Yuhiko Aya : Hai! Cie yang udah selese UN dan tinggal santainya /gak/ Oh okay sip kalau tahun kelima. Saya udah bikin covernya loh :D Eh Mas tersipu-sipu gara-gara kamu bilang ganteng. /kamu emang ganteng mas-san :') Dan ini update nya yhaaa semoga sukak xx
.
.
.
A/N : OUWYEAH! I'M BACK BBY! Dan saya minta maaf kalau misalkan chapter ini bakal penuh drama yang berlainan dengan manga-nya. Hueee. Btw, saya udah baca manga Kekkaishi, dan jujur saya kecewa. PARAHNYA Saya malah kudu nangis sendiri tiap bayanginnya. Ah sudahlah, silakan membaca chapter ini karena ini salah satu chapter penting, saya mau nangis dulu. T_T
Masamori : "Shh.. udah jangan nangis. Mas disini buat kamu kok. :')
Lucius : "Who the hell are you?"
Masamori : "I'm her husband."
Lucius : WH-? *keluarin wand*
Masamori : *siap meng-ketsu*
Shadz : "I think i should go now. Dah! Dont forget to read and review or they'll fight." *disapparate*
WolfShad'z xx
.
.
.
Disclaimer : Kekkaishi hanya milik mbak Yellow Tanabe seorang. Harry Potter kepunyaan Bunda JKR.
Title : The Other Dimension
Genre : Adventure, Fantasy, Supranatural, Drama and a bit Romance.
Rating : T
Summary : Masamori mencoba menerobos masuk kedalam Shinkai untuk membebaskan Yoshimori dan Sen. Disisi lain, ikatan antara Yoshimori dan Tokine dan kekuatan Zekkai Masamori membawa mereka semua kedalam sebuah dimensi lain yang didalamnya terdapat kehidupan para penyihir. Apakah yang akan terjadi kepada Masamori, Yoshimori, Tokine dan Sen? Bisakah mereka kembali ke tempat mereka berasal?
Warning : Karakter yang mungkin OOC, Typo dan tata bahasa yang berantakan. Read with your own risk.
Setting : Setelah pertempuran akhir di Kokuboro.
-Pikiran-
'Bahasa Jepang'
Flashback
Bahasa Inggris
Normal
.
.
.
Masamori terbangun dari tidurnya begitu kejadian itu terputar lagi didalam kepalanya. Saat ia terbangun, ia merasakan rasa sakit di tangan kanannya yang patah menjadi sedikit hilang. Lantas, ia menyentuhnya, merasakan tulangnya sudah agak kembali normal dalam satu malam. Ia mengakui jika ramuan yang diberikan Poppy Pomfrey semalam benar-benar menakjubkan. Dalam satu malam saja tulangnya sudah membaik, dan memar ditubuhnya menghilang, meskipun harus tetap menggunakan gips.
"Dunia sihir benar-benar mengagumkan." Ia bergumam.
Masamori terbangun sepuluh menit lebih awal dari biasanya ia bangun. Tidurnya cukup nyenyak sebelum terbangun gara-gara ingatan itu. Selain itu makanan yang disajikan disini jelas jauh lebih baik daripada makanan di Kantor Pusat Urakai. Sungguh, Masamori bersumpah tidak akan pernah memakan makanan sampah dari Urakai lagi karena itu memang bukan makanan manusia. Lebih tepatnya, itu adalah makanan untuk para monster. Jika bukan karena Yomi yang diam-diam membawakannya makanan manusia yang layak, mungkin Masamori akan kehilangan puluhan kilo berat badannya.
Masamori merasakan ada yang datang, ia pun langsung berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang santai. Ia bersiap memberi serangan terhadap apa saja yang mungkin akan berbahaya. Masamori membuat posisi jongkok seperti sedang start dengan tangan kanan yang bersiap untuk menyerang seadanya; meskipun tangannya harus gips dengan posisi membentuk sudut siku-siku.
Apa ia bisa membuat Kekkai, tentu saja masih bisa. Hanya saja, kekuatannya akan sedikit menurun karena tidak dapat menggunakan tangan kanan sepenuhnya. Saat ia berkonsentrasi untuk menyerang, ia mendengar suara. Suara itu muncul dari samping meja. "Apakah Minnie membangunkan tuan?" seorang peri rumah tiba-tiba bersuara. Ia berdiri di samping meja yang sudah penuh makanan ringan dan minuman—teh yang hangat.
Masamori kaget, ia melihat makhluk aneh dengan bola mata besar berwarna hijau yang bersinar. Telinganya besar, dengan kepala yang cukup kecil. Ia tidak merasakan energi negatif apapun dari makhluk ini. Jika diperhatikan lagi, makhluk itu cukup menggemaskan.
"Makhluk apa kau ini? Bagaimana kau masuk?" Masamori bertanya.
"Minnie adalah peri rumah Hogwarts. Minnie menerima perintah dari Master Dumbly-dore untuk melayani Master Masamori Sumimura dan teman-temannya." Ia menjelaskan dengan bahasa yang kacau.
Masamori mengangkat alisnya sebelah, ia turun dari kekkai-nya dan menghampiri peri rumah bernama Minnie itu. Masamori berlutut dihadapannya, menamatkan kembali pandangannya kepada peri rumah berpakaian jelek tersebut. "Peri rumah?"
"Ya, Master Masamori Sumimura. Peri rumah bekerja pada penyihir dan melayani semua kebutuhan mereka dengan sebaik mungkin. Dan sekarang ini Minnie telah menyetujui Master Dumbly-dore untuk memenuhi semua kebutuhan Master Masamori Sumimura dan teman-temannya." Jawabnya panjang.
"Ah," ia menjawab tanpa suara. "Terima kasih, Minnie." Masamori berujar dengan ramah.
Senyuman diwajah Minnie melebar, menunjukkan gigi-giginya yang kuning tetapi rapi. Matanya memandang Masamori dengan penuh cahaya bangga. Masamori tidak mengerti kenapa Minnie begitu berseri-seri seperti itu setelah mendengar ucapan terima kasihnya. Toh, bukankah ucapan terima kasih itu sebuah ungkapan umum? Masamori memilih diam, tidak berkomentar apapun.
"Minnie merasa terhormat bisa melayani Master Masamori Sumimura." Ucapnya sopan. Ia kemudian menghilang, dan kembali kedapur untuk menyelesaikan kegiatannya yang tertunda.
Masamori melihat makanan ringan dan teh yang sudah tertata rapi di meja. Ia tidak melihat ada jam, jadi ia tidak tahu pukul berapa sekarang tepatnya. Ia teringat jika dirinya memiliki ponsel, dan mungkin saja masih mempunyai kesempatan untuk terhubung dengan siapapun yang bisa ia jangkau. Ia merogoh saku baju-nya, mengambil sebuah ponsel berwarna hijau kebiruan dengan model buka-tutup. Masamori membukanya, melihat waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore waktu Jepang. Ia menyadari jika ia berada di tempat yang berbeda, jadi ia meng-set waktunya menjadi waktu Inggris, yakni sekitar pukul 7 atau 8 pagi.
Masamori membuka kontak buku telepon, ia mencoba memanggil kediaman Sumimura—rumahnya. Namun usahanya gagal dan sia-sia. Ia tidak mendapat sedikitpun jangkauan signal atau apapun, dan ponselnya tidak berfungsi apa-apa selain sebagai penunjuk waktu dan pajangan biasa. Ia berpikir untuk mengirimkan Shikigami, dengan harapan menemukan informasi apapaun yang dapat membawa mereka kembali ke Karasumori ataupun Kurosusuki.
Masamori mendesah, ia menggeletakkan ponselnya di meja. Ia duduk di kursi, mengambil beberapa lembar Shikigami untuk mencari jalan keluar kembali menuju tempat mereka menghilang. Masamori melempar kertas dengan gambar persegi tunggal di udara, dan dalam sekejap berubah menjadi sekumpulan merpati berwarna hitam dengan lambang kotak berwarna putih di dada mereka. Mereka semua memandang sang Master, menunggu perintah.
"Tolong cari informasi apa saja." Ia memerintah dengan suara yang berat, matanya yang tajam memandang dengan serius.
"Baik." Mereka bersuara secara bersamaan, lalu mulai mengepakkan sayap-sayap mereka keluar jendela.
Masamori berdiri dari duduknya, ia berencana untuk berjalan-jalan keluar kastil. Ia penasaran dengan pemandangan diluar kastil saat pagi seperti ini. Misalnya, aroma khas danau hitam, bercampur dengan aroma pepohonan dan udara pagi yang sejuk. Suara burung-burung yang berkicau saling bersahutan ditambah dengan sinar matahari pagi yang menyehatkan. Bukankah itu aroma yang menjanjikan dan menenangkan pikiran?
Dumbledore memberikan ruangan seperti apartemen dengan empat kamar, ditambah dengan ruang bersantai dan meja makan. Dua jendela besar yang menunjukkan pemandangan ke lapangan. Samar-samar, Masamori bisa melihat ada hutan yang luas. Lampu lilin gantung yang terbuat dari perak itu sudah padam, Minnie yang memadamkannya. Ruangan ini hanya diberikan kepada orang-orang tertentu, atau kepada tamu kehormatan Hogwarts. Dan nampaknya, Dumbledore serius dengan ucapannya yang ia katakan semalam mengenai dirinya merasa terhormat bisa memberi pelayanan kepada Kekkaishi dan temannya—Sen.
Dumbledore juga mengatakan jika Masamori akan mendapatkan ruangan pribadi begitu semester dimulai. Ia juga menegaskan jika Yoshimori, Tokine dan Sen akan dimasukkan ke asrama yang tepat—yang sesuai dengan sifat dan karakter mereka. Selain it pula, Dumbledore meminta bantuan kepada Masamori mengenai suatu hal. Ia tidak tahu bantuan apa yang akan diinginkan pria yang energinya begitu kuat dan tebal itu. Apapun itu, intuisinya berkata jika semua saling terhubung.
-Melihat apa yang terjadi, sepertinya kami akan tertahan agak lama disini. Jika saja aku bisa menghubungi orang-orangku.- Pikir Masamori dalam diam. Ia menuangkan teh kedalam sebuah cangkir berwarna putih, lalu menyeduhnya.
Ia mungkin akan menyukai Hogwarts, dan akan merasa senang jika bisa tinggal disini selama mungkin. Tapi sayangnya, banyak urusan di Jepang yang harus ia kerjakan. Salah satunya, menumpas semua pengkhianat didalam Urakai, mengubur bulu Kouya di tanah yang di segel oleh Tuan Hazama Tokimori. Selain itu, harus ada yang memimpin pasukannya. Ia bisa mengandalkan Hatori, tapi yang ia khawatirkan adalah jika dewan Urakai yang berkhianat, terutama Ichiro Ougi akan memanfaatkan perginya Masamori untuk mengambil alih Karasumori sewaktu-waktu. Mereka semua—para dewan Urakai kecuali Masamori, adalah monster. Dan insting monster itu bisa keluar kapan saja tanpa bisa ia prediksi.
Masamori mengambil ponselnya, bersamaan dengan itu, ia mendengar suara pintu kamar disamping kamarnya terbuka. Ia menoleh, melihat Tokine keluar dari kamarnya mengenakan piyama tidur yang dipinjamkan Hogwarts padanya. Masamori mengakui jika Tokine memang cantik, juga pintar serta berani yang mana kategori gadis idamannya. Ia pernah menyukai Tokine saat muda dulu, namun untuk saat ini ia tidak tahu kepada siapa perasaannya berlabuh. Perasaan Masamori kepada Tokine untuk saat ini tidak lebih seperti seorang kakak kepada adik perempuannya.
Well, untuk Tokine kepada Masamori, mungkin Masamori akan membiarkan waktu yang menjawabnya.
"Ah, Tokine-chan. Kau sudah bangun," sapanya dengan ramah. Masamori membenarkan tangannya yang tergantung dengan kain didadanya. Ia masih dalam tahap penyembuhan.
Tokine tersenyum, menyapa Masamori balik dengan nada ramah tapi malu-malu kucing. "Ah, iya." Masamori melihat Tokine mengangguk cepat. "Bagaimana tanganmu, Masamori-san?"
Masamori melihat tangannya, mulai bisa menggerak-gerakkannya sedikit. "Sudah mulai membaik, aku tidak menyangka akan pulih secepat ini. Sepertinya, ramuan yang ku minum semalam benar-benar manjur." Masamori menjawabnya dengan panjang, ia memandang lawan bicaranya dengan senang hati.
"Syukurlah." Tokine menjawab singkat.
Masamori mengangguk, ia menarik nafas panjang hingga bisa merasakan bau batu beton merasuk kedalam hidungnya, memenuhi setiap ruang didalam paru-parunya. "Aku akan mencari udara segar," Masamori bersuara, ia masih memandang Tokine yang menunggu kata-katanya selanjutnya dengan sabar. "Apa kau mau ikut, Tokine-chan?"
Tokine merasakan pipinya memerah, tetapi ia mencoba untuk tetap terlihat santai dihadapan Masamori. Ia tidak ingin terlihat bodoh didepan Masamori Sumimura, pria yang menjengkelkan dengan pikiran yang sukar ditebak. Selain itu ia juga jauh lebih tinggi dari Tokine, yang mana salah satu karakteristik pria yang ia inginkan. Tokine tidak menolak ajakan Masamori, tentu saja.
"T-Tentu. Aku akan senang." Ia mengangguk cepat.
-OoooO-
Matahari pagi bersinar , mulai menghangatkan tubuh siapa saja yang ada dibawahnya. Sebuah sinar yang menghangatkan, menyehatkan dan penuh manfaat bagi manusia. Awan-awan dilangit dengan bentuk abstrak terus melaju mengikuti kemanapun arah angin membawanya. Beberapa diantaranya sudah berada diatas menara tertinggi Hogwarts, dimana asrama Gryffindor berada.
Jam raksasa di Hogwarts terus berjalan, menunjukkan pukul 8.15 pagi. Masamori dan Tokine berjalan berdampingan ditepi hutan, tak jauh dari pondok Hagrid yang nampaknya belum memulai aktivitas pagi. Pemandangan disini sangat indah, dan masih sangat alami, sama sekali tidak terjamah oleh teknologi. Selain itu, suasana yang tenang, sunyi begitu damai, hingga membuat pikiran yang tadinya kacau menjadi sedikit tenang. Ditambah, udara pagi ini tidak begitu dingin, sehingga Masamori maupun Tokine tidak harus mengenakan jaket yang tebal.
"Disini begitu sunyi dan tenang, mengingatkanku akan Karasumori dulu." Masamori membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Tokine menghela nafas berat, sesuatu tengah terjadi didalam kepalanya, dan ini sedikit mengundang rasa penasaran Masamori. Namun ia bukan pria kepo atau banyak bertanya, ia lebih suka menggunakan intuisinya, yang hampir selalu benar.
"Mereka pasti mengkhawatirkan kita," ujarnya pelan. Masamori bisa mendengar nada getir dari suara Tokine.
"Benar. Aku sudah mencoba untuk menghubungi Hatori dan rumah, namun aku sama sekali tidak mendapat jangkauan signal. Aku juga mengirim beberapa Shikigami untuk mencari apapun. Pasti ada celah." Ia menjawab datar, kemudian mengambil ponselnya.
"Kau membuat Shikigami?" Tokine bertanya, agak terkejut. Ia sama sekali agak tidak menduga jika Masamori membuat Shikigami untuk mencari informasi. Ia juga bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa hal tersebut tidak terpikir olehnya?
Ia tidak menjawab, hanya memberikan anggukan keren dengan tangan terlipat. Seringai misteriusnya itu tidak pernah lepas dari Masamori sejak dulu, membuat orang yang melihatnya mendapat kesan jika Masamori adalah orang yang penuh dengan rahasia dan teka-teki didalam hidupnya. Seringai itu juga menambah daya tarik Masamori dikalangan gadis-gadis baik tua maupun muda di Yagyou.
Well, sebut saja Yomi Kasuga. Emosi Yomi selalu naik turun saat berhadapan dengan Masamori. Iajuga peduli (atau khawatir) jika Masamori bisa terbunuh oleh kenekatannya dengan Ichiro Ougi.
Masamori tidak mengatakan apa-apa, ia langsung melompat, dan membuat tangga Kekkai keatas. ia tahu jika tangannya belum pulih benar untuk ia gunakan membuat Kekkai, tapi ia harus melatih otot-ototnya agar tidak kaget, lagipula berkat ramuan Madam Pomfrey yang diberikan padanya, membuat rasa sakitnya menghilang. Hanya tinggal tulangnya saja yang menyesuaikan dengan jalur yang benar.
"Masamori-san, apa yang kau lakukan?" Tokine berteriak. "Tanganmu masih belum pulih!"
"Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tapi aku punya firasat jika mungkin kita akan tertahan disini agak lama." Ia menjawab lagi, menyampaikan firasatnya kepada Tokine secara langsung.
Tokine akan menyahut namun lagi-lagi Masamori sudah menjauh dari Tokine. Ia semakin tinggi menuju menara astronomi untuk mencari jaringan apapun yang bisa ia jangkau. Masamori tidak bisa diam begitu saja, pekerjaan yang harus ia selesaikan masih banyak. Selain itu yang paling penting ia harus mencari cara untuk mencegah Ichiro Ougi mengambil alih semua yang ada di Urakai maupun Karasumori sendiri. Dengan tidak adanya Yoshimori dan Tokine, Karasumori akan rentan untuk diserang. Bahkan sangat memungkinkan jika Karasumori tengah diincar oleh Ayakashi kuat dengan level yang lebih tinggi daripada Sakon maupun Gagin.
Tokine merasa tidak terima karena ternyata Masamori juga punya sifat Yoshimori yang tidak disukai oleh Tokine; keras kepala dan seenaknya sendiri. "Masamori-san! Tunggu!" Tokine berteriak lagi.
Masamori berhenti di Kekkai nomor tiga yang ia buat, melihat Tokine sebentar, lalu kembali melihat tempat yang ia tuju. Ia melanjutkan langkahnya lagi, kekkai yang ia buat semakin tinggi. Perlahan-lahan, Kekkai yang ia pijak sebelumnya menghilang. "Tunggu!"
Masamori berhenti, ia menunggu Tokine. Lantas setelah sudah agak dekat dengan Masamori, Tokine melemparkan pertanyaan. "Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku hanya mencoba peruntunganku, sedikit mengawasi tempat ini."
-OooooO-
Rombongan dari Yagyou telah muncul kembali di Kurosusuki. Kedatangan mereka disambut dengan sorakan senang. Kebanyakan orang yang di Kurosusuki tidak mengetahui apa yang terjadi, jadi mereka bersorak seakan-akan kedatangan mereka merupakan tanda jika mereka baik-baik saja. Walaupun yang terjadi malah sebaliknya.
Monster milik Mukade terhempas begitu Tokiko menariknya dengan Nenshi yang begitu banyak. Tenaganya masih kuat untuk ukuran nenek-nenek. Monster itu langsung terlempar lalu menghilang kembali, membuat orang-orang diatasnya menjadi ikut terlempar. Shigemori mendarat dengan baik, sementara Tokiko menjelajahi mereka dengan matanya; ia mencari Tokine yang jelas tidak ada dirombongan itu.
"Selamat datang kembali!" Sorak anggota Yagyou.
Tokiko menjadi cemas, ia pun langsung berlari dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Shigemori masih membenarkan posisi berdirinya sebelum memulai penjelesannya terhadap mantan rekan kerjanya ini. Begitu sorot mata mereka bertemu, Tokiko langsung tahu jika sesuatu yang buruk telah terjadi disana. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menuntut penjelasan kepada mereka semua.
"Dimana Ketua dan Sen?" Hatori bertanya kepada Mukade, ia menggeleng.
"Sumimura, dimana mereka?" Ia bertanya, nadanya datar.
Shigemori belum juga menjawab; tidak satupun anggota Yagyou yang ikut ke Kokuboro berani menjawab. Lantas, Tokiko bertanya lagi, kali ini dengan nada yang keras. "SUMIMURA! DIMANA CUCUKU?" Ia mencengkeram pakaian Shigemori, mengguncang-guncangnya agar ia mau berbicara.
"Aku minta maaf," jawab Shigemori pelan.
"Apa maksudmu?" Tokiko menuntut jawaban, bukan permohonan maaf.
"Mereka menghilang." Suara Shigemori menjadi lirih, tidak ada nada kasar seperti biasanya.
Tokiko bak tersambar petir, ia tercengang dengan apa yang keluar dari mulut Shigemori. "A-Apa maksudmu mereka menghilang?" Tokiko bertanya lagi.
Shigemori menarik nafas panjang, ia pun duduk bersila disebuah batu besar diatasnya. Ia menceritakan kembali apa yang terjadi disana sebenarnya, tanpa ada sedikitpun yang dikurangi. Ia menceritakan dengan detail Shinkai yang melindungi Yoshimori dan Sen didalamnya, juga Masamori yang mencoba menerobos masuk menggunakan Zekkai. Shigemori juga menegaskan, meskipun mereka sedang dilingkup benda aneh seperti Zekkai, tapi mereka masih bisa berkomunikasi.
Ekspresi Tokiko berubah menjadi keras begitu Shigemori mengatakan jika Tokine berhasil masuk kedalam Shinkai dan membangunkan Yoshimori. Hakota juga menambahkan apa yang ia lihat, jika kontak fisik antara Yoshimori dan Tokine lah yang membuat portal tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya benar, tetapi penjelasan Hakota mengenai apa yang dilihatnya cukup masuk akal. Hakota tidak mengetahui apa-apa tentang Kekkaishi, ia hanya memberitahukan apa yang dilihatnya. Itu saja.
Setelah itu, mereka sudah ditelan oleh cahaya yang amat menyilaukan. Cahaya seperti Shinkai tetapi lebih seperti lubang portal dengan warna-warna aneh disekelilingnya. Lalu setelah mereka masuk kedalam lubang itu, tidak ada sedikitpun yang tersisa dari mereka di Kokuboro selain kepulan cahaya yang hilang lima detik setelahnya. Tidak ada satupun diantara mereka mengerti apa yang terjadi. Bahkan mata ajaib Hakota juga tidak dapat sepenuhnya menjawab pertanyaan itu.
"Jadi, kau melihat mereka masuk kedalam cahaya putih?" Tokiko bertanya kepada Hakota.
"B-Benar." Ia mengangguk cepat.
Tokiko akhirnya diam, ia tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka. ia hanya memikirkan bagaimana keadaan Tokine sekarang. Dari apa yang dikatakan Hakota, ia mengatakan jika mereka masuk kedalam dimensi yang baik dan seimbang; tidak seperti Kokuboro yang sudah hampir runtuh. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun, karena ini jelas diluar kendali mereka sebagai Kekkaishi meskipun mereka juga pewaris sah.
"Kita akan pergi ke tempat Uro-sama." Shigemori menyarankan dengan pelan. "Beliau mungkin punya jawaban yang bisa memberitahu kita apa yang sebenarnya terjadi," sambung Shigemori. Suaranya masih parau, gelisah dan bimbang.
"Benar. Hanya kita berdua saja yang akan kesana besok pagi, mereka terlalu lelah," Kata Tokiko. Ia melihat beberapa anggota Yagyou yang nampak kelelahan mengingat mereka sudah dua hari tidak tidur sejak penyerangan ini.
Shigemori mengangguk paham. Ia menghampiri Hatori yang berusaha menghubungi Masamori melalui ponselnya. Hatori mendongak begitu ia merasakan Shigemori mendekat kearahnya. Ia menurunkan ponselnya, memandang Shigemori lalu membungkukkan badannya untuk memberi salam. "Apa kau bisa menghubungi Masamori?"
Hatori melihat ponselnya, lalu menggeleng. "Nomornya tidak dapat dihubungi," jawabnya pelan.
"Jelas tidak bisa." Ia membatin.
Pandangan mereka tertuju kepada kertas-kertas mantra yang digunakan membuka pintu dunia lain. Kertas-kertas itu terbakar habis tanpa sisa, portal tempat mereka masuk juga menghilang hanya menyisakan sebuah gua yang gelap dan kosong. Butuh waktu lama untuk membuat portal itu ke Kokuboro yang telah runtuh. Shigemori tahu apa artinya; yakni jalan utama Kokuboro sudah rusak atau hancur.
"Apa kau yang bertanggung jawab atas mereka?" Shigemori menanyakan status Hatori saat ini; sebagai wakil ketua. Hatori mengangguk. Lalu Shigemori melanjutkan, "Perintahkan anggotamu untuk bersiap. Kita akan kembali ke Karasumori sekarang."
"Lalu bagaimana dengan mereka?" Hatori bertanya. Ia cemas jika orang yang ia hormati dan saudara seperguruannya tidak bisa kembali.
Shigemori menggeleng. "Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang, Hatori-san," ia menegaskan.
"Aku mengerti." Ia menjawab pasrah. "Lalu, apa rencana Anda, Shigemori-sama?"
Shigemori memandang Hatori tajam. Ia tidak punya pilihan lain selain menceritakan ini kepada Hatori. "Aku dan Tokiko akan pergi ke Mushikinuma besok. Mungkin Uro-sama bisa membantu kita sedikit," ujarnya pelan. Ia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan ini. "Dan tolong jaga rahasia ini."
"Baik." Ia membungkuk, lalu memerintahkan mereka bersiap untuk kembali.
-OooOooO-
Mereka duduk diatas Kekkai yang dibuat oleh Masamori, jauh diatas awan. Tokine agak jauh disebelah kiri Masamori, ia ikut memandang danau hitam yang berkilau terkena sinar matahari. Tokine bertanya-tanya mengenai bagaimana keadaan Karasumori saat ini, mengingat dirinya tengah jauh dari Jepang. Ia tahu jika disana masih ada Yagyou dan kakek neneknya, tetapi Tokine tidak bisa membayangkan kemungkinan terburuknya.
-Apa tidak apa-apa kami terlalu jauh dengan Karasumori?- Tokine membatin. Matanya yang bersinar memandang cumi-cumi raksasa yang muncul dipermukaan. Ia agak terkejut, namun membiarkannya selama tidak membahayakan dirinya dan Masamori. Yah, Tokine merasa selama ada Masamori, semuanya menjadi mungkin. Sayangnya, Masamori sedang dalam kesehatan yang kurang baik.
"Tokine-chan, menurutmu apa yang akan dikatakan oleh Dumbledore-sama?" suara Masamori mengganggu lamunan Tokine tentang hal yang sama.
"Eh?" Tokine agak terkejut. "Mengenai permintaannya yang menyuruhmu menjadi pengawas?" Tokine bertanya untuk memastikan topik yang mereka bicarakan.
Masamori mengangguk dalam diam, menandakan jika Tokine tahu apa yang akan mereka bicarakan. "'Kau akan menjadi pengawas mereka dan murid disini. Ada beberapa situasi yang tak bisa ku kendalikan, dan aku akan terhormat jika kau bisa membantuku.'" Masamori mengutip kata-kata Dumbledore dini hari tadi.
"Itu agak sulit disimpulkan. Bukankah aneh jika kepala sekolah sampai tidak dapat mengendalikan situasi sekolah yang ia pimpin?" Tokine menyampaikan keraguannya. "Kecuali ada pihak lain yang lebih tinggi ikut campur." Ia—Tokine terkejut dengan kata-katanya sendiri.
Masamori menyeringai tipis, lalu menganggukkan kepala plontosnya. "Permainan politik, benar sekali. Hal yang sama terjadi di Urakai, salah satu dewan disana secara tidak langsung bertanggung jawab atas kematian Gen." Masamori menjelaskan, hal ini sedikit mengganggu pikirannya.
"Bagaimana bisa?"
"Kau ingat saat penyerangan Kokuboro yang pertama?" Tokine mengangguk, Masamori melanjutkan ucapannya, "Dia—Ichiro Ougi sengaja mengirim Yagyou ketempat yang jauh dimana seluruh manusia dirasuki ole Ayakashi. Butuh waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan desa itu." Tokine mendengar suara Masamori bergetar, seakan-akan ia menyalahkan dirinya akan kematian Gen dan keterlambatan itu.
"Lalu, apa kata dewan tertinggi tentang itu? Apa dia mengetahui jika Ichiro Ougi berkhianat?"
Masamori menggeleng. "Tidak, karena hampir semua dewan Urakai adalah monster. Mereka berbahaya dan bisa mengambil alih Karasumori sewaktu-waktu," katanya parau. Matanya ikut memandang cumi-cumi raksasa yang kali ini kembali ke dasar Danau Hitam.
"Dan kau mengajukan dirimu menjadi dewan Urakai?" Tokine suaranya meninggi.
Masamori mengangkat alisnya sebelah, memandang Tokine dengan lirikan tajam. Ia menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, tersenyum seperti seperti orang tak berdosa. "Hanya itu satu-satunya jalan untuk melindungi Karasumori dari monster-monster itu."
-Bodoh, apa yang dipikirkannya?- Tokine membatin marah.
"Lalu, bagaimana jika memanfaatkan kepergian kita untuk mengambil alih Karasumori?" Tokine menyatakan kekhawatirannya. Ia sama seperti yang lainnya, tidak ingin ada korban lain untuk melindungi tanah yang bahkan tidak ia ketahui kegunaannya.
Ekspresi Masamori berubah menjadi dingin, tak terbaca. Tokine berhasil menebak ketakutannya. "Itu yang ku khawatirkan, Tokine-chan. Aku bisa mempercayakan semuanya kepada Hatori, tapi aku tidak yakin mereka bisa melawan mereka. Bahkan untuk melawan Ichiro Ougi saja aku tidak yakin bisa, apalagi harus semuanya."
Tokine merasa ucapan Masamori benar. Ia sudah melihat kekuatan anggota Yagyou yang mengagumkan, tetapi Tokine tidak tahu seperti apa wujud Ichiro Ougi ataupun kekuatannya. Mendengar cerita Masamori, Tokine merasa jika Ichiro Ougi adalah monster dengan level yang tinggi.
Tokine tersenyum, memberikan senyum terbaiknya. "Nenek dan Kakek Shige disana, Masamori-san. Jadi kupikir mereka akan baik-baik saja,"ujar Tokine. Ia mengucapkan itu untuk menenangkan pikirannya sendiri.
"Ya, kuharap begitu."
Terjadi keheningan selama beberapa saat. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Masamori sibuk memikirkan bagaimana mereka bisa keluar dari sana, sementara Tokine sibuk memikirkan kemungkinan terburuknya jika mereka tidak berhasil keluar dari tempat ini.
Ditempat lain, Yoshimori dan Sen terbangun oleh suara ketukan pintu. Saat mereka bangun, dan membuka pintunya, mereka mengharapkan Masamori yang mengetuk pintu; bukan pria berusia satu abad setengah. Namun pikiran itu segera dilemparkan jauh-jauh oleh Yoshimori dari otaknya, karena ia tahu jika Dumbledore ingin mengatakan hal penting hari ini juga. Hal itu mungkin berkaitan dengan kehidupan mereka di Hogwarts selanjutnya.
"Sepertinya Ketua dan Yukimura-san sudah bangun lebih dulu. Kamar mereka kosong," Sen memberitahukan kepada Dumbledore dengan santai.
Yoshimori merasa seakan-akan jantungnya tersambar petir mendengar ucapan Sen tadi. Pikiran yang tidak-tidak menghiasi pikiran Yoshimori tentang Tokine dan Kakaknya. Didalam pikirannya, ia membayangkan mereka berdua bersenang-senang sambil berpegangan tangan. Mereka tertawa seakan-akan tidak ada hari esok. Ia juga membayangkan Tokine mengatakan hal-hal manis yang membuat Yoshimori merasa geli sendiri.
"Kakak sialan!" Umpatnya dalam bahasa Jepang. Sen dan Dumbledore hanya bisa bertukar pandangan aneh. "Aku akan mencari mereka." Ia bersuara dengan tegas, matanya terbakar api cemburu.
Yoshimori mengeluarkan langsung tiga lembar Shikigami yang akan ia gunakan untuk mencari Masamori dan Tokine. Ia bersumpah, tidak akan membiarkan kakanya mengembat gadis idamannya barang sedetikpun. Ia akan mempertahankan Tokine dalam situasi dan kondisi apapun. Bahkan jika itu berarti ia harus bertarung dengan kakaknya sendiri.
"Kau posesif sekali." Yoshimori mendongkol begitu mendengar Sen mencemoohnya. Ia bahkan tidak peduli Dumbledore memandang mereka dengan aneh.
"Kalau begitu, aku akan menunggu kalian di aula untuk sarapan. Argus akan menunjukkan tempatnya kepada kalian," Dumbledore bersuara, lalu membuat dirinya keluar dari ruangan mereka dan menunggu di aula. Sen dan Yoshimori membungkuk pada Dumbledore.
"Hei, apa kau tau siapa wanita yang disukai kakakku?"
"Kenapa kau menanyakan itu?" Yoshimori tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya. ia ingin tahu apakah ada wanita yang disukai kakaknya di Urakai sana, jadi ia tidak perlu khawatir Masamori akan merebut Tokine dari tangannya. "Oh, ya ya. Aku baru ingat kalau kau menyukai Yukimura-san. Dan sekarang kau cemburu pada kakakmu sendiri," kata Sen. Ia mencemooh Yoshimori lagi.
Yoshimori merasa jengkel, ia melayangkan ketsu kepada Sen yang dapat ia hindari dengan mudah. Meski Sen tidak sekuat anggota Yagyo lainnya, namun ia sangat cepat dan gesit. Lebih gesit daripada Gen jika harus dikatakan demikian.
"Ketua pasti senang mendengar berita kalau kau cemburu," Sen menggoda lagi.
"KETSU! KETSU! KETSU! KETSU!" Sentak Yoshimori, ia berusaha menghantam kepala Sen dengan Kekkai-nya. "KAGEMIYA DASAR KAU TUKANG NGADU SIALAN!" Yoshimori memekik keras.
Sen menyeringai senang melihat Yoshimori amarahnya terpancing. Tentu ia tidak serius dengan ucapannya yang mengatakan dirinya akan mengadu kepada Masamori tentang kecemburuan Yoshimori kepada kakaknya karena sudah jalan-jalan tanpa mengajaknya. Bagi Sen, mengatakan berita tidak penting ini hanya buang-buang waktu berharganya saja.
"Hei, ada apa ini?" Masamori masuk kedalam ruang tamu dengan santainya. Tokine ada disampingnya, berjalan agak dekat. Ia sedikit terkejut melihat Yoshimori sedang bertengkar dengan Sen. Mereka nampaknya sedang bermain kucing dan tikus saja.
"Kau tahu, wajahmu lucu kalau sedang marah." Sen berkata, ia tidak mengetahui kedatangan Masamori dan Tokine. Saat ini mereka sudah ada dipintu.
"AKU AKAN MENCABIK-CABIKMU KAGEMI—"
Dua buah kekkai biru menghantam wajah Yoshimori dan Kagemiya. Yoshimori langsung telentang, Sen yang berada diatas kursi juga ikut terjatuh dengan posisi tengkurap. Yoshimori menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menahan sakit akibat Kekkai itu. Tokine hanya bisa menahan tawa, ia menutupi mulutnya dengan tangannya.
"KAU INI!" Yoshimori memekik kepada kakaknya.
"Kalian ini, baru kutinggal sebentar bersama Tokine-chan sudah membuat ribut." Masamori menceramahi mereka lagi.
Sen bangkit, sambil memegangi wajahnya yang terasa nyeri dan panas. Hantaman Kekkai Masamori tidak sekeras hantaman Yukimura saat itu, dan tangan yang patah itu pasti penyebab kekuatan Masamori berkurang. "Uh, Ketua, Dumbledore-sama menunggu kita di aula," Sen mengatakan sebagai tanda permohonan maaf.
Masamori mengangguk, lalu memerintah mereka semua, "Kalau begitu, sebaiknya kalian bersiap."
Sepuluh menit berlalu, dan Argus Filch sudah menunggu mereka dikoridor. Suara meow dari Mrs Norris menyelimuti ruangan, membuat Argus langsung menggendongnya. Bersamaan dengan itu, Masamori keluar terlebih dahulu, Sen, Tokine dan Yoshimori membuntut dibelakangnya. Filch tidak berbicara apapun selain memberi komando mereka untuk mengikutinya menuju arah dimana aula berada.
Mereka berbicara dalam diam sampai akhirnya mereka tiba di aula besar. Mereka duduk begitu dipersilakan duduk oleh Dumbledore. Pria tua itu juga mempersilakan tamu-tamunya untuk menikmati kudapan yang disajikan para peri rumah Hogwarts. Ia mengambil roti dengan telur mata sapi diatasnya, cukup banyak kalori untuk pria seusianya. Sementara orang-orang Jepang itu mengambil porsi secukupnya; kecuali Yoshimori. Ia terlihat selalu kelaparan sejak semalam. Masamori hanya menggeleng melihat antusiasme yang terpancar diwajah adiknya.
"Bagaimana tidur kalian? Aku harap Hogwarts membuat kalian merasa seperti dirumah." Dumbledore membuka pembicaraan dengan sedikit pertanyaan-pertanyaan ringan.
"Kami tidur dengan nyenyak sekali; Hogwarts membuat kami merasa seperti dirumah." Masamori menjawab dengan jujur. Ia memang tidur nyenyak semalam, namun ia terbangun gara-gara ingatan yang tidak ingin ia ingat lagi. Walaupun demikian, tidurnya memang sangat nyenyak dibanding sebelum-sebelumnya.
"Benar sekali. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali tidur seperti semalam," Tokine menambahkan. Sen mengangguk setuju, sementara Yoshimori hanya sibuk melahap makanannya. Ia seperti pertapa yang sudah tidak makan selama ratusan tahun.
"Aku senang jika demikian," ujar Dumbledore. Ia menelan makanannya, lalu menyebar pandangan kepada mereka semua. Ia berkata lagi, "Aku akan mulai mencari solusi untuk kalian hari ini. Aku khawatir, ini akan memakan waktu lama mengingat kejadian ini tidak pernah terjadi selama 500 tahun lalu."
"Kami bisa mengerti itu." Masamori sebagai yang paling senior diantara orang-orang Jepang itu menimpali ucapan Dumbledore. Jawabannya terdengar pasrah, tetapi ia tidak punya jalan lain selain menyerahkan ini kepada Dumbledore, tapi ia tidak ingin bergantung kepada orang. Ia akan mengkaji buku-buku sejarah di perpustakaan jika diijinkan, dan jika memang cerita tentang Tuan Hazama itu benar. Sayangnya, ia tidak dapat memprediksi berapa lama.
"Kira-kira, berapa lama waktu yang akan dibutuhkan, Dumbledore-sama?" Sen bertanya kepada Dumbledore.
Dumbledore menghela nafas, ia menaikkan kacamatanya yang melorot sampai ke ujung hidungnya. Mata birunya memandang mata Sen tajam, lalu menebarkan pandangan kepada mereka lagi. "Aku tidak bisa memberikan waktu yang pasti karena situasi disini semakin rumit dan diluar kendali. Tapi aku berjanji kepada kalian untuk melakukan ini secepat mungkin."
"Aku sangat berterima kasih kepadamu, Dumbledore-sama." Masamori membungkukkan badannya sedikit, lalu bangkit lagi. "Mengenai pembicaraan kita malam lalu—"
"Ah, ya itu juga. Karena kalian akan disini cukup lama, sebaiknya aku menceritakan apa yang terjadi di dunia sihir." Dumbledore memotong tanpa pemberitahuan. "Beberapa bulan lalu, Dark Lord atau Lord Voldemort telah bangkit lagi. Dia adalah penguasa kegelapan dengan sihir hitam yang luar biasa hebat, jika akuharus berkata demikian. Sayangnya, hanya segelintir orang yang percaya jika dia kembali." Dumbledore mencoba untuk menceritakan apa yang terjadi, firasatnya mengatakan jika ia bisa mempercayai orang-orang ini.
"Dan apa tujuan dari Dark Lord, jika kami boleh tahu?" Tokine bertanya.
"Ia mempunyai beberapa tujuan. Tapi yang paling pasti adalah ia ingin menjadi penguasa dunia sihir. Namun pada suatu hari belasan tahun lalu, sebuah ramalan mengatakan tentang anak yang lahir diakhir bulan Juli. Sesuai ramalan, anak itu memiliki kekuatan untuk menaklukkan Dark Lord." Ia menceritakan garis besarnya, meskipun itu hanya permulaan. "Ramalan tersebut berbunyi; 'Yang memiliki kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Kegelapan sudah dekat...dilahirkan kepada mereka yang telah tiga kali menantangnya, dilahirkan bersamaan dengan matinya di bulan ketujuh...dan Pangeran Kegelapan akan menandainya sebagai tandingannya, tetapi dia akan memiliki kekuatan yang tidak diketahui oleh Pangeran Kegelapan. Salah satu harus mati ditangan yang lain, karena yang satu tidak dapat hidup sementara yang lain bertahan." Jelas Dumbledore.
"Apa ramalan itu benar?" Yoshimori yang dari tadi hanya makan, kemudian bergabung dalam percakapan serius itu.
Dumbledore belum menjawab pertanyaan Yoshimori secara langsung. Namun ia memilih untuk menceritakan bagaimana keadaan yang sebenarnya, dan menyerahkan kesimpulan akhir kepada mereka. "Ramalan itu mengacu pada dua anak yang lahir pada akhir bulan Juli. Yang pertama, Neville Longbottom, anak dari Alice dan Frank Longbottom, yang lahir pada 30 Juli. Dan yang kedua mengarah pada Harry Potter, anak dari Lily dan James Potter, yang lahir 31 Juli."
Mereka diam, hanya mendengar cerita Dumbledore selanjutnya. Ia penasaran dengan apa yang terjadi, karena ini jauh lebih menyenangkan daripada pelajaran Sensei Kurosu yang membuat ngantuk. "Sayangnya, ramalan ini sampai ditelinga Dark Lord. Ia memilih keluarga Potter sebagai target yang akan ia bunuh, dimana pada saat itu Harry masih sangat kecil. Aku menduga, ia ingin membunuh Harry sebelum ia bisa mempelajari sihir agar tidak ada lagi yang mengancamnya."
"Lalu, apa yang terjadi setelahnya?" Yoshimori menjadi semakin tertarik dengan cerita Dumbledore yang terjadi belasan tahun sebelumnya.
"Aku berusaha melindungi mereka dengan mantra Fidelius. Sirius Black yang awalnya menjadi pemegang rahasia, malah menyarankan Peter Pettigrew untuk memegang rahasia dengan harapan dapat mengelabui Lord Voldemort. Tanpa sepengetahuan Sirius, Peter sebenarnya sudah menjadi pelayan setia Voldemort dan mengkhianati sahabat-sahabatnya. Ia memberitahukan keberadaan Potter kepada Voldemort, dan kemudian ia—Voldemort mengunjungi Godric's Hollow pada malam 31 Oktober.
"Secara mengejutkan, Harry berhasil selamat pada malam itu. Namun sayangnya, kedua orang tua Harry, James dan Lily tewas malam itu demi melindungi Harry. Adalah Lily Potter memberikan perlindungan itu secara langsung kepada Harry malam itu. Perlindungannya tidak sia-sia, dan Harry berhasil selamat dari maut malam itu."
Sebuah pikiran terlintas dibenak Yoshimori. Apapun yang digunakan Lily Potter malam itu, pasti dapat ia gunakan untuk menyegel Karasumori. Dan sudah jelas pasti, mantra apapun yang Lily gunakan untuk melindungi Harry, akan berguna untuk melindungi siapapun dimasa depan meskipun itu berarti dirinya harus berkorban lagi. "Perlindungan apa yang digunakan Lily Potter malam itu?"
Dumbledore tersenyum tipis, memandang mata Yoshimori dengan tajam. "Cinta, Yoshimori. Lily melindungi Harry dengan cintanya."
Masamori yang sejak tadi mendengarkan membuka mulutnya agak terkejut. Ia nampak ditabrak oleh sebuah ingatan atau kejadian yang sama pada malam lalu di Kokuboro dimana Yoshimori mengeluarkan Shinkai-nya. Ia saat itu tidak hanya melindungi Sen, namun juga Tokine. Ia tahu jika Yoshimori sampai terbunuh saat itu, maka Tokine dan Sen juga akan dibunuh oleh Kaguro. Jadi, Yoshimori menggunakan cintanya kepada Tokine untuk melindungi mereka—Tokine dan Sen.
–Jika benar begitu, maka kekuatan Yoshimori pada malam itu pasti murni karena ia ingin melindungi Tokine dan Sen. Mengejutkan sekali.- Ia membatin, giginya menggertak.
"Lalu bagaimana nasib Harry Potter saat ini?" Tokine bertanya.
"Ia sekarang sudah seusia kalian—Yoshimori dan Sen. Kalian mungkin akan satu asrama dengannya." Dumbledore mengatakan.
"Bagaimana bisa Pangeran Kegelapan bisa kembali hidup setelah terbunuh oleh Lily?" Masamori akhirnya bertanya.
Dumbledore mengangguk. "Pertanyaan bagus, Masamori," Ia memuji. "Ada banyak jawaban, tapi aku hanya tahu satu hal yang pasti; beberapa bagian jiwa Voldemort tinggal didalam diri Harry."
"Seperti Mudou-sama?" Sen bertanya, kali ini ditujukan kepada Masamori.
"Siapa Mudou?" Dumbledore bertanya, memenuhi rasa ingin tahunya.
"Dia adalah atasanku dulu. Ia tidak bisa mati meski sudah dibakar, dibunuh, dan aku bahkan melihatnya dikubur. Aku menduga, ia pasti melakukan ritual untuk membagi jiwanya dibeberapa benda karena sangat tidak mungkin jika manusia, monster atau ayakashi bisa melakukan hal itu." Masamori mengatakan kecurigaannya kepada Mudou yang telah memberinya kursi di anggota dewan Urakai.
Dumbledore terperangah setelah mendengar cerita Masamori tentang Mudou. "Itu dia! Lord Voldemort mungkin melakukan hal yang serupa dengan orang yang kalian panggil Mudou. Beberapa tahun lalu, Harry menghancurkan buku harian Voldemort yang berisi potongan memori...atau jiwanya."
"Apa kau tahu apa saja benda-benda itu?" Masamori bertanya, namun Dumbledore menggeleng.
"Tidak. Tapiaku akan mulai mencari dan menghancurkannya," jawab Dumbledore.
"Lalu, mengenai kebangkitannya, apa yang akan terjadi?"
"Bisa dalam beberapa tahun kedepan dipastikan ketakutan dan teror dimana-mana. Dan saat ini tidak banyak yang percaya jika dia sudah kembali, bahkan kementerian ikut turun tangan dan menganggapku sebagai orang gila yang ingin mencari ketenaran. Menteri Sihir begitu paranoid hingga ia mengirimkan orang-orang untuk mengawasiku dan para stafku, serta Harry Potter. Aku juga mendengar rumor jika akan ada guru baru dari kementerian."
"Lalu, apa buruknya dengan...itu?" Masamori berkata sambil menyeduh teh nya.
"Buruknya? Well, mungkin Hogwarts tidak lagi sama." Dumbledore menjawab. "Oleh karena itu, aku meminta bantuanmu, Masamori, untuk mengawasi mereka. Dengan adanya kementerian disekolah ini, segala kepentingan yang harus kulakukan akan menjadi rumit. Tapi aku menjamin jika mereka tidak akan macam-macam dengan kalian selama kalian bertiga tetap menjadi siswa yang mematuhi siapapun yang dikirimkan kementerian." Mereka bertiga mengangguk mendengar ucapan Dumbledore. "Jujur saja aku khawatir kementerian akan melakukan hal-hal buruk yang membuat akses Dark Lord masuk ke Hogwarts menjadi mudah."
"Tapi, bukankah kau penyihir yang kuat?" Yoshimori bertanya, agak menekan.
"Ya, aku mengakui jika aku mendapat gelar penyihir terkuat. Tapi akan beresiko jika membiarkan Dark Lord sampai masuk ke Hogwarts—keadaan akan semakin kacau."
"Kenapa kau membiarkan kementerian mengawasi murid-muridmu?"
"Aku tidak mempunyai wewenang untuk itu. Selain itu, aku harus mempersiapkan Harry atas takdir yang menunggunya didepan, masih banyak yang harus ia pelajari disini. Dia satu-satunya yang bisa mengalahkan Voldemort, bukan aku." Dumbledore menegaskan, dan jawaban ini cukup masuk akal bagi Masamori.
"Aku mengerti. Sangat mengerti." Ia menimpali sambil melirik Yoshimori. Ia melihat keadaan yang sama terjadi pada adiknya; dituntut menjadi pewaris sah padahal Yoshimori tidak menginginkannya. Masamori memandang Dumbledore lagi, lalu memberikan seringainya kepada Dumbledore. "Kau bisa mempercayakan murid-muridmu kepada kami," tambahnya dengan mantap, penuh wibawa.
Masamori melakukan itu karena ia dengan intuisinya yang tajam merasa ada sesuatu yang berkaitan dengan kedatangan mereka. Tanpa sepengetahuan Masamori, Yoshimori sebagai pewaris sah juga merasakan hal yang sama. Mereka tidak tahu apa yang berkaitan itu, dan akan mencari tahu. Akan sangat membosankan jika ia hanya tinggal di Hogwarts tanpa mendapatkan tujuan khusus, sementara Yoshimori, Tokine dan Sen akan mendapatkan kehidupan sekolah.
Mendengar penjelasan Dumbledore, Sen agak keberatan jika harus menuruti perintah orang lain selain Masamori. Yoshimori mungkin tidak begitu peduli, seperti yang ia lakukan di Akademi Karasumori dulu; tidur dikelas. Tokine akan melakukan apa yang dikatakan Dumbledore. Tapi, satu hal yang pasti, Masamori akan melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Meskipun itu berarti ia akan terjun lebih dalam kedalam urusan yang tidak pernah ia hadapi sebelumnya.
"Aku ucapkan terima kasih kepada kalian." Dumbledore berkata, suaranya benar-benar serius. "Aku akan menemani kalian mempersiapkan kebutuhan yang dibutuhkan besok," ia menyambung ucapannya. Mereka hanya mengangguk paham.
TO BE CONTINUE...
.
.
.
.
.
M/N (Masamori's Note) : Ah, senang akhirnya chapter ini selesai. Untuk sementara, saya menggantikan Author Shad'z karena dia masih baper. (DASAR TUKANG BAPER!) Dan, Shad's bilang, chapter ini sangat susah ditulis karena butuh ide yang lebih ekstra, dan lebih logis untuk menyambungkan setiap kejadian. Well, dia memang dramatis, so abaikan saja.
So, setiap kesalahan punya Author Shad'z. Jika ada pertanyaan, silakan bertanya melalui kotak review. Shad akan saya suruh jawab sampai bisa.
Masamori S. xx