Song for Unbroken Soul

.

Original story Song for Unbroken Soul by Nureesh Vhalega, ©2014

Re-make YunJae (yaoi version)

.

Warning: Yaoi, Mature-Adult contents, Out of Character, Typo

.

.

.

.

- 09 -

[ Janji ]

.

.

Jaejoong terbangun dengan aroma kopi memenuhi kamarnya. Kelopak matanya terbuka perlahan, dan menemukan secangkir kopi di meja dekat ranjangnya dan Yunho menyapanya dengan seulas senyum.

Kenangan akan malam sebelumnya terputar ulang dalam benak Jaejoong dengan sangat jelas. Setelah memberikan orgasme terhebat dalam hidupnya, Yunho membawa Jaejoong ke tempat tidur. Dia bahkan mengganti pakaian Jaejoong, lalu ikut tidur sambil memeluknya. Hanya itu, namun Jaejoong merasa begitu bahagia.

"Kau akan pergi?" tanya Jaejoong dengan kening berkerut.

Dia sedikit heran melihat Yunho telah berganti pakaian yang entah di mana dia membelinya di jam sepagi ini, dan nampak sangat rapi.

"Ya, denganmu. Aku ingat jika aku berhutang satu lagu padamu dan karena kau tidak memiliki piano di sini, maka kita harus ke rumahku." jawab Yunho.

Jaejoong menatap Yunho tidak percaya. "Apa ajakanmu ini sebuah kencan?"

Yunho tertawa, kemudian menundukkan kepalanya dan mencium bibir Jaejoong lembut.

"Hanya itu?" tanya Jaejoong dengan nada protes begitu Yunho kembali menegakkan tubuhnya, Yunho sendiri tidak menjawab dan hanya tersenyum.

Tidak mendapat jawaban dari Yunho, membuat Jaejoong bangkit lalu merangkulkan kedua lengannya ke bahu Yunho. Bibirnya dengan cepat memagut bibir Yunho, lalu membawa tubuh Yunho untuk menindihnya di atas tempat tidur. Lidahnya menyusuri bibir bawah Yunho, menimbulkan geraman di dalam dada bidang pria yang kini menindihnya. Jaejoong tertawa pelan mendengar geraman Yunho, dengan cepat dia melepaskan rangkulannya dan menatap Yunho dengan tatapan menggoda.

"Kau mencoba membunuhku, Jae?" ucap Yunho serak. "Jadilah anak yang baik. Minum kopimu lalu mandi, dan setelahnya kita akan pergi"

Yunho bangkit berdiri, lalu melangkah menuju pintu kamar Jaejoong.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Jaejoong bingung.

"Berkencan kembali dengan showermu" jawab Yunho singkat.

Jaejoong yang mengerti maksud ucapan Yunho hanya bisa tertawa, lalu meminum kopi buatan Yunho.

.

- xxx -

.

Jaejoong merasa tidak akan pernah puas memandangi Yunho yang sedang bermain piano. Pria itu selalu tampak memesona, tenggelam dengan nada-nada yang dimainkannya dengan sempurna. Jaejoong tidak tahu mengapa jantungnya berdebar keras, namun perasaan itu membuatnya bahagia, membuatnya merasa hidup.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Yunho.

Jaejoong menggeleng. Sudah hampir satu jam sejak mereka datang ke rumah Yunho dan Jaejoong tidak lelah mendengarkan alunan indah dari jemari kokoh itu. Meski Jaejoong tahu keahlian lain yang bisa dilakukan jemari itu, dia berusaha tetap menjaga pikirannya untuk tidak kembali memutar ulang kenangan semalam.

Namun usahanya sia-sia. Jaejoong tetap memikirkannya, bayangan setiap sentuhan Yunho di tubuhnya melintas tanpa permisi. Parahnya lagi, pipinya menunjukkan bukti dari isi pikirannya; memerah dengan menggemaskan. Dan Yunho mengetahuinya, seakan dia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang di pikirkan Jaejoong. Ketika menyadari Yunho menatapnya, Jaejoong segera mengalihkan pandangan dengan gugup.

"Aku haus... aku akan mengambil air" gumam Jaejoong gugup.

Yunho tersenyum mendengar kegugupan Jaejoong, ditambah dengan wajah Jaejoong yang memerah, dia tahu apa yang ada di dalam pikiran laki-laki cantik itu. Dengan cepat dia menutup tuts piano dan menahan tangan Jaejoong, lalu menariknya hingga terduduk di atasnya. Jaejoong cukup terkejut dan tidak bisa bergerak saat Yunho dengan cepat mencium dan mengambil alih bibirnya, dia hanya bisa membesarkan matanya dan menikmati sentuhan Yunho.

Yunho mengigit lembut bibir bawah Jaejoong, lalu berkata. "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan saat ini. Tidakkah kau ingin membaginya denganku?"

Jaejoong terengah dan jantungnya yang berdebar kencang, memperburuk proses berpikirnya. Seakan dia lupa bagaimana cara berpikir dengan benar, tetapi dia tahu bahwa dia ingin memiliki Yunho, dia ingin memiliki pria tampan itu seutuhnya.

Jaejoong mengulurkan tangannya, menarik Yunho untuk kembali menciumnya. Berusaha memberitahu Yunho keinginannya, namun tidak disangka Yunho malah menarik diri dan menatapnya. Jaejoong membalas tatapan Yunho, mencoba memahami pikiran pria itu.

"Bukankah kau ingin aku membaginya denganmu?" tanya Jaejoong pelan.

Yunho mencium ujung hidungnya, "Aku bertanya apa kau ingin membaginya denganku? Aku bertanya tentang dirimu, Jaejoong"

Jaejoong menatap Yunho lekat, tatapan itu membuat napasnya tercekat. Yunho menunggu persetujuannya, pria tampan itu menanyakan kesanggupannya. Seumur hidupnya, Jaejoong belum pernah merasa begitu dihargai sekaligus dilindungi sebesar ini.

Tidak. Jaejoong pernah merasakannya, sebelum tragedi itu datang dan menghantui hidupnya.

Jaejoong memejamkan matanya, menolak mengingat hal itu. Dia tahu Yunho berbeda. Yunho tidak akan pernah menyakitinya.

Dan dia percaya itu.

Jaejoong tersenyum. "Ya. Aku ingin membaginya denganmu"

"Kalau begitu kita harus mencari sesuatu yang lebih luas" ucap Yunho menggoda.

Jaejoong tertawa mendengar ucapan Yunho, dia yakin jika pria tampan itu juga menginginkan dirinya. Dengan lembut Yunho menggenggam tangannya dan membawanya ke kamar di lantai dua, kamar milik Yunho.

Begitu masuk, Jaejoong langsung merasa bahwa kamar itu pencerminan sempurna dari Yunho; maskulin, elegan, namun terasa hangat... sangat nyaman. Dindingnya juga terlihat bersih tanpa hiasan apa pun selain cat berwarna putih.

"Kau tidak suka menggantung sesuatu di dindingmu?" tanya Jaejoong sementara kakinya melangkah menuju pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon, membuka tirai dan terpesona oleh pemandangan indah di luar.

Yunho mendekati Jaejoong lalu memeluknya dari belakang. "Tidak. Aku lebih menyukai dinding yang bersih, tapi mungkin aku akan mempertimbangkannya jika kau memintaku memasang sesuatu di sana, apapun itu"

Jaejoong tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya di dada bidang Yunho dan memiringkan kepalanya, membiarkan bibir Yunho menjelajahi lehernya dengan leluasa.

"Apa yang harus kulakukan agar kau bersedia menggantung sesuatu di dinding kamarmu yang tidak bercela ini?" tanya Jaejoong lagi.

"Mmm... biar kupikirkan. Bagaimana dengan hak untuk memilikimu selama satu hari penuh? Seperti, kau akan melakukan apa pun yang kuinginkan tanpa protes" balas Yunho ringan sambil menciumi leher Jaejoong, menikmati aroma menggoda dari tubuh laki-laki cantik itu.

"Dan tepatnya apa yang kau inginkan? Mengikatku di tempat tidur dan bercinta denganku seharian?"

Yunho menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku ingin penyerahan total, penyerahan diri seluruhnya. Tanpa perlu kuikat atau semacamnya, aku tidak suka memaksakan keinginanku pada orang lain"

Tubuh Jaejoong meremang membayangkan ucapan Yunho. Gambaran menyerahkan seluruh kendali dirinya pada Yunho terasa menakutkan, sekaligus mendebarkan.

Dan ucapan Yunho membuatnya benar-benar bergairah.

Jaejoong menolehkan kepalanya, lalu mencium Yunho dan desahan kecil meluncur ketika merasakan satu tangan Yunho menyusup ke dalam pakaiannya. Jaejoong meremas rambut Yunho, melengkungkan dadanya hingga tangan Yunho lebih leluasa menyentuh dadanya. Hingga sesuatu yang terasa keras menusuk bagian belakang tubuhnya menyentak kesadarannya, napasnya semakin terengah ketika menyadari tonjolan apa itu. Karena dia juga mengalami hal yang sama, hanya saja Yunho tampaknya jauh lebih bergairah.

Sekuat tenaga Jaejoong berusaha keluar dari dekapan Yunho. Meski enggan, akhirnya tubuh mereka berpisah. Jaejoong menarik tirai hingga tertutup seluruhnya, tetapi di dalam keremangan, dia masih dapat merasakan tatapan Yunho. Dengan langkah perlahan, Jaejoong mendekati Yunho, menyentuh rahangnya, lalu menciumnya dan kemudian menjilatnya dengan sensual.

"Sampai di mana kita tadi?" bisik Jaejoong menggoda.

Dengan sengaja Jaejoong menggesek bukti gairah Yunho, mendatangkan geraman rendah dari Yunho.

"Kita baru saja mulai, Sayang" balas Yunho serak.

Tangannya bergerak cepat mengangkat tubuh Jaejoong, lalu membawa laki-laki cantik itu ke tempat tidur berukuran king size-nya. Menindihnya dan menikmati rasa manis yang selalu dia rasakan di bibir laki-laki cantik itu.

Ciuman Yunho juga tekanan tubuh di atasnya, membuat Jaejoong seakan kehilangan napasnya. Lidah Yunho menguak kelembutan bibir Jaejoong, lalu berpadu dengan lidahnya dalam ciuman panjang. Ciuman itu terasa merenggut seluruh kesadaran dan membuat Jaejoong hampir tenggelam di dalamnya, karena hal berikutnya yang Jaejoong sadari adalah dirinya terbaring hanya dengan boxer biru gelap yang menutupi area sensitifnya dan seluruh kancing kemejanya terbuka. Entah bagaimana Yunho melepaskan celana panjang dan membuka semua kancing kemejanya

Yunho berusaha mengurangi rasa pening yang menyerangnya. Menatap Jaejoong yang berada di bawahnya, kulit putih mulus dengan dua tonjolan pink di dada yang menggodanya, hampir meruntuhkan seluruh kendali dirinya. Napasnya memburu ketika laki-laki cantik mendorongnya, hingga kini berada di atas tubuhnya dan mengambil alih.

Tanpa membuang waktu Jaejoong membuka kancing-kancing kemeja Yunho. Setelah semua kancing itu terbuka, dia terpesona akan keindahan tubuh di hadapannya, membuatnya berpikir bahwa dia akan menyusuri setiap inchi dari tubuh itu nanti. Ya, nanti. Karena kini ada hal penting yang lebih mendesak untuk dilakukan.

Jaejoong memundurkan tubuhnya, lalu memusatkan perhatian pada celana Yunho. Ketika akhirnya berhasil menyingkirkan penghalangnya, termasuk boxer berwarna hitam yang membungkus sesuatu di dalamnya. Seketika itu juga Jaejoong terpana, sedikit rasa takut muncul di hatinya melihat milik Yunho yang sungguh besar. Besar dalam artian benar-benar besar. Entah bagaimana menyatukan tubuhnya nanti, karena Jaejoong belum pernah melakukan dengan pria yang memiliki ukuran seperti milik Yunho. Dan apakah dia akan masih bisa berjalan dengan benar atau tidak setelah mereka bercinta nantinya?

Merasakan keraguan Jaejoong, Yunho kembali membalik posisi mereka lalu mengambil sebuah kondom dari dalam laci meja di dekat ranjangnya. Jaejoong sendiri hanya terdiam melihat Yunho dengan tenang menggulung kondom di atas kejantanannya.

Yunho kembali mendekati Jaejoong menciumi setiap sisi wajahnya, bersamaan dengan tangannya yang menjelajah bebas. Yunho melepaskan kemeja Jaejoong, lalu membawa bibirnya menuruni tubuh menggoda di bawahnya. Menikmati setiap desahan laki-laki cantik itu.

Dengan cepat tangan Yunho menarik boxer biru Jaejoong, memperlihatkan bagian paling sensitif dari tubuh laki-laki cantik itu, bukti gairah yang menguarkan aroma menggoda. Yunho melihat Jaejoong sudah sangat bergairah sama seperti dirinya, membawa kepalanya untuk semakin menunduk dan mencicipi rasa laki-laki cantik itu.

Jaejoong mendesah keras. Satu tangannya mencengkram selimut, sementara tangan lainnya terbenam dalam rambut Yunho. Kecupan lembut itu bagaikan sengatan listrik yang dahsyat, bahkan ketika Yunho menggunakan lidahnya lebih jauh, Jaejoong merasa akan pingsan saat itu juga. Lidah Yunho menjilati seluruh kejantannya tanpa ampun, mulai dari ujung hingga ke pangkalnya. Namun rupanya itu tidak cukup, karena Yunho semakin giat melancarkan serangannya. Dia juga menggoda Jaejoong dengan memasukan jemarinya ke dalam hole laki-laki cantik itu, dan membuat gerakan untuk melebarkan tempat itu. Desahan Jaejoong berubah menjadi tidak beraturan, hingga akhirnya mulut Yunho menghisap kejantanannya.

Tidak ingin menyiksa Jaejoong lebih lama, Yunho kembali menegakkan tubuhnya dan memberikan ciuman lembut di bibir Jaejoong yang terengah-engah, lalu memegang pinggang Jaejoong. Dia menggesekkan kejantanannya perlahan, berniat membawa Jaejoong menuju puncak selanjutnya. Puncak yang sesungguhnya.

Jaejoong mengerang. Tubuhnya masih bergejolak hebat, namun godaan di pintu masuknya membuat Jaejoong menginginkan lebih. Jaejoong bahkan tidak lagi memikirkan betapa besar milik Yunho, yang dapat dia pikirkan saat ini hanyalah memiliki Yunho di dalam tubuhnya. Menyatukan dirinya dengan Yunho.

Jaejoong mencium Yunho lebih dalam. Menyambut setiap gesekan kejantanan Yunho berkali-kali hingga bagian kepalanya melesak memasuki pintu masuk Jaejoong. Erangan Jaejoong menjadi semakin keras, diiringi dengan deru napas Yunho. Ketika mereka sudah sama-sama tidak sanggup lagi menunggu, akhirnya Yunho menusuk lebih dalam. Cukup untuk menyentak napas Jaejoong.

Yunho menggeram. Menarik dirinya kembali dari kehangatan yang akan melingkupinya, berusaha bertahan semampunya. Yunho harus menegaskan satu hal pada Jaejoong.

"Jaejoong" bisik Yunho pelan.

Jaejoong membalasnya dengan gumaman.

Yunho menahan pinggul Jaejoong, lalu tangan kanannya naik untuk menangkup wajah Jaejoong. Setelah mengecup kelopak matanya, perlahan laki-laki cantik itu membuka mata cokelat terangnya nampak berkabut.

"Berjanjilah kau tidak akan pergi dariku" ucap Yunho parau, kedua matanya tampak menyiratkan kesungguhan.

Jaejoong terdiam. Berusaha mencerna permintaan Yunho. Tangannya yang melingkar di bahu Yunho mengepal, Jaejoong mengerti maksud Yunho. Janji itu bukan sekadar janji untuk mendapatkan kepuasan, namun janji itu mengikatnya untuk tetap bersama Yunho. Dan Jaejoong telah memutuskan.

"Ya, Yunho. Aku berjanji, aku tidak akan pergi darimu. Aku akan bersamamu"

Yunho menenggelamkan erangannya dalam bibir Jaejoong dan kembali merapatkan tubuh mereka. Perlahan, dengan amat sangat pelan, Yunho membawa dirinya memasuki celah manis Jaejoong. Napas mereka berdua tersentak. Jaejoong berusaha menerima milik Yunho di dalam dirinya, sementara Yunho mati-matian menahan diri. Setelah beberapa detik berlalu, Yunho menarik kejantanannya dan menusuk lagi dalam sekali dorongan.

"Ah!" pekik Jaejoong.

Holenya mengerut dan Jaejoong merintih. Memiliki Yunho di dalam dirinya terasa amat memabukkan. Setiap dorongan membawanya menuju batas yang belum pernah didatanginya selama ini, batas kenikmatan luar biasa yang mengairahkan.

Setelah beberapa kali tusukan, akhirnya Jaejoong mampu mengimbangi Yunho. Mereka bergerak bersamaan, membuat setiap detiknya lebih mendebarkan dari detik sebelumnya. Jaejoong belum pernah merasa sepenuh ini, sedangkan Yunho belum pernah merasa sesempurna ini saat bercinta, baik itu dengan wanita sekalipun, dan kali ini dia melakukannya dengan seorang laki-laki. Milik Jaejoong amat ketat, seperti kemarin malam ketika dia menenggelamkan jemarinya. Namun kali ini, sensasinya berbeda.

Lebih kuat dan menggairahkan.

"Yunho! Ah, Yunho! Ah! Ah!"

Desahan Jaejoong seirama dengan gerak menusuk Yunho. Setelah dua kali tusukan kuat, Jaejoong merasakan dindingnya mengetat dengan menyakitkan berbalut kenikmatan. Jaejoong mencengkram bahu Yunho kuat-kuat, mereka akan mencapai puncak bersamaan.

Hole Jaejoong meremas kejantanannya hingga Yunho merasa dunianya menggelap. Sekuat tenaga Yunho menahan tubuhnya agar tidak menindih Jaejoong, namun detik berikutnya Yunho kembali merasakan remasan yang membuat dirinya menggila.

Jaejoong akan orgasme.

"Jaejoong" erang Yunho dengan napas berat.

Jaejoong membalasnya dengan erangan penuh kepuasan. Bersama dengan Yunho, dia mendapatkan orgasme, lalu tubuhnya melemas. Bercinta dengan Yunho, benar-benar menguras energinya.

Yunho mengeluarkan kejantanannya dari hole Jaejoong, kemudian melepaskan kondom dari kejantanannya dan membersihkannya dari sisa sperma miliknya, dia juga membersihkan perut Jaejoong yang terkena cairannya sendiri. Setelahnya dia membaringkan diri di sisi kanan Jaejoong, membawa laki-laki cantik itu ke dalam pelukannya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka, lalu menyusul Jaejoong yang sudah lebih dulu tertidur kelelahan.

.

.

.

.

.

- TBC -