Surrogate Love

DISCLAIMER : Masashi K. I do not own Naruto

WARNING : AU, OOC, TYPO(s), Shonen-Ai, Gaje, Abal, etc. I don't own that Pic.

.

.

.

.

.

.

Just enjoy the story ^.^

Don't Like? Don't Read. Simple kan? :D

.

.

.

.

.

Chapter 1

Di dalam sebuah ruangan itu terdapat sepasang kekasih tengah saling memagut bibir dengan mesra. Tanpa peduli bahwa mereka berdua saat ini masih dalam lingkungan kantor. Tapi, itu tak menjadi masalah bagi Sang pria berambut raven, toh tak akan ada yang berani masuk ke dalam ruangannya tanpa seizinnya. Siapa yang berani menegurnya di kantor miliknya sendiri? Kalau pun ada berarti orang itu cari mati.

Setelah puas menjelajahi bibir Sang kekasih, pria bersurai raven itu mengganti wilayah jajahannya. Melepaskan pagutan bibirnya, berpindah menciumi rahang lalu leher jenjang kekasihnya.

"Emhh...Sa-sasuke...cuk..up.."

Sang kekasih mulai menggeliat tak nyaman dalam pelukan kekasihnya. Bukannya berhenti, tanpa Sasuke sadari, ia terus mendorong kekasihnya hingga punggungnya berbenturan dengan dinding. Memenjarakannya dalam kungkungannya.

"Ergh...Sasuke cukup!"

Satu dorongan kuat di dadanya cukup membuat Sasuke menghentikan cumbuan pada lehernya. Sasuke mendecak kesal, merapikan kemejanya yang sedikit berantakan.

"Ada apa sih Gaara? Kau ada masalah dikantor?" tanya Sasuke sambil menghempaskan pantatnya di sofa dalam kantornya. Gaara – sang kekasih, tahu kalau Sasuke sedang merajuk. Ia tahu betul kebiasaan kekasihnya ini, paling benci menerima penolakan.

"Maaf...aku kemari untuk mengatakan sesuatu." Ujar Gaara mengambil posisi duduk disebelah Sasuke.

"Apa itu?" Sasuke masih marah dan tak menatap langsung wajah kekasihnya, ia hanya melirik melalui ekor matanya.

Gaara menggiggit bibir bawahnya, tampak keraguan saat akan mengatakan sesuatu yang ingin disampaikannya. Ia tahu, Sasuke pasti akan marah mendengar apa yang akan ia sampaikan. Tapi ia tak punya pilihan lain. Ia harus menyampaikannya sekarang juga, sebelum semuanya terlambat.

"Aku...ingin mengakhiri hubungan kita."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Surrogate Love

Story by Unnihikari

.

.

.

.

.

.

.

.

Mendengar pernyataan kekasihnya beberapa waktu lalu membuat Uchiha Sasuke tidak fokus sama sekali dengan pekerjaannya. Bagaimana tidak? Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja kekasih yang sudah dipacarinya selama lebih dari 5 tahun meminta putus begitu saja. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Gaara menolak mengatakan secara jelas alasannya ingin mengakhiri percintaan mereka. Ia hanya mengatakan bahwa hubungan mereka tak akan berhasil. Tentu saja, Sasuke tak bisa menerima alasan konyol itu begitu saja.

Waktu 5 tahun bukan waktu yang sebentar dalam sebuah proses menjalin hubungan. Sasuke kadang sampai harus menekan sifat egois dan keras kepalanya demi mempertahankan hubungan mereka berdua. Karena ia benar-benar mencintai kekasihnya itu dan berniat ke jenjang yang lebih serius.

PRANK!

Suara pecahan gelas yang terbentur lantai menggema di dalam ruangan itu. Sasuke mengumpat kesal, ia tidak terima kalau hubungannya harus berakhir seperti ini. Tidak. Tidak boleh berakhir seperti ini.

Sasuke mengenakan jas-nya dan menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja kerjanya. Ia terus mempercepat langkahnya, hingga tak mempedulikan sapaan para pegawainya. Para pegawainya menatapnya heran, karena tak biasanya bos mereka itu terlihat sangat gusar. Menurut para pegawainya Sasuke jarang sekali menampakkan emosi pada wajahnya, sepanik dan semarah apapun wajahnya tetap terlihat tenang dan dingin. Tapi jangan salah, ia punya cara tersendiri untuk menampakkan kemarahannya. Hal itulah yang ditakuti para pesaing bisnisnya.

Setelah masuk ke dalam mobilnya Sasuke langsung tancap gas menuju rumah kekasihnya. Saat ini ia benar-benar kehilangan kendalinya, sampai beberapa kali ia menerobos lampu merah hanya karena ingin segera menemui kekasihnya – mantan kekasih – lebih tepatnya. Untungnya ia tak sampai tertangkap polisi lalu lintas.

Sesampainya dirumah kekasihnya, Sasuke memencet bel rumahnya seperti orang kesetanan. Napasnya memburu, penampilannya benar-benar kacau. Bukan Uchiha sama sekali. Tapi ia tak peduli, yang terpenting sekarang ia harus bertemu Gaara dan menyelesaikan masalah ini.

"Sasuke?"

Temari – kakak Gaara, terkejut ketika mendapati Sasuke dengan penampilan berantakan dan terlihat gusar ternyata adalah orang yang memencet bel nya tidak sabaran.

"Dimana Gaara?" tanya Sasuke to the point.

Temari memiringkan kepalanya. "Gaara? Tentu saja masih di galerinya, Sasuke. Ada ap-..."

Belum sempat Temari menyelesaikan pertanyaannya, Sasuke sudah melesat pergi meninggalkannya. Temari menatap mobil lamborgini merah Sasuke yang semakin menjauh dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia merasakan firasat buruk tentang hal ini.

.

.

.

.

BRAK!

Suara pintu yang terbuka dengan kasar itu mengejutkan Gaara yang tengah sibuk dengan boneka kayu rancangannya. Ia tahu orang itu pasti Sasuke, tak akan mudah membuat seorang Uchiha Sasuke menyerah begitu saja. tapi Gaara sendiri sudah memantapkan pendiriannya untuk putus dari kekasihnya itu.

"Ada apa lagi, Sasuke?" tanya Gaara tanpa menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi sibuk mengutak-atik boneka kayu.

Sasuke tak menjawab. Ia langsung menarik lengan Gaara kasar, tak mengindahkan Gaara yang meronta minta dilepaskan. Sasuke menarik Gaara keluar dari galerinya dan memaksanya masuk ke dalam mobilnya.

"Apa-apaan sih kau Sasuke? Apa belum jelas yang aku katakan tadi pagi di kantor? Aku ingin hubungan kita berakhir!" teriak Gaara kilatan emosi terlihat dimatanya.

KLIK!

Suara mobil telah terkunci.

Sasuke menyalakan mobilnya, menoleh ke arah Gaara yang menatapnya tajam "Tapi aku tidak ingin berakhir!" ucapnya tegas.

Gaara mengumpat dalam hati, melipat kedua tangannya didepan dada sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia sungguh marah pada Sasuke yang bersikap kasar dan memaksanya ikut dengannya. Meski sejujurnya ia penasaran kemana Sasuke akan membawanya pergi.

Tak selang lama kemudian, Sasuke memakirkan mobilnya di halaman sebuah rumah yang tak asing lagi bagi Gaara, Mansion Uchiha. Gaara berjengit saat Sasuke keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan sangat keras. Lalu memaksa Gaara keluar dari mobilnya. Gaara hanya bisa menahan amarahnya, karena percuma melawan Sasuke jika sedang dalam mode beast-nya.

Sasuke meminta Gaara untuk duduk tenang di ruang tamu, tak lupa dengan ancamannya kalau Gaara berani kabur ia akan terima akibatnya. Gaara memilih diam tak menanggapi, ia sudah terbiasa dengan sifat Sasuke satu ini.

"Ah...ternyata tamu yang dimaksud Sasuke itu Gaara ya?"

Mendengar suara lembut itu sontak membuat Gaara menolehkan kepalanya. Ia langsung berdiri membungkuk hormat pada ibu Sasuke, Uchiha Mikoto. Tak lama kemudian, ayah Sasuke, Uchiha Fugaku juga menyusul menemuinya.

"Oh...kau Gaara. Tidak biasanya Sasuke meminta kami ikut serta dalam pembicaraan kalian." Kata Fugaku mendudukkan diri disebelah Mikoto.

Gaara menelan ludah susah payah. Ia tak tahu apa yang sedang Sasuke rencanakan dengan menghadirkan kedua orang tuanya dihadapan Gaara. Sasuke sendiri muncul tak lama kemudian, dan langsung duduk disebelah Gaara.

Gaara menatap Sasuke seolah mengatakan 'apa-maksudnya-ini?', Sasuke hanya menyeringai menanggapi tatapan menusuk Gaara. Lalu menatap lurus kedua orang tuanya.

"Jadi, apa yang kalian ingin bicarakan?" suara Fugaku memecah keheningan yang melanda.

Gaara hanya bisa menunduk, jari-jari tangannya bergerak tidak tenang. Sasuke melirik sekilas melihat lelaki yang dicintainya terlihat sangat tegang, lalu ia berinisiatif menggenggam tangan Gaara. Berharap sentuhan tangannya membuat kegugupan Gaara berkurang.

Fugaku mengernyit melihat putra bungsunya itu memegang tangan Gaara secara tidak wajar. "Ada apa Sasuke? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Fugaku tak sabaran.

Sasuke menarik nafas sejenak, lalu berkata, "Aku ingin menikah dengan Gaara, Ayah...Ibu..." kata Sasuke tanpa keraguan sedikit pun.

Bagai tersambar listrik ribuan volt. Semua yang ada diruangan itu membeku mendengar perkataan Sasuke. Bahkan Gaara sendiri tak menyangka jika Sasuke akan melontarkan kata-kata kacau itu dari mulut Sasuke. Apa yang sebenarnya ia pikirkan?

"Kau sadar dengan yang kau katakan, Sasuke?" suara Fugaku mulai naik satu oktaf.

Sasuke mengangguk. "Tentu Ayah. Apa aku terlihat bercanda?" tanya Sasuke santai.

BRAK!

Fugaku menggebrak meja, itu tandanya ia benar-benar tak bisa menahan emosinya lagi. Mikoto berusaha menenangkan suaminya itu.

"Sasuke, apa maksudnya ini? Kau dan Gaara... sejak kapan kalian menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih? Ibu pikir kalian hanya bersahabat." Ujar Mikoto berusaha menengahi.

"Kurang lebih 5 tahun ibu, saat kami baru masuk Universitas. Aku mencintainya, tak peduli meski dia bukan wanita." Jawab Sasuke seolah memahami maksud pertanyaan ibunya.

"Tidak?!" Fugaku mulai berbicara lagi. "Aku tidak akan merestui hubungan laknat ini, Sasuke!"

Fugaku tidak bisa menerima kenyataan ini. Ini adalah aib bagi keluarga Uchiha. Dalam silsilah keluarganya selama ini tak ada yang memperlihatkan kelainan seperti Sasuke. Entah apa yang dialami Sasuke hingga orientasi seks-nya berbelok seperti ini.

Mikoto berusaha keras menahan air matanya. Jujur, ia sendiri terpukul mendengar putranya menyukai seorang pria. Padahal selama ini Mikoto selalu membanggakan putranya itu dihadapan teman-temannya. Tak jarang dari mereka yang mengatakan ingin Sasuke menjadi menantu mereka. Tapi Mikoto hanya bisa mengatakan bahwa ia membebaskan Sasuke memilih, karena ia berfikir Sasuke sudah dewasa dan ia tahu mana yang baik untuk dirinya. Kenyataan ini merupakan tamparan keras baginya.

Mikoto menatap Gaara yang juga terlihat bingun dan takut. "Gaara, kau tidak ingin mengatakan apa-apa?"

Gaara merasa udara disekitarnya tersedot habis. Lidahnya kelu, ingin mengatakan sesuatu tapi sulit. Ia bisa melihat kekecewaan dan amarah dari sorot mata kedua orang tua Sasuke. Ia benar-benar merasa bersalah, inilah yang ia takutkan akan terjadi. Inilah alasan kuat Gaara mengakhiri hubungan tak lazim ini, karena ia tak mau mengecewakan orang tua Sasuke yang selama ini baik padanya.

"Aku..." suara Gaara terdengar parau, "Maafkan aku, aku sudah mengatakan pada Sasuke bahwa hubungan kami berakhir, tapi-..."

"Tidak!" potong Sasuke cepat, Gaara melotot pada Sasuke. "Kami masih saling mencintai. Alasannya hanya takut kalian tak merestui kami."

"SASUKE!" bentak Gaara menyentakkan tangan Sasuke darinya. "Bukankah sudah kubilang kita berakhir?!"

Fugaku dan Mikoto menatap Sasuke dan Gaara bergantian. Fugaku mengepalkan tangannya, lalu berkata "Intinya Sasuke, sekalipun kau mencintai dia" Fugaku menunjuk Gaara, "Kami tetap tidak akan merestui hubungan kalian?! Kau dengar itu!"

"Aku tak habis pikir bagaimana bisa kau jatuh cinta pada seorang pria, Sasuke? Lalu bagaimana kau akan memiliki penerus, huh?" tanya Fugaku geram.

Sasuke menyeringai tipis. "Oh kalau masalah itu yang jadi penghalang restu Ayah, aku sudah punya solusinya." Gaara terkejut bukan main, ia tak menyangka Sasuke sudah mempersiapkan argumen untuk pembelaan di depan ayahnya sejauh ini dalam waktu singkat.

"Adopsi? Hahaha...jangan bercanda, Sasuke! Aku tidak akan menerima anggota keluarga yang tidak berdarah Uchiha." Potong Fugaku, ia mencoba menerka pemikiran Sasuke.

Masih dengan seringai diwajahnya, Sasuke menggeleng. "Tentu tidak, Ayah. Aku juga tak ingin membesarkan anak yang dalam darahnya tak mengalir darahku."

Fugaku dan Mikoto menatap Sasuke bingung. Gaara sendiri salut dengan Sasuke selain mempunyai sifat egois dan keras kepala, ternyata ia juga pandai membuat 'kejutan'.

"Ayah pernah dengar istilah surrogate mother? Aku hanya perlu mencari ibu pengganti untuk mengandung anakku." Tukas Sasuke.

.

.

.

.

.

.


Author's Note:

Fic rate M pertama yang saya buat. Mungkin karena nanti ada lime yang nyempil, juga dari beberapa pembahasan mengenai 'ibu pengganti', meski ngga detail.