Bagi Sehun Luhan adalah gadis manja dan kekanakan. Namun kenyataannya Luhan lebih kuat dan mandiri dibandingkan apa yang Sehun bayangkan. Dan pada akhirnya, sesuatu menimpa dan penyesalan tidak dapat terelakkan.
~A Chance~
...
"Oppa!"
Satu panggilan yang berhasil menghentikan langkah Sehun. Lelaki itu menghembuskan nafas kasar sekali sebelum membalikan tubuhnya berhadapan dengan gadis yang barusan memanggilnya.
"Oppa tidak mengangkat telfonku dan membalas pesanku, sebenarnya Oppa darimana saja?" Gadis itu bergelanyut manja di lengan Sehun, terlihat menggemaskan namun Sehun tidak menyadari hal itu karena yang ia tahu hanyalah kekasihnya memiliki sifat manja dan kekanakan. Sehun tidak tertarik memandang kekasihnya yang bertubuh tinggi sepundak Sehun, bahkan ia berusaha melepaskan pegangan tangan ranting gadisnya di lengannya.
Pantaskah Sehun mengklaim gadis bernama Luhan itu sebagai gadisnya sementara sikapnya tidak pernah menunjukkan rasa cintanya kepada Luhan? Sehun terkenal dengan sikapnya yang dingin, cuek dan tidak suka keramaian, berbanding terbalik dengan Luhan yang periang dan lebih sering terlihat manja kepada orang terdekatnya. Terkadang orang-orang tidak yakin bagaimana hubungan keduanya, Luhan terlihat seperti mengejar Sehun meskipun tak jarang Sehun berada di kampus untuk menemui Luhan ataupun menjemput gadis itu setelah berkuliah.
Ia dan Luhan memang hanya terlibat perjodohan, dimana orangtua Luhan yang menginginkan Sehun menjadi pendamping putri sulungnya serta orangtua Sehun yang juga berharap banyak untuk menjadi besan teman sekolahnya dulu itu. Sebenarnya kedua pihak orangtua tidak memaksa Sehun dengan kata lain memberikan kebebasan penuh untuk pria itu menolak atau menerima perjodohan itu. Namun, sebagai putra tunggal keluarga Oh Sehun menyadari orangtuanya berharap besar kepadanya. Siapa lagi yang bisa mengabulkan permintaan Tuan dan Nyonya Oh selain Oh Sehun? Ditambah lagi orangtua Luhan yang juga berharap untuknya menerima Luhan.
Sehun memiliki pandangan sendiri terhadap Luhan. Baginya Luhan adalah gadis baik, pintar, periang, dan ramah terhadap siapapun meskipun ia merupakan putri sulung keluarga konglomerat di Korea. Sehun juga tidak bisa memungkiri kecantikan Luhan layaknya dewi dari langit, dengan kilauan mata rusa dan rambut cokelat madu sebahu yang menyilaukan. Namun Sehun juga tidak menyukai salah satu sifat Luhan yaitu sifat manjanya. Hal yang membuat Sehun membenci Luhan adalah karena gadis itu mudah merengek, ingin semua keinginannya terpenuhi, dan sering marah tidak jelas hanya karena Sehun duduk satu kursi dengan klien-nya yang -demi Tuhan Sehun pastikan- hanya rekan bisnisnya. Sehun adalah pewaris tunggal perusahaan ayahnya, jadi bukan hal tabu jika ia membicarakan bisnis bersama manusia bergender wanita.
Seharusnya Luhan sadar dan memaklumi, namun yang ada dirinya tidak mau tahu. Luhan akan marah dan Sehun tidak memiliki pilihan lain selain mengalah dan membujuk Luhan sekuat hatinya.
Luhan memang berhasil memasuki sudut hati dan otak Sehun, tapi Sehun masih belum menyadarinya dan menganggap perlakuannya selama ini hanya sekedar menghormati orangtua Luhan. Sebagian otaknya masih dipenuhi pikiran negatif tentang sifat manja Luhan yang selalu membuatnya sakit kepala.
Sehun berusaha melepas, namun Luhan kembali melingkarkan tangannya tanpa perduli tolakan Sehun. Ia tahu Sehun tidak suka bermesraan di depan umum, tapi sekali lagi Luhan tidak perduli.
"Ayolah Lu-"
"Jelaskan dulu pertanyaanku tadi!"
Pertanyaan yang mana? Sehun sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak mendengar pertanyaan Luhan.
"Ughh kau menyebalkan Oppa!" Luhan merengek dan Sehun berdecak kesal. Ia sudah pusing dengan pekerjaan kantornya dan kini ditambah rengekan Luhan. "Kau tidak selingkuh dibelakangku, kan?"
Pertanyaan yang sama ketika Luhan merajuk. Dan Sehun juga memberi jawaban yang sama, yaitu menjelaskan sejelas-jelasnya alasan yang dibutuhkan Luhan yang awalnya membuat gadis itu merajuk.
"Ya Tuhan, Lu. Aku baru selesai meeting, bertemu dengan tiga orang klien, lalu menjemputmu yang tidak memberitahuku sebelumnya kalau selesai kuliah jam segini. Seharusnya kau memberitahuku lebih awal, bukan langsung menelponku disaat aku meeting, Xi Luhan.", jelas Sehun dengan mempertahankan nada suaranya. Meninggi sedikit saja, maka dipastikan Luhan menganggapnya marah dan gadis itu akan semakin merajuk nanti. Sehun masih memiliki jadwal lain selain membujuk Luhan yang merajuk parah.
"Oke. Aku mengerti."
Lingkaran tangan di lengan Sehun berubah menjadi tarikan-tarikan halus di ujung kemeja Sehun. Siapa lagi pelakunya kecuali si gadis manja? "Maaf. Aku tidak akan mencurigaimu lagi.", ucapnya lirih.
Sehun menghiraukannya, ia sudah lama tidak mempercayai ucapan Luhan yang satu itu. Bagaimana bisa percaya Luhan tidak mencurigainya sedangkan hampir setiap hari alasan yang menjadikan bahan rengekan Luhan adalah karena kecurigaannya?
"Baiklah. Ayo kita pulang."
Sehun meraih tangan kanan Luhan yang masih bertahan di ujung kemejanya. Si gadis tersenyum senang, menurutnya ini adalah salah satu tindakan romantis yang ia sukai. Meskipun tidak yakin itu romantis atau tidak bagi oranglain,tapi Luhan tetap menyukainya. Selama yang melakukan adalah Oh Sehun.
...
Luhan yang tidur adalah satu-satunya wujud Luhan yang Sehun sukai. Entah kenapa melihat Luhan tertidur lebih menarik dibandingkan saat gadis itu terbangun beserta sifat manjanya. Luhan nampak imut dan menggemaskan dalam tidurnya, bibirnya terbuka sedikit dan hembusan nafas hangat terasa di sana. Posisinya menghadap ke kiri, memudahkan Sehun melihat campuran wajah imut dan cantik alami milik Luhan dengan leluasa. Tanpa sadar bibir Sehun melengkung ke atas kendati mata tajamnya tetap memperhatikan wajah Luhan yang masih tertidur meskipun mesin mobil sudah dimatikan.
Luhan merupakan gadis dengan obsesi tinggi, mungkin itu yang membuatnya mengantuk setelah semalam belajar demi ujian yang dilaksanakan tadi pagi.
Hingga beberapa menit Luhan belum juga terbangun membuat Sehun tergugah untuk memberikan kecupan singkat di bibir merah muda itu.
Cup!
Satu kecupan dan Sehun kembali posisinya seolah tidak terjadi apa-apa. Kendati demikian, Sehun berusaha menyembunyikan debar jantungnya yang menggila dan tangannya yang tanpa diperintah menuju bibirnya. Mengelus bibirnya sendiri yang masih merasakan hangatnya bibir Luhan.
Dadanya berdebar dan hatinya menghangat. Seharusnya Sehun sudah menyadari bahwa si gadis manja berhasil mencuri perhatiannya dan, hatinya.
Perlahan Sehun meletakkan tubuh Luhan di ranjang empuknya. Kamar Luhan didominasi oleh warna biru laut dan putih salju di dindingnya. Selebihnya berwarna pink dimulai dari bed cover, jam weker, meja rias dan lainnya dengan boneka Hello Kitty dan rusa menjadi temannya di ranjang. Nampak kekanakan khas si gadis manja. Sehun meninggalkan kamar Luhan setelah menutupi tubuh Luhan dengan selimut walaupun diluar cuaca panas. Maklum saja, sekarang masih pukul dua siang dan itu berarti Luhan sedang menikmati tidur siangnya.
"Hyung!"
Seseorang memanggilnya saat Sehun baru menutup pintu. Dia adalah Yixing, adik kandung Luhan yang kini menginjak usia tujuh belas tahun, berbeda tiga tahun dengan kakak perempuannya.
"Kau baru pulang?", tanya Sehun -berbasa basi- sembari mengikuti langkah Yixing menuju ruang televisi. Lelaki yang baru menginjak usia remaja itu mengangguk, dan meletakkan setoples keripik kentang di atas meja.
"Apa Luhan Noona ketiduran?"
"Ya. Dia tidur di mobil, dan belum terbangun juga."
Yixing meraih PSP kesayangannya untuk ia mainkan. Sesekali tangannya sibuk memasukkan keripik kentang kemulutnya dan mengunyahnya. "Maklum, Hyung. Noona baru tidur jam dua tadi malam."
Sehun mengangguk paham. Begadang memang bukan hal asing bagi mahasiswa pengenyam bangku kuliah. Apalagi minggu ini sedang jadwalnya ujian akhir semester.
"Sehun Oppa~"
Sosok yang menjadi bahan pembicaraan datang. Luhan mengucek matanya sembari menuruni tangga, terlihat sekali ia masih mengantuk. Pakaiannya berantakan dan sepatu flat shoesnya tadi berganti menjadi sandal bulu putih bergambar hello Kitty. Benar benar penggila Hello Kitty!
"Aku kira Oppa sudah pulang.", ujarnya dan mengambil posisi ditengah antara Sehun dan Yixing. "Xing-aa, geser sedikit!"
"Noona! Aku sedang bermain game, jangan menggangguku!"
"Aku ingin duduk di sebelah Sehun Oppa! Minggir!"
"Tidak mau!"
"Yixing!"
Sehun memijat pelipisnya yang terasa pening. Sehun selalu tidak menyukai ini, mendengar keributan yang ditimbulkan oleh pasangan kakak beradik itu. Padahal hal yang diributkan juga bukan perkara besar.
"Lu, sudahlah. Jangan mengganggu adikmu."
"Jadi kau membelanya?!"
Ugh! Sehun merasakan kepalanya semakin berdenyut sakit menandakan emosinya sudah berada di ujung kepala dan bersiap meledak. Tidak, tidak! Sehun tidak boleh meledakkan emosi jika tidak ingin mendengar rengekan Luhan -lagi-.
"Bukan seperti itu, Lu. Tapi-" Sehun menghela nafas kasar. "Sudahlah. Aku harus kembali ke kantor. Lanjutkan saja pertengkaranmu yang tidak berguna itu."
"Sehuunn..." Seperti yang Sehun duga, Luhan tidak akan membiarkannya pergi. Luhan selalu ingin Sehun membelanya dan membuatnya menang melawan adik laki-lakinya. Namun kali ini Sehun sedang lelah mengurusi rengekannya, bukankah seharusnya Luhan mengerti dilihat dari gurat wajah pria itu?
"Sehun Hyung lelah Noona. Dasar tidak peka!"
Lelah? Ya, Sehun memang lelah. Bukan hanya lelah karena pekerjaan kantornya yang setinggi gunung, tapi juga lelah dengan sifat kekanakan dan manja Luhan. Untuk hal itu Luhan tidak perlu tahu.
"Yasudah. Oppa tidak usah kembali ke kantor. Istirahat saja disini."
"Tidak bisa, Lu. Aku ada jadwal penting."
"Ayolah, Oppa! Kau butuh istirahat. Membolos sekali saja tidak akan membuat perusahaan Appa bangkrut."
Oh ya, Sehun lupa kalau Luhan juga memiliki kekeraskepalaan tinggi. Kalau Luhan sudah memaksa seperti itu, Sehun akan susah menjelaskan bahwa urusan kantor tidak semudah tugas kuliah dimana ia bisa membolos sesuka hati. Pekerjaan Sehun menyangkut ratusan pekerja dan Ia bertanggungjawab untuk itu. Aish, bagaimana cara menjelaskannya?
Dan ingatkan Sehun jika Luhan memanggil orangtuanya dengan sebutan Appa dan Eomma, maka Sehun juga memanggil orangtua Luhan dengan sebutan itu juga. Huft, padahal Sehun belum memutuskan untuk menikahi Luhan. Ia hanya berkata untuk saling mengenal terlebih dahulu.
"Lu, ku mohon sekali saja jangan kekanakan. Aku harus memberi contoh yang baik untuk bawahanku. Dengan mengetahui si pemilik perusahaan membolos, bukankah itu berdampak buruk pada kerja mereka? Mereka akan terpancing untuk berbuat semena-mena saat bekerja. Kau mengerti, kan?", ucap Sehun dengan pelan dan lembut. Semenjak menjadi kekasih Luhan dua bulan lalu, Sehun seakan diajarkan namanya kesabaran, terutama kesabaran dalam menghadapi sosok perempuan yang tidak pernah mendapat bentakan di hidupnya.
"Ya. Aku mengerti. Tapi sepulang dari kantor, Oppa harus langsung beristirahat, oke?"
Sehun memberi anggukan setelah itu. Tidak ada senyuman di wajah tegasnya meski tangannya mengusap pipi Luhan lembut. Mengetahui Luhan menurut membuat Sehun bernafas lega. Sehun harus lebih dan lebih sabar menghadapi gadis itu.
"Kalau begitu aku pergi. Yixing-a, Hyung pergi dulu.", pamit Sehun.
"Ya. Hati-hati Hyung!"
Luhan mengikuti langkah Sehun dari belakang. Ia mengantar Sehun sampai di depan pintu rumahnya yang luar biasa megah. Tampaknya Sehun tidak menyadari Luhan mengikutinya, terbukti ia tidak menoleh ke belakang lagi sebelum memasuki mobilnya.
"Hati-hati Oppa!"
Dan tampaknya ia juga tidak mendengar pesan Luhan karena tertutupi oleh suara mesin mobilnya. Pria berusia dua puluh empat tahun itu lantas mengemudikan mobilnya hingga hilang di gerbang utama. Sekali lagi tanpa menyadari Luhan yang mengantar kepergiannya.
Sehun telah menghilang, tetapi Luhan masih tetap di posisinya. Diam-diam bibirnya mengulas senyum miris yang tidak pernah ia tunjukan oleh ekspresi wajah cerahnya. Luhan tidak ingin mengakui ini, namun perlakuan kaku dan keterpaksaan Sehun membuatnya sadar dengan jelas,
Sehun tidak menyukainya
Sehun tidak mencintainya.
Dan Sehun hanya ingin menghormati orangtua Luhan tanpa memandang Luhan sebagai seorang gadis.
Sedangkan Luhan, ia tidak bermain-main untuk menarik Sehun dalam hidupnya.
Ia menyukai Sehun.
Ia mencintai Sehun.
Ia tidak ingin Sehun melihat orang lain kecuali dirinya. Egois? Ya, itulah Xi Luhan.
.
.
.
TBC!
.
First of all, HAPPY NEW YEAR 2016 READER-NIM, REVIEWER-NIM DAN SIDER-NIM! Telat sumpah! Tapi daripada enggak sama sekali, kan? Kkkkkkk! Ada yang ingat saya? Saya si author tak bertanggungjawab yang bawa story baru padahal yang masih belum kelar. Yah, mau gimana lagi kalo ide mentok sama story lama dan malah lancar nulis story yang baru. Dan ini juga story yang tetep aje gak jelas kayak yang sebelumnya. Maafkan ya~ dan ini genrenya bener-bener Hurt/Comfort, gaada fluffy-nya sama sekali *ups!* Entah apa yang membuat author nekad publish ff ini padahal alurnya masih di bayang-bayang kkkkk.
Finnaly, give me some words as review, guys! Jujur aku gak pede nulis kalo nggak tau gimana tanggapan readers. Takutnya ntar tambah nggak sesuai dengan harapan, jadi kasih review ya? Aku gak maksa kok Cuma mohon sampek on bendeed knee nih kkkkkk. Thank you READER-NIM, REVIEWER-NIM DAN SIDER-NIM!