"Aku berangkat dulu" lalu dapat didengar jika pintu itu tertutup dengan lembut. Baekhyun menggerakan tubuhnya tanda ia terganggu. Ia mendecak sebal.

Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah suara berat itu serta suara pintu keparat itu, kini matahari sialan yang sangat amat terang benderang mengganggu tidur cantiknya. Sinar matahari pagi sialan itu juga begitu menyebalkan sehingga dia membuka matanya dan melihat dunia. Mimpi indahnya sudah berakhir.

Jemari indahnya mengusap surai berantakannya yang sangat tidak beraturan. Menguap dan meregangkan ototnya setelah ia terduduk dari bangunnya. Ia mengambil segelas air putih dari meja nakas disebelah kanannya, mengenggaknya hingga habis. Mata sipitnya melirik kearah sebelahnya, hanya sprei acak-acakan dan sedikit bercak kotor dan berbau disana.

Sudah pergi ternyata, batinya.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tanpa menghiraukan keadaannya yang masih polos tanpa sehelai benang yang melekat. Bulat pantatnya terekspose kemana-mana, paha dan betis serta leher juga bahu mulusnya. Namun Baekhyun tidak memperdulikannya toh disini tidak ada orang, katanya begitu.

Baekhyun merendamkan dirinya dalam putihnya air susu dalam bathtube marmer berwarna serba putih itu. Memejamkan matanya sambil menikmati nikmatnya sentuhan air susu murni ini. Merendamkan rambutnya hingga basah dan menutupi setengah dahinya. Ritual untuk menjaga kulitnya tetap mulus, adalah ini. Mandi susu sapi segar dipagi hari. Baekhyun masih memejamkan matanya entah mungkin dia sudah bermimpi sekarang, buktinya dia tidak menyadari hal penting.

Puk

"Bangun lah tukang tidur, sudah jam 12 siang" Baekhyun membuka kelopak mata bak kelopak bunga sakura itu. Matanya mengerjap beberapa kali dengan cepat. Ia langsung menatap sumber suara yang lagi-lagi membuat ia terbangun dari mimpinya dan melihat dunia nyata. "Dasar" umpatnya begitu percaya jika sekarang pukul 12 siang.

"Salah mu membuat ku bergadang, menyebalkan sekali kau ini." Lelaki dengan rambut ber-pomade yang berjongkok didepan Baekhyun hanya tertawa dengan deretan giginya yang begitu cemerlang. Mencubit pipi Baekhyun yang terlihat memerah entah karena apa. "Cepatlah berdiri dari sana, aku ingin mengajak mu ke suatu tempat. Aku hanya memberimu waktu 10 menit dari sekarang atau yah, kau akan ku beri punishment untuk kelalaian mu karena telat bangun dan lamban. Sudah ya, jangan lama, hanya 10 menit atau.." lelaki ber-jas abu-abu itu menghentikan kata-katanya, memeperhatikan Baekhyun yang juga memperhatikannya. Lelaki itu berdiri, dan melemparkan sesuatu kearah Baekhyun.

Lelaki itu tersenyum, menyeringai tepatnya lalu pergi keluar dari sana menuju lantai bawah. Baekhyun memperhatikan benda yang lelaki itu lempar dengan pipi memanas, ia bahkan ingin meremas air tapi sayang itu mustahil. Matanya bahkan seperti ingin mencolok mata besar lelaki berkaki jenjang itu. Baekhyun memperhatkan tulisan pada benda berwarna merah itu dan lagi-lagi Baekhyun serasa terbakar. Yah,

Dureights –extra smooth and thin. Strawberry flavor.

Note : Baekhyunie, itu kesukaan mu. Hukumanmu adalah hal kesukaanmu. Menu hari ini, 'Banana' with skinny strawberry and 'milk'. –jangan lupakan 'fla vanilla' mu. –Yang mulia Chanyeol.

dan Baekhyun rasa, ia akan mendapatkan hari yang berat untuk kesekian kalinya. "Dasar Park idiot! Ganti hukumannya bodoh!" Baekhyun berteriak dengan lantang sembari berlari tanpa bathrobe ataupun handuk menuju lemari pakaiannya. Semetara Chanyeol, lelaki berjas abu-abu dan kaki jenjang tengah tertawa dengan gembira dibawah sana.

"Bagaimana aku bisa melepaskanmu jika kau saja membuat aku bahagia, Baekhyun-ah"

.

.

PHOBIA? AMNESIA!

.

ChanBaek main cast

Boyslove –mature –angst –drama

T or M for rated :3

.

Simple rules for all readers :

DON'T LIKE DON'T READ

.

warning : typo dan gak sesuai eyd :'

ENJOY,

Edisson

.

.

Baekhyun tergesa-gesa menuruni anak tangga. Pasalnya, jika dia telat maka habislah dia hingga fajar mejelang. Dia mengutuk kakinya mengapa begitu pendek dan telapaknya begitu mungil sangat menyusahkan disaat seperti ini.

Rambutnya masih acak-acakan dan sedikit basah, kemejanya belum tergulung dengan benar, kancingnya pun belum semuanya menutupi tubuh mulusnya. Celananya begitu ketat hingga memperlihatkan lekuk indah kaki Baekhyun. Matanya masih terlihat mengantuk dan masih tersisa bekas odol disudut bibirnya. Lagi-lagi, Chanyeol tertawa bahagia karenanya.

Baekhyun cemberut, menendang dengkul Chanyeol dengan umpatan yang tertuju untuk si-jangkung –Yang mulia Chanyeol-ssi. "Kau begitu menggemaskan, maafkan aku, jangan memanyunkan bibirmu begitu. Kau ingin dicium ah ?" Baekhyun mendorong tubuh Chanyeol yang mendekat hendak menciumnya. "Kau saja yang ingin mencium ku, iya 'kan? Mengaku saja" balas Baekhyun dengan ketus. Baekhyun melangkahkan kakinya menuju kulkas didekat ruang makan. Mengambil satu kotak susu stroberi kesukaannya. "Baekhyun" panggil Chanyeol sambil mendekat kearah Baekhyun yang duduk diatas meja makan.

"Apa ?" balasnya masih asik dengan susu kotaknya. "Lihat aku" kata Chanyeol sambil memegang dagu Baekhyun agar mengahdap kearahnya. "Apa sih ? ini masih pagi untuk berciuman, Chanyeol" tolak Baekhyun. Namun Chanyeol masih memegangnya, matanya menatap lurus kearah iris hazel milik Baekhyun. "Chanyeol, jangan" bisik Baekhyun sambil menjauhkan bahu Chanyeol yang semkain mepet kearahnya. Chanyeol menyeringai, memegang pipi Baekhyun yang memerah. Dasar –batin Chanyeol penuh kemenangan. "Kau tahu," kata Chanyeol sambil mendekatkan bibirnya kearah bibir Baekhyun yang terlihat berkedut. Kenapa anak ini –batin Chanyeol lagi. Baekhyun menggeleng, menjawab pertanyaan Chanyeol. "Jawab saja, apa yang terlintas difikiranmu sekarang keluarkan saja, ayo jawab" paksa Chanyeol masih dengan posisi yang sama. Baekhyun terdiam, berfikir.

"Mm, kau ingin melumat bibir ku ?" jawabnya takut-takut, mata bak puppy itu menatap onyx Chanyeol yang terlihat berkilau. Chanyeol tersenyum, semakin mendekatkan wajah mereka. Baekhyun memejamkan matanya rapat-rapat, dan..

Lick

Chanyeol menjilat sudut bibir Baekhyun. Buru-buru Baekhyun membuka matanya, menatap sebal pada lelaki dengan senyuman tanpa dosa itu. "Kau itu terlalu kegeeran dan terlalu berfikiran yang buruk-buruk dan jorok-jorok tentang aku Baekhyun, duh kau ini ya.." gemas, Chanyeol memeluk Baekhyun hingga tenggelam dalam rengkuhan posesif Chanyeol. Nyaman. "Baekhyun, kau bisa sikat gigi dengan benar atau tidak, sih ?" Baekhyun cemberut, memukul punggung Chanyeol tidak sungguh-sungguh. "Kau mengejek ku ?" Chanyeol malah tertawa.

Lalu hening.

Dua pemuda berbeda ukuran tubuh itu tenggelam dalam kehangat satu sama lain. Menikmati aroma pasangannya dengan hikmat. Mereka memejamkan matanya dalam diam. Hingga,

"Aku ingin pipis, lepaskan Chanyeol"

.

.

"Jadi kau ingin membawaku kemana ?" mereka tengah berada dijalanan lepas kota London. Menaiki mobil La Ferrari milik Chanyeol yang sedang ia gemari sekarang, padahal ia baru saja dibelikan mobil baru oleh ayahnya. Itu menjadi rahasia Chanyeol mengapa memilih mobil sport daripada mobil mewah yang ayahnya belikan langsung dari Jerman. Chanyeol melirik Baekhyun yang sibuk dengan cokelat batangannya, tanganya sudah kotor karena cokelatnya yang meleleh dan bibirnya juga sedikit belepotan. Chanyeol melepas tangan kirinya dari stir untuk sejenak mengusap noda pada bibir bidadarinya. Baekhyun langung menoleh kearah Chanyeol dan tersenyum. "Aaa~rigattou ouji-sama!" ujar Baekhyun dengan ceria dan kembali pada bungkusan kedua cokelat dengan merk yang sama. Chanyeol hanya tersenyum dan kembali fokus pada kemudinya. "Yo, tenshi-chan"

"Hehe" Baekhyun hanya terkekeh kecil sambil mengusap-usapkan keapalnya kearah Chanyeol. "Kau belum menjawab pertanyaan ku" katanya sambil menjilati cokelat yang mulai meleleh pada genggamannya. "Benarkah ?" tanya Chanyeol pura-pura tidak tahu. Baekhyun memanyunkan bibirnya lucu.

"Ck, jangan pura-pura lupa" katanya dengan nada kesal. Chanyeol terkekeh lagi, mengusap kepala bidadarinya itu dengan sayang. "Aku" kata Chanyeol masih dengan fokus pada kemudinya.

"Iya.." jawab Baekhyun sambil mengemut cokelatnya.

"Akan" Chanyeol masih fokus pada jalanannya. "Hmm" Baekhyun menyahutinya. "Membawamu, ahh fuck!" aduh Chanyeol ketika ada sebuah sepeda motor yang hampir menyerempetnya. "Kemana ?" tanya Baekhyun dengan kepala mengadah kearah Chanyeol yang pandangannya lurus kedepan. Chanyeol menatap Baekhyun setelah lampu merah memberhentikan lajunya.

Chanyeol mencium surai cotton-candy Baekhyun dengan sayang lalu mengusapnya. Baekhyun tersenyum, hingga matanya membentuk bulan sabit dan pipinya menaik. "Aku akan membawamu ke salon" Baekhyun mengerapkan matanya bingung, "Hah ? untuk apa kesana ?" Baekhyun kembali duduk seperti awal perjalanan. "Untuk pesta ulang tahun kakak ku, kau tidak ingat ?"

"Ooh, hehe, mian" balas Baekhyun cengengesan. Chanyeol hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melajukan mobilnya menuju tempat yang dia tuju. "Memangnya apa yang kau fikirkan hingga kau lupa ?" Baekhyun terlihat berfikir, "Bermain game, melihat toko online shop dan juga aku sedang belajar membuat kue"

Chanyeol menolehkan kepalanya begitu mendengar kata Baekhyun belajar membuat kue. "Kau serius ?" Baekhyun mengangguk. "Tidak percaya aku belajar membuat kue, Chanyeol-ssi ?" Chanyeol menggoyangkan tanganya gesture mengatakan 'bukan-bukan itu'

"Hanya saja aku berfikir, siapa yang mengajarimu ? kau memanggil orang kerumah ?" Baekhyun mengangguk. Chanyeol menghembuskan nafasnya dan menatap kearah Baekhyun. "Baek, 'kan aku sudah bilang ja-"

"Chan, dia hanya seorang guru kursus membuat kue bukan seorang wartawan ataupun kolega ayahmu serta ibumu yang menyamar menjadi ahli pembuat kue." Baekhyun menatap mata Chanyeol dengan sedikit kesal. Seharusnya aku tidak memberitaukannya –batin Baekhyun memprotes tindakannya sendiri. "Tapi Baek, itu mungkin saja. kau lupa aku siapa Baek ?"

"Jangan bawa-bawa hal itu lagi, Chanyeol. Cukup, atau aku tidak akan ikut denganmu jika kau masih saja membahas ini sekarang" Baekhyun menyilangkan tangannya didada. Dia kesal. Sangat. Sementara Chanyeol memilih mengalah daripada bidadarinya itu marah tidak karuan lagi. "Aku hanya tidak ingin kau kenapa-kenapa Baek, hanya itu." Chanyeol bersuara setelah 12 menit berdiam. Baekhyun masih tidak bergeming, masih menyidekapkan tanganya didada. Baekhyun masih marah dan kesal.

"Hah, baiklah-baiklah. Lupakan yang tadi, ayo turun"

.

"Aku tidak suka yang ini Chanyeol, seperti anak perempuan saja." protesnya dengan bibirnya maju beberapa senti. "Baek, itu karena tubuhmu yang seperti boneka Barbie bukan karena style pakaiannya, kau ini" Baekhyun masih saja memajukan bibirnya. "Chanyeol, aku tidak mau" tolak Baekhyun lagi. "Baek, pakai itu saja masa kau ingin menggunakan jeans dan hoodie lagi. Nanti kau malah berbicara dengan Yoochun jika kau pakai hoodie kepala kelincimu itu lagi." Baekhyun menggeleng, sementara Chanyeol memelototi Baekhyun agar mau menurutinya sekali ini saja. "Yeollie.." rajuk Baekhyun sembari menyatukan kedua tanganya didepan dadanya, dia memohon. "Bolehkan ya, pangeran ku, kumohon" ujarnya dengan nada menggemaskan, matanya berubah mejadi melemah seperti bunny yang sedang merajuk pada majikannya. "Onegai, ouji-sama"

"Tidak" tegas Chanyeol. "Aaa, wae wae wae wae !?" amuk Baekhyun dengan kaki mengentak-hentak kesal. "Pakai saja Baekhyun, turuti aku" Baekhyun menggeleng dengan mata menajam. "Tidak mau, itu pinggangnya terlalu ketat Chanyeol-ah, nanti kalau aku diperhatikan teman-teman kakakmu, kakak sepupumu dan tamu bagaimana ?" Chanyeol masih berkata tidak.

Baekhyun duduk dilantai, wajahnya memelas. "Berarti kau rela tubuh ku dilihat oleh orang-orang" Chanyeol langsung memperhatikan Baekhyun dengan irisnya yang menajam. "Kau sudah tidak menyayangiku lagi" mata Baekhyun berkaca-kaca. "Kau sudah tidak menyukai aku lagi, kau sudah membuang ku, kau.." bibir Baekhyun bergetar, matanya sudah berair. Chanyeol mengumpat, duh, lupa –batinya.

"Ck, ya ya ya baiklah, sesukamu atur saja asalkan itu pantas untuk acara formal" mata Baekhyun memancarkan cahaya gemerlapan. Berbinar begitu terang. "Sungguh ?"

Chanyeol mengangguk. "Sungguh-sungguh ?" Chanyeol mengangguk lagi. "Sudahlah, cari yang pantas lalu pakai, rias wajahmu seusainya itu kita berangkat." Baekhyun bersorak ria gembira, Chanyeol sangat mudah dibohongi ternyata.

"Hah, dia itu. Menyusahkan saja, sulit."

.

Baekhyun baru saja keluar dari ruang ganti lalu berdiri didepan cermin memperhatikan pakaiannya. Merapihkan rambutnya dan riasan tipis diwajahnya. Yosh, Baekhyun seperti kembang gula yang dibungkus dalam kapas.

Ia menggunakan yah, stelan putih casual. Tidak terlalu kaku tapi juga tidak terlalu santai, jadi itu disebut apa ? entahlah.

"Im the bee" katanya dengan senyuman manis didepan kaca memuji dirinya sendiri. "Aku memang tampan" tambahnya lagi. Ia melangkah kan kakinya menuju tempat Chanyeol namun ketika melewati bagian kecantikan, langkahnya terhenti.

Revllown red eyeliner waterproof

Discount 45%

Baekhyun menepuk tangannya bahagia, segera ia menghampiri benda ajaib miliknya itu. Yah, semua eyeliner Baekhyun hak milik menjadi punyanya. Dasar.

Tanganya kesana-kemari memegang dan menimang-nimang lebih dari enam eyeliner yang ia inginkan namun belum satupun yang dia beli. "Hitam atau merah ?" pikirnya menimang pilihan. Bibirnya mengatup, dan matanya memejam tanda dia sedang berfikir. "Pilihan yang sulit, dan ini tinggal satu. Sial" kesalnya. Baekhyun meletakan kedua eyeliner itu pada tempatnya ketika ia melihat sesuatu yang lebih membuatnya bersemangat.

"Agasshi, bisa bungkus satu untuk ku ?" spg wanita itu hanya mengangguk dengan wajah memerah. "Kenapa si dia ini ?" batin Baekhyun risih, wanita itu menatapnya dengan mesem-mesem, apakah dia sakit ? pikir Baekhyun.

"Um, bisa tidak itu tidak usah dibungkus ?" wanita itu terkejut, matanya membulat. "Ne?" katanya. Baekhyun menatapnya, "Memangnya tidak boleh ya jika tidak dibungkus ?" wanita itu menggeleng, "Bukan begitu, bukan kah itu benda yang privasi ?" ah, Baekhyun baru paham sekarang menagapa wanita itu menjadi malu-malu. "Ahh, ah-haha, ya memang privasi tapi jika difikir tidak apa-apa lah lagi pula orangnya tidak ada disini." Jelasnya dengan kerlingan pada wanita itu. "Jadi bisa dipercepat ?" wanita itu mengangguk dan membuka laci penyimpanan uang untuk memberikan kembalian pada Baekhyun.

"Bukan kah itu untuk kau gunakan sendiri, Tuan Byun Baekhyun ?" mata Baekhyun mebelalak, ia menolehkan kepalanya kesebelahnya dan seketika itu juga matanya memanas seakan ingin mengeluarkan laser. Dia lagi. Baekhyun menghembuskan nafasnya rileks, lalu menghirupnya beberapa menit kemudian. Baekhyun tersenyum kearah seseorang yang bersuara tadi. "Apakah itu urusanmu, Nona siapa –aku lupa"

"Sylphynrria Yejin, kau bahkan tidak mengingat nama pewaris keluarga Ford, apakah kau tidak menonton televisi tuan yang terhormat Byun Baekhyun ?"

"Dan apakah itu penting untuk aku ketahui nona muda S –siapa aku lupa" wanita spg itu terkejut. Baekhyun segera mengambil kembaliannya dan beranjak darisana meninggalkan gadis bernama Yejin itu. Gadis itu memakai kaca mata berwarna ungu gelap dan membawa tas LV berwarna cream dengan wedges beludru dan sumpah demi Tuhan, itu adalah style anak konglomerat terburuk yang pernah Baekhyun lihat. Baekhyun bisa pastikan jika dia bertemu dengan Paris Hilton maka gadis itu akan menertawainya. "Sebaiknya kau bercermin sekali lagi, Baekhyun" suara Yejin kembali terdengar.

Baekhyun membalikan tubuhnya kearah Yejin lagi, Baekhyun tersenyum untuk kedua kalinya pada gadis buruk selera berpakaian itu. "Aku tidak butuh cermin, lagi pula Chanyeol tidak menginginkan cermin, mau aku laki-laki atau bukan Chanyeol akan tetap bersama ku" ujar Baekhyun dengan Bahasa mandarinya. "Apakah kau mengerti ?" tambahnya kagi.

Yejin menyeringai, "Kau sudah membuat pewaris Richard menjadi seorang penyuka sesama jenis, kau tahu, itu adalah dosa besar untuk jalang sepertimu. Lebih baik kau menjauh karena lambat laun posisimu itu akan lengser dan jatuh kedasar lagi" Baekhyun tertawa, sorot matanya lurus menatap Yejin. Iris sempit itu pastilah tengah tegang dibalik kacamata murahan itu. "Dengar ya, Sylphynrria Yejin, keturunan bangsawan dari Greace dan negeri gingseng tercinta Korea"

Baekhyun mendekati gadis itu lagi, memegang helai rambut silver gadis itu yang dibuat-buat mirip dengan rambut Chanyeol beberapa minggu lalu. Baekhyun menyeringai tepat didepan wajah gadis itu, "Aku menjadi laki-laki saja Chanyeol tunduk dibawah jari kaki ku, apalagi jika aku menjadi perempuan. Semuanya itu diatur dengan waktu bukan dengan tahta dan uang, anak konglomerat." Lalu pergi meninggalkan gadis itu disana. Semuanya memperhatikan mereka dengan tidak percaya begitu mendengar nama Chanyeol dan keluarga Richard disebut-sebut namun mereka tidak mengerti apa yang Baekhyun dan Yejin bicarakan karena mereka menggunakan Bahasa mandarin. Beruntunglah.

"Oh iya Yejin-ah, satu lagi" kata Baekhyun kembali lagi mengarah kedepan Yejin. Gadis itu mundur beberapa langkah, mengantisipasi apa yang akan terjadi padanya. Baekhyun hanya menggenggam benda privasinya yang baru saja dia beli dengan cengiran bahagia, lalu berganti dengan senyuman mengejek. "Rambutmu itu, boleh juga, jangan lupa tiru warna rambut ku ya, Sylphynrria." Lalu Baekhyun benar-benar pergi dari sana menuju Chanyeol.

"Jalang!" teriak Yejin penuh amarah. Rambutnya jadi acak-acakan dan kacamatanya sudah menghilang entah kemana. Baekhyun hanya tersenyum menang mendengarnya.

.

"Kan aku sudah bilang pakaian formal, Baekhyun." Omel Chanyeol dengan ekspresi kecewa. Baekhyun menundukan wajahnya, menatap ujung sepatunya dengan diam. "Apakah perkataan ku tidak kau dengar, Baekhyun ?"

"Hei jawab aku" Chanyeol mengangkat dagu Baekhyun hingga iris mereka bertubrukan. Baekhyun menatap mata Chanyeol dengan merajuk, meminta keringanan agar tidak dibuat tidur 3 jam lagi. "Aku tidak suka tuxedo, mengerti aku Chanyeollie" rajuk Baekhyun sambil bergelayut dilengan Chanyeol manja. Chanyeol menjauh dari Baekhyun, melangkahkan kakinya dari sana menuju luar. Baekhyun menautkan alisnya bingung. "Mau kemana ?" tanyanya sambil mengikutinya dibelakang.

Chanyeol hanya diam. Terus berjalan menuju luar dengan langkah yang besar-besar. Matanya lurus menatap jalanan, tidak melirik Baekhyun sama sekali. Dia benar-benar marah ? –batin Baekhyun bertanya-tanya. "Chanyeol,"

"Hei, maafkan aku" Baekhyun menahan tangan Chanyeol agar berhenti sejenak namun Chanyeol menangkisnya. "Kau marah ?" mereka sudah berada diparkiran sekarang. Masih dengan keadaan yang sama. Chanyeol membuka pintu mobilnya tanpa ekspresi, masuk dan berpegangan pada kemudinya. Baekhyun mengikutinya, masuk dengan pintu yang sama dan duduk diatas paha Chanyeol yang dibalut dengan celana abu-abunya. Baekhyun menatap onyx Chanyeol, ia terlihat gelisah. "Kau ada masalah, hm ?" tanyanya sambil mengusap pipi Chanyeol dengan sayang. Chanyeol memejamkan matanya dengan dadanya yang mengembang lalu mengeluarkan oksigennya dengan hembusan nafas yang berat.

Baekhyun paham. Baekhyun mengerti. Ia memeluk Chanyeol lalu melepaskannya dan pergi keluar dari sana. Menutup pintu mobil sport impiannya dengan perlahan dan rasa enggan. Baekhyun menggigit bibirnya kuat, memejamkan matanya lalu berbalik dan berjalan menjauh dari sana. Menjauh dari mobil Chanyeol, menjauh dari Chanyeol. Kakinya berjalan menjauh dari sana, melewati deretan mobil yang berjejer diparkiran sepi itu. Jemari mungilnya meremas sesuatu didalam saku pakaiannya.

Baekhyun membuangnya. Membuang benda yang akan ia jadikan kejutan dimalam ini karena Chanyeol pulang. Pulang setelah kesibukannya disana, kesibukannya diistana megah nan mewahnya disebelah istana kerajaan England. "Harusnya aku bercermin." monolognya dengan pilu.

"Yejin benar, aku harusnya bercermin" dan airmatanya jatuh. Sudah lebih dari lima puluh langkah dari Chanyeol, maka dia boleh menangis. Menangis sejadi-jadinya dalam kesedihan. Ia berjongkok disana sendiri, menenggelamkan air matanya dalam gelap. Menimbunnya dengan senyum pada matahari luar. Ia merasa, kehidupannya ini salah. Mengapa dia terlahir dengan banyak kesalahan, Baekhyun mempertanyakan itu pada orang tuanya namun mereka malah tertawa bahagia.

"Hiks" tangisnya semakin pecah. Ia menuangkan semuanya pada tangisan pedihnya. Ia tidak bisa berkata jika dia baik-baik saja, ini sudah melewati batas kuatnya. Dan kini dia lemah, Baekhyun yang lemah sudah naik kepermukaan pribadinya. "Chanyeol.." bisiknya dalam tangis.

"Chanyeol.." suaranya bergetar, sesegukan hingga dadanya sesak. Ia ingin berteriak, tapi sepertinya mustahil. Ia hanya diperbolehkan menangis, bukan berteriak atau meraung. "Selamatkan aku" tambahnya lagi dengan isakan yang terdengar pilu. Wajah memerah, hidung serta matanya juga begitu. Bibirnya membengkak karena ia gigiti demi menahan diri untuk berteriak. Matanya sembab, padahal baru sebentar saja dia menangis. Tapi kesan tangisan Baekhyun ini sangatlah dalam. Semoga saja, Chanyeol bisa mendengarkannya. "Aku hanya ingin bahagia" ucapnya entah pada siapa.

"Hanya ingin bahagia.." lalu Baekhyun tenggelam dalam air matanya.

.

Chanyeol mengembuskan nafasnya berat. Memejamkan matanya dengan berat hati. Matanya terasa panas, ia ingin menumpahkannya namun tidak bisa. Ini bukan saatnya menjadi cengeng, dia harus menjadi kuat.

"Kau datang tepat waktu, Chanyeol" sapa seorang gadis dengan gaun merah marun yang panjang hingga membelai lantai. Chanyeol hanya tersenyum miring, dan mendekati gadis itu lalu membawanya menuju ruangan depan. "Jadi kau ingin beritahukan aku sesuatu ?"

lelaki jangkung itu menggeleng, "Tidak ada yang ingin kuberitahukan" gadis itu menyeringai, "Kau serius ?" tanyanya sembari duduk diatas sofa mewah dengan pinggiran yang dilapisi dengan zamrud. Mata gadis itu tertuju pada kerah Chanyeol. "Siapa yang habis mencium mu ?"

Chanyeol duduk disebelahnya dengan tangan yang melingkar indah dipinggang ramping gadis berambut pirang itu. "Apa maksudmu dengan siapa yang habis mencium ku ?" gadis itu menggeleng, dan menyandarkan kepalanya pada bahu Chanyeol. "Tidak, hanya saja ini beraroma lain, kau membeli parfume baru ?" tanyanya dengan manja. Jemarinya mengusap-usap rahang Chanyeol dengan halus. Chanyeol memejamkan matanya merasakan hal itu. "Tidak juga, kenapa kau itu selalu sok tahu ?"

Gadis itu cengengesan, "Tidak kok, hanya saja aku gemas padamu" katanya ceria lalu tenggelam dalam dekapan Chanyeol. Gadis itu tersenyum puas. Sangat puas. Sementara Chanyeol dengan mati-matian menahan agar air matanya tidak jatuh. Dia benar-benar buruk.

"Maafkan aku, Baekhyun"

.

.

Tbc /?

Yoyoyooyoy~

Ayodong reviewnya~ review juseyo~

Lanjut gak nih ? target 20 review langsung update kilaaatt :)

Okedehh arigattouuu~

Review and review

Yo!

Edisson