Astagaaaa saya update! Fufufufu ampuni hamba.. ampuni hamba XD

Langsung sajalah.. Hunter x hunter milik Togashi sensei. Saya Cuma buat replikanya aja XD. Selamat menikmati!

Kuroro Lucilfer menyesap kopi paginya sambil terus mengeja huruf yang tercetak dikoran yang dipegangnya. Salah satu rutinitas yang kelewat biasa bagi seorang bos perampok kelas kakap. Tapi mau apalagi dia? Dia sedang tak berminat merampok apapun. Dan sudah dua bulan ini Genei Ryodan sukses tak bertemu. Petama karena memang tak ada barang menarik yang tengah dilelang, kedua karena sebesar apapun auction yang diadakan, Kuroro Lucilfer yang kerap dipanggil Danchou sama sekali tak menghubungi mereka. Itu tandanya mereka tak akan merampok apapun.

Kuroro meletakkan cangkir kopinya dan melipat Koran pagi ditangannya. Ia menengadahkan kepalanya dan memejamkan mata. Mencoba menikmati udara hangat yang menerpa permukaan kulitnya. Sudah dua bulan. Sudah dua bulan sejak ia melihat gadis pirang bermata kucing itu. sudah dua bulan ia tak bertemu dengannya. Dengan gadis pirangnya.

Ia tak pernah tau kabar Kurapika sejak Gon, Killua dan leorio membawanya pergi dari markas jejadian Genei Ryodan siang itu. meski begitu, ia yakin Kurapika baik-baik saja. Yah, seperti kembali menjadi gadis keras kepala yang membenci genei Ryodan dengan segenap hatinya. Terutama seorang Kuroro Lucilfer. Ia tersenyum tipis membayangkan wajah penuh kebencian milik Kurapika.

"Hmm.. apa yang akan terjadi jika aku bertemu dengannya?" Pikir Kuroro. ia tak tau apa yang akan terjadi. Bisa saja Kurapika akan membunuhnya dan ia tak bisa melawan, atau mungkin Kuroro akan tetap melawan Kurapika meski ia bisa saja membunuhnya? Kuroro tidak tau. Tapi dia sangsi ia bisa melakukan pilihan kedua. Membunuhnya? Bah! Dia saja selalu hadir saat kuroro menutup matanya!

"TIIT..TIIIT..TIIT.." Kuroro membuka matanya dan memasukkan tangannya kedalam kantong bajunya. Kemudian ia menarik keluar handphone genggam dari saku bajunya dan menekan tombol terima tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Ya?"

"Hei! Kuroro! aku baru saja menjadi hunter!" suara riang itu tertangkap oleh gendang telinganya. Kemudian dengan wajah datar kuroro menjauhkan handphonenya dan melihat nomer tak dikenal itu. setelah yakin ia tak tau itu nomor siapa, ia menempelkannya lagi ditelinganya.

"Maafkan aku tapi.. ini siapa?" Tanyanya.

"Astaga! Kita bahkan belum setengah tahun berpisah dan kau melupakanku? Ini aku!" suara wanita diseberang sana nampak tak terima. Siapa juga yang akan langsung mengenali seseorang dengan perkenalan berupa: ini saya?

"Maaf tapi-"

"Kuroro! ini aku, Luna!" gadis diseberang sana yang ternyata adalah Luna dari alfheim memotong perkataan Kuroro. Kuroro mengangkat alisnya.

"Aa.. ternyata. Ada apa?" Tanyanya. Ia bisa mendengar Luna mendengus diseberang sana.

"Masih dingin seperti biasanya,eh? Ngomong-ngomong dimana Kurapika? aku merindukannya! Izinkan aku bicara dengannya!"oceh Luna. Sayangnya Luna tak tau bahwa Kuroro juga merasakannya. Rasa rindu itu. Kuroro memasukkan satu tangannya kedalam saku celana, bangkit dari duduknya dan berjalan kedalam rumah.

"Kalau kau bisa mencari nomer telponku, kau harusnya lebih bisa mencari miliknya." Kuroro mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

"Aku tau itu! kau fikir aku akan menghubungimu jika aku berhasil menemukan nomer telponnya?" Tanya Luna. Kuroro yang sudah akan meminum airnya menghentikan gelasnya ditengah jalan.

"Kau mau bilang kalau kau tak bisa menemukan nomernya?" Tanya kuroro. diseberang sana Luna mengangguk.

"Um. Aku tidak bisa menghubunginya. Karena itu aku menghubungimu. Dia ada bersamamu kan?" Kuroro terdiam.

"Tidak. dia tidak bersamaku. Sudah dua bulan ini kami tidak bertemu." Jawab kuroro.

1…

2…

3…

"EEEEHHH? Kuroro Lucilfer! Kau berpisah dengannya? Kenapa?" Tanya luna.

"Tidak juga. Maksudku.. ya. Bisa dibilang begitu." Jawab Kuroro.

"Kenapa?Kalian sangat cocok. Kenapa? Apa dia sudah sembuh?" Tanya Luna. Kuroro terdiam. Apa yang harus dia jawab?

"mungkin. Dan aku yakin dia sembuh." Jawabnya. Hening selama beberapa saat. Kuroro bisa mendengar suara helaan nafas Luna.

"Kuroro.. kau tau pasti dia tak akan sembuh jika dia berpisah denganmu." ujar Luna. Kuroro mengernyit.

"Kau yakin sekali sepertinya. Apa yang membuatmu yakin?"

"Oh, kau bercanda! Jelas karena dia mencintaimu! Bukankah penyakit tak akan bisa sembuh jika kita tidak bahagia? Bagaimana dia bisa bahagia jika kalian bahkan tak bersama?" Ujar Luna kesal. Kuroro terdiam. Kurapika mencintainya? Itu teori terbodoh yang pernah didengarnya. Kuroro menghela nafas.

"Luna, hentikan omonganmu dan khayalanmu tentang cinta. Kau menelfonku untuk mengabarkan sesuatu atau kau hanya ingin berbicara dengan Kurapika? Kalau kau hanya ingin berbicara dengan Kurapika, sebaiknya kita hentikan pembicaraan ini." Tegas Kuroro.

"Ugh.. kau masih saja sekaku dulu. Ah.. baiklah.. baiklah.. akan kumatikan telponku. Tapi percaya saja dengan semua omonganku tadi. Kurapika pasti mencintaimu. Karena aku melihatnya. Aku melihat rasa itu dimata Kurapika. Nah, sampai jumpa!"

KLIK.

Dan panggilan terputus. Kuroro menatap ayar ponselnya datar. Kemudian ia menghela nafas.

"Hhh. Jika kau tau akupun berharap kata-katamu benar, Luna."

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999

Shalnark baru saja keluar dari salah satu took elektronik saat pundaknya ditepuk. Ia menoleh dan melihat siapa gerangan yang menepuk pundaknya.

"Oh, kau rupanya..Franklin. aku tak tau kau ada dikota ini!" sapa Shalnark riang seperti biasanya.

"Yah.. aku sedang bosan dan memutuskan untuk menghabiskan beberapa jenny dari perampokan terakhir." Ujarnya. Shalnark mengangkat alisnya.

"Aku tak tau kita merampok akhir-akhir ini.." ujar Shalnark sembari mengingat kapan mereka ada agenda berkumpul akhir-akhir ini. Franklin menepuk kepala Shalnark.

"Tidak.. aku melakukannya sendiri. Kehabisan uang. Dan ternyata yang kuambil terlalu banyak." Ucap Franklin. Shalnark tertawa mendengarnya.

"Jadi, apa Danchou tak menghubungimu sama sekali?" Tanya Franklin. Shalnark mengernyit.

"Franklin.. kenapa pula Danchou harus menghubungiku?" Tanyanya heran.

"Yah, bisa dibilang Danchou selalu mempercayaimu untuk masalah genei Ryodan setelah Paku meninggal." Jawab Franklin.

"Oh.. tidak.. Danchou belum menghubungiku." Jawab Shalnark. Keduanya lalu terdiam beberapa saat. Berjalan tanpa kepastian sampai akhirnya mereka tiba disebuah taman.

"Bagaimana jika kita makan siang bersama? Traktiranku." Ajak Shalnak.

"hoo? Kau mengajakku? Jangan menyesal setelah itu." Jawab Franklin. Shalnark tertawa.

"Tidak akan.. ayo! Kita juga bisa makan sambil membicarakan banyak hal." Ujar Shalnark. Keduanya lantas memesan makanan dan setelah mendapatkan pesanannya, mereka duduk dibangku taman.

"HHh.. memang jika kita tak berkumpul rasanya aneh. Menurutmu Danchou akan menghubungi kita dalam waktu dekat? Kau tau, sebentar lagi kudengar ada auction dikota ini." Ujr Shalnark. Kemudian dia menggigit burgernya. Franklin mengangkat bahunya.

"Entahlah Shal.. kau tau sendiri. Bahkan auction sebelumnya Danchou nampak tak berminat. Benar-benar bukan dirinya." Jawabnya.

"Yah.. semenjak kusari aru itu pergi Danchou jadi seperti ini. Menurutmu dia penyebabnya?" Tanya Shalnark. Franklin menoleh.

"Kalau yang kau maksud dia membuat Danchou menggunakan rantai perjanjian milikya lagi, aku tak yakin. Tapi kalau yang kau maksud adalah.. Danchou menginginkannya namun ia menolak, mungkin saja." Jawab Franklin. Shalnark tertawa.

"Jawaban apa itu?" protesnya. Mereka ingat saat ketiga orang teman Kurapika datang menjemputnya, Danchou mereka nampak membicarakan sesuatu yang sangat serius. Meskipun mereka tak bisa mendengar pembicaraannya, mereka tau pasti hal itu berkaitan dengan Kurapika yang saat itu diserahkan dalam keadaan tak sadarkan diri. Shalnark juga ingat bagaimana Kuroro dengan sigap melompat menyelamatkan Kurapika saat perjalan pulang. Juga bagaimana Kuroro mendekapnya setelah itu. Shalnark tak tau apa yang bisa ditangkap dari ekspresi datar Danchounya. Tapi tak hanya Shalnark.. Machi juga merasakannya.. rasa khawatir dan takut kehilangan dari diri Kuroro.

"Hei.. lihat." Suara Franklin membuyarkan lamunan Shalnark. Shalnark mengikuti arah telunjuk Franklin dan matanya membulat seketika.

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999

"Leorio! Kalau kau tak bisa menggendongnya dengan benar, berikan padaku!" ujar Killua. Leorio mendengus.

"Diam kau bocah! Aku sedang berusaha!" balas Leorio. Gon hanya tertawa gugup melihat tingkah keduanya.

"Kalau kalian menggendongnya seperti itu, Kurapika bisa terjatuh!" ujar Gon.

"Mattaku.. lagipula kenapa kita tetap harus membawanya keluar bahkan dengan kebiasaannya tertidur tiba-tiba yang kelewat batas ini?" Ratap Leorio.

"Baaka! Kalau kita meninggalkannya sendirian, dia bisa saja tiba-tiba tertidur didepan kompor yang menyala atau bahkan di balkon. Dia bisa terluka." Jawab Killua. Leorio hanya menggumam tak jelas.

"Ne.. kalian fikir.. kenapa Kurapika sering sekali tertidur?" Tanya Gon heran.

"Kau tak mengingatnya? Kuroro sudah memberitau kita bukan?" Killua balik bertanya. Gon menggeleng.

"Bukan.. bukan begitu.. apa kalian tak berfikir akhir-akhir ini jam tidurnya semakin parah?" Tanya Gon. Killua dan Leorio terdiam. Kemudian Killua mengusap dagunya.

"Memang Benar. Bahkan waktu dia membuka matanya saja sekarang bisa dihitung jam."

"Sou!sou! ingatannya juga buruk sekali, kau tau?" Leorio menambahkan. Gon melirik Kurapika yang kini berada dipunggung Leorio.

"Mungkinkah, ada sesuatu yang Kurapika inginkan? Kuroro bilang, dia harus benar-benar bahagia bukan?"

"Ya.. tapi apalagi yang belum dicapai? Bahkan kita sudah memenuhi kamarnya dengan semua pasang mata merah milik suku Kuruta."

"Mungkinkah dia masih menginginkan..Ryodan?" Tanya Leorio.

"Bisa jadi. Tapi kalau benar itu yang menjadi incarannya, nasib kita buruk. Maksudku, aku masih belum yakin dengan kemampuan kita bertiga kita bisa menangkap mereka. Dan keadaan Kurapika jelas sedang tidak menguntungkan." Analisis Killua. Kedua temannya mengangguk setuju. Killua menatap rumput dibawah kakinya. Jujur saja ada sesuatu yang masih mengganggunya. Dan itu membuat Killua menyimpulkan sesuatu. Meskipun kesimpulannya mungkin terdengar aneh dan lucu, tapi Killua entah kenapa merasa 80% kesimpulannya benar. Ia melihat dengan kepalanya sendiri. Bagaimana kilat mata Kuroro saat menatap Kurapika untuk terakhir kalinya. Jelas bukan tatapan benci atau membunuh. Justru itu tatapan hangat.

"Llua.. KILLUA!"

"GON! BERHENTI BERTERIAK DITELINGAKU!" Killua menutup telinganya dan menatap Gon tajam. Gon menjulurkan lidahnya.

"Lagipula kau seperti patung saja! Kami sudah memanggilmu beberapa kali tadi!" imbuh Leorio. Killua melirik Leorio kesal.

"Baik, kenapa kalian memanggilku?" Tanya Killua. Gon tidak menjawab. Ia justru menunjuk kearah lainnya. Killua menoleh dan melebarkan matanya. Lalu dengan cepat mengaktifkan godspeednya dan meraih Kurapika ditangan Leorio. Lalu dalam sekejap ia sudah ada disisi lain taman itu.

"Apa yang kalian inginkan?"

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999

"Apa yang kalian inginkan?" suara Killua terdengar dingin. Shalnarka hanya membalas senyum.

"Kami hanya ingin menyapa kalian.. itu saja." Jawabnya santai. Gon dan Leorio –yang sudah bergabung dengan Killua- mengaktifkan ren-nya. Shalnark melambai-lambaikan tangannya.

"Hei..hei.. percayalah.. kami sedang tak berminat bertarung atau melukai siapapun diantara kalian." Ujar Shalnarak. Killua masih menatap kedua anggota genei Ryodan didepannya curiga.

"Jadi, ada apa?" Tanyanya. Shalnark menarik nafas dan kembali tersenyum.

"Sebenarnya.. kami ingin menanyakan sesuatu pada kalian.." ujarnya.

"Menanyakan sesuatu?" Tanya Gon. Shalnark mengangguk.

"Saat kalian menjemput Kusa..Kurapika tempo dulu.. apa yang sebenarnya.. Danchou katakana pada kalian?" Tanya Shalnark. Ketiga orang didepannya terdiam sejenak.

"Kenapa kau harus tau?" Tanya Killua.

"Hhh.. sebenarnya, kami hanya ingin tau saja. Karena.. Danchou bersikap aneh akhir-akhir ini." ujar Shalnark.

"Ya, dan kami curiga itu semua karena Kusari aru itu." lanjut Franklin. Killua mengerjapkan matany dan menatap kedua orang didepannya. mencari-cari hal yang meragukan dari keduanya. Kemudian dalam satu tarikan nafas, ia menon-aktifkan Godspeednya.

"Kuroro hanya bilang agar kami menjaganya. Dan juga melindunginya dri anggotanya." Jawab Killua. Shalnark dan Franklin berpandangan.

"Kenapa danchou harus meminta kalian melindunginya dari kami?" Tanya Franklin heran.

"Entahlah.. kenapa kalian tak bertanya sendiri pada Danchou kalian?" ujar Killua sambil berbalik dan hendak meninggalkan kedua anggota ryodan tersebut.

"Tunggu! apakah dia.. sudah sembuh dari penyakitnya?" Tanya Shalnark. Killua menghentikan langkahnya. Leorio menoleh.

"Entahlah.. kalian bisa melihatnya sendiri. Menurut kalian?" jawab Leorio.

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999

Kurapika mengerjapkan matanya sebelum akhirnya mencoba duduk. Badannya terasa lemas. Ia mengangkat tangannya dan melihat jari-jari yang sudah lebih kurus dari yang ia ingat.

"Ah, kau sudah bangun!" Kurapika menoleh dan mendapati Killua disudut ruangan. Tengah asyik memakan permennya sambil membaca komik.

"Jam berapa…sekarang?" Tanya Kurapika. Killua melirik arlojinya.

"sekarang jam delapan malam. Ah, itu makananmu. Kau bisa makan sendiri atau..?"

"Aku bisa memakannya sendiri, Killua." Ujar Kurapika sambil meraih mangkuk sup disebelah mejanya. Ia menyendok supnya. Killua menatap Kurapika datar. Lalu ia memilih meletakkan bukunya dan berjalan kearah Kurapika.

"Tadi kami bertemu dengan Shalnark." Perkataan Killua sukses menghentikan tangan Kurapika yang baru akan menyuap supnya. Ia menoleh.

"Tadi?"

"Um. Saat kau tertidur ditaman. Kami bertemu mereka. Tapi tenang saja.. taka da yang terjadi." Ujarnya. Kurapika hanya menatap Killua sejenak lalu melanjutkan makannya. Killua kemudian bersandar didekat jendela.

"Mereka bilang, Kuroro bersikap aneh." lanjut Killua. Ia melirik Kurapika dan kembali menyadari perubahan saat nama Kuroro disebutkan.

"sepertinya mereka curiga kau melakukan sesuatu seperti menancapkan rantai perjanjian seperti yang kau lakukan sebelumnya. Apa.. kau melakukannya?" Tanya Killua hati-hati. Kurapika meletakkan mangkuknya yang bahkan belum setengah dimakan. Kemudian Killua bisa melihat gadis itu menggeleng.

"Tidak.. aku tidak melakukan apapun padanya." Jawab Kurapika datar. Killua menghela nafas.

"Baguslah. Setidaknya jika Kuroro memang sedang dalam pengaruh seseorang, kau tidak akan menjadi daftar burornan bagi mereka. Meskipun aku meragukannya." Gumam Killua diakhir kalimat. Entah kenapa tiba-tiba ia mengingat sosok Nobunaga.

"Hei.." Kurapika memanggil Killua. Killua menoleh kearah Kurapika.

"Aku.. akan keluar sebentar." Ujar Kurapika. Killua mengernyit.

"Keluar? Kau gila? Dengan kondisimu yang seperti ini?" Tanya Killua. Kurapika menyingkirkan selimutnya dan menurunkan kakinya. Ia tidak menghiraukan ocehan Killua dan tetap melangkah pergi. Killua menatap surai pirang itu kesal.

"Baiklah! Terserah kau saja!" Teriaknbya. Lalu setelah sosok Kurapika menghilang dari balik pintu, Killua mengambil ponselnya dan memencetbeberapa digit nomer.

"Oi.. kau dimana? Dia baru saja meninggalkan rumah."

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999

Kuroro Lucilfer keluar dari toko buku dengan beberapa tasplastik ditangannya. Tentu saja berisi buku-buku yang baru ia beli. Beli? Ya, Kuroro memutuskan untuk membeli kali ini. entahlah, ia hanya sedang ingin saja. Ia berjalan menyusuri jalan sempit dan sepi. Ia bisa melihat beberapa kucing liar berjalan mengiringi langkah kakinya. Kuroro memilih mengacuhkannya. Lalu setelah beberapa saat, ia memutuskan dengan cepat untuk melompat kesamping. Keputusan itu dibuat bukan karena dia hanya iseng atau apa. Tapi ia melompat menghindari sesuatu yang dilemparkan kearahnya. Atau dipukulkan? Entahlah.. yang jelas sesuatu yang diarahkan kearahnya dari arah belakang. Kuroro menoleh pelan dan terdiam. Dibelakngnya, ia meihat sosok yang taka sing dimatanya. Kurapika Kuruta berdiri dengan tangan kanan terarah kearahnya. Rantai-rantainya bergerincing mengancam. Tatapannya tajam seakan ia adalah pemburu dan Kuroro adalah calon tangkapannya.

"Oh, kau rupanya." Ujar Kuroro dingin. Kurapika kembali mengayunkan rantainya. Kuroro mencoba menghindar kekanan dan kekiri. Kurapika sama sekali tak memberi Kuroro kesempatan untuk menyerang balik. Menyerang balik?

"Bahkan aku tak yakin akan melakukan serangan balik."Pikir Kuroro sambil tersenyum tipis.

Kuroro terus mencoba menghindar sampai akhirnya ia melihat Kurapika mengeluarkan rantai di jari tengahnya.

"Hmm.. dia akan menangkapku.." Dan benar saja.. Kurapika melayangkan rantainya dan dalam sekejap menangkap Kuroro dengan mudah. Dengan mudah? Tidak.. Kuroro memang tak berniat pergi kemanapun. Kurapika terengah. Sedangkan Kuroro menatapnya datar. Kurapika melangkah maju. Kuroro tersenyum tipis.

"Jadi.. lama tak bertemu, Kusari aru?" sapa Kuroro. Kurapika menatap Kuroro dalam. Kemudian ia mengeluarkan judgement chainnya.

"Dia akan melakukannya lagi?"

"Kuroro Lucilfer.." suara Kurapika terdengar pelan.

"Kau bertambah kurus sejak terakhir kita bertemu."

"Kemana saja kau selama ini?" Tanya Kurapika. Kuroro mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemana saja? Apa yang sebenarnya dipikirkan gadis itu? Bukankah harusnya dia tak mengingatnya? Maksudnya, dia sudah sembuh bukan?

"Kau menghilang dua bulan ini.. kau menghindariku? Kau ingin membuatku merasa berhutang budi padamu?" Tanyanya lirih.

"Jadi, dia masih mengingatnya?"Lalu Kuroro mengingat isi pembicaraannya dengan Shalnark beberapa jam yang lalu. Shalnark melaporkan bahwa ia bertemu dengan Kurapika dan teman-temannya. Dan menurut pengamatan shalnark, sepertinya Kurapika belum benar-benar sembuh. Kuroro tersenyum. Sepertinya benar.

"Aku tidak menghindarimu. Sekarang katakana padaku.. kenapa kau.. nampak belum sehat?"

"Huh? Kau menanyakan kabarku? Aku tersanjung sekali." Jawab Kurapika.

"Hmm.. jadi, kau baik-baik saja." Jawab Kuroro. lebih tepatnya ia menjawab pertanyaannya sendiri.

"Tidak. aku tidak sedang baik-baik saja." Jawab Kurapika dingin.

"Oh ya? Kukira ekspresi marahmu itu menjawab pertanyaanku tadi. Kau sudah kuceritakan tentang penyakitmu sebelumnya bukan? Kau tak bisa berekspresi."

"Ya, kau benar. Detik ini kurasa aku bisa sembuh. Ekspresiku mungkin terlihat saat ini. karena aku menemukanmu."

"Oh, kau berniat membunuhku?"

"Menurutmu? Untuk apa aku mencarimu?" Tanya Kurapika. kemudian ekspresi marahnya melunak. Kurapika menatap Kuroro sendu. Tubuhnya bergetar ringan. Kuroro melebarkan matanya saat dilihatnya bening air mata mengalir dari mata biru indahnya.

"Kurapika.."

"Kuroro Lucilfer.. a..aku akan menanamkan rantai ini..sekali lagi.." Kurapika mengayunkan rantainya. Dan rantai itu sempurna memasuki tubuh Kuroro. ia merasakan sensasi tak nyaman dari rantai milik Kurapika. ia tersenyum. Syarat apalagi kali ini?

"Pertama.. jangan…jangan meninggalkanku..lagi.." ujar Kurapika. Kuroro tertegun. Kemudian ia tersenyum tipis.

Gawat..

"Kedua.. jangan mengacuhkanku.. lagi.."

Gadis ini..

"Ketiga.. kau harus menjawab pertanyaanku.."

Kenapa dia membuatku..

"Apa kau.. mencintaiku?"

Tak bisa menghilangkan bayangannya?

Kuroro tersenyum. Ia menatap Kurapika yang masih terisak didepannya. kemudian ia tertawa kecil.

"Ya. Aku setuju dengan perjanjian itu. dan.. aku mencintaimu.. tentu saja." Jawab Kuroro. Kurapika merasa bebean itu menghilang seketika. Rantai ditangannya menghilang. Dan judgment chain yang melilit jantung Kuroropun memudar. Memberikan rasa hangat dalam diri Kuroro. Kuroro melangkah mendekati Kurapika yang kini menunduk. Kuroro meraih sisi wajah Kurapika dan mengangkatnya. Ia tertegun saat melihatnya. Kurapika tersenyum.. senyuman hangat yang diarahkan untuknya. Untuk seorang Kuroro Lucilfer.

"Jadi, kau memaafkanku?" Tanya Kuroro pelan. Kurapika menghapus air matanya. Kemudian ia mengangguk kecil.

"Aku.. juga. Maafkan aku.." ujar Kurapika. kuroro tersenyum dan mendekap gadis pirang didepannya.

"Jangan membuatku khawatir lagi, Kurapika.."

"Um.. aku.. akan baik-baik saja.. setelah ini.. pasti." Bisik Kurapika. Kuroro mencium puncak kepala gadis tersebut. Kurapika lantas merasakan matanya memberat. Kuroro yang menyadari beban gadis itu memberat segera menarik tubuh Kurapika dan mendapati gadis itu tengah memejamkan matanya. Lalu tiba-tiba tubuh Kurapika dikeleilingi kabut. Bukan.. kabut itu keluar dari tubuh Kurapika. dank abut itu membias terang. Semakin terang lalu seketika meredup. Kuroro menatap tubuh gadis dipelukannya. Kurapika nampak tertidur dengan nyaman. Kuroro tersenyum.

"Setelah ini.. semua akan baik-baik saja." Ujarnya. Diatas gedung disamping jalanan itu, Killua tersenyum puas.

"Jadi.. setelah semua usaha kita selama dua bulan ini.. jawabannya adalah Kuroro Lucilfer?" Tanya Leorio tak percaya. Killua menatap Leorio lalu menyeringai.

"Hee? Apa kau cemburu, Os-san?" tanya Killua. Leorio mengerjapkan matanya dan tergagap menjawab:

"Eh? Ti-tidak.. tentu saja! Aku bahagia jika Kurapika bahagia.. itu saja!" jawabnya. Disebelahnya, gon hanya tersenyum senang. Ia juga merasakannya. Bahwa semua akan baik-baik saja. Disisi lain, Shalnark tersenyum.

"Menurutmu, kita harus merahasiakan ini?" Tanya Franklin. Shalnark tertawa kecil.

"Tentu saja. Kita jelas tak bisa menangani Nobunaga, Phinks dan Feitan yang mengamuk secara bersamaan bukan? Biarkan Danchou saja yang memberitahu mereka." Jawab shalnark.

"Kau sendiri?"

"Eh?"

"Kau sendiri.. setuju dengan apa yang terjadi?" Tanya Franklin. Shalnark memperhatikan Kurapika yang bersandar nyaman dipelukan Kuroro. kemudian ia menghela nafas.

"Ya. Seperti dia yang bisa memaafkan Danchou bahkan setelah Danchou membuatnya kehilangan segalanya. Menurutku, dia gadis yang baik untuk Danchou." Jawab Shalnark. Franklin mengangkat alisnya ( saya lupa Franklin punya alis atau tidak XD) dan menepuk kepala shalnark.

"Ya, kurasa akau akan setuju denganmu."

Para pengintai itupun beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Kuroro yang masih menikmati waktunya mengamati wajah gadisnya. Ia tersenyum. Ia masih tak bisa mengerti dengan jalan takdir itu sendiri. Terkadang orang terkejam dikehidupan kita justru akan menjadi orang paling berharga. Dan terkadang, tuhan memiliki cara yang ekstrem untuk mempertemukan kita dengan orang yang akan menjadi cinta kita kelak. Setidaknya, itulah yang terjadi padanya, Kuroro Lucilfer.

EPILOG

Kurapika sedang memilih-milih buku dirak perpustakaan itu saat sebuah tangan memeluknya erat. Kurapika terkesiap pelan dan menoleh.

"Kuroro Lucilfer, lepaskan tanganmu sekarang." pinta Kurapika tegas. Kuroro menenggelamkan wajahnya dibahu Kurapika.

"Tidak. sebelum kau memaafkanku." Ujar Kuroro.

"Kuroro, jangan membuatku mengamuk disini. Kau tak ingin kita berdua diusir dari perpustakaan bukan? Setidaknya aku tak ingin karena ada beberapa hal yang harus kutemukan disini!" Bisikan Kurapika semakin keras.

"Hmm.. baiklah kalau begitu." Lalu Kurapika merasa dirinya ditarik kedimensi lain. Dan dalam sekejap ia sudah tidak berada diantara deretan buku. Namun didepan sebuah danau. Ia menoleh dan menatap kesal Kuroro yang justru tersenyum puas.

"Baiklah, katakana ada apa?" Tanya Kurapika.

"tentu saja meminta maafmu. Bagaimana?" Tanya Kuroro. Kurapika menghela nafas lelah.

"Baiklah, tapi jangan membuat dirimu jadi buronanku lagi. Kau mengerti?" tuntut Kurapika. Kuroro tersenyum.

"Baiklah.." jawabnya. Kurapika menghela nafas dan memilih duduk disana. Kuroro menyusul gadisnya dan duduk disebelahnya.

"Hei.. "

"Hm?"

"Katakan, kenapa aku tak melupakan semua kejadian setelah aku terbebas dari penyakit itu?" Tanya Kurapika. Kuroro terdiam. Nampak berfikir. Tidak ada yang tau. Karena penyakit itu memang masih belum ditemukan bagaimana cara mengobatinya. Kesimpulan itu didapat hanya karena salah satu penderita yang sembuh mengalami hal itu. Kuroro tersenyum dan menepuk kepala Kurapika.

"Karena Tuhan ingin kau bahagia, mungkin?" Jawab Kuroro. Kurapika menoleh dan mengernyit.

"Jawaban apa itu?" Tanya Kurapika.

"Aku serius. Bayangkan jika kau melupakan semuanya. Kau melupakan perjalan kita, kau melupakanku, dan kita akan kembali berperang. Mengerikan bukan?" ujar Kuroro. Kurapika terdiam sejenak lalu tersenyum.

"Um. Kurasa kau benar." Ujarnya. Kuroro menggeser duduknya dan memeluk gadisnya.

"Katakan, Kurapika.. saat kau menemukanku malam itu, kau sangat percaya diri membuat perjanjian macam itu. bagaimana jika ternyata aku tak mencintaimu?" Tanya Kuroro. Kurapika melirik Kuroro. lalu ia menghela nafas.

"Aku berbuat seperti itu karena aku tau kau mencintaiku."

"Hm? Bagaimana.."

"Ciuman. Kau menciumku sesaat setelah kau memperlihatkan kumpulan mata merah diruangan markasmu. Kau ingat?"

"Jadi kau sadar?"

"Masih. Kurasa. entahlah.. anggap saja aku setengah sadar." Jawab Kurapika. wajahnya memeraqh. Kuroro tersenyum tampan. Keduanya terdiam beberapa saat.

"Hei.."

"Hmm?"

"Aku mencintaimu." Kurapika tertawa.

"Aku tau, Kuroro.. aku juga." Jawab Kurapika. lalu terdengar seseorang meneriakkan namanya. Ia menoleh dan mengernyitkan alisnya.

"Gon? Dan yang lainnya? Kenapa mereka ada disini?" Tanya Kurapika heran. Kuroro bangkit dari duduknya.

"Ah, aku mengundang mereka hari ini."

"Hmm… ada acara apa ditempat ini?" Kurapika –masih duduk- bertanya.

"Pernikahan kita." Jawab Kuroro santai. Kurapika mengerjapkan matanya beberapa kali lalu reflek berdiri.

"KAU BERCANDA!" ujarnya. Kuroro menoleh.

"Kau bahkan tidak melamarku!" ujar Kurapika tak percaya.

"Benarkah? Baiklah.. kau mau menikah denganku?" Tanya kuroro. Kurapika menghela nafas tak percaya. Ia tak ingat ini disebut lamaran. Maksudnya, dengan situasi semacam ini?"

"Kurapika?"

"Hhh.. " Kurapika mengangkat wajahnya dan tersenyum geli. Kemudian apa yang dikeluarkan dari bibir mungilnya membuat Kuroro tersenyum dan menggenggam jemari Kurapika erat.

Rasa memang selalu bermain curang..

Membanting semuanya dalam sekejap..

Detik lalu benci… lalu kau ubah menjadi perasaan hangat yang membuncah..

Seperti langit yang terkadang berubah..

Seketika cerah meski detik sebelumnya hujan..

Dan setiap kali mengingatnya, aku tau aku harus berjanji..

Agar senyumanmu tak akan terbanting secepat itu..

Akan kupertahankan dia..

Bagaimanapun caranya..

Karena disitulah kehidupanku..

Bersama dengan perasaan hangat ini..

Aku mencintaimu..

-THE END

Huaahahahaha… saya berhasil! Tamat juga kau!*sujud syukur. Aneh ya? Iya saya juga aneh *eh..

Hhh… entaahlah.. saya suka mereka bahagia XD. Semoga kalian berkenan dengan endingnya. Kalau tidak, coba bikin nanti publish. *modus pengen dikasih asupan XD

Rinegai: iya..update, saya malah end*plak XD. Terimakasih sudah memebaca ^^

Terror Bird: KYAAAA*dibantuin teriak* iyaa.. saya miss typo.. saya ga bisa ilangin typo XD. Terimakasih sudah membaca **

Aeri Healing:ah salam kenal ^^ selamat datang difandom ini :D. iya dan sekarang hiatus lagi T.T. terimakasih sudah mampir ^^

Rianti Rhisma-san: eh? Masa? Hehehe.. ga apa yang penting fic ini bisa menghibur ^^. Hiks,.. saya benci sad ending.. nih bahagia XD. Terimakasih sudah mampir ^^

Macherry:kagaak.. saya aja gak bisa lupa ama danchou kok XD. Eh, iya! Ga ada kissunya ya?*plak.
terimakasih sudah mampir*tos* kutunggu chapter selanjutnya darimu, Macherry-san~*smirk.

Vermiehans: enggak inget kok.. saya ga tega kuroro dilupain XD*author seenaknya XD. Hxh hiatus lagi hiks.. terimakasih sudah mampir ^^

Lita: iyaaa terimakasih sudah mampir ^^/

Maya: ok, terimakasih supportnya ^^

Yukilluakira: ini alurnya campursari XD. Bisa dipilih dipilih. Terimakasih supportnya.. semoga menghibur ^^

Killua-zold:iya! Sebenernya karena ga nemu nama aja. Huahahahaha*plak. Terimakasih sudah mampir ^^

Kurokurapikashipper: tidak akan kubiarkan! Fufufufu.. sudah terjadi (?) terimakasih supportnya ^^

Hxhhiatuslagi: nicknamenya bikin nyesek T.T hxh hiatus lagi hueeee*plak
ini udah lanjut! Sekalian end/woi!. Terimakasih supportnya XD

Vietrona-chan: ia ini end XD. Hehehe.. reader baru ya? Salam kenal! Semoga meskipun ff ini berakhir hubungan kita tak akan berakhir/abaikan. Terimakasih sudah support ff ini…

Untuk semua yang udah membaca, review, follow, fav, dan juga cinta saya/abaikan, terimakasih banyaaak. I LOVE YUU ALL! Semoga saya masih bisa bikin ff lagi XD.

Jaa!