HUNHAN | DEPRESSED | EPILOG

Tittle : Depressed

Author : Larasafrilia1771

Genre : Tragedy, Romance, Yaoi

Cast : Oh Sehun

Lu Han

Wu Yifan

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Kim Jinhwan ( Ikon )

A/N : Gak nyangka ff ini akhirnya end juga. Ini saya bawa epilog, ya mudah – mudahan pada seneng ama cerita kelanjuntan ini.

.

.

Summary

Cerita tentang kehidupan baru HunHan dengan Haowen buah hati pertamanya. Bersama dengan keajutan kisah asmara BinHwan dan ChanBaek.

.

.

Happy Reading ^_^

.

.

.

.

_HunHan_

Pagi – pagi sekali rumah milik keluarga kecil Oh itu sudah heboh dengan suara tangisan seseorang. Ya, maklum saja dirumah ini ada anggota baru yang masih menginjak umur baru beberapa bulan saja dan pantas jika bocah berumur delapan bulan yang kini berada di gendongan Sehun terus menangis hampir sesegukan. Entah apa yang diinginkan bocah kecil itu, Sehun tak tahu dan sialnya Luhan sedang pergi berbelanja.

"Haowen sayang..cup cup jangan nangis ne" Sehun berkali kali menimang – nimang buah hatinya, berusaha untuk menenangkan sang anak. Diberikan mainan tidak mau dan lagi susu formula yang berada di botol di tepis bocah itu, membuat Sehun frustasi saja. Jika melihat kelakuan sang anak, Sehun berpikir jika Haowen berprilaku tak jauh dari dirinya.

Lagi tangisan Haowen semakin menjadi. Membuat Sehun semakin panik dan mencoba untuk memeriksa popoknya atau barang kali ada sesuatu yang membuat anak itu tidak nyaman. Namun nyatanya nihil, tak ada tanda – tanda untuk itu.

"Sebentar ya, mommy pulang sebentar lagi"

Sehun mengelus kepala sang anak penuh sayang. Susahnya menjadi seorang ayah siaga untuk sang anak. Memikirkan ini membuat Sehun merasa kasihan pada Luhan, pasti sang istri sangat kelelahan melebihi dirinya yang bekerja.

"Cupp..cupp..Haowen sayang jangan nangis ya mommy sebentar lagi pulang" Sehun berkali – kali menenagkan Haowen yang masih saja menangis meski tak senyaring tadi. Sehun tersenyum merasa Haowen lebih tenang, sesekali mengecup pipi sang anak dengan sayang. Tak menyangka jika sekarang ia memiliki darah dagingnya sendiri.

Perlahan tangisan itu mereda, membuat Sehun berhenti untuk menimang Haowen pada pangkuannya. Sehun tak bisa untuk menyembunyikan senyumannya saat melihat Haowen yang sudah terlelap damai di bahunya. Dengan bibir sedikit terbuka membuat Sehun ingin sekali mencubit pipi itu, namun urung karena takut membangunkannya.

Merasa yakin jika sang anak sudah terlelap akhirnya Sehun merebahkan tubuh mungil itu pada box bayi yang ada di kamar sang anak sendiri. Membenarkan posisinya dahulu, sebelum ia menatapi bocah kecil itu yang sedikit menggelliat dalam tidurnya.

"Daddy sayang kamu nak, jadilah anak yang baik"

Senyum bahagia jelas sekali terpatri pada wajah dinginnya. Sehun bahagia memiliki seorang anak dan suga istri yang sangat sayang kepada.

Ya, setelah kejadian itu berlalu. Hidup mereka jauh lebih tenang dan tak ada yang bisa mengganggu kebahagian mereka sekarang, karena Sehun rasa semuanya telah menemukan kebahagiannya masing – masing. Jinhwan juga Chanyeol hyung, mereka telah berhasil melawan ego masing – masing.

CKLEKK

Suara pintu kamar yang dibuka oleh seseorang membuat Sehun segera menoleh. Disana Luhan dengan wajah cemasnya segera menghampiri ke arah box bayi.

"Apa Haowen menangis?"

"Ya, sebelumnya ia menangis"

"Kau sudah memeriksa popoknya?"

"Sudah"

"Ia ingin susu?"

"Sudah, dan ditepis"

Luhan menatap Sehun yang masih fukos menatap sang anak. Ini hari libur, mungkin tak apa – apa untuk merepotkan Sehun untuk mengurus Haowen barang sebentar. Lagipula Sehun tak terganggu untuk itu.

"Apa kau terganggu dengan Haowen?"

"Terganggu apa, dia darah dagingku" Elak Sehun pada sang istri. Lagipula kenapa ia harus terganggu dengan hasil olahraga malamnya bersama Luhan.

"Aku salut padamu"

Sehun mengeryit mendengar ucapan itu. Merangkul bahu Luhan seketika, dan mencium pipi sang istri dengan sayang.

"Aku akan berusaha menjadi suami yang berguna untukmu" Luhan terenyuh, merasa hatinya menghangat saat Sehun mengucapkan itu. Sehun sudah sangat berguna baginya, jadi apa lagi. "Kau sudah sangat berguna Sehun" Luhan memeluk Sehun erat dan dibalas serupa olehnya.

"Aku bahagia Lu, terimakasih untuk semuanya" Sehun mencium puncak kepala Luhan, menyatakan jika ia benar – benar bahagia bersama Luhan sekarang. Meski dulu sempat ada sesuatu yang membuat Sehun cemas, namun seiring berjalannya waktu Sehun mengetahui jika takdir tak sesuai dengan arah pemikirannya.

"Lihat Haowen sudah tidur pulas Lu"

"Lalu?"

"Kau itu tak peka sekali aiishhhh" Gemas Sehun pada istrinya, mencubit pipi berisi Luhan kemudian mengelusnya lembut.

"Ini masih siang Sehun, nanti malam bagaimana?" Sehun bungkam, seraya berpikir. Ya tidak masalah seperti itu, mungkin Luhan takut jika Haowen kembali bangun dan menangis, membuat kegiatan mereka akan berantakan nanti.

"Jangan pergi kemana – mana dulu ya, aku masih rindu padamu" Sehun merangkul bahu Luhan. Sikapnya menjadi lebih manja dari sebelumnya. Entah kenapa akhir - akhir ini Sehun selalu melakukan itu, hanya saja ia takut Luhan tak perhatian lagi padanya.

"Kau ini kenapa jadi manja sekali. Sekarang adalah kebalikannya, suamiku yang butuh perhatian lebih dan aku harus melayaninya, begitu?" Protes Luhan meski masih terdengar lembut ditelinga Sehun.

"Kau memang harus melayaniku setiap saat Lu" Sehun mendekatkan wajahnya perlahan, mengikis jarak diantara mereka. Luhan sangat yakin jika Sehun akan menciumnya. "-Apa benar kau ingin aku cium sekarang?" Pertanyaan yang sangat tiba – tiba Sehun berikan tepat ditelinganya. Luhan yang terpejam segera membuka lebar – lebar matanya, merasa dipermainkan sekarang.

Luhan mencubit pinggang Sehun, membuatnya meringis dibuat – buat. Malas ia melayani candaan Sehun, ini tak lucu padahal ia berharap sekali jika Sehun mencium bibirnya.

"Kau menyebalkan, ya sudah aku pergi ke rumah Baekhyun dulu. Mereka sedang berkumpul dan aku tak mau gagal untuk arisan ini" Luhan secepatnya melenggang pergi dari hadapannya Sehun. Sebelumnya sang suami mencekal lengannya, namun segera ditepis oleh Luhan. Dasar, siapa sekarang yang tak peka.

"Luhan sayang, apa kau ingin meninggalkan aku lagi bersama Haowen disini?" Tanya Sehun.

"Ne, kau bilang tidak terganggu. Aku akan pulang agak malam jadwalku padat hari ini, lagipula kau libur bukan" Luhan yang ingin kembali melangkah terus saja terhalang karena lengan Sehun yang mencekalnya.

"Sayang, jangan marah OK. Sini biar aku cium lagi" Dengan cepat namja tampan itu memegang bahu sang istri. Menyatukan bibir itu dengan seketika dan Luhan sedikit meringis karena gerakan yang terlalu cepat, bibirnya terasa sakit bertabrakan dengan bibir Sehun.

Luhan mendorong dada bidang itu yang sudah kelewatan mencium bibirnya. Melumat, menghisap serta menggigit. Ia tak mau tampil berantakan untuk acara nanti.

"Seh..unnhhh..Emphhh..Stopphh" Sehun tetap gencar menciumi bibir sang istri dengan ganas. Ia sebal dengan Luhan yang ingin pergi lagi meninggalkannya dirumah, sungguh ia masih menginginkan Luhan disini dan tak pergi kemana – mana.

"Aishhh..Sehun kau ini kenapa, aku hanya pergi sebentar saja ini acara penting" Luhan protes, membenarkan kembali tatanan rambutnya dan seketika pergi menuju meja rias. Ia sudah berdandan tadi dan sekarang harus berantakan lagi.

"Sayang, kenapa kau tega sekali. Baru saja pergi sekarang kau pergi lagi. Aigoooo AKU MENCINTAIMU" Teriakan Sehun membuat Luhan yang sedang berkaca seketika melebarkan matanya. Ia mendecih sebal dan segera berlari menuju asal suara tangisan itu. Gara – gara Sehun berteriak tadi, Haowen terbangun lalu menangis.

Luhan segera menggendong bocah kecil itu di pangkuannya. Menimang – nimang agar tangisan itu mereda. Berkali – kali Luhan memberikan tatapan mematikan ke arah Sehun dan namja tampan itu bungkam, ia mengaku salah.

"Ini semua gara – gara kau Sehun, lihat dia ketakutan karena suara teriakanmu..Uhh cup cup Sayanggg" Haowen yang berada di gendongan Luhan masih menangis, hingga beberapa detik kemudian suara tangisan itu reda dan tergantikan dengan suara Sehun yang meminta maaf.

"Aku lupa sayang, maaf ya Haowen jagoan daddy"

"Tak akan ku beri jatah, omongan tadi aku tarik kembali"

"Luhan sayang, tidak kumohon maafkan aku"

"Terserah"

Luhan segera berlalu dari hadapan Sehun untuk pergi menuju dapur. Ia akan membuatkan susu formula untuk anaknya dan meninggalkan Sehun yang menatap Luhan sedih. Ia tak akan mempan dengan rengekan Sehun. Ingat namja tampan itu sudah besar, bisakah bersikap sedikit dewasa. Luhan berpikir jika pemikirannya terhadap Sehun yang angkuh nan dingin ia tarik semua, karena pada kenyataannya Sehun yang ia lihat sekarang adalah sosok yang manja dan kekanakan. Ini menyebalkan, namun sialnya ia sangat mencintai namja itu.

.

.

_BinHwan_

Jinhwan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, melangkah dengan menenteng sebuah kantung kertas yang dengan eratnya ia pegang. Namja mungil itu tanpa tunggu lama segera berjalan menuju rumah berpagar hitam tersebut. Itu rumah yang ditempati Hanbin juga Baekhyun, memang tak terlalu besar namun Jinhwan merasa nyaman jika berada di rumah tersEBut. Oh ya sebelumnya ia pernah menginap di rumah ini dan apa yang ia rasakan tak seberuk yang dipikirkan. Intinya rumah itu sangat nyaman.

.

Bel pintu rumah berbunyi beberapa kali membuat sang pemilik rumah yang sedang bersantai segera berjalan menuju ke arah pintu.

Hanbin menerka – nerka siapa yang datang. Mungkin saja Baekhyun hyung yang sudah lelah berkencan dengan dokter Chanyeol dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Ya, Hanbin merasa terabaikan sekarang karena Baekhyun jarang pulang karena ia sering menginap di aparthemen milik kekasihnya.

CKLEKK

Pintu pun akhirnya dibuka, menampakan sosok mungil yang kini sudah berdiri dihadapannya. Dengan mengenakan V- neck hitam bermotif zigzag yang dipadukan dengan jeans membuat Hanbin menatap Jinhwan takjub. Ia baru ingat jika fashion milik sang kekasih memang patut diacungi jempol.

"Kau selalu membuatku terpesona" Celetuk Hanbin yang membuat Jinhwan merona.

"Aku memang keren binnie~, jadi bolehkan aku masuk?" Tanya Jinhwan dan Hanbin lupa jika dirinya belum mempersilahkan sang kekasih masuk.

"Tentu saja, pintu ini selalu terbuka untukmu" Ucapnya sebari merangkul pundak yang lebih rendah itu, menuntun Jinhwan untuk masuk kedalam.

.

"Untukmu"

Jinhwan menyerahkan kantung kertas yang sedari tadi ia bawa.

"Apa ini?"

"Buka saja. Aku membelinya saat berada di pusat pertokoan tadi, kupikir itu cocok untukmu"

Hanbin menatap sepasang sepatu ber merk berwarna merah yang diberika Jinhwan. Ia tak menyangka akan dibelikan ini oleh kekasihnya. Hanbin berterimakasih, namun ia sedikit sungkan.

"Ini mahal Jinan, aku tak bisa menerimanya"

"Aishhh, kau ini kenapa begitu. Aku membelikannya khusus untukmu. Masalah harga kenapa kau terlalu sungkan begitu, lagipula aku kan kekasihmu" Protes namja mungil itu karena Hanbin mengelak peberiannya. Hanbin berpikir sejenak, mungkin sekali ini saja hadiah mahal ini ia terima.

"Aku tak menerima penolakan, atau aku akan marah"

"Ey,ey, ey OK OK aku terima. Aku sungguh menyukainya, hanya saja aku sungkan ini terlalu mahal"

"Berhenti berbicara tentang harga. Aku tahu barang – barangmu juga bermerk kenapa kaget aku beri barang mahal lagi"

"Aishh, hanya saja itu aku membelinya dengan uangku sendiri Jinanie" Hanbin mendekat ke arah Jinhwan, merangkul bahunya kembali seraya mencium sekilas pipi itu. "-Terimakasih hadiahnya sayang. Saranghae" Jinhwan tersenyum malu saat mendengar ucapan Hanbin ditambah dengan namja tampan itu yang menciuminya secara bertubi – tubi.

"Jangan bahas masalah ini lagi, aku benci perhitungan soal harga, itu menyebalkan. Lagipula aku bisa memberikanmu lebih dari ini" Hanbin mengelak dengan ucapan tersebut. Meskipun Jinhwan memang terlahir dari keluarga berkecukupan, ia tak mau merepotkan siapapun.

"Aku mencintaimu bukan karena kekayaanmu. Aku mencintaimu dengan ketulusan, ingat itu" Jinhwan tersenyum mendengar ucapan itu. Hanbin juga terlahir dari keluarga berkecukupan, namun kehidupannya jauh berbeda dengan Jinhwan yang selalu dalam kemewahan. Hanbin memilih untuk menjadi pribadi yang sederhana.

Hanbin mengaku jika ucapan Jinhwan itu terlalu berlebihan. Meski kekasihnya bisa memberikan lebih dari ini, namun tetap saja Jinhwan terlihat sangat angkuh untuk itu. Ya, dirinya harus menerima kekurangan Jinhwan, yaitu terlalu angkuh dan seenaknya. Hanbin menerimanya, sangat.

"Jadi kapan rencana Baekhyun hyung dan Chanyeol menikah?"

"Mereka? Entahlah Baekhyun hyung belum berbicara lebih lanjut. Mungkin secepatnya, lagipula mereka sudah melakukan hubungan badan. Aku takut jika tidak secepatnya Baekhyun hyung akan hamil"

Jinhwan menatap Hanbin tak habis pikir. Dengan santainya berbicara seperti itu, tanpa beban apapun dan Jinhwan hanya bisa menganga menatapnya.

Merasa perubahan mimik muka yang aneh sang kekasih. Ia segera meluruskan ucapannya, benar – benar ucapan tadi adalah murni ketidaksengajaan.

"Bukan bukan, maksudku mereka sudah terlalu lama berpacaran. Aku rasa mereka harus secepatnya melakukan pernikahan. Ya begitu" Hanbin berpura – pura jika ucapan tadi adalah salah. Ia meralatnya dengan menjelaskan ulang ucapan itu.

"Aku tidak bodoh sayang"

"Ehhh"

"Jadi mereka sudah melakukannya? Cepat sekali" Ucap Jinhwan seraya berpose layaknya seseorang yang sedang berpikir.

"-Jadi, kapan giliran kita"

"Mwooo"

.

.

.

_ChanBaek_

"Chanyeol-ahh aku takut" Baekhyun berulang kali merengut, mengusap – usap perut ratanya tersebut. Baekhyun sedang ketakutan sekarang, ia takut Chanyeol meninggalkannya.

"Kenapa takut? Aku akan bertanggung jawab sayang. Lagipula ini darah daging kita" Ucap Chanyeol menenangkan.

"Tapi kapan kau akan menikahiku. Sungguh aku takut sekali jika benar ada janin di perutku. Kita sudah melakukannya. Ahhhh banyak pemikiran negatif menguasi isi kepalaku" Baekhyun frustasi, mendudukan dirinya di sofa apathemen milik Chanyeol dengan bantal yang ia letakan di atas kepala.

"Aku selalu mengulang perkataanku untuk segera menikahimu. Tapi sebelumnya kau selalu bilang jika belum siap, lantas sekarang setelah aku memperkosamu kau akan siap aku nikahi?"

Ya, sebelumnya Chanyeol selalu bilang pada Baekhyun masalah pernikahan mereka. Berulang kali hingga Baekhyun pusing sendiri untuk memikirkannya. Chanyeol selalu memintanya untuk menjawab ya, namun Baekhyun terus saja mengulur waktu dengan alasan jika dirinya belum siap. Dan setelah mengalami tanda – tanda aneh setelah mereka melakukan hubungan badan, Baekhyun baru menyadari jika dirinya harus secepatnya menikah dengan Chanyeol.

"Jadi bagaimana?" Tanya Chanyeol.

"Aku pasti mau menikah denganmu Yeoll"

"Tapi kenapa kau terus berkata belum siap, apa aku belum meyakinkan untukmu?"

"Bukan begitu, hanya saja—Akhhh sudah – sudah kau harus cepat – cepat menikahiku. Kau harus tanggung jawab"

Chanyeol terkikik melihat reaksi Baekhyun. Jika sudah terlanjur seperti ini Baekhyun baru mau untuk segera ia nikahi.

"Jika aku tidak mau bagaimana?" Bagai tersambar petir namja manis itu menatap Chanyeol tak percaya. Matanya sudah berkaca – kaca ingin menangis. Chanyeol tak sungguhan mengucapkan hal itu, ia hanya mencoba mengetes kekasih manisnya ini.

"Jika tidak mau ya sudah biar aku adukan pada eomma. Kau rupanya menyebalkan Yeoll. Aku benci padamu" Baekhyun berdiri, mencoba melangkah mengambil tas miliknya yang tergeletak di meja kerja Chanyeol. Ia ingin pergi sekarang, Chanyeol menyebalkan dan ia ingin menangis sekarang.

"Hey, mau kemana?" Tanya Chanyeol saat beberapa langkah lagi Baekhyun akan membuka pintu. Chanyeol yang panik segera menghampiri namja manis tersebut. Mungkin saja perkataannya tadi menyinggung Baekhyun, sungguh Chanyeol tak sungguhan mengatakannya.

Diraihnya lengan Baekhyun, menempelkan tangan mungil itu pada pipinya. Baekhyun sudah meneteskan air mata, ia sakit hati dengan apa yang Chanyeol ucapkan tadi.

"Aku tak sungguhan mengatakan itu Baek, aku akan menikahimu secepatnya. Jika perlu sekarang, biar aku hubungi eomma dan dijamin semuanya akan beres" Ucap namja tinggi itu seraya menghapus air mata yang berada di wajah kekasihnya.

"Itu terlalu terburu – buru..hikss"

"Kau yang memintanya bukan, sudah jangan menangis aku hanya bercanda" Direngkuhnya tubuh Baekhyun, mengusap helayan rambut halus tersebut. Baekhyun menangis sesegukan di dalam pelukannya. Chanyeol merasa sangat bersalah, ucapannya terlalu diluar batas hingga membuat Baekhyun menangis.

"Maaf ne, aku hanya bercanda"

"Bercandamu berlebihan, aku sakit hati"

Chanyeol mengecup dahi itu sesaat, merasa hatinya merasakan sakit yang sama mendengar tangisan kekasihnya meskipun teredam oleh tubuhnya.

Namja tinggi itu menuntun Baekhyun untuk kembali duduk di sofa itu. Masih tetap memeluk, Chanyeol tak ingin melepaskan Baekhyun barang sedikitpun, ia mengaku salah.

"Aku ingin kita segera menikah dan memiliki keluarga yang bahagia, kau mau kan Baekhyun?"

"Tentu saja, itu memang cita – citaku dari dulu"

"Kita akan bicarakan ini pada keluargamu juga aku. Tentang persiapan pernikahan kita nanti" Baekhyun mengangguk, seraya memeluk lebih erat tubuh tegap sang kekasih.

"Tapi, memangnya tak apa jika di hari pernikahan nanti aku sudah mengandung, aku takut bajunya terlalu kecil"

Chanyeol sedikit tertawa saat mendengar ucapan itu. Benar jika dilihat dari dekat perut Baekhyun sedikit membuncit meskipun belum terlalu besar. Chanyeol tak bisa membayangkan jika nanti Baekhyun akan mengenakan baju pernikahan dengan perut yang besar.

Baekhyun segera memukul lengan Chanyeol yang sedari tadi terus saja tertawa. Suara bassnya membuat telinga namja manis itu terganggu, suara menggema dan menyeramkan.

"Berhenti tertawa, aishhh kau menyebalkan" Baekhyun memukul sayang lengan Chanyeol, merajuk hingga mempoutkan bibirnya. Chanyeol yang gemas segera mencium bibir itu seketika, melumat, menyedot hingga Baekhyun kualahan sendiri.

Desahan terdengar kala ciuman itu semakin intim saja. Chanyeol tersenyum dalam ciuman itu, menatap Baekhyun yang masih membuka matanya meski bibir mungil itu perlahan membalas lumatannya. Aishh, mungkin saat ini Chanyeol harus segera menuntaskan sesuatu yang bergejolak dalam tubuhnya. Salahkan hormon lelakinya yang berlebih, sejak dulu ia belum melakukannya dengan siapapun namun sekarang setiap ia ingin Baekhyun pasti siap melayaninya.

"Satu ronde saja OK, pleasee~~"

.

.

.

_Happy_

Hari berganti hari dan setelah mendapatkan libur beberapa hari Sehun akhirnya harus kembali ke rumah sakit. Dengan menggendendong jagoan kecilnya, Sehun juga Luhan berjalan menuju ke arah mobil yang sudah terparkir di halaman depan. Haowen sedari tadi berada di gendongan daddynya, belum mau berpindah karena bocah kecil itu masih ingin bersama Sehun.

"Haowen daddy pergi kerja dulu ya, Haowen dengan mommy dulu OK. Pulang nanti daddy akan belikan mainan" Ucap Sehun pada sang anak. Bocah kecil dengan wajah yang mewarisi ketmpanan sang daddy hanya bisa menggeleng, jika ia belum mau untuk berpisah.

Luhan mencoba mengambil alih gendongan sang anak dari Sehun. Haowen menurut meski wajahnya sedikit menampakkan kekesalan, meski tidak menangis.

"Mau mommy bikinkan jus strawberry tidak, Haowen kan sangat suka itu" Luhan mencium pipi gembil anaknya gemas. Meskipun tak menunjukkan tanda – tanda keimutan seorang anak kecil, namun Haowen tetaplah bocah yang akan merajuk jika ingin sesuatu. Sungguh Luhan juga bingung karena anaknya ini percis sekali dengan Sehun. Semuanya dari wajah hingga sikap, mereka sangat mirip.

"Ok, aku pergi dulu ya sayang" Sehun mengecup dahi sang istri sebelum ia pergi, lalu berganti mencium wajah sang anak dengan sayang. Sehun merasa bahagia sekarang.

"Dadah Haowen, jangan nakal OK"

"Dadah daddy, hati – hati" Balas Luhan dengan suara yang dibuat – buat.

Akhirnya Sehun pun masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin itu kemudian pergi meninggalkan rumah tersebut. Luhan tersenyum sekilas dengan tangan yang melambai ke arah Sehun.

"Kajja, Haowen mau jus strawberry bukan" Ucap Luhan sambil melangkah dengan lengan yang menggendong sang anak. Mencoba masuk ke dalam rumah kembali sebelum suara seseorang yang membuatnya kembali berbalik lalu menatap kedua namja yang ia sangat kenali tengah berlari ke arahnya.

"Luhan hyung, asihhh Haoweniiee hyung merindukanmu" Itu Jinhwan dengan hebohnya mengecup pipi sang hyung kemudian mengambil alih bocah yang terlihat bingung dengan keadaannya sekarang.

"Kalian mengagetkan saja sepagi ini. Dan Jinan kenapa kau tak kuliah?" Tanya Luhan pada sang dongsaeng yang sedang menggendong Haowen. Baekhyun mengedikkan bahunya acuh, ia juga tak tahu kenapa Jinan tak pergi ke kampus sekarang, karena setahunya Hanbin sudah berangkat pagi tadi.

"Hari ini tak ada dosen yang mengajar, jadi aku ikut Baekhyun pegi ke rumah hyung. Lagipula aku rindu keponakanku, Iya kan Haowen" Luhan menggeleng menatap sang dongsaeng tersebut lalu mempersilahkan kedua namja itu masuk ke dalam rumah.

.

.

Mereka kini berada di ruang makan milik keluarga kecil Oh. Dimana Luhan yang sibuk menyiapakn beberapa hidangan yang baru saja ia masak dengan Jinhwan yang membujuk anaknya supaya makan. Luhan tersenyum sesaat melihat bagimana telatennya Baekhyun menyuapi Haowen. Luhan tahu sebentar lagi Baekhyun akan menjadi seperti dirinya.

"Hyung, anakmu hebat sekali makannya tidak rewel. Aku ingin anakku seperti Haowen nantinya" Baekhyun berucap dengan tangan yang mengelus perut ratanya tersebut. Dari arah Luhan berdiri, namja cantik itu sedikit heran dengan apa yang Baekhyun ucapkan dan yang dilakukan seperti ada yang menjanggal.

Jinhwan yang menyadari perubahan mimik wajah hyungnya segera menyenggol Baekhyun yang nampak tak sadar telah berbicara barusan. Baekhyun segera tersadar jika apa yang ia lakukan membuat Luhan menyipit kearahnya. Baekhyun tersenyum hambar yang sebelumnya melirik Jinhwan sesaat.

"Hyung, kau perlu tahu jika Baekhyun sekarang sedang mengandung anak Chanyeol" Jinhwan mengucapkan itu tanpa beban sama sekali. Wajah Baekhyun sudah merah padam, namun ia bahagia.

"MWOOO?" Respon Luhan yang berlebih membuat keduanya saling melempar senyum. Baekhyun merogoh sesuatu dalam tas yang ia bawa. Menaruh sebuah undangan di meja makan tersebut.

"Undangan pernikahanku dengan Chanyeol. Jangan lupa untuk datang"

"Kenapa kalian baru memberitahuku sekarang" Luhan segera menghampir ke arah meja makan. Meraih undangan tersebut dan menatap sebal ke arah keduanya.

"Hyung, aku tahu kau sibuk jadi aku tak ingin merepotkanmu. Lagipula semuanya sudah seratus persen siap"

"Aishhh.. Kalian ini benar – benar" Luhan mendesis, menatap Haowen sesaat yang mencoba untuk memakan makanannya meski terlihat sangat berantakan.

"Aku juga tak menyangka jika Chanyeol sudah berani menyentuh Baekhyun sebelum mereka resmi menikah, si tiang listrik itu benar – benar" Celetuk Jinhwan, yang memang dirinya pun tak menyangka dengan ini. Namun ia senang setidaknya Chanyeol bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Baekhyun.

"Selamat ya Baekhyun, aku senang mendengarnya. Chanyeol adalah orang yang baik, jangan menyia – nyiakannya atau kau menyesal" Itulah ancama Luhan yang diberikan padanya. Baekhyun mengangguk patuh, tak menyangka jika mereka akan menjadi satu keluarga.

"Aku iri pada kalian, kapan giliranku dengan Hanbin" Jinhwan merengut sambil membersihkan noda yang berada di wajah Haowen menggunakan tissue.

"Selesaikan dulu kuliahmu Jinan, nanti juga Hanbin akan siap mempersuntingmu. Asal kalian harus saling percaya satu sama lain" Nasehat Luhan untuk dongsaengnya itu. Jinhwan yang mendengarnya menjadi tak merengut lagi. Wajahnya berubah senang mendengar nasihat dari hyungnya, benar juga lagipula ia pun masih sangat muda. Ia hanya menunggu waktu yang tepat, tentunya saat ia sudah lulus nanti.

Baekhyun mengusak rambut Jinhwan dengan sayang. Ia telah menganggap Jinhwan sebagai dongsaengnya sendiri.

"Ingat itu Jinan, aku merestuimu dengan Hanbin tenang saja" Baekhyun berucap sambil terkikik, membuat Jinhwan menepis lengan itu karena menurutnya itu memalukan.

"Lagipula Hanbin sudah cocok sekali denganmu. Ia bercerita padaku, dan sepertinya akan ada kejutan setelahnya..upss aku keceplosan" Baekhyun menutup mulutnya cepat karena tak menydari apa yang barusaja ia bicaran. Itu kode keras, dan jangan sampai Jinhwan mati penasaran.

"Kejutan apa hyung? Hey ka jangan menyimpannya sendirian" Jinhwan yang penasaran mendesak Baekhyun untuk berbicara.

"Aishhh aku keceplosan tadi, sudah – sudah jika aku beri tahu nanti bukan lagi menjadi kejutan. Bodohnya aku"

Jinhwan yang menatap Baekhyun segera berpikir mengenai kejutan apa yang akan diberikan Hanbin. Uhh, ia terus menerka apapun di dalam isi kepalanya. Ia tak akan mendesak Baekhyun mengatakan itu, namun setidaknya ia tahu jika Hanbin akan memberikan kejutan yang entah berupa apa. Jinhwan hanya menunggu, meski dirinya sangat gemas juga penasaran.

"Ayo kita buat kejutan untuk Sehun, Chanyeol dan Hanbin"

.

.

.

_Sehun_

Dan dimalam itu Sehun pulang lebih awal dari biasanya. Setelah mendapat pesan dari sang istri, ia segera pulang ke rumahnya untuk menganganti pakaian. Ya, Luhan mengirim pesa padanya jika sekarang ia dan sang anak berada di rumah lamanya. Setelah mengganti pakaian, ia segera mengecek arloji dan sekarang masih pukul delapan malam.

Sehun kembali menyalakan mesin mobilnya. Berjalan menuju kediaman milik keluarga Wu tersebut. Ia sangat merindukan istri dan anaknya.

.

.

_Chanyeol_

Sama seperti sang dongsaeng, Chayeol pulang lebih awal dari biasanya. Ia berpapasan dengan Sehun sebelumnya, dan mengatakan jika ia akan pulang dulu ke rumah lalu pergi ke rumah lama Luhan. Chanyeol juga mendapat pesan jika Baekhyun sedang berada di rumah lama Luhan. Ia segera bergegas dan sebelumnya ia pulang dulu ke apathemen untuk mengganti pakaian. Kira – kira Baekhyun ingin apa ya, ia curiga.

Setelah ia tiba di aparthemen, Chanyeol segere bergegas mengganti pakaiannya. Mengambil kunci yang tergeletak di meja kerjanya lalu pergi menuju ke tempat tujuan.

.

.

_Hanbin_

Di jam delapan malam ini Hanbin tengah mengerjakan tugas kuliahnya. Memang tugas itu telah ia kerjakan di jauh hari dan sekarang ia hanya mengedit untuk memperbaiki jika ada yang salah dari tugasnya.

Namja karismatik itu merenggangkan otot – otot yang terasa kaku, maklum ia sudah ber jam – jam berhadapan dengan layar monitor hingga tak terasa sudah lama ia melakukan itu. Lupa akan makan malamnya dan sekarang ia lupa untuk mengecek ponselnya, jika begini Jinhwan akan marah besar.

Lengannya mengambil ponsel yang tergeletak di lantai beralaskan permadani itu. Mencoba membuka kunci dan melihat apakah ada pesan dari Jinhwan atau tidak. Dan ternyata dugaannya benar, banyak pesan yang masuk ke dalam ponselnya juga beberapa panggilan tak terjawab. Hanbin mengacak rambutnya frustasi, menatap ponsel itu linglung hingga beberapa saat ia membaca pesan masuk paling bawah. Dimana Jinhwan mengatakan jika ia harus datang ke rumahnya sekarang. Tanpa tunggu lama ia segera melesat mengganti pakaiannya, menyambar kunci mobil dan segera melaju ke tempat tujuan.

.

.

.

Ketiga namja cantik yang sedang menghias meja mekan itu berulang kali mengecek ponsel mereka masing – masing. Sedari tadi belum ada balasan dari masing – masing namjanya, membuat mereka kesal juga sedikit khawatir.

"Apa mereka akan datang?" Tanya Baekhyun sebari menata piring di meja makan tersebut.

"Mereka pasti datang, awas saja jika tidak" Jinhwan menimpali dengan bibir yang mempout lucu. Ia memang sedang kesal namun entah kenapa semakin imut saja.

"Ini bukan pesta sebenarnya, hanya pertemuan keluarga. Aku hanya ingin kita lebih dekat sebagai keluarga, kalian tahu bukan namja – namja kita selalu sibuk dengan pekerjaannya" Ucapan Luhan segera diangguki oleh mereka. Benar juga, beberapa minggu kebelakang ini semuanya nampak sibuk dengan kegiatannya masing – masing hingga mereka merasa waktu kebersamaan sedikit terkikis.

Disaat mereka masih menata apa yang kurang di meja makan tersebut, akhirnya ketiga namja yang ditunggu – tunggu datang. Mereka datang secara bersamaan, membuat Luhan, Baekhyun maupun Jinhwan tersenyum merekah melihatnya. Mereka sangat tampan sekali malam ini, padahal bukan acara kecan yang biasanya anak remaja lakukan.

"Mommy~~"

"Baekkie~~"

"Jinaniee~~"

Mereka bertiga merentangkan tangannya mengintrupsi untuk segera memeluk pada pasangannya tersebut. Tanpa tunggu lama mereka langsung berhambur untuk memeluk maisng – masing namjanya. Mereka merindukan ini, terutama Luhan entahlah kenangan semasa ia belum memiliki anak terulang kembali.

"Mommy aku merindukanmu..Cup" Ucap Sehun sambil mencium dahi Luhan.

"Baekkie~, aku tahu kau merindukanku" Itu ucapan Chanyeol yang terlalu pede dan dibalas desisan oleh Baekhyun.

"Jinaniee~, maafkan aku tak membalas pesan darimu" Jinhwan memeluk erat kekasihnya, tidak masalah jika Hanbin tak membalas pesannya asalkan ia menuruti apa yang ia perintahkan untuk datang ke rumahnya.

"No problem yang penting kau datang, aku senang" Jinwha memeluk tubuh sang kekasih dengan erat, seakan sudah lama sekali mereka tak bertemu.

Jinhwan melepas pelukan itu, menangkupkan tangannya pada wajah Hanbin yang ia tekan hingga membuat bibirnya maju beberapa senti kedepan.

"Kau tampan sekali..Cup" Jinhwan mencium lagi bibir Hanbin, kemudian memeluk leher itu kembali. Uhh, ia merindukan Hanbinnya karena sudah agak lama mereka tak bertemu karena kesibukan Hanbin sendiri.

"Aku memang tampan" Ucap Hanbin padanya.

.

Merasa waktu terasa begitu cepat, juga perut masing – masing yang sudah meronta ingin diisi. Akhirnya atas intrupsi Luhan mereka semua duduk di kursi masing – masing. Luhan tahu ketiga namja ini pasti belum makan. Sehun juga Chanyeol yang baru pulang kerja juga Hanbin yang pasti sibuk dengan persiapan ujiannya.

"Kau juga makan Lu" Ujar Sehun saat istrinya sedang mengambil makanan untuknya.

"Iya, sebentar aku siapkan dulu untukmu"

Mereka makan dengan tenang, meski diselingi candaan dari Chanyeol. Masing – masing meraskaan kebersamaan ini, nyaman dan kekeluargaan. Tak menyadari jika dulu mereka adalah sosok yang tak saling mengenal juga ada sama masalah diantaranya. Namun seiring berjalannya waktu semua berubah, malah sangat berubah membuat masing – masing namja atu berpikir apakah ini kebahagian yang sebenarnya. Jelas, meski awal mereka sulit meraih kebahagian itu namun seiring berjalannya waktu takdir mempertemukannya. Membuat sebuah kanvas varu yang siap untuk mereka buat ukiran baru.

Intinya mereka semua bahagia. Tak penting jika masalalu kembali mengusik lagi. Mereka sangat paham dan akan menghiraukan itu. Karena yang terpenting adalah kebahagian masing – masing yang harus terus dijaga juga saling percaya.

"Lu aku tak melihat Haowen. Anakku dimana?"

"Dititipkan pada eomma. Sekarang kita nikmati dulu triple date ini"

"Apa saat ini kita kembali menjadi remaja?"

"Kau sudah hampir tigapuluh tahun, kau sudah tua Yeollie"

"Kita yang masih remaja, iya kan Hanbiniie~?"

"Aku tak setuju denganmu"

"Aishh, menyebalkan. Terserahmu"

.

.

.

.

END

Endingnya gak gereget banget tanpa NC yang biasa suka nimbrung. Abis lagi puasa sihhh jadi nahan untuk bikin begituan.

Oh ya kalo yang suka baca wattpad aku punya akun *Gkadaygnanya" dengan nama yang sama. Disitu bagi yang suka sama Binhwan couple coba liat deh, ya meski baru post satu doang trus belom ada yang baca lagi#Sakit.

Ok semoga epilog ini gak ancur banget hehe.

Maaf kalo typonya banyak banget, udah di edit tapi suka ngaco gitu maklum abis saurr heheh