YAOI

KRAY/FanXing/KrisLay

M

A/N : Yang masih DIBAWAH UMUR tolong menghindar sejauh-jauhnya! Ini area orang DEWASA! Ingat, dosa nakk~ /plakk/

Happy reading For..

Love Sometimes Strange

Present..

Yifan menghela nafas panjang. Jantungnya perlahan mulai berdetak kencang melebihi dentingan waktu ketika kedua ekor matanya menatap sebuah tulisan yang terpajang indah diatas sebuah pintu masuk.

Black Bar

Tidak main-main gugupnya. Bahkan ia betah duduk selama lebih dari sepuluh menit didalam mobilnya yang sudah terpakir rapi. Duduk diam ditemani kebisingan samar yang tercipta dari dalam bar yang tertutup rapat. Hanya kerlap-kerlip lampu disco yang senantiasa menyelip diantara celah-celah ventilasi varian gedung.

Yifan masih menimbang-nimbang tentang apa yang sebaiknya ia lakukan. Masuk atau tidak. Sebenarnya berat ke tidak, tapi ketika ia kuatkan diri sekali lagi untuk memandang gambar diri seorang lelaki di kertas foto yang ia selip disaku kemejanya, Yifan pun tersenyum dengan sendirinya. Bahkan detak jantung menggilanya perlahan mulai mereda seiring dengan timbulnya senyuman itu.

It's magic…

.

.

.

"Silahkan masuk tuan.."

Yifan membungkuk sedikit kearah seorang lelaki tinggi yang menyambutnya dipintu masuk bagian dalam bar. Kemudian ia melangkahkan kaki dalam tempo sedang menuju ke sebuah sofa mini kemudian duduk disana.

Lelaki tinggi itu meraih ponsel lalu mengetik sebuah pesan singkat, dan mengirimnya keseorang teman.

(Ah, aku benar-benar gugup Park! Apa yang harus kulakukan?!)

Sembari menunggu balasan, Yifan menyempatkan diri untuk memesan minuman sambil memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Benar-benar 'khusus laki-laki'. Sejauh mata memandang, tak satupun Yifan melihat manusia yang memiliki 'dada' disana.

Drrt..

Ponsel Yifan bergetar dan ia segera membukanya dengan tidak sabar.

(Selangkah lagi. Jangan sia-siakan kesempatan ini Fan. Cepat hubungi dia. Kau masih menyimpan nomornya kan?)

(Masih..)

(Oke. Fighting!)

Mendesah sekali, Yifan menimang-nimang ponselnya sebentar. Beberapa menit setelahnya ia mulai mencari kontak dengan ID 'ZYX' lalu menekan tombol call disana. Selagi menunggu panggilannya dijawab, Yifan mulai mempersiapkan mentalnya. Tanpa sadar ia menggigit bibir.

"Hallo?"

Dug..

Dug..

Dug..

Detak jantung Yifan bertalu-talu..

"Ini siapa?"

"H_Halo?"

"Apa ini Wu Yifan?"

Yifan tidak tahu harus menjawab apa selain kata 'Ya' yang keluar dari bibirnya. Sebab, desiran halus yang menyenangkan tiba-tiba saja menyapa seluruh tubuhnya tepat ketika suara itu menyebut namanya dengan begitu lembut.

"Kau dimana?"

"Sudah di bar.."

"Kemarilah, aku dilantai atas. Kamar no 31.."

"Uh_O_oke!"

.

.

.

"Masuk.."

Menjilat bibirnya yang kering sejenak, Yifan kemudian mulai membuka pintu kamar dengan pelan.

"Hai.. Apa.. aku mengganggu?" Yifan memulai sapaannya melalui kalimat sederhana. Sekaligus kalimat penutup rasa gugupnya. Yifan tengah mencoba bersikap santai.

Lelaki yang semula duduk menghadap laptop itu menoleh. Dan waktu disekeliling Yifan seakan berhenti berjalan ketika kedua matanya menatap 'orang itu' secara langsung.

'Manis'

Terlebih ketika lelaki itu tersenyum. Oh.. apa kabar dengan jantungnya?

"Tentu tidak. Kemarilah.."

Dengan langkah pelan dan sedikit goyah, Yifan mendekati lelaki manis itu. Duduk disebelahnya.

"Hm.. Apa yang sedang kau lakukan?" Yifan mencoba berbasa-basi lagi. Ia tidak peduli sekalipun ia terdengar sok akrab.

"Tidak ada." Yixing segera mematikan laptopnya. Setiap gerakan yang ia lakukan tak sedikitpun melunturkan senyuman tipis dari bibirnya.

Yifan, entah kenapa ia merasa ingin pipis saat itu.

"Baik. Kau mau kita mulai dari mana?"

"Uh?_" Yifan melongo sesaat, lalu reflek menggaruk tengkuknya canggung. Entah ini terlalu tiba-tiba atau entah Yifanlah yang terlalu gugup. Tapi.. Bukankah tujuannya kesini memang untuk 'melakukan itu?'.

Ah, sialan! Jantungnya bahkan tidak mau berdetak dengan normal. Memalukan sekali ketika tabuhan didadanya itu kentara terlihat. Karena sangat kencang.

"…Oh.. Terserah kau saja."

Hening..

Senyuman Yixing semakin lebar. Cekungan dipipinya semakin dalam dan bodohnya Yifan baru menyadari keindahan itu. Ia lalu ikut tersenyum. Pura-pura santai didepan Yixing yang memang terlihat biasa saja. Seperti tidak akan terjadi 'sesuatu' saja kepada mereka setelah ini.

"Baiklah.."

Yixing meletakkan sebelah tangannya kepaha Yifan. Bersamaan dengan itu, sebuah hembusan nafas panjang keluar dari celah bibir Yifan. Matanya lantas melirik kearah tangan putih Yixing. Desiran halus itu kembali melanda tubuhnya ketika jemari-jemari ramping itu bergerak naik.

"A_Huh~" Yifan hendak mengatakan sesuatu semacam 'Bukankah seharusnya kita diranjang', atau 'Xing, kau akan mulai? Tapi posisi ini tidak nyaman', tapi, yang sebenarnya lebih ingin Yifan katakan adalah_

"T_Tunggu!"

Ucapan Yifan bersamaan dengan tangan Yixing yang sudah menggenggam tangannya. "Hm?" Kemudian pria manis itu bertanya kepadanya melalui gumaman.

Melihat tangannya dicekal. Yifan yang memang sudah gugup setengah mati kembali kehilangan kata-katanya. Jadi, Yixing hanya ingin meraih tangannya?

"Aku..Aku.."

"Yah? Katakan saja.." Wajah Yixing yang terlampau dekat benar-benar membuat Yifan lemas. Apalagi senyuman manis yang masih setia hinggap dibibir tebal lelaki itu.

Benar-benar senyuman penggoyah iman!

"..Aku ketoilet sebentar." Maka dengan itu, Yifan segera melepas halus pegangan Yixing ditangannya lalu berjalan dengan cepat kearah toilet yang berada didalam kamar.

Tup!

Saat pintu tertutup, Yixing tertawa kecil. "Ah.. Benar-benar polos.." Gumamnya gemas.

.

.

.

Yixing tengah membaca sebuah majalah diatas ranjang ketika Yifan keluar dari toilet.

"Apa aku lama?"

Yixing tersenyum. "Mengapa kau begitu formal?"

Yifan menggaruk tengkuknya sekali lagi.

"….Mendekatlah.."

Kali ini Yifan benar-benar mendekat. Ikut duduk diatas ranjang.

"Kau, kelas berapa?"

"Uh? Aku, kelas tiga SMA. Kau?"

Yixing menutup majalah ditangannya lalu mulai berkonsentrasi kepada lelaki muda didepannya. "Coba kau tebak."

"Emm.. Kelas dua, atau.. sama denganku."

Sebuah tawa halus mengalun indah melalui kedua celah bibir Yixing. "Aku tidak semuda itu.."

"Ya?..Oh..Hehe.." Yifan ikut tertawa kecil akibat percakapan sederhana mereka. "…Jadi?"

Meredakan tawanya sedikit, Yixing lantas menjawab. "Jika aku kuliah, maka sekarang aku sudah semester enam."

"Ohh…Mengapa Hyung tidak kuliah?"

"Karena aku harus bekerja untuk mendapatkan uang.." Senyuman tipis itu kembali.

"Ohh.."

"Kau?"

"Ya?"

"Apa alasan kau kesini? Selain 'bersenang-senang'?. Sebab, aku merasa kau tidak seperti pria kebanyakan…"

Hening untuk sesaat ketika pertanyaan itu keluar dari mulut Yixing. Yifan sedang memikirkan alasannya. Namun dia terlalu ragu untuk menjawab..

"….Apa… kau gay?"

"Eoh?"

"Kau gay?"

"Aku..Aku kesini karena aku sedang butuh pelampiasan. Aku baru saja bertengkar dengan pacarku. Dia wanita yang jahat. Untuk sesaat aku tidak ingin bergaul dengan wanita."

"Jadi begitu?"

"Memangnya kenapa?"

Yixing yang awalnya agak terdiam lantas menggeleng pelan. Ia kemudian bangkit lalu mengambil sebuah lube dilaci meja sebelah ranjang. Sembari memilih pelumas mana yang hendak dipakai, Yixing bergumam kembali_

"Ini sudah jam setengah dua belas. Kau membayar mahal untuk malam ini. Kurasa kita harus segera melakukannya agar kita impas.."

Yifan merasa ini terlalu mendadak. Baru saja mereka menyudahi sesi obrolan ringan yag menyenangkan, tiba-tiba saja Yixing turun dari atas ranjang dan mengatakan hal demikian.

Yifan angkat bicara. "Tapi Hyung_"

"Panggil aku Yixing ketika kita 'bercinta'."

Yifan menelan ludah gugup mendengar kalimat ambigu itu. Ia semakin gugup ketika Yixing naik keatas ranjang menggunakan lutut dan berjalan kearahnya.

"Hyu_?"

Belum sempat Yifan berkata-kata, Yixing sudah lebih dulu mendorong tubuhnya hingga terlentang. Lalu lelaki manis itu bergerak cepat mengangkangi perut Yifan.

"Kita akan mulai."

"T_Tapi aku belum sepenuhnya siap!"

"Kau sudah banyak membuang waktu. Siap tak siap kau harus siap."

Yifan merasa sikap Yixing yang mendadak berbeda dari sebelumnya. Dan ia tengah berusaha mencari penyebabnya. Berasa diujung lidah namun ia tak tahu apa perihal yang menjadi sebab. Jadi sebisanya ia terus membantah keinginan Yixing terlebih dahulu.

"Mengapa jadi begini?"

"Ini pekerjaanku dan aku tak boleh lalai dalam bekerja. Waktu untuk melayanimu sudah lewat tiga puluh menit. Intinya, kita harus mulai!"

"Tapi_"

"Diam. Kau hanya tinggal mendesah. Biar aku yang bekerja."

Yixing hendak menunduk dan mencium Yifan namun perkataan Yifan selanjutnya membuat gerakannya kembali berhenti_

"Tapi aku yang membayarmu. Mengeluarkan harga yang tidak sedikit untuk ini. Jadi hakku untuk memulainya kapan. Atau tidak memulainya sama sekali!"

Hening lagi…

Suasana tiba-tiba menjadi senyap…

Perlahan Yixing mengangkat tubuhnya kembali lalu menghembuskan nafas pelan. "Kau benar.. Maafkan aku. Kita bisa memulainya kapan pun kau mau.."

Yixing hendak bangkit dari atas tubuh Yifan namun lelaki yang lebih muda menahannya. Yixing yang ditahan hanya diam sembari menatap Yifan.

Yifan mendesah kemudian mengangkat tubuhnya, tanpa ingin Yixing pergi dari atasnya. Ia duduk, menghadap Yixing yang masih setia duduk dipangkuannya. "Dengar.. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu.."

Yixing menunduk. Enggan menatap Yifan. "Perkataan yang mana?" Ujarnya dengan nada sedikit cuek dan merajuk.

"Aku tidak sedang butuh pelampiasan. Ini murni keinginanku.."

Yixing tertawa miring sembari mendecih kecil. "Sebenarnya aku tidak punya hak untuk tersinggung. Bagaimanapun ini pekerjaanku, dan kau sudah membayar 'mahal' untuk ini_"

"Sssstt!_" Yifan meletakkan telunjuknya dibibir Yixing. "_Dan kalimat terakhir itu. Aku hanya mengarangnya, tidak dari hati. Apa kau mengerti?"

"Ch.." Yixing tersenyum miring lagi. Kali ini ia menatap kedua mata pria yang tengah memangkunya.

"Kau terlihat brutal tadi. Jadi aku tidak menemukan cara untuk menghentikannya selain itu. Jangan tersinggung. Please~" Yifan menempelkan keningnya dengan kening Yixing.

Kali ini mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih yang baru saja habis bertengkar.

"Tapi bagaimanapun juga. Kekasihmu akan kecewa jika mengetahui ini.."

Yifan meraih sesuatu dari saku celananya kemudian mengangkat sebelah tangan Yixing dan meletakkan benda itu disana.

Kedua mata Yixing membulat kaget. "Fotoku?" Ujarnya tak percaya.

Yifan mengangguk. Diam-diam tersenyum canggung sebab ia sangat malu sekarang. bagaimanapun juga seharusnya Yixing tidak boleh mengetahui jika foto itu ada ditangannya.

"Mengapa_"

"Kau benar. Aku..Aku gay! Tidak! Aku bukan gay. Maksudku.. Aku hanya menyukai seorang lelaki. Dan dia lelaki yang ada didalam foto itu! Tadi itu.. Aku.. terlalu malu untuk mengaku." Yifan tiba-tiba menggaruk tengkuknya lagi. Kebiasaan ketika sedang gugup.

"Jadi kau mencariku?"

Yifan mengangguk polos.

"Oh tuhan!" Yixing segera bangkit dari atas pangkuan Yifan yang direspon dengan raut wajah bingung dari pemuda itu. "….Dari mana kau mendapat foto ini?"

Yixing hanya merasa telah salah bertindak. Fikirnya, mungkin saja Yifan kesini hanya untuk menemuinya bukan untuk mengajaknya 'bercinta'.

"Park Chanyeol. Dan aku sudah mengetahui semua tentang Hyung darinya. Makanya aku mencoba kesini.."

Yixing terdiam. "Oh.." Gumamnya sedikit.

"….Ternyata si Park itu.."

Yifan mengangguk lagi..

"Huffh…" Yixing mendesah panjang. Tanda bingung. Karena baru kali ini ia mendapat pelanggan semuda dan selugu Yifan. Terang saja, bagaimana bisa seorang lelaki normal tiba-tiba mengaku telah mengubah orientasi seksualnya hanya karena sebuah foto?

"Jadi, intinya, kau kesini hanya untuk menemuiku atau 'berhubungan badan' denganku?" Tanya Yixing sejelas-jelasnya.

"T_tentu saja kedua-duanya. Tapi.. kalau Hyung tidak mau tidak usah saja. Kita mengobrol saja.."

"Apa? Hanya mengobrol?!_ Yixing mendengus keras. "_Lalu uang yang kau minta dari orang tuamu untuk menyewaku kau sia-siakan begitu saja?! Mengapa kau sangat tidak kreatif?! Tidak bisakah kau hanya menelfonku dan kita bisa membuat janji untuk sebuah pertemuan?!" Bentakan demi bentakan keluar bebas dari mulut Yixing. Persis seperti seorang ibu yang tengah memarahi anaknya.

"Tapi itu uang tabunganku!"

"Apa?! Tabungan?!"

"Mengapa Hyung semarah itu? Sebaiknya kita segera bercinta agar kau berhenti mengomeliku!" Kali ini gantian Yifan yang marah.

"Aish! Bocah ini!" Yixing memegang kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut. Perdebatan mereka benar-benar terasa tidak masuk akal.

Sementara Yifan hanya diam cemberut diatas ranjang. Ia kemudian mengguman pelan, sangat pelan. "Mengapa jadinya Hyung yang tidak mau? Padahal aku kan penasaran dengan rasanya.."

Kali ini Yixing menepuk keningnya. Mungkin bocah labil ini perlu diberi sedikit pelajaran, fikirnya. Jadi tanpa ba-bi-bu lagi, lelaki yang lebih tua segera naik kembali kepangkuan Yifan lalu mencium bibir pemuda itu.

Kedua mata Yifan reflek membola. Ia terkejut. Lebih terkejut lagi ketika Yixing mulai melumat seluruh bagian bibirnya.

.

.

.

"Hah..ha_hahh…"

"Hh..Bagaimana…rasanya?" Yixing bertanya tepat setelah ciuman panjang itu terlepas.

Seluruh permukaan wajah Yifan memerah. "H_Hyung_"

"Yixing. Panggil Yixing.."

"Hh..Hh.." Nafas Yifan masih satu-satu.

"Kutanya. Bagaimana ras_" Tiba-tiba ucapan Yixing berhenti. Ia kemudian menggoyangkan pantatnya sedikit, sebab ada yang terasa mengganjal didekat pantatnya, dan itu berakibat dengan desahan yang keluar begitu saja dari mulut pria SMA itu.

"…Kau, kau tegang hanya karena kucium?!" Ujar Yixing tak percaya. Ia mencoba meggoyang pantatnya sekali lagi sembari menatap wajah Yifan_

"Ahh!"

_dan benar. Benda yang tengah ia duduki sedang dalam proses penegangan.

Oh, betapa polosnya! Batin Yixing. Bagaimana mungkin pria ini yang akan menyetubuhinya?

"Hyung.. Buka celana.." Pinta Yifan lirih.

"Yixing. Kubilang panggil aku Yixing."

Yifan menggeleng. "Aku memanggil Hyung saja. Untuk menghormatimu_Ah! Hyung jangan bergerak!"

Setelah menggerakkan pinggulnya sekali lagi, Yixing cengo. Seumur hidup, ia benar-benar tidak pernah membayangkan bagaimana bentuknya jika seseorang mendesahkan kata-kata 'Hyung~' untuknya ketika bercinta. Tidakkah itu terlalu…aneh..?

"Panggil Yixing!"

"Hyung!_Ah!"

"Yixing!" Yixing bersiap menggoyang pantatnya lagi jika Yifan masih ngotot dengan panggilan anehnya (aneh jika digunakan ketika bercinta).

Kali ini lelaki itu menggeleng, lengkap dengan muka memelas dan memerah. "Hyung celananya sempit!_Ah! Ya Hyung! Berhenti menggoyangkan pantatmu!" Yifan berteriak. Nada suaranya terdengar merajuk. Ia memegang kedua sisi pinggang Yixing, menahan lelaki itu agar tidak bergerak lagi. Kapan perlu menyingkirkannya dari atas dirinya agar ia bisa segera melepaskan celana dan mengeluarkan yang telah menyesak sedari tadi. Namun apa daya, Yifan sudah lemas duluan.

Kali ini Yixing tertawa tanpa bisa ditahan. Muka Yifan benar-benar polos dan ia dengan senang hati mengerjai lelaki itu. Pelan-pelan, Yixing kembali menggerakkan pinggulnya, maju mudur dengan gerakan sensual.

"Ahn! Ngh~ Hyung~…Uh.."

"Kau ingin aku yang membukanya atau_"

"Bi_bihh..biar aku saja Hyunghh~"

"Tidak!_" Yixing menghentikan gerakan pinggulnya.

Dan Yifan segera menghela nafas meski tersendat-sendat, sebab nafsunya sudah mencapai ubun-ubun. Seluruh bagian kepalanya terasa panas. Mungkin jika ia sedang berhadapan dengan orang yang lebih muda darinya, ia akan langsung 'memakan' orang itu tanpa segan-segan seperti ini (ini bayangan Yifan).

"…..Aku yang akan membukanya.." Desah Yixing dengan nada rendah yang menggoda.

"Yasudah, cepat buka Hyung!"

Sebenarnya Yixing mulai stress mendengar kata-kata 'HYUNG' yang terus keluar dari bibir Yifan. Namun ia akhirnya memilih mengalah demi menghindari perdebatan konyol dan tidak berguna dengan bocah bernama Yifan ini.

Yixing kemudian tersenyum, senyuman yang sensual dan penuh gairah. Kemudian ia mendekatkan bibirnya ketelinga Yifan, sangat dekan hingga permukaan benda kenyal itu menyentuh cuping Yifan. "Kau, ingin aku membukanya dengan tangan atau mulut?~" Yixing berkata sembari menggerakkan pingggulnya kembali. Pelan, bahkan terlampau pelan hingga kesan yang ditimbulkan benar-benar dahsyat.

Bulu kuduk Yifan meremang. Dadanya naik turun tak beraturan. Kejantanannya benar-benar sudah mengeras sejak tadi. Dan siksaan dari kain celana yang terasa menjepit disertai dengan pantat Yixing yang menggeseknya belumlah hilang sama sekali.

"Uh_ Uh~Terserah Hyung saja. Oh.. Eomma~~"

Dan Yixing cekikikan mendengat kata terakhir Yifan.

.

.

.

Malam sudah terlewati. Dini hari menjelang..

Yifan benar-benar menjadi anak penurut selama sesi pembukaan menjelang bercinta berlangsung.

"Akh!"

Yixing melepas hisapannya pada penis Yifan kemudian meraih kembali gumpalan selimut yang baru saja Yifan lepaskan dari mulutnya.

"Kubilang gigit saja, jangan dilepaskan. Aku takut mendengar pekikanmu.."

Yifan mengangguk dengan muka memerah sempurna. Ia menatap Yixing dengan kedua mata sayu, lalu membuka mulut dan menerima suapan kain dari Yixing.

Pelan-pelan, Yixing kembali meraih penis Yifan. Hendak kembali memasukkan benda tegang itu kedalam mulutnya. Namun belum jadi ia mengulum pekikan Yifan kembali memekakkan telinga_

"Ahh! Hyung! Peganganmu terlalu lembut!" Protes Yifan. Ia merasa Yixing menggenggam penisnya dengan separuh hati jadi kesan yang terasa adalah geli-geli tanggung dan menyiksa.

Memutar bola matanya, Yixing lantas meremas penis Yifan sekuat tenaga. "Begini?"

"Ya. Ya. Ya! It_itu terlalu keras! Hyung~"

Tidak tega melihat kedua mata Yifan berkaca-kaca akibat remasan tidak berperasaannya, Yixing segera mengurut penis Yifan dalam genggaman dan tempo yang sedang. "Maaf, aku memang mudah emosi.." Ujar Yixing santai.

"Apa Hyung tidak suka bercinta denganku?" Tanya Yifan sedih.

"Aku suka kecuali dengan kata-kata 'HYUNG' yang terus keluar dari mulutmu. Terlebih jika kau meneriakkannya. Selanjutnya, kau terkadang terlalu banyak tingkah. Teriakanmu super besar dan itu mengganggu telingaku yang tengah menikmati benda ini_" Yixing menyentil ujung penis Yifan sedikit.

Yifan mengaduh. Ingin berteriak namun tidak jadi karena sekarang Yixing sedang mengomelinya, lagi.

"…Kau, aku bahkan belum melakukan apapun pada tubuhmu dan pekikanmu sudah seperti lelaki yang ditusuk padahal kau yang akan menusukku nanti!"

Sedari tadi Yifan hanya menatap Yixing dengan tatapan bersalah dan menghiba. Ia sadar betul kalau Yixing tengah memarahinya saat ini. Ia kemudian bertanya. "Tu_Tusuk?"

"Oh My God! Apa aku juga harus menjelaskannya?" Yixing mendesah frustasi. Kali ini dia betul-betul ingin menggunakan penisnya meski pertama kali seumur hidup untuk menusuk anus Yifan agar anak itu tahu apa yang dikatakan dengan 'TUSUK!'.

Merasa semakin tidak enak. Yifan segera menekuk kedua kakinya, lalu menyembunyikan penisnya diantara kedua paha yang merapat.

Sebelah alis Yixing terangkat. "Kenapa kau?"

Yifan menggeleng. Ia kemudian menunduk dan memelintir selimut dengan gugup. "Hyung, sepertinya kita lakukan…lain kali saja."

"Apa?"

"Sepertinya.. suasana hati Hyung sedang..tidak baik."

Yixing facepalm. 'Sok tahu sekali', batinnya.

"Aku..Aku tidak apa-apa. Hehe.." Kali ini Yifan mengangkat wajahnya seraya menunjukkan senyuman garing di bibirnya.

Yixing mendecih kecil sembari tersenyum. "Dalam keadaan tegang begitu kau ingin berhenti?_" Tunjuknya kearah selangkangan Yifan.

Hening beberapa detik sebelum Yixing kembali mendengus kecil kemudian merangkak mendekati Yifan dan duduk tepat disebelah pemuda itu. Mulai menatap Yifan dengan pandangan menggoda lagi.

Yifan tersentak kecil ketika jemari dingin dan halus Yixing tiba-tiba mengelus sekitar pahanya. Meremas-remasnya dengan pelan dan penuh perasaan.

"Aku tahu kau tersiksa sekarang._" Yixing kemudian berbisik. "_Terutama penismu~"

Yifan segera memejamkan mata ketika Yixing mengecup-ngecup daun telinganya, menjilat lehernya lalu mencium rahangnya dengan gerakan yang begitu terasa memabukkan.

Perlahan Yifan menoleh kearah Yixing, dan kedua bibir itu kembali bertemu. Saling berpagut satu sama lain. Hingga kecipak bunyi khas ciuman terdengar begitu jelas diantara kesunyian kamar.

Diam-diam Yixing tersenyum. Dia kesal dengan bocah lugu, apalagi yang tidak tahu apa-apa semacam Yifan. Namun bagian bagusnya adalah, Yifan bisa diperlakukan begini begitu, disuruh ini itu, dan lain-lain. Bukankah itu cukup menyenangkan?

Perlahan Yixing meraih pergelangan tangan Yifan lalu meletakkan kedadanya. Menuntunnya untuk meremas bagian itu. Satu dua kali tangan Yixing ikut meremas dadanya sendiri bersama tangan Yifan, selanjutnya lelaki itu melepaskan tangannya dan membiarkan Yifan yang meneruskan sendiri.

Yixing melepas tautan bibirnya dengan bibir Yifan sejenak lalu tersenyum. "Pintar.." Desahnya.

Yifan tidak merespon. Ia kembali memajukan wajahnya untuk meraup bibir tebal Yixing, bersamaan dengan tangan yang semakin gencar meremas dada lelaki yang lebih tua darinya itu. Yifan sudah dikuasai nafsu. Begitu juga dengan Yixing.

Meski kalimat 'pintar' sudah Yixing luncurkan untuk Yifan, yang namanya tidak tahu apa-apa, tetaplah tidak tahu apa-apa. Sebelum Yixing yang menuntunnya, tangan Yifan masihlah disitu-situ saja. Bahkan puting Yixing sudah terasa nyeri karenanya.

Ia memindahkan tangan Yifan menuju selangkangannya. Dan kembali menuntun Yifan untuk meremas bagian pribadinya itu. Yixing membuka kakinya sedikit, membiarkan tangan Yifan berbuat sesukanya disana.

Keduanya masih berciuman. Menghiraukan masalah air liur yang sudah meluber kemana-mana. Yixing sebenarnya tidak pernah berciuman sampai seperti ini kecuali dengan Yifan. Anak ini benar-benar tidak pandai mengontor air liur sendiri. Lihat, dagu Yixing basah dan kesemuanya disebabkan oleh air liur Yifan.

Tangan kaku Yifan yang masih menggenggam penisnya terasa gemetar. "Kocok saja.." Suruh Yixing diantara ciuman panjang mereka.

Yifan memundurkan wajahnya sedikit, lalu menunduk, mengalihkan pandangan kearah tangannya yang memegang kejantanan Yixing dengan gugup. "B_begini?" Yifan mulai mengurutnya.

"Uh~ Yeah.. seperti ituhhh. Teruskan.."

Melihat Yixing menggigit bibirnya sembari memejamkan mata dengan begitu sensual membuat penis Yifan mau tak mau kembali menegang dengan sendirinya.

Perlahan Yixing ikut menggerak-gerakkan pinggulnya secara abstrak dalam gerakan pelan. Menikmati sentuhan tangan Yifan. Ia sebenarnya menginginkan Yifan untuk meng-oral penisnya, tapi mengingat betapa polosnya lelaki itu, Yixing mengurutkan niatnya. Dia hanya tidak ingin dihadapkan dengan beberapa bertanyaan bodoh Yifan nantinya. Semacam 'bagaimana rasanya Hyung?, atau 'apakah ini pahit?', atau kalimat-kalimat lain yang hanya akan membuatnya naik darah. Oh, bahkan Yixing sudah membayangkan segala kemungkinannya terlebih dahulu.

Dengan lemas Yixing bersandar dipundak Yifan, mengembuskan nafas hangatnya disana. "Ohh~~" Desah Yixing sekali lagi.

Beberapa menit berlalu hanya dengan adegan seperti itu. Sebenarnya Yifan ingin mengatakan sesuatu kepada Yixing, namun anak itu menahannya. Takut Yixing marah. Tapi_

"Ada apa? Apa ada yang ingin kau katakan?"

_Yixing terlalu peka dengan gelagat seseorang. Jadi ia bertanya sembari menghela nafas terburu-buru disertai dengan keringat yang menetes dipelipisnya. Ia terlihat sangat seksi sekarang.

"Ak_aku ingin pipis.." Aku Yifan. Gerakan tangannya dipenis Yixing berhenti.

"Itu bukan pipis.."

"Ya?"

Yixing menarik tangan Yifan dari selangkangannya kemudian menyuruh pemuda itu berbaring. Lagi-lagi Yifan menurut. Ia kemudian tidur terlentang dengan kedua paha mengapit, persis seperti orang yang tengah menahan kencing.

Yixing mengambil lube yang sedari tadi hanya tergeletak pasrah diatas ranjang. Ia mengeluarkan isinya kemudian mengolesi benda itu disekitar penis Yifan. Ia melumuri lube secara keseluruhan dari pangkal hingga ujung batang penis Yifan. Sekalian membuatnya benar-benar tegang, Yixing mengocoknya sebentar.

Yifan, mengingat bagaimana tidak sukanya Yixing dengan teriakannya, hanya memejamkan mata karena tidak kuasa menerima sensasi kenikmatan yang tengah Yixing berikan padanya. Dan yang paling penting, hasrat untuk pipisnya semakin memuncak.

Kali ini Yixing mengangkangi penis Yifan yang siap 'tusuk'. Ia memanggil Yifan agar anak itu membuka matanya dan melihat setiap detail sesi bercinta mereka.

"Kau siap?"

"Eoh?_" Yifan mengangguk. "..Yahh.." Ia mengangkat kepalanya sedikit, guna melihat apa yang terjadi dengan penisnya.

"O_Ahhh~~" Desahan Yifan kembali menggema tepat ketika Yixing mendorong kepala penisnya untuk memasuki bagian bawah lelaki itu. "A_Anghh~" Lagi, ketika penisnya masuk semakin dalam kelubang Yixing.

Yixing hanya berpegangan pada dada Yifan. Ia mengeryit merasakan nyeri pada lubangnya ketika proses pemasukan(?) berlangsung. Sedikit lagi, batinnya frustasi. Dan dengan segenap kekuatannya, Yixing menitik beratkan seluruh tubuhnya kebagian pantat dan mendorong dengan keras bagian itu kebawah_

"Ahh!"

_Hingga penis besar Yifan benar-benar masuk sepenuhnya sampai kepangkal. Bersamaan dengan Yifan yang melempar kepalanya kebelakang, bantal menunggunya. Ia tidak tahan dengan jepitan erat dipangkal penisnya. Oh.. Inikah rasanya 'lubang'? Fikirnya frustasi. Nikmat tapi ngilu.

Kedua insan yang sudah 'menyatu' itupun hanya diam untuk beberapa saat, masing-masing saling mengejar oksigen guna mengisi paru-paru yang sesak akan nafsu.

"Hh~ Hyunghh~ Sempit…sekalih…" Yifan bergumam dengan lirih.

Mendengar itu, Yixing menunduk, menyandarkan badannya yang penuh keringat kebadan Yifan, lalu mengangkat bokongnya sedikit. Memberikan kenyamanan untuk pangkal penis Yifan sejenak.

Dengan kedua mata yang sayu, Yixing menatap wajah lelaki dibawahnya, Yifan membalas tatapan itu tak kalah sayu.

"Ini yang namanya.. Tusukhh~ kau.. Mengertihh..?" Terang Yixing diantara desahannya.

Yifan mengangguk lemas. Kemudian tanpa diduga Yixing, pinggul Yifan perlahan bergerak. Mungkin lelaki itu tidak menyadarinya dan hanya mengikuti insting seksual yang mendesak.

"Hyunghhh~" Yifan tidak mengerti namun ia terus bergerak dengan nada desahan frustasi.

"Oh~~.. Yixing memejamkan matanya. Iyah.. teruskanhh..Mmhh.."

"Hyungghh~~" Yifan menggeram rendah, sangat rendah. Pinggulnya terus bergerak, bergerak, dan bergerak semakin cepat. Mengejar sesuatu yang benar-benar seolah akan meledak dibagian penisnya. Reflek kedua tangan Yifan memeluk Yixing erat ketika rasa mendesak itu semakin menjadi-jadi. Badannya ikut bergetar karenanya

Gerakan Yifan masih kaku, jadi Yixing membantunya dengan ikut menggerakkan pinggul secara berlawanan. Hingga tusukan penis Yifan dilubangnya terasa semakin dalam dan tajam.

"Akh!" Pekikan halus keluar dari bibir Yixing ketika kejantanan Yifan menyentuh titik manisnya. "..Iyah! Disitu sayang! Oh, ah! Ah!"

"Ah! Ah! Ah! ahngg~" Yifan mendesah sama kencangnya dengan Yixing.

"Oh..Disanah! Bukan_Ah..Iya disana..Ngh!"

Frustasi dengan tusukan Yifan yang beberapa kali melenceng, Yixing menarik tubuh Yifan agar anak itu duduk. Dan dengan nafas terengah-engah dan muka merah padam, Yifan mengikuti perintah Yixing.

"Kau diam saja! Biar aku yang bergerak." Tidak sabar lagi, Yixing segera menaik turunkan pantatnya yang masih berisi penis Yifan dengan gerakan cepat dan tajam.

"Ah! Ah!.."

"Nghh~ Hyu_ngghhh~"

Yixing mencium bibir Yifan, tanpa memelankan gerakannya sedikitpun. Ia kemudian menuntun bibir Yifan kedadanya. "Kulum!" Perintahnya tak sabaran. Dan seperti sebelumnya, Yifan menurut lagi.

Erangan dan desahan terus keluar dari bibir Yixing ketika dua titik sensitifnya diserang bersamaan. Tak mau ketinggalan, ia ikut mengocok penisnya sendiri untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih.

.

.

.

"Ahhhhh~"

Sementara Yixing mendesah, Yifan hanya menggeram rendah dengan bibir yang masih setia menyesap puting Yixing.

Yixing menembakkan spermanya ketangan dan perut Yifan. Keduanya telah mencapai puncak kenikmatan yang tiada taranya. Kehangatan yang juga tumpah didalam anusnya membuat Yixing seakan terbuai. Ia meraih kedua sisi pipi Yifan dan mengangkat kepala anak itu dari putingnya. Lalu menempelkan kening mereka.

Nafas tidak teratur Yifan menandakan kalau anak itu masih dalam proses menembakkan spermanya sendiri dilubang Yixing. Yixing mendiamkannya terlebih dahulu. Membiarkan Yifan menikmati puncaknya sendiri, hingga tuntas.

"Banyak sekali.." Gumam Yixing seraya tersenyum kecil. Kening keduanya masih bersentuhan hingga jarak wajah mereka benar-benar dekat.

Yifan ikut tersenyum. Badannya yang lemas benar-benar kentara terlihat. Nafasnya masih memburu meski ia sudah mulai tenang. "Hyung.."

"Hmm?" Yixing masih tersenyum.

"Maafkan aku.."

Alis Yixing bertaut heran. "Ap_"

"Tapi aku benar-benar sudah tidak tahan.."

Dan tepat setelah itu, Yifan kencing didalam Yixing. Kencing dengan penis yang masih tertancap dianus Yixing.

Dalam hati, Yifan sudah pasrah jika Yixing akan mengomelinya kembali..

.

.

.

Pagi menjelang…

"Hyung, lipat saja spreinya. Biar aku bawa ketempat pencucian.."

Yixing membuka kedua matanya yang berat. "Kau?_Ah.." Ia mengerang ketika dilihat Yifan masih setia menungguinya bangun sejak jam enam pagi tadi. "…Kubilang pulang saja. Biar aku yang mengurus ini.." Suara Yixing teredam bantal.

Yifan diam saja, tidak menjawab. Yang membuat Yixing mau tak mau kembali mengangkat wajahnya guna memastikan keberadaan anak itu. Dan seperti sebelum-sebelumnya, Yifan masih disana, duduk disofa dengan rapi dan segar, karena habis mandi(wajib).

"Mengapa kau masih duduk disitu?" Tanya Yixing ketus.

Yifan menggeleng. "Aku hanya ingin duduk.." Jawabnya sekenanya.

"Astaga bocah ini!" Yixing mendengus. Ia tidak tahu apa motif Yifan hingga anak itu masih betah berlama-lama ditempatnya. Tapi yang pastinya, sedikit banyak anak itu akan menganggu pekerjaannya jika tidak segera disuruh pulang. "..Dengar ya, sekarang sudah jam sepuluh dan aku akan kembali bekerja sebentar lagi. Jadi, tolong angkat bokong malasmu itu dan segera pulang."

"Bekerja lagi?"

Yixing kesal namun ia masih betah menjawab pertanyaan Yifan. "Tentu saja. Memang apa lagi?_" Yixing menyikapi selimut. "..Haaahh mengapa udaranya panas sekali?" Dan sekarang terpampanglah tubuh polos Yixing tanpa sehelai benang pun.

Yifan tidak nafsu melihatnya. Yang ada, dia malah iba memikirkan betapa berat pekerjaan yang Yixing hadapi setiap hari. Ia menatap pantat Yixing yang agak memerah. Lelaki itu tidur membelakanginya.

Yifan berdiri dari duduknya. "Hyung!" Panggil Yifan.

Yixing menoleh dengan enggan. "Apa lagi, bocah? Kau ingin bercinta lagi?" Tanya Yixing sekenanya.

Yifan menggeleng.

"Lantas?"

"Hyung. Se_sebaiknya berhenti bekerja seperti ini!" Yifan segera menunduk setelah mengucapkan kalimatnya.

"Apa yang kau bicarakan bocah?" Namun diam-diam Yixing menghela nafas dan kembali membelakangi Yifan.

"Ji_jika Hyung mau. Hyung bisa bekerja ditempat temanku.."

"Segeralah pulang dan hentikan pernyataan konyolmu itu."

"Hyung. Jangan bekerja seperti ini." Pinta Yifan dengan nada memohon. Entah kenapa ada perasaan sesak disudut hatinya ketika otaknya terus membayangkan betapa sulitnya ketika Yixing harus rela memberikan lubangnya untuk setiap lelaki yang datang dengan uang setiap hari. Beruntung jika orang itu bermain lembut, jika tidak?

"Kenapa? Bukankah itu nikmat?"

"Aku..Ah, aku memang lelaki brengsek! Lelaki brengsek!" Yifan menggumam pelan sembari memukul kepalanya beberapa kali.

Mendengar itu, Yixing kembali menoleh kebelakang. "Hey! Apa yang kau lakukan!" Yixing segera duduk dan meraih selimutnya lalu menghampiri Yifan. "…Hentikan pukulanmu! Yah! Wu Yifan mengapa ada orang sebodoh kau?! Mengapa kau menyakiti diri sendiri eoh?!"

Yifan berhenti. Dan dengan polosnya satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata kirinya. Yixing sampai bingung dibuatnya.

"…Oh Tuhan, apa sekarang kau menangis? Ada apa denganmu?" Reflek sebelah tangan Yixing yang tidak memegang selimut mengusap-usap air mata Yifan. "..Kau ini kenapa? Apa yang kau fikirkan, hmm? Cepat katakan." Yixing fikir mungkin Yifan memang ada masalah lain, seperti dugaannya tadi malam.

"Aku juga membayarmu. Berarti..berarti aku sama saja dengan pria-pria bejat itu!"

"Oh..Ayolah.. mengapa kau berfikir seperti itu? Kau berbeda oke?" Insting Yixing sebagai orang yang paling tua disana menuntun dirinya untuk mengajak Yifan duduk dan menenangkan diri. Bagaimana mungkin anak ini menyangka dirinya brengsek sementara ia begitu tidak pandai dalam bercinta.

"….Aku tahu tujuanmu tidak seburuk itu.."

"Tapi tetap saja kita telah bercinta. Dan aku sudah menjadi bagian dari mereka.."

"Mereka? Mereka siapa, hm?" Yixing mengusap-usap kepala Yifan. Mengabaikan pantatnya yang terasa sedikit perih.

Yifan mengangkat kepalanya, mulai menatap kedua mata Yixing dengan sendu. "Sejak aku terbangun, aku betul-betul ingin pulang kerumah. Tapi.. ketika aku melihat wajah Hyung, aku tidak ingin pulang. Sebab, hal pertama yang aku ingat adalah saat kita bercinta tadi malam._" Yifan menunduk. Malu atas pengakuannya. Namun ia tidak dapat menahan uneg-uneg yang terus menganggunya sejak tadi. "_A_Aku menyukainya, tapi entah kenapa aku begitu merasa bersalah ketika aku sadar hubungan kita hanya sebatas partner. Dan.. partner-partner lain akan mendatangimu ketika aku pulang. Lalu..lalu kalian akan bercinta hingga mereka-mereka yang membayarmu puas. Bukan begitu?_" Yifan kembali menatap wajah Yixing. "…Tapi aku tidak rela ketika terus mengingat hal itu. Aku tidak rela hingga rasanya ingin membawamu pergi dari sini.."

Yixing tersenyum, haru. Ia mengusap-usap kepala Yifan sayang. Sebenarnya tidak menyangka kalau Yifan telah berfikir sepanjang itu, memikirkan dirinya. "Tapi aku tidak apa-apa_"

"Hyung pasti berfikir kalau aku hanya seorang bocah labil yang terlalu sok tahu mengenai apapun. Namun jika kau tahu bagaimana perjuanganku untuk menemukanmu, kau tidak akan berfikir seperti itu."

Yixing tersenyum kecil. "Hey.. Aku tidak pernah berfikir seburuk itu, oke?.. Dan.. bukankah kita sudah bertemu? Apalagi yang kurang? Kau bisa mengunjungiku kapanpun, tidak usah bayar. Bagaimana?"

Yifan mengeluh. "Hyung.. Berhenti mengatakan itu..Kau adalah seorang manusia, bukan barang!"

Hening..

Yixing memeluk Yifan. Diam-diam ia menitikkan air matanya disana, tidak ingin Yifan melihat. Sungguh, seumur hidup, Yixing tidak pernah membayangkan akan ada orang yang mempedulikannya hingga sejauh ini. Apalagi untuk ukuran orang yang baru ia temui tadi malam.

"Terimakasih.. Aku menghargainya. Sangat. Tapi ini sudah menjadi pekerjaanku.."

"Hyung~" Yifan membalas pelukan Yixing dengan erat.

"Sekarang, kau harus pulang atau kedua orang tuamu panik mencarimu.."

"Hyung~"

"Hm?" Yixing mengusap air matanya dengan gerakan pelan.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu.." Lirih Yifan.

"Kau bisa datang dan bermain kesini kapanpun. Sekarang pulanglah.."

"Aku menyukai Hyung…"

"Aku juga. Kau, tamu terbaik yang pernah kutemui.." Yixing lantas tertawa kecil. Dia tengah mencoba menghibur adik besarnya.

"Tidak. Aku mencintai Hyung!"

Yixing mendesah. "Pulanglah.."

Yifan tahu, mungkin Yixing tidak bisa mempercayai kata-katanya secepat itu. Dia hanya akan dikira sebagai bocah labil yang mudah jatuh cinta. Namun, bagaimana mungkin perjuangannya selama beberapa bulan ini hanya akan disebut sebagai rasa penasaran atau obsesi belaka?

Tidak. Ini cinta!

Yixing hendak melepaskan pelukannya namun Yifan menahan tubuh setengah telanjang itu. "Tunggu. Sebentar lagi.." Pinta Yifan.

Dengan begitu, Yixing kembali menyandarkan kepalanya kepundak Yifan, sembari sebelah tangannya menepuk-nepuk halus punggung Yifan.

Beberapa menit kemudian..

"Hyung, aku ingin pulang.."

"Iya. Kau memang harus pulang.._" Yixing melepas pelukan mereka. Ia mengacak rambut Yifan sekali lagi lalu tersenyum. "_Cha! Aku akan mengganti pakaian dan mengantarmu hingga depan."

Ingin segera beranjak, namun gerakan Yixing berhenti lagi ketika suara Yifan kembali terdengar_

"Tapi, aku tidak bisa!"

"Mengapa?"

Dengan rasa ragu yang besar, Yifan mengangkat ponselnya dan menyodorkan kehadapan Yixing.

Yixing, dengan rasa penasaran yang kental, meraih ponsel Yifan lalu membaca pesan dari seseorang yang tertera disana. Kedua alisnya bertaut ketika mencerna isi pesan yang ternyata dari mama Yifan tersebut_

(Bagaimana sayang? Kau sudah bertemu dengan Yixing? Segera bawa dia pulang, nenek dari China datang kesini, beliau juga ingin bertemu dengan pacarmu itu..)

Kedua mata Yixing membola. Ia menatap Yifan dengan kspresi kaget. "F_Fan, ini apa?!"

Yifan mencebik. "Maaf. Maafkan aku Hyung! Tapi selama beberapa bulan ini aku telah berhasil memperjuangkanmu. Mengaku kepada kedua orang tuaku kalau aku memiliki orientasi seksual yang menyimpang adalah hal yang terberat. Dan untuk menemukanmu, aku meminta bantuan Chanyeol. Aku, aku benar-benar menyukaimu dan kumohon jangan marah! Kita akan membicarakan lagi nanti. Tapi kumohon untuk sekarang, ikutlah denganku. Jika kau tidak suka, kau boleh berkata apapun nanti. Aku, aku hanya ingin kau ikut terlebih dahulu. Hanya untuk membuat ibu percaya kalau aku tidak membual." Yifan menunduk segera setelah kalimatnya berakhir.

Yixing masih melongo tidak percaya. "Tapi, tapi.._" Yixing mendesah frustasi. "_Bagaimana bisa kau menyukaiku sementara kita tidak pernah bertemu?"

"Semuanya berawal dari fotomu yang kutemukan ditempat Chanyeol.."

(Chanyeol adalah sahabat lama Yixing)

"Apa?"

Jatuh cinta hanya dengan sebuah foto?!

"Hyung~ Please.."

Yixing hanya bisa menepuk keningnya..

.

.

.

Tidak tahu, apakah ini bisa disebut anugerah atau malah bencana bagi kehidupan Yixing. Segalanya berubah tepat ketika ia bertemu dengan seorang bocah labil yang sialnya meskipun bocah tapi sudah berhasil 'membobolnya' itu. Sebenarnya tidak hanya lubangnya, namun hatinya juga telah dibobol meski Yixing enggan mengakuinya secara terang-terangan.

Segala sesuatu yang begitu mendadak memaksanya untuk terus berjalan kedepan, tidak boleh berlari apalagi menghindar. Dia hanya perlu terus melangkah menuju kearah titik yang sudah menantinya. Tidak ada yang berat jika hanya dilalui dengan ketenangan. Namun, perasaan tidak nyaman itu malah muncul dari hatinya, hati seorang Zhang Yixing. Karena bagaimanapun, ia merasa tidak pantas bersanding dengan anak dari keluarga terhormat sepeti Yifan. Karena dia..

Hanya seorang pria 'bayaran'…

FIN~

(Untuk Part 1 nya..)

Oke, ini ff ibarat cerita yang disambung ga disambungpun ga bakalan membuat frustasehhh. Kalopun ini ga dilanjut rasanya ga papa lah.. yakan yakan?

Sebab, belum ada niat buat lanjutin (jujur) meski ide itu ada. Tapi.. tergantung tanggapan reader lah ya.. Kalo suka dilanjut, kalo biasa aja senyumin, kalo ngga suka ya stop! Hehehe~~

Oke. Salam manis yang terselip di FF pertama pada tahun 2016 ini dari KraYeol. :* :* :*

^KraYeol^