Uke Sehun Lovers
presents
A KaiHun Fanfiction
"Kisah Kasih di Sekolah"
EXO SMEntertainment
Genre: drama, romance, school-life
WARNING:
OOC, misstypo, BL/SLASH/Sho-ai, Alternative Universe (AU), dll.
.
.
Chapter 1
By
Nelicious
.
.
Loker
Sehun menyukai seorang gadis. Gadis yang cantik, manis, dan baik. Meskipun umurnya terpaut lebih tua satu tahun darinya. Makanya Sehun tidak berani menyatakan rasa sukanya. Dia terlalu malu, mungkin sebelum menyatakan kata 'suka' pada gadis itupun dia sudah pingsan di tempat. Hanya dia yang tahu tentang perasaannya ini, dan dia bertekad akan menyatakan perasaannya hari itu juga. Yah, dia tahu dirinya terlalu pengecut untuk mengatakan langsung, makanya surat cinta menjadi pilihannya.
Menaruh surat cinta di loker sekolah itu memang sudah kuno, tapi tetap saja terdengar misterius kan? Jadi kenapa tidak?
Dia menuliskan seluruh perasaannya di surat itu dan menaruhnya setiap pulang sekolah. Dia masih saja pengecut untuk sekedar menuliskan namanya disana. Inisial S saja rasanya sudah cukup.
Dan suatu sore yang cerah, ketika matahari hampir terbenam dan bias cahaya sore yang jingga menyapu ruangan loker itu. Dia berjinjit pelan, meskipun tahu tidak akan ada siapapun disana, dia tetap berusaha agar tidak membuat suara. Loker nomor 102, itu tujuannya.
Jantungnya berdegup kencang, dia selalu merasa deg-degan tiap kali ingin menaruhnya. Jantungnya yang berdetak kencang itu entah karena gugup atau takut, atau mungkin juga karena antusias. Entahlah…
Dia menarik napas dalam berusaha mengurangi degup jantungnya yang seolah melompat-lompat ketika tangannya menggantung, hendak membuka loker itu. Satu surat yang dibungkus amplop cantik siap dia taruh, dalam hatinya dia berharap agar seniornya itu suatu hari bisa menotis dirinya.
"Hoy!"
Sehun membeku seketika. Detakan jantungnya semakin menggila saja. Kepalanya menengok dengan gerakan patah-patah, dan mendapati seorang Kim Jongin berdiri sambil menyampirkan tasnya di bahu.
"Jadi kau yang selalu menaruh surat cinta di lokerku?"
"Eh?" kepala Sehun miring otomatis, bingung. Dan… "EEEEEEEEEEEHHHH?!" teriaknya syok. "JANGAN BERCANDA YA!"
Dan dilihatnya Jongin tetap diam tidak berekspresi, sepertinya tidak sedang bercanda. Seketika itu juga Sehun langsung kalap kabur dari tempat.
.
.
.
Makan Siang
Siang itu ketika jam istirahat baru dimulai, Sehun mendapati Kim Jongin berdiri menyender di samping pintu kelasnya, hampir saja membuatnya jantungan kala melihat sosok itu menepuk bahunya tiba-tiba.
"A-ada apa?" tanyanya gugup, sedikit demi-sedikit mulai menjauh, berusaha kabur. Lalu Kim Jongin menunjukkan kotak bekal yang di bawanya. Dia berkedip bingung, sebelum pergelangan tangannya ditarik untuk masuk ke kelas lagi. Duh padahal niatnya mau ke kantin.
Dia duduk di bangkunya, dan Kim Jongin membalik sebuah kursi ke mejanya, tepat berhadapan dengannya.
"Aku membawa bekal terlalu banyak…" ujar Jongin singkat seraya membuka kota bekalnya sendiri.
Sehun hanya mengangguk kecil. Sebelum sebuah telur dadar disodorkan tepat kehadapannya. Dia sontak memerah. "T-tunggu dulu! Aku tidak bilang mau makan denganmu, kan?"
Jongin terdiam, tangan yang memegang sumpit itu masih menggantung menyodorkan telur dadar di depan mulutnya. Dan namja itu berujar, "Aku tidak bisa menghabiskannya sendirian."
"Minta saja temanmu memakannya. Kenapa harus aku?"
"Kau pacarku."
"SIAPA BILANG?!"
"Kau yang menaruh surat-hmpph!"
Tangannya sontak membekap mulut Jongin seketika, dia sedang kesal sekarang duh. Kenapa mulut orang ini ember sekali sih?
Lalu kelas itu sontak diisi dengan was-wes-wos bisikan disana-sini. Ini Kim Jongin lho, siswa tahun kedua yang pernah ikut olimpiade Matematika bulan lalu. Jujur saja Sehun tambah kesal. Dia melipat tangan di dada dengan alis mengerut menakutkan, menatap Kim Jongin yang dengan santai melahap bekalnya sendiri tanpa peduli sekitar. Bagaimana namja satu ini bisa sedatar ini sih? Telinganya saja sudah mulai panas mendengar bisikan-bisikan itu.
"Sunbae―" dan kalimatnya terhenti ketika Jongin mengeluarkan sebuah smartphone dari saku dan sebuah earphone. Dia terdiam, saat Jongin menyelipkan satu earphone ke telinga kirinya, Jongin sendiri memakai yang satunya di telinga kanan. Kemudian sebuah dentingan piano mengalun lembut ke pendengarannya.
"Ini Nocturne Op. 9 No. 2," ujar Jongin singkat. Dia hanya terdiam, tidak mengerti. "Chopin, kau tahu?" lanjut Jongin, sepertinya berusaha membuatnya mengerti.
Dia menggaruk pipinya kikuk. "Err… sebenarnya aku tidak begitu mengerti musik klasik," ujarnya. Dan Jongin justru memberinya sebuah senyum simpul. SEBUAH! SENYUM! Kau tahu itu sangat jarang dilakukan Kim Jongin kan?
"Sudah terlihat kok," ujar Jongin yang seperti sebuah tombak yang menusuk tepat jantungnya.
Maksudnya dari penampilannya saja Jongin sudah tahu kalau dia tidak suka musik klasik, begitu haa?! Tapi senyum kecil Jongin entah kenapa membuatnya tidak bisa marah.
"Sudah mau makan?" tanya Jongin, dan kali ini Sehun menerima saja suapan dari namja itu. Entah kenapa dia merasa saat Jongin mendengarkannya musik itu seolah berkata, "Jangan dengarkan mereka". Mungkin itu cara Jongin peduli padanya. Dan Sehun bersumpah deg-degannya kali ini bukan karena cinta. BUKAN!
.
.
.
Hujan
Sehun berjongkok sendirian di depan sebuah toko yang sudah tutup, berteduh dari lebatnya hujan. Kepalanya mendongak, menatap rintik air yang jatuh dari atap ke tanah beraspal. Yah benar kata orang, hujan membuatnya teringat akan kenangan dan juga kasur empuk disertai bed cover hangat di kamarnya. Haha…
Oh seharusnya dia tidak sendirian. Tadi siang Jongin bilang untuk menunggunya, tapi buat apa juga menunggu namja itu? Dan berakhirlah dirinya disini sendirian. Sebenarnya Jongin sudah memberinya makan siang dan mengajaknya pulang bersama seminggu belakangan ini. Tapi berakhir dia yang selalu pulang duluan.
Sehun menghela napas dan menggosok lengannya sendiri berusaha mengurangi dingin yang dirasakannya. Tatapannya beralih ke tanah, dia bisa mencium bau tanah basah yang menenangkan. Hingga dia melihat sepasang kaki yang berdiri di hadapannya. Matanya berkedip bingung, sebelum kepalanya mendongak, mendapati sosok Kim Jongin yang sudah basah kuyup berdiri di tengah hujan lebat. Dia bangkit berdiri ketika Jongin tepat berada di depannya.
"Kau basah…" ujar Jongin singkat.
"Kau lebih basah, kalau kau tidak sadar," balasnya menyindir. Jongin hanya mengangkat bahu cuek sebelum berdiri di sebelahnya, ikut berteduh. "Bukankah biasanya ada sebuah mobil mewah yang menjemputmu?" tanyanya tanpa menatap Jongin, masih menatap lurus ke arah depan.
"Kau tahu hal itu? Padahal aku selalu turun 200 meter sebelum gerbang sekolah."
"Ha. Ha…" Sehun tertawa dipaksakan. "Berusaha rendah hati, tuan besar?"
Jongin tidak membalas, Sehun sendiri tidak peduli sebelum dia tersentak ketika merasakan sebuah telapak tangan yang dingin menggenggam tangan kanannya. Napasnya seolah tertahan saat merasakan tangan Jongin semakin menggenggam telapak tangannya erat. Dia berusaha untuk tetap menatap lurus ke depan dan tidak peduli. Tapi tangan itu terasa dingin…
"Pulanglah! Kau bisa sakit…" ujarnya tanpa berusaha untuk melepaskan genggaman itu, meskipun dia sadar ada yang salah dengan jantungnya saat ini.
"Apa kau mau aku antar dengan mobil jika jemputanku datang?" tanya Jongin.
"Tidak. Terima kasih, aku tidak terbiasa duduk di dalam sebuah mobil mewah yang berkilau," ujarnya menolak ajakan Jongin.
"Kalau begitu aku tetap disini juga," balasan telak dari Jongin. "Kau tahu? Seharusnya kau menghangatkanku, Sehun…"
Sehun memerah seketika mendengar pernyataan itu. "J-jangan berkata bodoh!" balasnya membuang muka kesal.
"Sebuah pelukan atau yah… ciuman, mungkin?"
Sehun semakin memerah hingga ke telinga. "Dalam mimpimu, idio―" wajah Jongin sudah tepat berada di depannya ketika dia menoleh hendak marah-marah.
"Seperti ini…"
Sebuah kecupan di dahi diterimanya. Sehun memejamkan matanya erat-erat.
"Atau begini…"
Disusul sebuah ciuman di ujung hidungnya yang membuat tubuhnya semakin bergetar gugup.
"Dan begini…"
"WOAAAAH! Hentikan! Hentikan!" Sehun mendorong dada Jongin untuk mejauh ketika dia merasakan hembusan napas hangat Jongin diatas bibirnya.
"Hahahahaha…" dan tawa Jongin membuatnya semakin kesal saja. "Wajahmu lucu sekali ketika kau memerah."
Mungkin tali kesabaran Sehun sudah putus, jadi dia menendang tulang kering Jongin dengan keras sambil berteriak, "Idiot!" lalu berlari pergi menembus hujan lebat itu meninggalkan Jongin yang melompat-lompat kesakitan memegangi kakinya.
.
.
.
Ruang Kesehatan
Sehun sudah hapal betul Jongin akan selalu menunggunya di depan pintu kelas. Dan kali itu, ketika dia keluar dari pintu dia justru mendapati sosok Jongin dengan napas berat, mata sayu, dan wajah sampai leher yang terlihat memerah. Satu langkah namja itu mendekat kearahnya dan oleng seketika.
"HWAAAA!" Sehun berteriak kaget dan sontak maju menangkap tubuh Jongin yang hampir terjerembab. Dan beban tubuh Jongin yang cukup berat membuatnya jatuh kebelakang. Sehun meringis kecil merasakan ngilu di punggung dan belakang kepalanya.
"Maaf Sehun…" lirih Jongin berusaha bangkit.
Dan Sehun terdiam begitu menyadari kalau sekarang dia ada di bawah Jongin yang memerangkapnya di lantai sekolah. T-tunggu… dengan mata sayu dan napas yang berat itu, kenapa Jongin kelihatan ganteng sekaligus seksi dari bawah sini ya?
"Kalian baik-baik saja?" seorang siswa bertanya dan beberapa siswa lainnya mulai mendekat. Lamunan Sehun seketika terbuyar saat kepala Jongin kembali jatuh ke bahunya.
"Ya Tuhan, tubuhmu panas sekali!" ujarnya panik berusaha membantu Jongin untuk duduk. Dan dengan itu Jongin dipapah ke ruang kesehatan.
Melihat Jongin yang terbaring di atas ranjang dengan napas berat seperti itu membuatnya merasa bersalah. Lalu Jongin terbatuk-batuk. "Sunbae, kau tidak akan mati kan?" tanyanya dengan tatapan khawatir yang membuatnya mendapat sebuah sentilan kecil di dahinya.
"Aku hanya flu, bodoh!" ujar Jongin di tengah napas beratnya. "Ah, tapi sepertinya aku memang akan mati…"
"K-kenapa kau bilang begitu?" Sehun terlihat semakin khawatir saja. "Apa kau punya penyakit mematikan seperti tumor atau kanker?"
Jongin terdiam, membatin nih anak kerasukan ratu drama dari mana? "Tidak. Sakitku ini berbeda, hanya ada satu obat yang bisa menyembuhkannya."
"Terdengar seperti penyakit orang-orang kaya," entah Sehun mengatakannya untuk menyindir atau tidak. "Kalau begitu cepat minum obatmu biar sembuh!"
"Cium aku dan aku akan sembuh, Sehun!"
Dahi Sehun berkedut sebelum dia menarik bantal Jongin dan membekapnya ke wajah namja itu. "Mati saja sana!"
Dan percobaan pembunuhan itu terpaksa dihentikan oleh penjaga ruang kesehatan.
.
.
.
Perpustakaan
Tugas Essai itu sungguh mengesalkan. Apalagi yang beranak pinak seperti ini. APALAGI TIDAK ADA TEMAN YANG BISA DICONTEKI. Kan harus bolak-balik buku cetak berkali-kali untuk mencari jawaban. Sehun membanting pulpennya lelah dan kesal. Dia bahkan belum makan siang, serius deh. Dia pikir mengerjakan sendirian di perpustakaan akan cepat selesai agar tidak ada yang merecoki untuk menyalin. Nyatanya tetap saja ini pertanyaan yang beranak-pinak bikin kesal saja.
Dan sebuah tepukan di bahu membuatnya melonjak kaget, hampir saja membanting orang yang mengagetkannya sebelum teringat kalau ternyata dia tidak bisa ilmu bela diri apapun. Lalu sosok Kim Jongin duduk dengan seenaknya tepat di sampingnya dengan setumpuk buku tebal.
Jongin tidak mengatakan apapun, mulai membuka-buka buku dan membacanya. Dia menyangga dagunya dan menatap sosok disebelahnya ini, Jongin tidak membawa buku dan alat tulis lainnya. Jelas sekali Jongin tidak sedang mengerjakan PR.
"Kau tidak makan?" tanyanya memecah keheningan diantara keduanya.
"Selesaikan saja PRmu," balas Jongin tidak nyambung.
Sehun memutar matanya bosan sebelum meraih pulpennya lagi, bersiap menulis. Tapi ujung pulpen itu hanya menyentuh kertas sekali, sebuah pertanyaan berputar di kepalanya.
"Kau tahu aku salah orang kan?" ujarnya lagi, masih menatap pada garis-garis di buku tulisnya.
"Apanya?" kali ini Jongin balas bertanya.
"Surat itu―"
"Selesaikan saja PRmu," potong Jongin cepat.
Sehun mengerutkan dahinya, dia melirik sosok Jongin yang sibuk membaca dari ekor matanya. Sesuatu berdesir di dadanya ketika mendapati Jongin memotong kalimatnya tadi, menolak untuk membahas surat itu. Dan dia tersentak ketika sesuatu menyelip di telapak tangannya, menggenggamnya. Oh, lagi-lagi dia memerah.
"A-aku tidak bisa mengerjakan kalau kau memegang tanganku," ujarnya gugup sekaligus malu.
"Maaf…" ujar Jongin seraya melepas tangannya.
Suasana menjadi canggung saat itu, Sehun sudah tidak bisa fokus pada pertanyaan yang tertulis di bukunya. Dia bingung mau bereaksi seperti apa. Pada akhirnya dia memejamkan mata dan bernapas dalam-dalam berusaha menenangkan diri. Dia nggak deg-degan! Nggak kok! Serius!
.
.
.
Pelukan
Sehun mulai terbiasa dengan kehadiran Kim Jongin di sampingnya belakangan ini. Dan entah kenapa dia mulai lupa tentang rencananya untuk menyatakan cinta pada gadis yang disukainya. Lupa tentang pernyataan cinta bukan berarti dia lupa akan perasaannya.
Dia ini pengecut dan cengeng, mudah jatuh cinta dan mudah patah hati, pemarah dan kadang periang. Makanya ketika mendengar rumor yang beredar tentang gadisnya sudah ditikung orang lain membuatnya tertegun. Dia mencoba tidak percaya, tapi melihat sendiri di ruang koridor yang sepi ketika pulang sekolah dua sejoli itu sedang bermesraan membuatnya hanya bisa terpaku diam disana.
Kakinya kaku dan tidak mau bergerak, dia hanya diam berdiri bersembunyi. Menyesali perbuatannya selama ini yang membuang-buang waktu saja. Dia bahkan belum berusaha lebih keras, dia bahkan salah sasaran. Dan sekarang seolah tidak ada kesempatan baginya.
Lalu sebuah bahu tegap menghalangi pandangannya, matanya bergulir menatap sosok Kim Jongin yang berdiri di hadapannya. Ketika dia membuka mulut hendak memprotes keberadaan Jongin, kedua lengan Jongin sudah lebih dulu menariknya dalam sebuah pelukan erat.
Pelukan ini entah kenapa terasa nyaman baginya, dan entah kenapa matanya jadi terasa panas, dadanya juga terasa seperti tertekan beban yang berat seolah tidak mengijinkannya bernapas, sekali saja dia menarik napas seolah matanya yang panas siap meluncurkan apa yang sudah ditahannya.
"Jangan menangis…" ujar Jongin seraya mengelus kepalanya lembut.
"Aku tidak menangis, bodoh!" sungutnya kesal tanpa sadar tangannya bergerak mencengkeram punggung seragam milik Jongin.
"Hmm… tapi ekspresimu tadi terlihat seperti akan menangis."
Sehun mencubit pinggang Jongin sekali sebagai balasan membuat namja itu meringis kecil sebelum melepaskan pelukannya. Sehun merasa sedikit kehilangan ketika lepas dari pelukan itu.
"Kau juga bisa bermesraan kok…"
"Huh? Apa maksudnya itu?" tanyanya dengan kesal.
Tapi Jongin tidak menjawab, dan Sehun merasa seolah semua yang ada di sekitarnya bergerak lambat ketika Jongin menangkap dagunya, menahannya untuk bergerak, dan wajah itu mendekat kearahnya. Dia hanya bisa tertegun ketika bibir Jongin menempel diatas bibirnya. Hanya sebuah kecupan, tapi entah kenapa Sehun bisa merasakannya. Merasakan sesuatu yang menggelitik perutnya, merasakan tubuhnya seolah meleleh saat itu juga. Kedua tangannya menggantung di samping tubuhnya, kaku. Matanya bahkan masih terbuka lebar, melihat Jongin yang memejamkan mata menciumnya. Dan perlahan-lahan Sehun bisa merasakan bagaimana jantungnya yang semakin bergedup kencang, memompa darah lebih cepat bahkan sampai ke wajahnya membuatnya semakin memerah.
Ketika otaknya kembali mengambil alih, tangannya bergerak untuk mendorong dada Jongin menjauh. Dia menatap namja itu dengan syok seraya menggosok bibirnya sendiri dengan punggung tangannya.
"A-apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan nada marah.
Jongin hanya diam, tatapan matanya sulit untuk dibaca. Dan tanpa menunggu balasan dari Jongin, dia berbalik dan pergi dari sana dengan perasaan campur aduk.
.
.
To Be Continue
.
.
PENGUMUMAN!
Perhatian untuk saudara N, member baru dari grup peci usun diharapkan segera menghubungi ke salah satu member. siapa saja, entah itu lewat inbox, instagram, twitter, PM, apa aja deh. dan bagi siapapun yg kenal, tolong sampaikan pesan saya ya...
terima kasih... ^^
.
.
bacotan author: yeah, ini konsepnya gimana ya? Pokoknya begitulah, nikmatin aja ya! Dan untuk selanjutnya saya serahkan ke Kinah! WAHAHAHAHA! Mampus lu gw buat cliffy gitu gantung banget. #evilsmirk gak tau gw suka aja ngerjain Kinah. XDDD
Terus Dhanmi ngusulin Jonginnya cool dan misterius. MAAFKAN SAYA DHANMI! Jongin jadi kayak playboy salah gaul gitu. SALAHIN AJA INI LAGU AM0200-NYA AIMER! SALAHIN!
Dan maafin saya udah terlalu lama gak nulis penpik, jadinya kaku gini! Jangan salahin saya, suruh siapa saya yg pegang chapter 1. /BANYAK ALESAN LO NEL!/ #dikeroyok
Okeh, salam hangat dari Nelicious tercentah! Paipaaaaii…! ^^ silahkan teror author selanjutnya buat cepet apdet! wks… XD