Marriage.

Disclemmar Naruto Masashi Kishimoto.

Hatake Kakashi & Narashi Kana.

Family Hurt Romance

07. Saling Membutuhkan: part04.

(Update : Sabtu/Minggu)

"akhir-akhir ini kau sibuk, Kana?"

Kana mengalihkan tatapannya pada Yui yang kini sudah berada di depannya. "Tidak. Memang ada apa?"

Yui menatapa Kana serius. "Benarkah?"

"Kau pikir aku ini manusia super sibuk, Yui?"

"Biasanya kau memang suka mencari kesibukan walau tidak ada sesuatu yang perlu disibukkan, Kana."

Kana sweatdrop. "Memang aneh?"

"Tidak." Jawab Yui. "Toh, aku sudah tahu kalau kau memang memiliki hobi tidak bisa diam tanpa tidak melakukan apapunkan."

"Lalu?"

"Ayolah, Kana. Kesibukanmu kali ini rasanya berbeda."

"Apa yang membedakannya?"

Yui tersenyum cerah. "Jadi sudah sejauh mana hubunganmu dengan Kujo?"

Kana melotot tajam ke arah Yui. "Aku tidak memiliki hubungan yang aneh jika itu maksudmu, Yui." jelasnya sebal. Ia kemudian kembali fokus pada bacaannya.

Yui semain tersenyum lebar. Ia mengamit lengan Kana dan membawanya duduk di salah satu kursi yang berada di pojok kantornya dekat tanaman hias.

"Ceritakan." Ungkapnya semangat. "Ceritakan padaku bagaimana kau dan Kujo akhir-akhir ini terlihat sering bersama."

Kana menatap wajah Yui serius. "Seingatku aku dan Kujo hanya baru bersama sekitar sekali dua kali dan bukan sering, paham Yui?"

"Bagiku melihat kau berjalan bersama seorang pria sampai dua kali sama saja dengan sering."

"Itu berbeda, Yui. Dan hei, memang salah jika aku berjalan dengan seorang pria hingga dua kali?"

Yui menggeleng semangat. "Tentu saja tidak. Bagiku ini merupakan suatu perkembangan yang menakjubkan."

"Memangnya aku bayi yang menggemaskan apa." Ucap Kana asal.

Yui hanya tertawa datar. "Kau tahu, Kana?" tanyanya sambil melihat ke arah Kana. "Melihatmu berjalan dengan seorang lelaki itu sangat membahagiakan hatiku."

"Jadi selama ini kau tidak bahagia berada didekatku? Baiklah aku mengerti." Kana memutar bola matanya sebal

"Bukan itu maksudku!" Yui cemberut.

Kana kemudian tertawa mengingat usahanya menjahili sahabatnya berhasil. "Aku bercanda, Yui. Dan tentu saja aku mengerti apa maksudmu."

"Bagaimana kau dan Kujo bisa berkenalan?"

"Hah" desah Kana. Ia kemudian mengingat-ingat dan mulai bercerita awal pertama kali Kujo menyapanya di perputakaan dengan gugup sambil newarkan bantuan. Ia sama sekali tak tahu jika sebenarnya Kujo berada satu kantor dengannya walau beda divisi. -Dan hei memangnya dia harus tahu?- Tapi Kujo mengatakan padanya kalau Kujo sering melihatnya dan terkadang bertukar sapa. Hanya bertukar sapa dan tidak ada hal istimewa lainnya.

Saat di perpus, tepatnya setelah ia selesai memilih buku untuk dipinjam, ia dan Kujo memilih untuk duduk di taman perpus hanya sekedar bercakap-cakap ringan itupun hanya sebentar karena Kujo dipanggil oleh temannya yang memiliki urusan dengannya.

Lalu dua hari lalu, setelah pulang kerja Kujo menghampirinya. Jadi, ia mengajaknya untuk makan siang bersama karena saat itu ia sangat lapar.

"Kau mengajaknya makan bersama, Kana?"

"Yap." Kana mengangguk.

"Sebagai seorang laki-laki, ia harusnya yang mengajakmu bukan sebaliknya."

"Aku peduli tentang hal itu? Tidak, Yui. Tidak masalah siapa yang mengajak siapa pertama kalinya. Dan yah, mungkin ia memang berniat untuk mengatakannya hanya saja didahului olehku karena perutku berontak minta makan."

Yui tertawa. "Perutmu selalu berontak minta makan`"

Kana tertawa. "Itu adalah hal yang sangat jelas, Yui. ". Dan mereka berdua tertawa bersama.

"Lalu?" tanya Yui begitu sangat antusias mendengar Kana bercerita karena setahunya Kana bukanlah tipe orang yang suka menceritakan harinya seterbuka mungkin. Maka jika Kana sudah memulai sebuah cerita tentang hari-hari yang menurutnya menakjubkan, Yui akan sangat senang.

"Lalu semuanya berjalan normal. Aku dan Kujo memilih untuk makan siang di kedai favoritku. Saat ditengah-tengah perjalanan menuju kedai yang direncanakan tiba-tiba ada masalah sehingga kami memilih untuk makan bersama lain waktu saja."

Yui melebarkan matanya. "Berarti kencanmu gagal, Kana!?"

Kana melotot tajam kepada Yui. "Kami tidak kencan, Yui!"

"Benarkah?" goda Yui membuat wajah Kana merona.

"Aku serius, Yui." Elak Kana.

"Baiklah. Tapi mengapa kencan, eh, makan bersamamu itu gagal dilaksanakan, Kana?" taya Yui.

Kana cemberut. "Ada seseorang yang tiba-tiba mengganggu kami entah dari mana datangnya."

"Apa?" Yui menaikkan oktaf suaranya. "Siapa yang menganggu kalian?" pikir Yui tak habis pikir. Bagaimana bisa di saat-saat yang menggairahkan dengan nuansa romantis harus menghilang padahal untuk menciptakan suasana seperti itu yang menghampiri Kana itu merupakan keajaiban luar biasa. Terkutuklah orang itu!

(Dikejauhan orang yang dikutuk oleh Yui, tiba-tiba merasa ketakutan entah karena apa)

Kana memijat hidungnya pelan. "Bukan siapa-siapa, Yui." Jawabnya.

"Hei! Katakan padaku siapa orang yang menganggu acara kalian, Kana." Rajuk Yui.

"Disini kau rupanya, Kana."

Kana dan Yui menoleh pada orang yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Ada apa, Taneshima?" tanya Yui sedikit naik darah melihat orang yang baru saja datang mengganggu acaranya.

"Aku tidak ada keperluan denganmu, Miharu-san."

Yui menyipitkan matanya tidak suka.

Taneshima mengalihkan perhatiannya dari Yui kepada Kana. "Kau diminta untuk segera ke ruangan Ottory-jiisan, Narashi-san."

Kana mengangguk mengerti. "Baiklah aku akan kesana. Terimakasih sudah mengatakannya padaku, Taneshima-san."

Taneshima mengangguk singkat "Tidak masalah." setelah itu ia berlalu.

"Apa-apaan dia!" Yui mendengus kesal. Kana hanya tersenyum sambil menggeleng-geleng heran.

"Nah, Yui. Karena kau tahu aku dipanggil oleh Ottory-jiisan, maka ceritanya berhenti sampai sini dulu, ya?" Kana bangkit lalu berjalan pergi. "Kalau ada kesempatan, aku akan menceritakannya kembali." Lanjutnya sebelum ia menjauh.

~O~

"Jadi apa rencamu, Kakashi?"

Kakashi menatap Tsunade yang bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari laporan di tangannya.

"Tidak ada rencana apapun, Tsunade-sama." Jawab Kakashi malas.

"Dan kau membiarkan Kazuro-sama berbuat sesukanya terhadapmu?" Tsunade melirik Kakashi yang sedang menyandarkan tubuhnya di kusen jendela. "Kau belum lupa dengan rencana Kazuro-sama kan, Kakashi?"

Kakashi mendesah lelah. "Aku tidak berniat menyetujui rencana Kazuro-sama, Tsunade."

Tsunade tersenyum mengejek. "Aku tidak yakin kau akan tidak patuh, Kakashi."

Kakashi menatap Tsunade dengan datar. "Kurasa aku datang kemari karena kupikir kau akan memberiku misi, Hokage-sama."

Tsunade memutar bola matanya bosan. "Tidak ada misi apapun untuk kau kerjakan. Semuanya sudah ditangani dengan orang-orang yang tepat."

"Begitukah?" tanya Kakashi tak percaya. Tsunade menaikkan kedua bahunya bersamaan dan kembali fokus pada laporan misi dan dokumen yang harus dikerjakannya.

Kakashi memutar bola matanya bosan lalu meninggalkan ruangan Hokage.

Selalu seperti itu. Pikir Tsunade.

~O~

"Kudengar kau berkencan dengan Kujo?"

Kana menatap wajah atasannya dengan datar. "Sepertinya Ottory-jiisan mulai menyukai acara menggosip, ya?"

Ottory, atasan Kana tertawa terkikik mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kana. "Aku hanya tak sengaja mendengar kabar itu."

Kana mendengus sebal, lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Seaneh itu kalau aku berjalan dengan laki-laki, ya?"

Sambil tersenyum senang Ottory mendesah pelan. "Yah, bisa dibilang kejutan?"

Kana cemberut. "Aku bukannya tidak tertarik dengan laki-laki hanya saja aku belum terlalu ingin berhubungan serius makanya selama ini aku menghindar tapi bukan berarti..." Kana berhenti berbicara. Setelah itu ia mendesah dengan nafas panjang, mengeluarkan perasaan berat yang tersimpan di dalam hatinya. "...hanya sulit untuk membiarkan seseorang yang asing mencampuri kehidupanku."

Ottory menatap Kana dengan serius. Ada perasaan sendu ketika Kana mengatakan perasaan jujurnya itu.

"Tapi ini hubungan yang sangat bagus. Kurasa aku mulai menyetujui kalau siapapun berhak mendapatkan pasangan yang sudah ditakdirkan untuk menjalani hidup bersama makanya aku mencoba membuka hatiku bagi siapapun laki-laki yang berani membuatku berpikir kalau aku bisa menjadi pelengkap kehidupan mereka."

Setelah mengatakan itu, Kana memilih menatap lantai yang bersih. "Bukan berarti aku tidak tahu bahwa apa yang kulakukan selama ini dengan menyebarkan aura 'aku-tidak-ingin-berhubungan' dan 'jangan-dekati-aku-jika-kalian-tidak-bisa-membuatku-senang' itu merupakan hal yang benar. Hanya saja selama ini aku menunggu seseorang yang bisa membuatku merasa nyaman dengan kehadiran aku di sisi mereka."

Ottory tersenyum mengangguk. "Aku mengerti. Kau bukan tipe perempuan yang mudah dirayu."

Kana menaikkan kedua bahunya. "Syukurlah Ottory-jiisan mengerti."

Ottory memutar bola matanya bosan. "Seperti aku mengenalmu hari ini saja."

Kana tersenyum senang. Ia lalu menatap atasan yang bijaksana itu. "Jadi ada urusan apa Ottory-jiisan memanggilku?"

Ottory tersenyum –licik.

~O~

Kakashi bertanya pada dirinya sendiri kenapa ia harus melangkahkan kakinya ke tempat ini. Ia bukan tipe orang yang bertindak hanya karena segala sesuatunya mengikuti insting. Jadi jika instingnya menyuruhnya ke tempat ini maka itu adalah sesuatu hal yang patut dipertanyakan. Harus selau seperti itu. Karena ia sudah mengetahuinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia tidak ada yang namanya 'kebetulan'.

Kakashi menatap langit yang kebiruan dengan burung yang berterbangan sebagai pelengkapnya. Kemudian secara tidak sadar ia menoleh ke arah sampingnya.

"Tidak ada siapa-siapa disana."ucapnya spontan.

Kemudian keheningan menyelimuti dirinya. Dan sebuah kesadaran memenuhi indra pemikirannya.

"Apakah aku berharap dia ada disini?" tanyanya takut.

Ia lalu mengacak-acak rambutnya, terkejut dengan pertanyaannya sendiri. Ia menghela nafas pelan sambil menatap sisinya yang tak ada siapapun. Kemudian menghilang.

~O~

"Aku bosan beberapa hari ini."ujar Sho sambil melihat hasil latihannya.

Kanzaki dan Kinzaki saling menoleh, heran.

"Kalau aku selalu bosan, Sho."

Ketiga orang itu menoleh kepada orang yang baru datang ke tempat mereka.

"Sora-senpai." Ucap Kinzaki.

"Ada keperluan apa kau kemari, Sora-senpai?" tanya Sho sedikit sarkas.

"tidak bisakah kau sedikit lembut pada kami? Kami ini seniormu, Sho." Ucap suara lain dari belakang Sora yang tak lain adalah Kazu.

"Lagipula tempat ini juga dulunya tempat latihan kami juga kan." Lanjut Uguchi.

Sho mendesah kesal. Entah mengapa akhir-akhir ini emosinya tidak stabil.

"Kau sedih karena Yumezuru-sensei tidak disini melatih kalian, Sho?"

Sho mendesah. Ia lalu melihat kunai ditangannya. "Yah, sudah hampir satu minggu ini Yumezuru-sensei belum kembali dari misinya sehingga aku tidak tahu sudah berapa jauh latihanku berkembang."

"Dasar kau, Sho! Kupikir kau merindukan Yumezuru-sensei!" jawab Uguchi sebal.

Sho hanya cengengesan.

"Yo."

Semua orang terlonjak kaget mendengar seseorang menyapa mereka dengan tiba-tiba. Dengan cekatan mereka memegang kunai dan shuriken.

"Ini aku."

Sesosok itu memperlihatkan tubuhnya, membuat mereka kembali menyimpan kunai dan shuriken mereka dan membuat mereka merasakan ketenangan.

"Jangan mengagetkan kami, Kakashi-sensei!" protes Kinzaki setelah mengetahui bahwa sosok yang mengagetkan mereka adalah Kakashi.

Kakashi memegang tengkuknya, sok merasa bersalah. "Maaf aku tak sengaja."

Uguchi memutar bola matanya kesal.

"Nah, ada apa Kakashi-sensei kemari? Memangnya sensei tidak memiliki kesibukan?" tanya Sora beruntun.

"Aku bosan." Jawab Kakashi langsung. Semuanya bengong.

"Kenapa kau mengatakannya pada kami! Memangnya kami bisa apa untuk menghilangkan kebosananmu, sensei!." Jawab Sho sebal.

Kakashi mengendikkan bahunya. "Kalian sedang apa?"

"Latihan." Jawab Kanzaki senang.

Kakashi melihat beberapa kunai yang menancap di beberapa pohon, lalu mengangguk mengerti. "Oh."

Ia lalu beristirahat di pondok yang tersedia. "Ternyata tempat ini nyaman juga. Sensei kalian benar-benar mengerti dengan kenyamanan ternyata."

Sora mendengus sebal. ia lalu berkacak pinggang di depan Kakashi. "Sudah datang tiba-tiba, mengejutkan kami, mengatakan pada kami kalau kau bosan, lalu istirahat tanpa permisi di pondok kami, masih bisa mengkritik sensei pembimbing kami tentang kenyamanan pula. Kakashi-sensei memang hebat."

"Entah mengapa aku merasa kau sedang menghinaku, Sora." Ujar Kakashi sweatdrop. Seumur-umur baru pertamakalinya Kakashi mendengar perkataan semenyebalkan itu.

"Baguslah kalau sensei tahu."

Kakashi mendesah pelan. "Maaf sudah mengganggu kalian."

Semuanya mendesah. "Tidak masalah. hanya saja lain kali jangan mengagetkann kami, sensei." Ucap Uguchi.

Kakashi tersenyum, lalu mengangguk.

"Darimana Kakashi-sensei mengetahuii tempat latihan kami ini?" tanya Kanzaki.

"Saat berjalan-jalan santai secara tak sengaja aku melihat Sora, Kazu dan Uguchi jadi aku mengikuti mereka diam-diam."

"Seharusnya sensei menyapa kami bukannya mengikuti kami diam-diam."

"Maa...aku minta maaf."

Uguchi menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kurasa kami terlalu kenyang mendapatkan ucapan maaf darimu, sensei."

"begitu ya?"

"Iya! Kau seperti Kana-san saja."

Kakashi terdiam. "Kana?"

"Ya! Kana juga sering mengucapkan maaf mski aku tidak mengerti mengapa ia mengucapkannya."

"Oh`"

Sho mengernyit heran. "Memangnya Kakashi-sensei mengenal Kana-san?"

"Tentu saja, Sho. Kakashi-sensei dan Kana-san sudah saling mengenal. Aku juga terkejut waktu tahu mereka sudah saling mengenal satu sama lain." Jawab Sora.

"Aneh, ya?" tanya Kakashi.

Semuanya saling berpandangan, lalu tersenyum simpul. "Tentu saja tidak."

~O~

"Kurasa mereka kesepian mengingat Yume-san sedang pergi melaksanakan misi. Jadi tidak apakan kalau aku datang mengunjungi mereka?" tanya Kana pada dirinya sendiri. "Yah, sudahlah. Lagipula aku ingin melihat keadaan mereka. Kalaupun mereka sibuk berlatih aku hanya perlu melihat mereka dari pondok sambil membaca. Mengapa tidak?" lanjutnya sambil melangkahkan kakinya ke tempat latihan murid Yumezuru.

Sesampainya disana Kana dikejutkan dengan kehadiran Kakashi. Begitupula dengan Kakashi yang sudah menyadari kehadiran Kana.

"Kakashi?"

"Yo, Kana."

Kana menatap murid Yumezuru bergantian sebelum akhirnya ia menatap Kakashi.

"Sedang apa kau disini, Kakashi?" tanya Kana heran melihat keberadaan Kakashi di tempat ini untuk pertama kalinya.

"Mengunjungi muridku?"

"Aku yang bertanya tahu!" ucap Kana sewot. Kakashi hanya tersenyum simpul melihat ekspresi Kana yang tampak sedang kesal itu.

Kemudian Kana mendekati pondok dimana semua orang tampak tengah bersantai. Lalu ia menyerahkan bawaannya pada Sora. "Kurasa kalian lapar." Ucapnya.

Sora kemudian mengeluarkan beberapa minuman kaleng beserta camilan yang di bawakan oleh Kana.

"Wah, Kana-san baik hati rupanya." Kata Kanzaki senang.

Kana melotot tajam ke arah Kanzaki. "Jadi kau kira selama ini aku jahat, Kanzaki."

Kanzaki cemberut. "Aku hanya merajuk, kok."

Semuanya tertawa mendengar Kanzaki berbicara seperti itu. Kana kemudian melihat Kakashi. "Kau tidak pergi misi, Kakashi?" tanya Kana.

Kakashi menyandarkan tubuhnya pada dinding pondok dengan santai. "Tsunade-sama belum memberiku misi. Lagipula shinobi di desa ini bukan aku saja, kan?"

Kana memutar bola matanya. "Dasar." Ucapnya. "Kalau begitu aku pergi dulu, ya."

"Eh? Sudah mau pergi lagi? Bukannya kau baru saja datang, Kana-san?" tanya Uguchi heran mewakili semuanya bertanya.

Kana terdiam. Sebenarnya aku ingin ikut membaca disini tapi...

Ia lalu menggeleng pelan. Kemudian tersenyum lemah. "Aku hanya mengantarkan camilan saja. Lagipula aku ini perempuan sibuk."

"Perempuan sibuk apanya!" protes yang lainnya.

Kana tertawa mendengarnya. "Selamat tinggal semuanya." Pamit Kana sambil berjalan menjauh.

Sebuah senyuman tak lepas dari wajah Kana. Memikirkan semua murid Yume sedang bersama Kakashi saat ini membuat Kana senang.

"Hari ini sangat cerah rupanya." Ucapnya sambil melihat langit yang bermandikan sinar matahari.

~O~

Minato gelisah. Ia benar-benar gelisah.

"Apa yang membuatmu tampak cemas, Minato-san?" tanya Tobirama.

minato mendesah. "Tidak ada yang aku cemaskan, Nindaime-san." Jawabnya.

Tobirama mengernyit heran.

"Apa kau sedang memikirkan Kakashi, Minato?" tanya Jiraiya.

Minato terdiam. Dengan perlahan ia mengangguk.

"Kakashi bukan anak kecil lagi, Minato."

Minato menatap guru yang dihormatinya itu. "Aku tahu kalau Kakashi bukan anak kecil lagi, Jiraiya-sensei. Tapi sudah 2 hari ini aku tidak melihat Kakashi." Ujarnya jujur. "Dan itu membuatku.. khawatir." Ungkapnya lanjut.

Jiraiya tesenyum. "Santailah, Minato. Mungkin Kakashi sedang membaca santai icha-icha ciptaanku di suatu tempat yang baru saja ia temukan."

Minato memijat kepalanya mendengar ucapan gurunya itu, membuat 'mood'nya bertambah buruk. "Tapi sudah 2 hari ini aku tak melihatnya, Jiraiya-sensei. Seandainya memang Kakashi menemukan tempat baru yang bisa membuatnya nyaman itu tidak masalah. tapi dia tak sekalipun mengunjungiku!"

Tsunade mendongakkan kepalanya. "Tadi pagi dia kemari, Minato."

Dengan cepat Minato melihat Godaime Hokage. "Benar?"

Tsunade menganguk yakin. "Dia tampaknya bosan dan ia datang kemari untuk bertanya apakah ada misi yang harus dikerjakannya atau tidak."

"Dan?"

Tsunade merebahkan punggungnya ke kursi kebesarannya. "Dan aku bilang untuk saat ini ia tidak memiliki misi apapun untuk dilakukan."

Minato mendesah lega. "Tapi kenapa ia sama sekali tidak mengunjungiku?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Mungkin Kakashi tidak ingin mengganggu waktumu dengan keluargamu –khususnya Naruto."

Minato melihat Orochimaru dari ujung matanya. "Tapi bukan berarti ia tidak mengunjungiku, Orochimaru-san."

"Lalu kenapa kau tidak mengunjunginya?" kali ini Hashirama yang bertanya.

"Itu masalahnya, Shodai-san!" ujar Minato frustasi.

"Maksudnya?" tanya Hashirama masih tidak mengerti.

"Selama 2 hari ini aku mencoba mengunjungi Kakashi di apartemen atau tempat-tempat yang selalu ia kunjungi. Tapi aku tidak menemukannya. Aku pun mencoba untuk mengunjunginya pada malam hari langsung ke apartemennya, tapi Kakashi tidak di sana."

"Kau yakin, Minato?" tanya Jiraiya memastikan.

"Aku mencoba untuk mengunjunginya lagi tadi malam, tapi hasilnya sama seperti malam sebelumnya. Aku merasa ia tidak kembali ke apartemennya 2 hari ini. Dan yang paling membuatku khawatir adalah kondisinya saat ini."

Beberapa orang yang mendengar apa yang dikatakan oleh Minato memilih diam.

"Kurasa ia bisa mengurus dirinya sendiri. Kupikir kau berlebihan sekali, Minato-san." Ucap Madara.

Minato memilih untuk menggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Ia kemudian mendesah lelah. "Lebih baik aku mencarinya lagi. Dan, yah, jika aku menemukannya aku bersumpah akan menghukumnya." Ujar Minato.

Semua orang yang mendengar ucapan Minato sweatdrop. Dengan cepat Minato menghilang dari hadapan semuanya.

"Aku merasa kasihan dengan Hatake Kakashi." Ucap Hashirama sweatdrop.

"Yah apa boleh buat. Kakashi sendiri yang salah karena tidak mengunjungi Minato yang overprotektif padanya." Lanjut Tsunade.

"Tapi tidak perlu bersikap seperti itu juga kan?" tanya Madara sewot.

"Aku mendengar dengan jelas bahwa Minato itu overprotektif pada Kakashi. Jika kau mendengarnya, Uchiha Madara?"

Urat-urat di pelipis Madara mulai terlihat. "Maksudku tidak perlu overprotektifkan. Lagipula Kakashi bukan anak kecil lagi. Yah itu jika kau paham maksudku, Tobimara?"

Tobirama tersenyum mengejek. "Jika kau mengerti maksudku saja, Madara."

Madara menggigit bibirnya menahan kejengkelan yang ingin dilontarkannya. Dan semua orang yang berada di sana paham bahwa Nindaime Hokage memang orang yang tak mudah dilawan –baik dalam berdebat atau pertarungan tentunya.

Izuna semakin sweatdrop melihat pemandangan di depannya.

~O~

Minato bersyukur karena ia beruntung memiliki jurus teleport super cepat. Hanya saja kali ini ia tidak ingin memuji dirinya sendiri yang sedang kepayahan dalam mencari keberadaan seorang Hatake yang sudah sulit ditemuinya dalam 2 hari ini. Tentu sejak tetua terhormat Kazuro-sama memberikan pengumuman yang terdengar mengerikan di telinga Hatake tunggal itu.

Mengingat tentang pengumuman itu, sebenarnya Minato agak senang karena ternyata tetua yang kolot itu memperhatikan murid satu-satunya itu. Hanya saja mungkin bagi Kakashi, itu tampak seperti sebuah ancaman yang benar-benar mengancamnya dan sayangnya ia tak bisa menemukan solusi untuk menghindarinya. Yah intinya Kakashi lebih baik memilih diancam di medan perang dengan taruhan nyawa.

"Disini juga ia tidak ada."

Minato sudah meminta tolong pada Tsunade untuk mengabarkan dirinya kalau Kakashi berada di markas Anbu sehari yang lalu. Tapi sayangnya kabar yang di dapatkan oleh Minato hanyalah kabar yang sama seperti perkiraannya. Bahwa Kakashi selama seminggu ini ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke markas Anbu.

Sambil berpindah dari satu atap ke atap yang lainnya, Minato mengedarkan pandangannya ke segala penjuru tempat yang dilaluinya. Merasa apa yang dicarinya tak didapatkannya, ia berhenti di atap sebuah bangunan.

"Kakashi, kamu dimana?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil terus memijat-mijat kepalanya.

Dan sebuah kesadaran menerpa dirinya. "kenapa aku tidak mencoba melacak keberadaannya sejak 2 hari yang lalu?" tanyanya konyol pada dirinya sendiri.

Bagaimana ia lupa kalau ia hanya perlu melacak keberadaan Kakashi seperti yang dilakukannya dulu? Dan ia merasa sangat beruntung karena ia juga memiliki kemampuan pelacak yang hebat. Lagipula ia menjadi Hokage bukan karena kepeduliannya sajakan?

"Sepertinya kebangkitanku membuatku melupakan beberapa hal!" rutuknya kemudian.

Minato mendesah lelah, lalu ia menutup matanya berkonsentrasi penuh. Perlahan ia membuka matanya dan sebuah senyum terpatri di wajahnya.

"Ternyata disana kau bersembunyi ya, Kakashi?" ucapnya kemudian menghilang.

.

.

TBC

Maaf untuk para readers yang menunggu publisnya fanfic konyolku ini.

Maaf karena ternyata updatenya gak bisa kilat dikarenakan author cukup sibuk sampai-sampai baru sekarang bisa publish fanfic tercintanya ini.

Sebenarnya authors sedang galau banyak dan author hanya sok sibuk mencari solusi sejak 2 bulan lalu

Dan eng ing eng, syukurlah di awal bulan ini authors bisa comeback kembali sesuai jadwal wkwkwkwk.

Dan authors bersumpah (#comel kau authors) bahwa authors akan berkonsisten mengupdate fanfic ini sesuai jadwalnya.

Sampai jumpa di Next Chapter yang pastinya lebih seru lagi (week muntah deh) dan reviwsnya ya jangan lupa biar author termotivasi (jadi kalo ga direviws gag mau lanjut ya? –abaikan)