THIS FANFIC IS YAOI!

IF YOU DONT LIKE IT GET OUT OF THIS FANFIC!

I'M SERIOUSLY WARNING YOU!

GET OUT!

...

Author : Mei. D. Aida

Genre : 50% Hurt Comfort and 50% idk ._.

Lenght : ?

Warning : Yaoi aka Boys Love, OOC, Author labil, dan TYPO (maklum author pemuja typo).

Cast : Oh Sehun, Xi Luhan, Kris, Park Chanyeol, Kai, All EXO member

Rated : T yang akan naik tingkat menjadi M-esum

...

Summary

Dahulu, akibat temperamen seorang kakek buyut, klan Xi dikutuk, diberi kendali atas sesuatu yang sama temperamentalnya dengan mereka-cuaca.

Oh Sehun, yang terpaksa menikahi seorang Xi, pernah merasakan kutukan tersebut-basah kuyup kehujanan di tengah cuaca yang sangat cerah. Itu terjadi karena ia menolak menuruti permintaan suami nya, Xi Luhan, untuk menghentikan kebiasaannya 'bersenang senang' sampai larut malam

Di satu sisi Luhan memang ingin Sehun berubah. Namun di sisi lain, ia sadar dirinyalah yang membuat Sehun kehilangan kemerdekaan hingga harus menjadi suaminya. Namun sayangnya, tak ada jalan selain pernikahan untuk menghindari kemurkaan kakak-kakak Luhan setelah adik lelaki mereka di duga dibunuh oleh seorang dari keluarga Oh.

Enjoy the story ©

.

.

.

The Curse

Chapter 1

China, 9.36 am

"Luhan, aku tau pria ini mungkin akan mendapat keuntungan dari pernikahan ini. Hanya saja ini-"

"Aku tau" Luhan berkata, menghela napas dengan berani. "Dia pria keparat yang menjalin hubungan dengan setiap wanita dari Beijing sampai pelacuran di Seoul, Korea"

Pastor itu merona mendengar kata pelacuran "Ya, ya. Semua orang tau, tapi-"

"Dia juga pria tidak berguna yang tidak berusaha menjalani hidup yang berguna. Aku tau dia bukan pilihan terbaik untuk mempelai pria, tapi-"

"Dia bahkan tidak sadar!" sang pastor berteriak. "Dia bahkan tidak bisa mengucapkan namanya sendiri"

Luhan memandang ke bawah tempat pengawalnya, Kai, telah menurunkan sang mempelai pria di dekat kaki Luhan. Lumpur menetes dari pakaian Sehun ke lantai gereja "Kurasa itu masalahmu" Bahkan saat tidak sadar, Sehun merepotkan. Beberapa hal tidak berubah.

"Luhan, kau tidak bisa menyeret pria yang tidak sadarkan diri ke altar"

"Kenapa tidak?"

"Karena-karena tidak bisa, itu saja!"

Sang pastor memandang curiga pada Kai. Pengawal Luhan yang tinggi itu berdiri diam di belakang majikannya seperti yang dilakukannya sejak Luhan kecil. Pisau kecil tergantung disisi tubuhnya -untuk keadaan darurat-, dua pistol yang siap menembak terselip di sabuknya, dan tatapan tajamnya yang dapat memaku mereka semua di tempat.

"Bagaimana pria ini bisa tidak sadarkan diri dan penuh lumpur?" Pastor Henry bertanya langsung.

Luhan benci berbohong. Ia benar benar benci berbohong. Tetapi semakin sedikit yang diketahui sang pastor, semakin aman sang pastor dari pembalasan kakak kakaknya. Terluka karena adik laki laki mereka yang paling kecil, mereka mengamuk di mansion Oh, kepalan tangan terangkat ke langit, amarah menguar dari mereka.

Kutukan Xi mengalir saat itu. Hujan dan guntur membanjiri dari langit selama berhari hari, mengancam mereka yang tinggal di area tersebut. Sungai meluap dari hujan awal musim semi, dan ancaman banjir di sekitar mansion Oh di Shijingshan dapat dipastikan akan melanda area tersebut.

Luhan tak dapat membiarkan hal itu terjadi. Dan ia tau cara menghentikan permusuhan itu. Pertama, ia harus menemukan Oh Sehun. Syukurlah, Kai mendapatkan informasi tentang hubungan namja itu dengan wanita di dekat Fangshan; setelah itu mudah untuk menemukan pecundang tersebut.

Ia hanya bisa berharap sisa rencananya akan mengikuti dengan mudah. Entah bagaimana, ia sangat meragukan hal itu. Ia mengangkat bahu dan berkata dengan sebanyak mungkin keceriaan tak acuh yang dapat ditunjukkannya "kami menemukannya"

"Pingsan?"

"Ya"

"Dimana?"

"Dijalan. Mobilnya menabrak trotoar"

Sang pastor tampak tidak yakin. "Kenapa namja ini begitu basah kuyup?" Ia menatap lekat Luhan dengan kecurigaan besar "tidak ada hujan di wilayah ini selama tiga minggu"

Luhan harus mengalihkan perhatian sang pastor. "Kai, bisakah kau membangunkan nya? Pastor Henry tidak akan menikahkan kami kecuali dia sadar"

Kai menggerutu, kemudian membungkuk, mencengkram rambut Oh Sehun yang tak sadarkan diri, dan mengangkat kepalanya.

Tatapan Luhan jatuh pada wajah Sehun,dan hatinya tersentak. Bahkan meski berlumuran lumpur, rambut hitam gelapnya menempel karena hujan, Oh Sehun sangat tampan. Wajah tampan yang dibingkai tegas oleh rahang kuat dan hidung maskulin, dan, kalau terbuka, mata yang sangat hitam bak malaikat.

Tapi sayang dia bukan malaikat.

Di kejauhan, deru samar guntur membuat sang pastor memandang ke arah jendela yang terbuka. Diluar, sinar terang matahari menghangatkan tembok batu, tidak ada satu awan pun dilangit biru. Itu aneh. Suara guntur jelas menyapa indera pendengarannya, namun sinar matahari sangat terang, menyilaukan mata.

Tatapan Luhan tetap lekat pada Sehun. Butuh segenap kekuatan moral untuk tidak menendang namja itu -sedikit saja- saat namja tersebut kebetulan ada di dekat kaki Luhan.

Sejak hari kelam sepuluh tahun lalu ketika menemukan sifat alami Oh Sehun, Luhan membuang segala emosi dan pikirannya tentang Sehun. Ia mengira emosi dan pikirannya itu telah mati, tapi rupanya amarah dan kebencian masih menetap.

Masih menggengam rambut Sehun, Kai mengeleng, kemudian memandang Luhan "keparat ini tidak bangun"

"aku tau" Luhan menghela napas "biarkan dia"

Kai melepaskan genggamannya, mengabaikan suara gedebuk yang membuat sang pastor meringis.

Kelegaan justru mewarnai wajah Pastor Henry "kau tidak bisa menikah dengannya, kalau begitu"

"Ya, aku bisa" kata Luhan tegas "Dia akan bangun sebentar lagi"

Sang pastor mendesah "Kau pria paling keras kepala yang kukenal"

"hanya saat dibutuhkan. Kau tidak dapat mengingkari bahwa akan bagus bagi pecundang ini untuk berada dalam perawatanku"

"tidak" Pastor Henry berkata dengan suara tertahan "aku tidak dapat mengingkari itu"

"Aku tidak akan menoleransi kebiasaan minum ataupun mabuk-mabukan. Dia juga harus rutin ikut misa. Entah dia tau atau tidak, hari hari liar Oh Sehun sudah berakhir"

Sesuatu seperti rasa iba berkelebat di wajah sang pastor "Kau tidak dapat membuat seseorang berubah, xiao Lu. Mereka sendiri yag harus mau berubah"

"kalau begitu aku akan membuat dia mau berubah"

Sang pastor memegang tangan Luhan dengan lembut dan mengusapnya "xiao Lu, kenapa kau melakukan kegilaan ini?"

"ini satu-satunya cara menghentikan permusuhan. Kematian Tao harus menjadi yang terakhir" sahut Luhan tegas

Mata sang pastor tergenang air mata "aku juga berduka untuk adikmu, Lu"

"kau tidak mungkin lebih berduka daripada aku. Dan seakan kematiannya belum cukup, kakak-kakakku menginginkan pembalasan dendam. Jika seorang tidak menghentikan omong kosong ini sekarang-" Luhan terhenti

Tao, Tao yang manis. Adik laki-laki Luhan yang termuda, dengan seringainya yang tak terduga dan emosinya yang meledak-ledak, sekarang terbaring dua meter dibawah tanah, batu nisan satu-satunya pengingat akan hidupnya. Dan itu semua akibat perseturuan bodoh yang dimulai ratusan tahun lalu.

Keluarga Xi dan Oh berseteru sekian lama hingga tak seorang pun ingat penyebab sebenarnya mereka saling membenci. Kini, karena Tao dengan bodoh menolak membiarkan olok-olok konyol dari seorang Oh berlalu, situasi memanas. Tao memicu perdebatan, memicu perkelahian. Dan membayarnya dengan nyawa.

Satu pukulan, ujung meja membentur keras…dan berakhirlah sudah. Tao tewas, dan bara api dari perseturuan lama telah berkobar

Sang pastor mengeratkan tangannya "Aku mendengar keluarga Oh merasa kematian Tao bukan salah mereka. Bahwa mungkin orang lain-"

"Kumohon, Pastor. Jangan"

Sang pastor menatap wajah Luhan. Luhan tau apa yang dilihat sang pastor" lingkaran dibawah matanya, kulitnya yang pucat, bibirnya yang gemetar sementara ia berjuang menahan tangis

"Pastor" kata Luhan lembut "kakak-kakakku menyalahkan Oh Siwon atas kematian Tao. Penjelasan dan perkataanku tidak mencegah mereka untuk membalas dendam. Tapi kalau aku menikah dengan Sehun, dia dan sanak saudaranya akan menjadi bagian keluarga kami. Kakak-kakakku akan terpaksa mengurungkan rencana mereka" tatapan penuh tekad Luhan menatap sang pastor "aku tidak akan kehilangan saudara laki-laki lagi" amarah menggelak dalam dirinya, terang-terangan dan gusar

Di luar, gemuruh guntur kini menggelapkan hari yang sebenarnya cerah. Kai mengganguk setuju, seakan menyetujui pikiran tak terucapkan itu. Sementara itu, Pastor Henry memucat.

Sang pastor diam beberapa lama, dan Luhan dapat melihat ia hamipr menyetujui. Dia hanya butuh sedikit dorongan.

"lagi pula, Pastor, kalau aku melakukan pengorbanan ini dan menikah untuk mengakhiri perseturuan, itu mungkin akan mengakhiri kutukan"

Pastor Henry menelan ludah dengan keras dan menarik tangannya dari genggaman Luhan "Stttt, Lu! Aku tidak mau berbicara tentang kutukan di tempat suci ini"

Itu karena sang pastor memercayainya. Menurut kisah lama, penyihir wanita yang baik, jengkel pada temperamen kakek buyut Luhan dan sifatnya yang mementingkan diri sendiri, menyatakan bahwa sejak saat itu, setiap anggota keluarga Xi akan diberi kendali atas sesuatu yang sama temperamentalnya dengan mereka-cuaca.

Setiap kali seorang Xi kehilangan kesabaran, petir menyebabkan rumah terbakar dan membuat tanah bergetar. Hujan es merobek daun pepohonan dan tumbuhan sejauh mata memandang. Banjir menderu menerjang lembah, menghanyutkan rumah,dan, terkadang, manusia.

Ketika masyarakat sekitar mansion Oh melihat awan berkumpul di atas mension tersebut, mereka meringkuk ketakutan didalam rumah mereka. Mereka percaya kutukan itu benar benar ada.

Luhan memejamkan mata. Mereka rakyatnya. Miliknya. Seperti Tao adalah adiknya. Ia tidak boleh gagal dalam hal ini. Jika ia tidak dapat mengatasi situasi ini, amarah kakak kakaknya akan menghancurkan segalanya.

Satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan adalah setiap anggota dari satu generasi harus melakukan 'perbuatan yang teramat baik'. Sejauh ini, tidak ada generasi yang berhasil. Mungkin ini dapat dianggap sebagai amal baik Luhan.

Luhan memandang sang pastor dari bawah bulu matanya "utukan itu telah dibuktikan berulang kali Pastor"

Sang pastor menggeleng "aku bersimpati untuk keluargamu, xiao Lu. Tapi ide gila ini-"

Dengan putus asa, Luhan menekankan tangannya ke perut. Harapan terakhirku. "Pastor, aku tidak punya pilihan. Sehun harus menikahiku"

Mata pastor Henry melebar "diberkatilah para santo di surga, kau tidak bermaksud-kau belum-kau tidak-"

"kau tau aku salah satu generasi Xi yang memiliki dua kutukan. Cuaca dan-"

"oh astaga!" mata Henry melebar

"hm. Aku mengandung"

Sang pastor mengeluarkan sapu tangan dan mengusap alisnya "Astaga! Astaga! Itu mengubah segalanya, sungguh. Aku tidak ingin ada anak haram lahir di parokiku"

Luhan merangkul leher sang pastor, memeluknya erat "terima kasih pastor! Aku tau aku bisa mengandalkanmu"

Sang pastor balas merangkul, dan menghela napas yang sangat jelas terdengar oleh Luhan "bagaimanapun, kau akan menemukan orang lain kalau aku tidak membantumu"

"aku tidak ingin orang lain menikahkanku" tentu saja, Luhan sama sekali tidak pernah berpikir akan menikah dengan cara ini. Ia mengira suatu hari nanti, ia akan bertemu pria atau wanita menarik yang akan jatuh cinta setengah mati padanya, dan mereka akan mengadakan pernikahan indah di gereja, dikelilingi beberapa bunga dan keluarganya. Tapi, tidak satu hal pun yang akan terjadi sekarang.

Kesedihan atas hal-hal yang tidak akan pernah dimilikinya menekan hatinya, tapi ia bersikeras menyingkirkan perasaan itu "Pastor Henry, ini tindakan yang tepat. Ini akan menjadi awal yang baru bagi kita semua"

Sang pastor mengehela napas lagi, dan berbalik pada Kai "setidaknya buatlah pria itu berdiri. Tidak ada pria yang menikah dengan berbaring di tengah debu yang ada di lantai gereja"

"terima kasih, pastor" kata Luhan lagi "kau tidak akan menyesal"

"bukan aku yang mungkin menyesal atas apa yang terjadi hari ini, xiao Lu"

Luhan berharap sang pastor salah.

Kai menyodok pria yang pingsan dengan sepatu hitamnya yang mengkilat "mungkin sebaiknya kepalanya kubenamkan ke air" Ia berbalik untuk memandang wadah air

Pastor Henry terkesiap "itu air suci!"

"kurasa Tuhan tidak akan keberatan. Lagi pula, ini kan hari pernikahan pria ini dan-"

"tidak" pastor Henry berkata tegas. Ia mengerucutkan bibir lalu tersenyum "mungkin sedikit alkohol dapat menyadarkan pria ini"

Kai membeku

"Kai-ah" tegur Luhan "kita semua harus berkorban"

"damn Lu! Kau banyak meminta" Kai menggeram. Ia meraih kedalam jas hitamnya dan menarik s botol. Dengan enggan, ia membukanya, menegadahkan kepala Sehun, dan menuang sedikit ke mulut pria itu.

Sehun terbatuk-batuk, tapi ia tidak mendorong botol itu menjauh. Masih setengah sadar, ia mengulurkan tangan dan menyambar botol itu, kemudian menuangkannya ke mulut.

"sialan kau!" Kai menyambar botol itu "kau meminum separuh wiskiku!" Pria tan itu mencengkram kerah Sehun dan menariknya berdiri, tamapak siap meninjunya.

"terima kasih, Kai" kata Luhan cepat, bergerak untuk berdiri disamping Sehun

Sehun mengerjabkan mata, kemudian memandang sekeliling dengan linglung "ini...gereja?" aku tidak pernah bermimpi berada di gereja"

Luhan menyelipkan tangan di sela lengan Sehun, berusaha menstabilkan pria itu. Sehun merosot ke badan Luhan, aroma maskulin pun langsung melingkupi Luhan. Luhan seketika teringat pada suatu waktu berbeda, dulu sekali, tentang tangan yang bertautan, rasa mendamba luar biasa namun sayang sangat menyakitkan...

Diluar, guntur bergemuruh lagi.

Pastor Henry tampak kesulitan menelan. Kai memandang Luhan tajam. "Luhan.."

Luhan kembali, kemudian berdeham "Sehun, kau memang ada di gereja. Kau disini untuk menikahiku"

"menikah?" Sehun menatap Luhan, dan pria mungil itu terguncang oleh tajamnya tatapan tersebut.

Luhan merasa dirinya tertarik oleh tatapan itu, ditarik masuk, seakan tenggelam ke dalam kolam air panas, ia merona.

Senyum samar bibir Sehun melengkung "Xi Luhan" kata-kata itu mengelitik telinga Luhan, beruap dan menggoda saat Sehun membisikkan namanya di telinganya

Yang membuat Luhan terenyak ialah saat bibir Sehun dan sejuta kehangatan membara ingin menyapa tengkuknya, Luhan terbangun dengan kecepatan yang membuat pria mungil itu terkesiap dan mendorong Sehun sedikit menjauh. Guntur bergemuruh semakin keras, dan pusaran angin menyebabkan rerumputan berdesir.

Luhan mengepalkan tangan, memaksa jantungnya berdetak stabil. Ia tidak dapat membiarkan diri kehilangan kendali. Ia mengetahui resiko tindakan ini. Oh Sehun menimbulkan efek kehangatan yang sama terhadap semua wanita. Setiap wanita. Tidak ada yang istimewa, Luhan mengingatkan diri.

"Sehun, berdiri tegak" ia berkata dengan tegas saat Sehun kembali merosot ke badannya "ada hal penting yang harus kita lakukan hari ini"

Tatapan Sehun menelusuri wajah Luhan, berhenti di mata, lalu bibirnya. Sehun kembali menunduk hingga napas beraroma wiskinya menghangatkan telinga dan pipi pria mungili itu "beritahu aku, Luhan, kalau aku menikahimu dalam mimpi ini, apakah aku akan memenangkan jalanku untuk kembali ke ranjangmu?"

Luhan terkesiap, dan ia balas berbisik "Ya, kau akan disambut diranjangku. Ini pernikahan sungguhan, walaupun kita tidak saling peduli"

"cih. Itu kau"

Ia menatap Sehun, jantungnya berhenti berdetak "apa..apa maksudmu?'

"maksudku, aku peduli terhadapmu. Aku bergairah membayangkan aku menyentuhmu, tentang-"

"itu bukan kepedulian" kenapa ia berpikir Sehun bermaksud lain? Kalau kebersamaannya bersama Sehun mengajarinya sesuatu, itu adalah bahwa Sehun tidak mampu memedulikan orang lain. Tidak terlalu "kita dapat membicarakan ini semua nanti. Sekarang, kita harus menikah"

Tatapan Sehun menelusuri wajahnya lagi, berhenti di bibirnya. Senyum lambat menggoda terseungging di mulut pria itu "aku akan menikahimu, Xi Luhan, dan menidurimu juga. Memang ini yang kuimpikan sejak dulu, kau lupa?"

Luhan berbisik gusar "Sehun, ini serius. Kalau kita menikah, kita bisa mengakhiri permusuhan"

"permusuhan?"

Luhan mengerjab "permusuhan antara keluarga kita"

"Oh. Permusuhan yang itu. Aku juga akan menghawatirkan hal itu, kalau aku belum mati dan bermimpi" ia merangkul bahu Luhan "Persetan! Lakukan yang terburuk yang kau bisa, Pastor" ia berkata dengan khidmat "ini hanyalah mimpi"

Pastor Henry menatap Luhan, mengabaikan Sehun yang terlihat seperti orang sakit jiwa "apakah kau yakin, xiao Lu?" ia bertanya lagi

Di luar, angin sedikit mereda, walaupun aroma kuat hujan dan lilac memnuhi udara.

Luhan mengambil napas panjang. Beberapa saat lagi, ia akan menikah. Menikah dengan pria yang sebentar lagi akan sadar dan marah atas kejadian yang dipaksakan atas dirinya. Menikah dengan pria yang akan mengkhianatinya lagi, jika ia cukup bodoh untuk memberinya kesempatan

Luhan menegakkan bahu. Takkan ada lagi kesempatan

"Ya, pastor" kata Luhan dengan suara mantap "aku siap"

.

.

.

PENYAKIT YANG MENYERANG SISTEM PERNAFASAN

-TBC-

(2704)

Annyeong~~~~~

Ai datang bawa ff baru ._.

Dan sayangnya ini masih pendek. Yehet!~~~~

reader : The Other Xi aja belum kelar. Eh, malah bikin ff baru. Kayak nya Ai emang minta di bakar hidup hidup

BWUAAHAHAHAHAHHA. The Other Xi entar aja dilanjut ya readernim XD

Tahun ini, resolusi Ai bakal menyelesaikan ff TOX sampe tuntas, so keep calm and give me some review

Berikanlah suatu hal yang dapat motivasi serta masukkan yang berharga di kotak review. Ai sangat mengahargai itu. Sangat. Untuk reader yang baru aja baca ff Ai. Just give me some review nd of course...welcome to the dark side~