku cintai. Orang itu adalah..." Naruto menghela nafas lagi.

"... Dia!" tunjuk Naruto pada Sasuke, yang kini tengah terkejut dibangku penonton. Sontak semua mata memandang kearah Sasuke.

Seketika keributan mulai terdengar di gedung teater.

"Waahhh...!"

"Manisnyaa..."

"So sweettt."

"Kyaa ... cintanya terbalas!"

"Apaa?!"

Keadaan di ruangan itu gaduh oleh beragam reaksi penonton.

Sasuke berdiri tersenyum lebar kearah Naruto. Sementara Naruto turun dari panggung dan berlari kearah Sasuke, kedua tangan Sasuke membuka menyambut kedatangan Naruto yang segera menghamburkan diri ke pelukan Sasuke. Sasuke memeluknya erat, membenamkan kepalanya ke leher Naruto dan meciumi leher beraroma citrus tersebut, rasa bahagia membuncah di dada mereka. Dipenuhi rasa cinta yang bersemi di hati. Tidak mereka hiraukan keributan penonton serta protes dari angota club drama yang pentasnya kacau karena ulah Naruto.

"NARUTOOO!"

"Apa yang kau lakukan, bodooh?!" teriak seluruh anggota club drama yang geram, dan gemas dengan tingkah Naruto yang dianggap seenaknya sendiri.

Naruto hanya mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V pada mereka, dan tertawa dalam pelukan Sasuke. Naruto melepas pelukannya dan menatap Sasuke yang tengah tersenyum padanya. Saling menatap dengan tatapan sayang. "Terima kasih, Dobe. Terima kasih atas jawabanmu."

Tangan pucat Sasuke membingkai wajah Naruto, mengelus pipi Naruto dengan ibu jarinya. Pelahan tapi pasti Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Dekat, dekat, hingga bibir keduanya menyatu, lembut tanpa tuntutan, yang ada hanya cinta dan cinta yang memenuhi kalbu mereka. Sasuke melumat bibir naruto pelan, memejamkan matanya untuk menikmati kelembutannya. Menikmati setiap sensasi degupan jantungnya saat bibir mereka menyatu.

Tak dihiraukan suara penonton yang berteriak histeris melihat adegan live romantis anggota club drama yang mulai berlari kearah mereka untuk protes. Dunia serasa milik berdua saja saat bibir mereka menyatu. Sesaat kemudian bibir mereka terlepas dan mereka saling menatap satu sama lain sambil tersenyum. Mereka baru menyadari situasi disana.

"Aah ... sepertinya aku harus membawamu kabur, Pangeran." goda Sasuke pada Naruto.

Naruto mengerjap tidak mengerti tetapi dia mulai sadar maksud Sasuke, bahwa anggota club drama tengah berlari ke arah mereka berdua.

"Aah, iya. Mereka pasti akan menghabisikuuu!" teriak Naruto dengan muka horor.

"Maukah engkau lari bersamaku, Pangeran?" Sasuke menggegam tangan Naruto. Iris mereka saling bertubrukan.

"Tentu saja." Dan mereka melarikan diri dari gedung itu dengan bergandengan tangan.

"KEJAAR! Mereka melarikan diri!" teriak seluruh anggota club drama. Mereka lari berhamburan menyusul Naruto dan Sasuke.

"Hahaha..."

"Gyaaa..."

"Ada maling pengantiin!" Sontak penonton berdiri dan memfokuskan pandangan pada Sasuke dan Naruto yang berlari ke pintu keluar.

"Kyaa..." teriak para penonton. Dan ruangan itupun kembali gaduh. Melihat adegan mencengangkan itu.

Sementara Sasuke dan Naruto berlari keluar dari gedung teater dengan bergandengan tangan, diikuti oleh seluruh anggota club drama. Mereka berlari mengelilingi seluruh sekolah, berlari, dan terus berlari ditengah keramaian. Dilihat oleh bepasang-pasang mata di tengah keramaian festival. Dengan berbagai ekspresi di wajah mereka, ekspresi heran, antusias, bingung, dan ekspresi bertanya-tanya. Itulah arti dari berbagai tatapan tersebut, melihat dua lelaki tampan yang bergandengan tangan berlari sambil tertawa-tawa dan dikejar oleh orang-orang berkostum aneh. Tentu sangat menarik perhatian.

'Ahh, ada-ada saja tingkah orang di festival,' pikir mereka.

.
.

~ o0o ~ o0o FayRin D Fluorite o0o ~ o0o ~

.
.

Sasuke dan Naruto berlari kebelakang sekolah mereka kearah hutan buatan, dan bersembunyi di semak belukar diantara pepohonan. Nafas mereka terengah dengan keringat yang menetes, mereka berjongkok diantara lebatnya semak-semak, menyembunyikan diri dari kejaran anggotan club drama.

Sasuke memandang Naruto yang wajahnya memerah karena kepanasan, disekanya keringat di dahi Naruto dengan sapu tangannya. Naruto tersenyum menerima perlakuan manis itu.

"Hosh... hosh... apa kita sudah aman?" tanya Naruto sambil melihat ke sekeliling.

"Hn. Entahlah mereka sangat gigih mengejar kita, Pangeran" Sasuke menggoda Naruto. Senyum jahil melekat di wajahnya.

Naruto mendelik. "Jangan panggil aku pangeran, Teme. Ini bukan dipanggung." Naruto cemberut.

"Hm... bukankah dramanya belum berakhir, Pangeran?" Sasuke masih menggoda Naruto.

Neruto menepuk dahinya. "Aah, iyaa. Dramanya belum berakhir. Bagaimana ini, Temee?"

"Pftt ... itu salahmu sendiri, Pangeran.
kenapa kau lari dari pernikahanmu?" Sasuke tersenyum melihat Naruto semakin cemberut.

"Hey, memangnya ini salah siapa?"

Sasuke hanya tersenyum dan mengacak surai pirang Naruto, gemas. Jujur, bagi Sasuke tindakan Naruto yang rela mengacaukan pentasnya demi menjawab cintanya. Merupakan hal nekat dan romantis yang Naruto lakukan untuk membalas pernyataan cintanya. Aah, ternyata si Dobe ini juga sama nekatnya dengannya. Sasuke merasa sangat tersanjung. Senyum tipis kembali tersungging di bibirnya.

"Apa kau serius?" tanya Sasuke tiba-tiba.

"Hah? Apanya?" cengo Naruto.

"Apa kau serius dengan jawabanmu? Apa kau tidak malu menjadi kekasihku?" wajah Sasuke berubah serius.

Naruto tersenyum lembut, pelahan tangannya membelai pipi sasuke. "Aku serius, Teme. Dan aku tidak pernah merasa malu. Aku sendiri tidak tahu kapan pastinya aku mulai menyukaimu dan mulai menjadi tidak normal. Tapi aku memang memiliki rasa yang sama sepertimu dan aku tidak malu mengakuinya."

Sasuke kembali tersenyum, diraihnya tangan Naruto dipipinya dan dikecupnya lembut tangan itu. "Terima kasih dobe. Aku mencintaimu."

Dan mereka pun kembali berciuman dalam persembunyian mereka. Ciuman yang lembut dan hangat, kali ini ciuman itu berlangsung lama.

Tak dihiraukan suara anggota club drama yang memanggil-manggil mereka.

.
.

Sementara itu dipanggung.

"Yaa... begitulah ending dari drama "Frog Prince" persembahan dari club drama tercinta , berakhir dengan happy ending." terdengar suara MC dari speaker di gedung teater, memaksa menutup drama yang telah kacau dan berusaha meredam kegaduhan di gedung itu.

Para penonton masih setia duduk disana, menanti kejutan yang mungkin terjadi lagi. Meski panggung telah kosong dan semua anggota club drama bermain 'kejar-kejaran' dengan Sang Maling pengantin diluar.

.
.

FIN

.
.

*Yakitori ( bahasa Jepang : font face="Nimbus Mono L, monospace"span lang="zh-CN"やきとり/span/font) adalah sate khas dari Jepang yang umumnya menggunakan daging ayam. Potongan daging, kulit, hati, jantung, dan hempela dipotong kecil ukuran sekali gigit, ditusuk dengan tusukan bambu, lalu dibakar dengan api arang atau gas.

.
.

AN ::

Finally ! Selesai jugaaaa ToT #pijat jari dan tangan yang pegel. Fay nggak nyangka bakal sepanjang ini. Gila, sampai 7k words :""D Sepertinya Fay melakukan kesalahan dalam pemotongan di chap kemarin. Sehingga semua jadi numpuk di chap ini.

Chap ini adalah chapter klimaks dari fic ini dan chap yang paling menguras otak dan tenaga Fay. Semoga kalian semua suka. Kalau mau Fay buatkan epilog. Klo kalian berminat bisa komen di kotak review. Oh ya Fay juga bikin fic SN baru judulnya: Jawaban. Siapa tau ada yang minat baca XD

.
.

Terakhir, Fay tunggu segala bentuk apresiasi kalian. Review, fav atau follow. Terima kasih sudah membaca ^^

21 May 2016