Haru

.

.

.

[Sasuke Uchiha, Sakura Haruno]

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

.

DILARANG COPAS dalam BENTUK APAPUN!

(Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat oleh Author. Silahkan klik tombol 'Back' M for Save or M for Language)

DLDR! Selamat Membaca!

oOo Haru oOo

"Ayah tahu apa yang terjadi pada Sakura-nee?" tanya Yona.

"Ayah tidak tahu." Itachi membaca bukunya dan mengabaikan putrinya.

"Bohong, kenapa ayah menyuruh Kenji-nii mengantarkan Sakura-nee pulang?" Yona tidak mau kalah lagi.

"Tidak ada, sayang." Itachi mencubit pipi Yona dengan gemas. "Sekarang, jangan ganggu ayah."

Yona merengut kesal. Dia akan mencari tahu sendiri nanti.

.

.

Sasuke benar-benar merasa bersalah. Sangat bersalah. Seharusnya dia lebih bisa menahan hasratnya. Sebagai seorang ayah, dia seharusnya tidak melakukan hal itu. Seharusnya dia lebih bisa berfikir jernih dan tidak mengeluarkan nafsunya.

Tapi apakah dia salah? Jika dia merindukan mendiang istrinya?

Mereka sedang hangat-hangatnya membangun bahtera rumah tangga mereka. Mereka sedang hangat-hangatnya merencanakan mimpi mereka, membangun apa yang selama ini menjadi mimpi mereka.

Tetapi, mengapa Kami-sama begitu jahat padanya? Mengapa Kami-sama mengambil istrinya terlampau cepat.

Kami-sama tidak pernah salah. Sasuke tahu itu. Kami-sama tahu apa yang terbaik untuknya. Jika Sakura tidak diambil dari sisinya, mungkin mendiang istrinya itu akan tersiksa bersamanya.

Suara tangisan membuatnya meletakan gelasnya dengan cepat. Dengan langkah gontai, dia menuju ruang tamu. Dan hatinya hancur seketika.

Disana, putranya menangis dalam pelukan putrinya.

"Sarada-nee. Kenapa Sakura melakukan hal ini padaku? Mengapa Sakura membatalkan pernikahan kami?"

Kami-sama, dosanya besar sekali.

.

.

.

Sakura memeluk dirinya sendiri dan menangis sesenggrukan. Ponselnya terus menerus bergetar tanda panggilan telepon masuk. Dia mengabaikannya. Dia tidak ingin bicara dengan siapapun, dia tidak ingin melakukan apapun. Sekarang yang bisa dia lakukan adalah meratapi nasibnya.

Dalam hidupnya, dia tidak pernah membayangkan jika hartanya yang paling berharga, segala yang di jaganya akan hilang di tangan mertuanya sendiri. Seseorang yang bahkan sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri.

Seumur hidupnya, dia mencoba menjaga dirinya hanya untuk suaminya. Dia ingin suatu saat nanti, dia bisa memberikan yang terbaik pada suaminya, memberikan apa yang selama ini di jaganya. Tetapi kenapa hidupnya menjadi seperti ini?

Tidak. Sakura mengusap matanya. Dia adalah wanita yang kuat. Sekarang, yang harus di lakukannya hanyalah menata hidupnya kembali.

.

.

"Kamu yakin, Sakura membatalkan pernikahanmu?" tanya Inojin. Dia masih tidak percaya dengan apa yang di katakan adik iparnya.

Kenji menganggukan kepalanya. Tubuhnya sudah terlalu lemas untuk digerakan, lidahnya kaku bahkan untuk berucap sekalipun. Sekarang, dia hanya bisa terbaring di ranjangnya. Air matanya sudah kering, bahkan tidak bisa keluar kembali.

"Aku tidak percaya Sakura-nee melakukan hal itu." semua mata memandang kearah Yona. "Aku sudah berbicara dengan Sakura-nee, dia terlihat sangat mencintai Kenji-nii, jadi tidak mungkin jika dia membatalkan pernikahan kalian begitu saja."

"Apapun yang dilakukan Sakura, dia pasti memiliki alasan." Sarada menarik napas panjang. "Aku akan bicarakan dengan Sakura nanti. Sekarang, istirahatkan pikiranmu, Kenji."

.

.

Hal pertama yang dilakukan Sakura adalah pindah kerja. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru TK dan memilih untuk menjadi seorang pramusaji di sebuah toko roti. Hanya pekerjaan sederhana seperti ini yang bisa dia lakukan.

Dia sengaja berangkat pagi-pagi buta dan pulang saat haru sudah sangat malam. Targetnya saat ini adalah mencari tempat tinggal yang murah, bila perlu dia akan pindah ke kota lain. Hidupnya sudah hancur, dan dia harus memperbaikinya kembali meski rasanya sulit.

Dia benar-benar merasa tenang bisa bebas dari keluarga Uchiha. Bukan. Dia tidak membenci Sarada ataupun Kenji. Dia hanya tidak bisa menerima kondisinya saat ini.

Yona memandang Sarada dan menggelengkan kepalanya. Mereka sudah menelpon Sakura berkali-kali dan hasilnya nihil. Sakura bahkan tidak menjawab atau membalas pesan mereka.

"Nee-chan sudah mencoba datang ke apartemennya?" tanya Yona.

"Sudah, tapi Sakura bahkan tidak membukakan pintunya. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah seperti ini."

Sarada bukannya tidak mau menunggu Sakura. Tetapi banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan. Dia tidak bisa terus menerus menunggui apartemen milik Sakura.

"Nee-chan.."

Sarada menolehkan kepalanya dan memandang Kenji yang memandangnya. Dia memandang adiknya sebelum berjalan mendekat.

"Ada apa, Kenji? Apa kamu ingin sesuatu?"

"Sakura.. dimana Sakura, nee-chan?"

Sarada ingin menangis sekarang. Mengapa Kami-sama melakukan hal ini padanya. Mengapa harus adiknya yang mengalami hal seperti ini?

"Nee-chan akan membawa Sakura kembali, Nee-chan janji."

Yona hanya bisa memandangi sepupunya dengan pandangan iba. Jika hal itu terjadi padanya, mungkin dia tidak akan bertahan hidup lagi.

.

.

Sakura menekuk lututnya dan membiarkan ponselnya bergetar terus menerus. Tanpa melihat ponselnya, dia tahu siapa yang menelpon.

Dia tidak mau kembali ke rumah itu lagi. Sudah cukup dia menderita trauma. Jika saja bukan karena semangatnya, mungkin dia akan mengakhiri hidupnya. Tetapi jalannya masih panjang, dia yakin suatu hari nanti dia akan menemukan sosok yang akan menerimanya.

Ponselnya kembali bergetar. Sepanjang malam. Bahkan hingga baterai ponselnya habis.

oOo Haru oOo

"Terima kasih kembali." Sakura membungkukan badannya ketika pelanggan terakhirnya pergi. Menyeka keringat di dahinya, Sakura melepas apronnya.

"Sakura-chan, sebaiknya kamu pulang saja."

"Terima kasih, bibi." Sakura tersenyum sopan.

Dia beruntung mendapatkan bos yang baik hati dan pengertian. Dia sudah seminggu bekerja disini, dan merasa betah. Tetapi, cepat atau lambat dia akan pindah dari sini.

Dia sudah mengepak semua barangnya dan berniat pindah besok pagi. Dia akan melupakan semua kenangannya bersama Kenji. Melupakan semua yang terjadi padanya dan memulai hidup barunya yang tenang.

"Terima kasih atas kerja samanya." Sakura membuka pintu toko dan betapa terkejutnya dia ketika melihat siapa yang berdiri tidak jauh dari toko roti tempatnya bekerja.

"Hallo, Sakura."

.

.

Sarada menarik napas panjang ketika pekerjaannya selesai. Dia meregangkan tubuh dan memandang hasil pekerjaannya.

"Sudah selesai?" Inojin masuk ke dalam ruangan istrinya dan menyerahkan secangkir kopi.

"Terima kasih, anata." Sarada tersenyum.

"Bagaimana dengan Kenji dan Sakura?"

Sarada menerawang jauh. Sekarang apa yang harus di lakukannya? Dia belum sempat bertemu Sakura karena banyaknya pekerjaan yang tidak bisa dia tunda. Dia menunda banyak sekali proyek untuk mempersiapkan pernikahan adiknya.

Pasca pembatalan pernikahan yang di lakukan Sakura. Kenji jatuh sakit. Tubuh adiknya itu demam dan tak kunjung turun. Dia tahu, satu-satunya obat hanyalah Sakura seorang.

"Aku tidak tahu." Sarada membenahi kacamatanya. "Mungkin, nanti aku akan mampir ke apartemennya."

.

.

.

.

.

"Paman Itachi?"

Itachi tersenyum dan menunjuk mobilnya.

"Bisa kita bicara?"

Sakura merasakan hawa yang tidak menyenangkan menyeruak. Tetapi dia memutuskan untuk mengikuti langkah Itachi masuk ke dalam mobil pria itu. Dia sudah memantapkan hatinya, apapun yang terjadi. Dia tidak akan kembali ke rumah terkutuk itu lagi.

Dia sudah memutuskan untuk memulai hidupnya yang baru. Dia tidak mau berhubungan apapun lagi. Meski dia mencintai Kenji, tetapi trauma yang ditorehkan oleh kepala keluarga itu membuat hidupnya hancur.

"Apa yang ingin Paman bicarakan padaku?" tanya Sakura.

"Apa yang Sasuke lakukan padamu?"

Sakura terdiam. Tidak berniat menjawab apa yang menjadi pertanyaan pria di sampingnya ini.

"Paman Sasuke tidak melakukan apapun padaku," ucap Sakura.

"Aku sarjana Psikologi, Sakura. Aku tahu kamu sedang berbohong sekarang."

Sakura menggigit bibirnya.

"Aku tahu apa yang adik bodohku itu lakukan padamu. Aku sungguh minta maaf atas itu. Aku tahu kata maaf tidak akan cukup untuk menebusnya, tetapi pikirkanlah lagi. Ini tentang dirimu dan Kenji. Sekarang, Kenji terbaring lemah. Demamnya tak kunjung turun semenjak kamu meninggalkannya."

Sakura tidak bisa menahan tangisnya. Tubuh ringkih itu bergetar dan Sakura memeluk dirinya sendiri.

"Tapi, Paman.." Sakura terisak. "Aku tidak bisa. Aku sudah kotor dan tidak suci lagi. Aku tidak pantas bersama Kenji."

Itachi memejamkan matanya. Jika mereka masih remaja, mungkin dia akan memukuli adiknya hingga sekarat. Tetapi, dia tidak bisa melakukan apapun. Dia yakin, jika Sasuke akan menyadari kesalahannya.

Dia tidak bisa menyalahkan Sakura atau pun Sasuke. Tetapi takdirlah yang membuat semuanya menjadi rumit. Kematian Sakura, kedatangan Sakura yang lain. Sepertinya Kami-sama memang sudah merencanakan semua ini.

"Dia akan menerimamu, paman yakin itu."

Sakura mengangkat kepalanya.

"Tidak paman, aku tidak mau. Aku sudah mengecewakan Kenji-kun. Aku tidak mau bertemu dengan paman Sasuke lagi."

Itachi memeluk gadis itu dengan lembut.

"Tidak apa. Semuanya akan baik-baik saja, Kenji akan menerimamu apa adanya."

"Lalu, paman Sasuke-"

"Dia tidak akan pernah menyentuhmu selama aku ada di rumah itu." Itachi memandang Sakura. "Kenji pasti akan melindungimu apapun yang terjadi. Aku tahu kamu gadis yang tegar dan pemaaf, Sakura. Adikku sedang khilaf saat itu."

Sakura terisak dalam pelukan Itachi.

.

.

Sarada bahkan tidak bisa menutup mulutnya ketika melihat Pamannya datang bersama Sakura. Siapa yang menyangka jika pamannya akan datang bersama Sakura. Yona bahkan tidak tahu caranya bernapas.

"Ayah? Bagaimana ayah bisa bersama dengan-"

Itachi memberikan isyarat kepada mereka semua agar tidak bertanya. Sakura berjalan dengan lemah mengikuti kemana langkah dari Itachi.

Dia tidak tahu. Apakah keputusannya ini memang benar. Apakah dia harus kembali pada Kenji? Menemui Sasuke yang telah membuatnya kotor? Bagaimana ini.. bagaimana jika ayah dari Kenji itu kembali melakukannya saat dia terlelap? Apa yang harus dia lakukan.

"Aku tahu kamu trauma." Itachi merangkul pundak Sakura dengan lembut. "Tidak ada yang perlu di takutkan, jika itu tentang Sasuke. Aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu lagi."

Sakura berhutang budi pada Itachi. Paman dari Kenji ini begitu lembut dan penyayang. Mungkin jika bukan Itachi yang membujuknya, dia tidak akan mau menginjakan kakinya di rumah ini lagi. Rasanya sungguh menyakitkan jika dia mengingat-ingatnya lagi.

"Masuklah, Kenji ada di dalam sana."

Sakura membuka pintu kamar kekasihnya dan melihat Kenji terbaring lemah di atas ranjang. Itachi tersenyum dan menutup pintu kamar Kenji, membiarkan keduanya menyelesaikan masalahnya.

"Kenji-kun.." Sakura berjalan mendekat dan duduk di pinggir ranjang kekasihnya.

Kenji membuka matanya dan memandang Sakura yang tersenyum kearahnya.

"Sakura? Apakah itu kamu?"

Sakura tidak bisa menahan tangisnya ketika mendengar suara Kenji yang serak. Wajah pemuda itu juga terlihat pucat dan lemah tak berdaya.

"Ini aku, Kenji-kun. Ini aku."

Kenji tidak bisa menahan dirinya untuk memeluk Sakura dengan lembut.

"Sakura, kamu kembali. Kamu tidak akan meninggalkanku lagi, kan?"

Sakura tidak bisa menahan tangisnya dan memeluk Kenji dengan erat.

"Tidak, tidak akan Kenji-kun." Sakura terisak. "Tapi, aku sudah tidak suci lagi. Aku merasa tidak pantas bersanding denganmu meski aku ingin."

Kenji melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Sakura dengan lembut.

"Aku tidak peduli dengan itu semua. Katakanlah aku adalah pria yang bodoh, menikahi wanita yang sudah tidak suci. Tapi aku tidak peduli. Meski kamu sudah tidak suci, aku akan tetap menikahimu untuk melindungi. Tidak usah pikirkan apapun tentang kesucianmu. Aku menerimamu apa adanya."

Sakura membiarkan Kenji memeluknya dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang kekasihnya.

"Aku mencintaimu, Kenji-kun. Terima kasih."

Dia bersyukur. Karena Kenji mau menerimanya apa adanya.

.

.

"Paman, bagaimana paman bisa datang bersama Sakura?" tanya Sarada.

"Ceritanya panjang." Itachi mendudukan dirinya di sofa. "Sekarang, hubungan mereka akan baik-baik saja."

"Ayah! Aku ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya!" ucap Yona.

Baru saja Itachi akan menjawab. Sasuke muncul dengan langkah gontai. Selama tiga hari ini dia tinggal di apartemennya untuk menenangkan diri.

"Kenapa kalian semua ada disini? Bagaimana kondisi Kenji?" tanya Sasuke.

"Sepertinya sudah baikan."

.

.

Sakura membiarkan Kenji melucuti pakaiannya dan membawanya menuju surga terindah. Mereka tidak tahu, ada sepasang mata onyx yang memandangi mereka dari celah pintu.

Apapun yang terjadi, dia akan mencoba melalui semuanya. Apa yang dilakukan ayah Kenji padanya mungkin menyakitkan. Tetapi dengan adanya Kenji di sisinya, dia bisa melalui semuanya.

.

.

.

Sasuke tidak mengerti, mengapa dadanya berdenyut sakit.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Special's thank's to :

Azizaanr, Raihanah937, Donat bunder, 69CoolAndCold69, EchaNm, Ayutami, Nanachan, Lightflower22, Megan091, L Venge, Kirara967, Yuuki, AsahinaUchiHaruno, Babyponi, Uchiharu83, Nasyaila, Firza290, Lita Uchiharuno, Ai-Uchiharunochan, Respitasari, Taejinjimin, Mustika447, Alzena Ridasmara, SaSaSarada-chan, Liana Na, Jamurlumutan462, Kokoamint, Sitieneng4, Akashiyuna12, Ongkitang, Haruno Avriliana, Cha2lovekorean, Wowwoh-geegee, Kimberchan, Saku-chan

Mungkin di awal Sakura emang sama OC tapi Sakura itu bakal tetep sama Sasuke.. jadi tenang aja. Cerita ini masih panjang :3

Sampai ketemu di chap selanjutnya!

-Aomine Sakura-